2. Etiologi
Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan kesepakatan
bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS.
Coronavirus berasal dari kata “Corona” yang berasal dari bahasa Latin yang artinya
“crown” atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau
dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota.
Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak
langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :
a) Pneumonia
b) Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
c) Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)
d) Beberapa transfusi darah
e) Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
f) Emboli paru
g) Cedera pada dada
h) Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
i) Trauma hebat
j) Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).
1 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011
Faktor Predisposisi
Faktor diri (host) : umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan congenital,
imunologis, BBLR dan premature.
Faktor lingkungan : Pola hidup, asap rokok, keterpaparan terhadap infeksi,
sosial ekonomi, Kepadatan tempat tinggal, cuaca dan polusi udara.
Defisiensi vitamin
Tingkat sosio ekonomi rendah
Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah
Menderita penyakit kronis
Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah.
Faktor Pencetus
Coronavirus adalah mayoritas agen penyebab SARS. Virus ini stabil pada tinja dan
urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita
diare. Virus SARS kehilangan infektivitasnya terhadap berbagai disinfektan dan bahan-
bahan fiksasi. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran
pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Dalam tempo sekitar dua hingga sepuluh hari,
paru-paru akan meradang, bernapas kian sulit. Metode penularannya melalui udara serta
kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah saat
pasien bersin dan batuk bahkan bisa melalui barang-barang yang terkontaminasi atau
barang yang digunakan oleh pasien SARS.
3. Epidemiologi
SARS diduga berasal dari Propinsi Guangdong di Cina daratan, muncul dan menyerang
manusia sekitar bulan November 2002. Namun pertama kali dikenal pada bulan Februari
2003. Penyebabnya adalah coronavirus. Penyakit dengan gejala infeksi saluran
pernafasan berat disertai dengan gejala saluran pencernaan.
Pada bulan Juli 2003 Out break/Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi di 6 wilayah yaitu
Kanada, Cina daratan (yang berasal dari Guangdong kemudian menyebar ke beberapa
kota besar, Taiwan dan Hongkong), Singapura dan Vietnam.
Distribusi Menurut Orang
Pada distribusi menurut orang ini, orang yang paling berisiko terkena penyakit SARS
adalah petugas kesehatan yaitu dengan persentase sebesar 30%. Hal ini disebabkan oleh
2 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011
petugas kesehatan merupakan orang yang merawat pasien yang menderita SARS
sehingga sangat besar risikonya mereka juga akan terkena SARS sesuai dengan cara
penularan penyakit SARS.
Distribusi Menurut Tempat
Negara di dunia yang memiliki jumlah kasus SARS terbesar adalah Negara China yaitu
sebesar 5327 kasus dengan jumlah kematian sebesar 349 orang. Hal ini disebabkan
karena Negara China merupakan Negara yang pertama kali terkena penyakit SARS yaitu
pada bulan November 2002 namun belum dilaporkan sehingga orang tidak
mengetahuinya dan tidak dapat dicegah. Baru pada bulan Februari 2003 kasus ini
diketahui. Hal ini mengakibatkan orang yang terkena SARS di China makin banyak. Dari
China kemudian virus SARS ini menyebar ke negara lain seperti melalui kunjungan ke
daerah tersebut.
Distribusi Menurut Waktu
Singapura terdeteksi SARS pertama kali pada bulan Februari 2003 dan penderitanya
bertambah dan mencapai puncak di bulan Maret. Selain itu, karena banyaknya kunjungan
ke Singapura ataupun warga Singapura yang berlibur ke Negara lain yang banyak
kejadian SARS memungkinkan terjadinya perpindahan virus dari orang tersebut ke orang
di Singapura.
4. Patofisiologi
SARS secara klinis lebih melibatkan saluran nafas baian bawah dibandingkan dengan
saluran nafas dibagian atas. Pada saluran nafas baian bawah, sel-sel asinus adalah sasaran
yang lebih banyak terkena dibandingkan trakea maupun bronkus. Menurut Chen dan
Rumende (2006), patogenesis SARS terdiri dari 2 macam fase :
a) Fase Pertama
Terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini melibatkan proses akut
yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang eksudatif. Fase ini
dicirikan dengan adanya infiltrasi dari sel-sel inflamasi serta edema dan
pembentukan membran hialin.
Membran hialin ini terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nucleus dan
sitoplasma sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak. Dengan adanya nekrosis sel-
sel epitel paru maka barrier antara sirkulasi darah dan jalan udara menjadi hilang
3 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011
sehingga cairan yang berasal dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam ruang
alveolus (efusi). Namun masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan sel-sel
paru tersebut diakibatkan karena efek toksik dari virus tersebut secara langsung
atau kerusakan tersebut terjadi karena perantara sistem imun. Pada saat fase
eksudatif ini dapat diamati dan diidentifikasi RNA dan antigen virus yang terdapat
pada makrofag alveolar.
b) Fase kedua
Fase ini dimulai tepat setelah fase pertama selesai (setelah 10 hari). Fase ini
ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD yang terorganisir.
Pada periode ini didapati metaplasia sel epitel skuamosa bronchial, bertambahnya
ragam sel dan fibrosis pada dinding lumen alveolus. Pada fase ini juga tampak
dominasi pneumosit tipe 2 dengan perbesaran nucleus dan nucleoli yang
eosinofilik. Selanjutnya juga ditemukan adanya sel raksasa dengan banyak nucleus
(multinucleated giant cell) dalam rongga alveoli. Sel raksasa tersebut diduga
merupakan akibat langsung dari VoC SARS, namun sumber lain mengatakan
bahwa hal tersebut bukan karena COV SARS namun disebabkna karena proses
inflamasi yang berat pada tahap DAD eksudatif.
5. Klasifikasi
Secara proposional ada 2 kasus SARS, yaitu “suspect” dan “probable” sesuai kriteria
WHO :
a) Suspect SARS
1) Adalah seseorang yang menderita sakit dengan gejala demam tinggi ( > 38oC ),
dengan satu atau lebih gangguan pernafasan, yaitu batuk, nafas pendek dan
kesulitan bernafas. Satu atau lebih keadaan berikut :
- Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, mempunyai riwayat kontak erat dengan
seseorang yang telah didiagnosis sebagai penderita SARS, dimana orang yang
beresiko tersebut adalah orang yang merawat, tinggal serumah atau
berhubungan langsung dengan cairan saluran pernafasan maupun atau
jaringan tubuh seseorang penderita SARS
- Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, melakukan perjalanan ke tempat
terjangkit SARS. Tempat yang dilaporkan terjangkit SARS adalah sesuai
4 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011
dengan ketetapan WHO sebagai negara terjangkit yang pada tanggal 1 April
yaitu Canada (Toronto), Singapura, China (Guangdong, Hongkong SAR,
Shanxi, Taiwan) dan Vietnam (Hanoi)
- Penduduk dari daerah terjangkit.
2) Adalah seseorang yang meninggal dunia karena mengalami gagal nafas akut
yang tidak diketahui penyebabnya dan tidak dilakukan otopsi untuk mengetahui
penyebabnya. Pada 10 hari sebelum meninggal, orang tersebut mengalami salah
satu atau lebih kondisi dibawah ini, yaitu :
- Kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosa suspect atau probable
SARS
- Riwayat berkunjung ke tempat atau negara yang terkena wabah SARS
- Bertempat tinggal atau pernah tinggal di tempat/negara yang terjangkit wabah
SARS.
b) Probable SARS
Adalah kasus Suspect ditambah dengan gambaran foto toraks menunjukkan tanda-
tanda pneumonia atau respiratory distress syndrome, atau seseorang yang meninggal
karena penyakit saluran pernafasan yang tidak jelas penyebabnya, dan pada
pemeriksaan autopsi ditemukan tanda patologis berupa respiratory distress syndrome
yang tidak jelas penyebabnya.
Gejala-gejala tersebut merupaka gejala tipikal yang sering timbul pada penderita
SARS, namun tidak semua gejala tersebut timbul pada setipa pasien pada beberapa
kasus demam muncul dan menghilang dengan sendirinya pada hari ke 4 hingga ke 7,
tapi sama sekali tuidak menunjukka adanya perbaikan pada pasien, dan terkadang
demma muncul kembali pada minggu ke 2(Chen & Rumende, 2006).
b. Manifestasi Umum
Meskipun SARS merupakan virus yang menyerang system pernafasan namun
beberapa kasus ditemukan penderita dengan gejala multiorgan.
Manifestasi Pernafasan
Penyakit paru adalah gejala klinis utama dari penderita SARS, gejala- gejala
utama yang timbul antara lain :
- Batuk kering
- Sesak nafas
Pada tahap awal infeksi, gejala tersebut seperti pada Infeksi saluran nafas pada
umumnya, namun gejala tersebut mengalami perburuakan pada awal minggu
kedua. Dimana gejala sesak makin lama akan semakin berat dan mulai
membatasi aktifitas fisik pasien. Sebanyak 20-25% pasien mengalami progresi
buruk kearah acute respiratory distress syndrome (ARDS) akibat kerusakan
pada pneumosit tipe 2 yang memproduksi surfaktan.
Gejala lain yang mungkin timbul adalah pneumotoraks dan penumomedistinum,
yang diakibatkan karena udara yang terjebak dalam ringga dada, hal ini
dilaporkan sebanyak 12% terjadi secara spontan dan 20% timbul setelah
pengunaan ventilator di ICU (Chen & Rumende, 2006).
Penyebab kematian tersering pada SARS adalah dikarenakan oleh ARDS berat,
kegagalan multiorgan, infeksi sekunder, septicemia, serta komplikasi
tromboembolik.
Manifestasi Pencernaan
Gejala yang timbul pada system pencernaan diduga disebabkan karena transmisi
penularan VoC SARS melalui oral. Gejala utamanya adalah diare. Pada kasus ini
didapati sebanyak 20% pasien SARS mengalami diare pada kedatangan pertama
dan 70% dari jumlah tersebut tetap mengalami gejala ini selama masa perjalanan
penyakitnya.
6 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011
Diare yang ditimbulkan biasanya cair dengan volume yang banyak tanpa disertai
darah maupun lendir. Pada kasus berat biasanya dijumpai ketidakseimbangan
elektrolit dan dehidrasi karena penurunan cairan tubuh akibat diare (Chen &
Rumende, 2006).
Pada beberapa kasus yang tidak disertai pneumonia, gejala diare ini adalah satu-
satunya gejala yang tampak, namun pada beberapa kasus lain dengan
pneumonia, diare mulai tampak pada mingu kedua sakit bersamaan dengan
timbulnya demam dan perburukan pada paru.
Manifestasi Lain
- Sebanyak 25% pasien SARS mengalami peningkatan SGPT pada
kedatangan pertama. Belum bisa dipastikan penyebabk peningkatan enzim
ini namun diduga peningkatan enzim ini disebabkan karena respon tubuh
terhadapa infeksi CoV SARS pada tubuh manusia bukan karena infeksi
spesisfik CoV pada hepar.
- Beberapa kasus dilaporkan gejala epilepsy dan disorientasi pada pasien
SARS namun deficit neurologi fokal tidak pernah ditemukan. Meskipun
demikian tetap harus diwaspadai terhadapa kemungkinan manfestasi SARS
pada system saraf mengingat adanya laporan kasus yang menunujukkan
adanya status epileptikus pada pasien dengan disertai penemuan CoV SARS
pada CSS dengan kadar yang cukup signifikan. Menurut Chen dan
Rumende(2006), CoV SARS ini juga dapat mengakibatkan demyelinisasi
pada saraf otak.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
b. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan
abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit,
bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).
Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang
seharusnya terisi udara)
Gas darah arteri
7 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011
atau IFA)
5. Test DNA darah 8 jam setelah Sensivitas tinggi
sequencing infeksi
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus suspect SARS
a) Kasus dengan gejala SARS melewati triase (petugas sudah memakai masker N95).
Untuk segera dikirim ke ruangan pemeriksaan atau bangsal yang sudah disiapkan.
b) Berikan masker bedah pada penderita.
c) Petugas yang masuk keruang pemeriksaan sudah memakai penggunaan alat proteksi
perorangan ( PAPP )
d) Catat dan dapatkan keterangan rinci mengenai tanda klinis, riwayat perjalanan,
riwayat kontak termasuk riwayat munculnya gangguan pernapasan pada kontak
sepuluh hari sebelumnya \
e) Pemeriksaan fisik
f) Lakukan pemeriksaan foto toraks dan darah tepi lengkap
g) Bila foto toraks normal lihat indikasi rawat atau tetap dirumah, anjurkan untuk
melakukan kebersihan diri, tidak masuk kantor / sekolah dan hindari menggunakan
angkutan umum selama belum sembuh
h) Pengobatan di rumah ; simtomatik, antibiotik bila ada indikasi, vitamin dan
makanan bergizi
i) Apabila keadaan memburuk segera hubungi dokter
j) Bila foto toraks menunjukkan gambaran infiltrat satu sisi atau dua sisi paru dengan
atau tanpa infiltrat interstial lihat penatalaksanaan kasus probable
Suspek SARS yang dirawat:
1) Isolasi
2) Perhatikan :
− Keadaan umum
− Kesadaran
− Tanda vital (tensi, nadi, frekuensi napas, suhu)
3) Terapi suportif
Penderita suspect SARS dengan riwayat traveling (+) tetapi tanpa riwayat kontak dan
gejala klinis ringan tidak dirawat inap di rumah sakit, akan tetapi dirawat dirumah (home
isolation)
Tindakan yang harus dilakukan selama home isolation atau isolasi dirumah adalah :
− Penderita harus dirumah sampai demam hilang dan selalu menggunakan masker
sampai 14 hari sesudah dua hari bebas panas.
− Alat makan dan minumnya dipisahkan dari alat makan dan minum anggauta keluarga
yang lain.
− Penderita harus diukur suhu tubuhnya setiap 8 jam sekali. Bila dalam dua kali
pengukuran terjadi kenaikan suhu tubuh mencapai 38oC, maka penderita harus segera
dikirim ke rumah sakit.
− Minum obat yang diberikan sesuai petunjuk
− Anggota keluarga yang merawat penderita dan tinggal serumah , harus memakai
masker.
− Anggota keluarga yang merawat penderita harus mencuci tangan setelah merawat
penderita
− Apabila ada anggota keluarga lain yang menderita demam selama penderita masih
sakit sampai dengan 10 hari setelah penderita dinyatakan sembuh maka harus segera
memeriksakan diri ke rumah sakit dan selalu menggunakan masker.
Indikasi Keluar Rumah Sakit
a) Tidak panas selama 48 jam
b) Tidak batuk
c) Leukosit kembali normal
d) Trombosit kembali normal
e) CPK kembali normal
f) Uji fungsi hati kembali normal
g) Sodium plasma kembali normal
h) Perbaikan X-foto toraks
a) Setelah kembali dirumah dinasehatkan tetap harus Home Isolation (lihat point
tindakan yang harus dilakukan selama isolasi diri/Home Isolation )
b) Tujuh hari setelah pulang ke rumah penderita diharuskan kontrol ke rumah sakit
untuk dilakukan pemeriksaan darah lengkap, X-foto toraks dan uji lain yang
abnormal
c) Minimum 14 hari setelah pulang, pasien baru diperbolehkan masuk kerja/sekolah.
Follow up penderita
a) Istirahat dirumah selama 7 hari, selama itu tinggal dalam kamar, usahakan
seminimal mungkin kontak dengan orang.
b) Dipantau & dicatat suhu tubuh 2 X/ hari, jika suhu tubuh 38 0 C atau lebih atau ada
gejala saluran napas maka segera kontrol
c) Kontrol kembali ke RS tempat dirawat 7 hari setelah pulang; foto toraks, hitung
darah lengkap dan pemeriksaan darah lainnya jika ada riwayat abnormal
d) Pemeriksaan serologi diulang 3 minggu setelah sakit
e) Dokter yang menentukan apakah pasien sudah tidak perlu isolasi
9. Pencegahan
1. Lakukan identifikasi segera terhadap semua penderita suspect dan probable
sesuai dengan definisi kasus menurut WHO
Setiap orang sakit yang datang ke fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas, Klinik Bandar
Udara, dan lain-lain) yang akan dinilai terhadap kemungkinan menderita SARS
dimasukkan ke ruang triage dan disini segera dilakukan pemisahan untuk mengurangi
risiko penularan. Untuk penderita yang masuk kategori probable segera dipasangi
masker, sebaiknya masker yang dapat menyaring udara ekspirasi untuk mencegah
percikan ludah ke udara.
Petugas triage harus memakai masker penutup muka (face mask jemis N/R/P
95/99/100 atau FFP 2/3 atau sejenis dan memenuhi standar yang ditetapkan) yang
dapat melindungi mata dari percikan. Petugas hendaknya selalu mencuci tangan
dengan air mengalir sesuai dengan prosedur sebelum dan sesudah kontak dengan
penderita, setelah melakukan kagiatan yang diduga dapat menyebabkan kontaminasi,
dan setelah melepaskan sarung tangan. Sarung tangan yang tercemar, stethoscope dan
peralatan lain harus ditangani dengan benar, dicuci dengan desinfektan untuk
14 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011
10. Prognosis
Tingkat kematian bervariasi di setiap Negara dan organisai peliput. Pada awal Mei,
supaya konsisten dengan metrik yang sama dengan penyakit lain, WHO dan CDC AS
mengutip 7% atau jumlah kematian dibagi dengan kasus kemungkinan, sebagai tingkat
penjelasan mencakup infeksi sekunder sebagai agen penyebab penyakit, tetapi apapun
16 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011
kematian SARS. Salah satu alasan mengaoa mengukur jumlah kematian sulit ialah angka
infeksi dan angka kematian sudah pasti akan berubah.
Kematian berdasarkan grup usia terhitung 8 Mei 2003 adalah dibawah 1% untuk orang
usia 24 atau lebih muda, 6% untuk mereka yang berusia 25-44, 15% pada usia 45-64 dan
lebih dari 50% untuk yang berusia lebih dari 65.
Sebagai perbandingan, kasus tingkat kematian influenza biasanya sekitar 0,6% (terutama
pada lansia) tetapi dapat naik hingga 33% pada epidemi local yang parah dari mutasi
baru. Tingkat kematian jenis pneumonia menular dasar sekitar 70%.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajjian
17 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011
2. Diagnosa
1) PK Hipoksemia
2) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebih
ditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif, terdapat suara napas
tambahan, perubahan frekuensi napas
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai dengan
pasien gelisah, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa
hidup, bingung, khawatir
4) Hipertermi berhubungan dengan penyakit (SARS) ditandai dengan akral teraba
panas, kulit tampak memerah, suhu diatas normal ( 36,5 o – 37,5 o C), takikardi
5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, haluaran urine berkurang,
kulit kering, nadi meningkat
6) Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3
x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari atau
lebih)
7) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan
(dehidrasi)
8) Perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d penurunan suplai O2 ke jaringan d.d nadi
lemah, N= 55x/menit, terasa kesemutan pada ekstremitas, CRT> 3 detik.
9) Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d emboli (asam laktat) pada pembuluh darah
otak d.d kesadaran menurun, GCS<15, nyeri kepala, gelisah, kelemahan.
10) Nyeri akut b.d agen cedera biologis (penumpukan cairan berlebih pada rongga dada)
d.d klien mengeluh nyeri, skala nyeri 3 (skala 0-10), tampak meringis.
11) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dan CO2 d.d klien
mengeluh merasa letih, mengeluh merasa lemah, terjadi peningkatan nadi secara
signifikan ketika beraktivitas, terjadi perubahan TD abnormal selama beraktivitas.
12) Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi d.d dispnea, RR 24x/menit, terjadi
retraksi dinding dada, terjadi PCH.
Diagnosa Prioritas
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebih
ditandai dengan penumpukan saliva, batuk tidak efektif, terdapat suara napas
tambahan, perubahan frekuensi napas
2) Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler (kerusakan di
alveoli) d.d sianosis, dispnea, hipoksia, terjadi PCH.
3) PK: Infeksi
4) Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3
x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari atau
lebih)
5) Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udara
dan kontak.
3. Intervensi
1) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
20 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan bersihan jalan
napas klien efektif dengan criteria hasil:
- klien mampu mengeluarkan sekret tanpa bantuan
- bunyi nafas normal, tidak ada ronchi, mengi dan stridor
- RR dalam batas normal (16-20 x/menit)
Intervensi
Mandiri
a. Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan nafas, dan kedalaman)
Rasional:. Ronki, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan
membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan peningkatan kerja
pernafasan.
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif (catat karakter
dan jumlah sputum)
Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal.
c. berikan pasien posisi semi fowler dan bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas
dalam
Rasional:Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernafasan. Latihan nafas dalam meningkatkan gerakan sekret ke dalam
jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
d. bersihkan sekret dari mulut dan trakea (penghisapan sesuai keperluan)
Rasional : Mencegah aspirasi / obstruksi. Penghisapan dilakukan jika pasien
tidak mampu mengeluarkan sekret
Kolaborasi
a. lembabkan udara / oksigen inspirasi
Rasional: Mencegah pengeringan mukosa dan membantu pengenceran sekret.
b. beri obat-obatan sesuai indikasi
mukolitik (contoh asetilsistein)
bronkodilator (contoh okstrifilin)
kortikosteroid (prednison)
Rasional;
Mukolitik menurunkan kekentalan sekret / sputum sehingga mudah untuk
dikeluarkan.
Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial sehingga
menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Kortikosteroid berguna pada saat respon inflamasi mengancam hidup.
Intervensi:
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas
bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya
proses penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai
kebutuhan/toleransi individu.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
c. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat
sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia.
d. Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas
senggang.
Rasional: Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen
untuk memudahkan perbaikan infeksi.
e. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.
f. Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara
terjebak.
g. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA
memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang
berhubungan dengan hipoksemia.
h. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi
aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut.
Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai
toleransi individu.
Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak
mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat
diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun,
program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa
menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.
3) PK Infeksi
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan perawat dapat
meminimalkan komplikasi infeksi (sepsis) yang terjadi dengan criteria hasil:
23 SGD 7 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, FK UNUD
ASUHAN KEPERAWATAN SARS 2011
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
Rasional: mencegah infeksi lanjut
b. Kolaborasi pemberian antiinflamasi sesuai indikasi
Rasional: mencegah inflamasi lebih lanjut
4) Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan bising usus hiperaktif ( > 3
x/menit), nyeri abdomen, peningkatan frekuensi BAB dalam sehari ( 3 x/hari atau
lebih)
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selam …x24 jam diharapkan diare klien teratasi
dengen kriteria hasil:
Bising usus 3 x/menit
Tidak terdapat nyeri abdomen
Frekuensi BAB normal (1-2 x/hari)
Intervensi:
a. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional: Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa
dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera
untuk memperbaiki defisit
b. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr
Rasional: Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
c. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,
berlemak dan air terlalu panas atau dingin).
Rasional: Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
d. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan
mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelebaban dan keasaman feces
Kolaborasi:
a. Berikan cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Rasional: Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
b. Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Rasional: anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar
simbang.
5) Risiko penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan melalui udara dan
kontak.
Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan penularan infeksi
tidak terjadi dengan kriteria hasil:
Pasien dan pengunjung memperagakan cuci tangan yang cermat selama
perawatan di rumah sakit
Pasien mengetahui dan memahami rantai infeksi dan mau bekerjasama selama
perawatan
Intervensi
a. Identifikasi penjamu yang rentan berdasarkan fokus pengkajian tentang fakto
risiko dan riwayat pemajanan.
Rasional
Mengetahui apakah termasuk kasus probable atau suspect. Menentukan tindakan
intervensi selanjutnya.
b. Identifikasi cara penularan berdasarkan agens penginfeksi
Rasional
Mengetahui cara penularan apakah airbone, kontak maupun droplet sehingga
dapat dicegah dengan tindakan pencegahan yang tepat
c. Lakukan tindak kewaspadaan isolasi yang sesuai
Rasional
Kewaspadaan isolasi ditentukan dan difokuskan oleh cara penularan baik dengan
airbone, kontak maupun droplet.
d. Amankan ruangan yang digunakan, tergantung pada jenis infeksi dan praktik
higienis dari orang yang terinfeksi
Rasional
Meminimalis kemungkinan penularan infeksi pada petugas kesehatan, pengunjung
dan lingkungan
e. Ikuti tindakan universal precaution
Rasional
Sebagai protokol dasar dalam mencegah penularan infeksi baik dari praktisi ke
pasien maupun dari pasien ke lingkungan.
f. Pelacakan terhadap kontak (contact persons) : yang disebut kontak secara
epidemiologis adalah mereka yang merawat dan atau tinggal dengan atau mereka
yang kontak dengan sekret saluran napas, cairan tubuh atau tinja penderita suspect
atau probable SARS.
Rasional
Pelacakan kontak harus dilakukan secara sistematis. Periode waktu seseorang
dianggap sebagai kontak harus disepakati terlebih dahulu. Kesepakatan ini
menyangkut berapa harikah sebelum timbul gejala seseorang dianggap sebagai
kontak apabila mereka terpajan dengan penderita suspect atau probable SARS
g. Ajarkan klien mengenai rantai infeksi dan tanggung jawab pasien baik di rumah
sakit dan di rumah
Rasional
Meningkatkan pengetahuan pasien dan kewaspadaan pasien dalam usaha bersama
untuk mencegah penularan infeksi meluas.
h. Ajarkan dan anjurkan cuci tangan yang cermat kepada pasien, pengunjung dan
praktisi kesehatan selama terjadi kontak di sekitar lingkungan pasien
Rasional
Sebagai tindakan pencegahan dasar
DAFTAR PUSTAKA