Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Ostemelitis adala infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah atau yang lebih sering setelah kontaminasi fraktur terbuka atau
reduksi . Osteomelitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses
local, abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan
demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibodi terbatas. Apabila infeksi tulang
tidak di obati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidakmampuan permanen
dapat terjadi.
Ostemelitis sering ditemukan pada usia I-II, tetapi dapat pula ditemukan pada
bayi . anak laki-laki lebih sering dibandingkan anak perempuan, lokasi tersering
adalah tulangtulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, uln dan fibula
(Yuliani,2010). Prevalansi keseluruhan adalah1 kasus per 5.000 anak. Orevalani
neonatal adalah sekitar 1 kausu per1.000. Kejadian tahunan pada pasien dengan
anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. Insiden osteomelitis vertebral adalah sekitar 2,4
kasus per 100.000 penduduk. Kejadian tertinggipada negara berkembang. Tingkat
mortalitas osteomelitis adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi
medis berat yang mendasari (Randall,2011).
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian dari osteomelitis ?
b. Bagaiamana penyebab dari osteomelitis ?
c. Bagaimana tanda dan gejala dari ostemelitis ?
d. Bagaimana patofisiologi dari osteomelitis ?
e. Bagaiamana penatalaksanaan dari ostemelitis ?.
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui seperti apa ostemelitis
b. Untuk mengetahui bagaimanna penyebab terjadinya ostemelitis
c. Untuk menegetahui seperti apa tanda dan gejala pada ostemelitis
d. Untuk mengetahui bagaimana perjalanan penyakit dari ostemelitis
e. Untuk mengetahui seperti apa pentalaksanaan yang dilakukan pada ostemelitis
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM
MUSKULOSKLETAL PADA KASUS OSTEOMELITIS

A. Konsep Medis
1. Definisi Penyakit
Osteomilitis merupakan infeksi tulang yang ditandai khas oleh kerusakan
progresif akibat inflamasi sesudah pembentukan tulang yang baru, Osteomiliitis
dapat bersifat akut atau kronis.
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Umumnya penyakit infeksi tulang ini terjaadi karena gabungan trauma local
yang biasanya sepele tetapi menyebabkan hematoma dan infeksi akut yang timbul
dibagian tubuh yang lain. Meskipun oseomilitis kerap kali hanya terbatas disatu
tempat, namun infeksi ini dapat menyebar ke seluruh tubuh tulang dengan
menyerang sumsung tulang, korteks, dan periosteum.biasanya osteomilitis akut
ditularkan melaui darah dan paling sering mengenai anak anak yang sedang
tumbuh dengan cepat. Osteomilitis yang jarang dijumpai ditandai oleh saluran
sinus yang mengalirkan secret dan lesi yang menyebar luas.
2. Klasifikasi
a. Osteomielitis Primer.
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus
ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
b. Osteomielitis Sekunder.
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur
dan sebagainya.
3. Etiologi
Mikroorganisme piogenik yang paling sering menyebabkan osteomilitis adalah
stapylococcus aurus.
Mikroorganisme penyebab yang lain :
a. Streptococcus pyognes
b. Pneumokokus
c. Pseudomonas aeruginosa
d. Proteus vulgaris
e. Pasteurella multocida (bagian flora mulut yang normal pada anjing dan kucing)
4. Tanda dan Gejala
Gambaran klinis osteomilitis akut dan kronis umumnya sama dan dapat meliputi :
a. Osteomilitis akut dengan awitan cepat dan disertai nyeri yang mendadak pada
tulang yang terkena dengan gejala nyeri tekan (dolor), kenaikan suhu di bagian
lesi (kalor), pembengkakan (tumor), eritema, pertahanan muskuler dibagian
ekstermitas yang sakit serta keterbatasan gerakan.
b. Infeksi kronis yang bertahan secara intermiten selama bertahun tahun, yaitu
muncul seusah trauma ringan atau bertahan dalam sinus tracis.
c. Demam dan takikardia yang menyertai
d. Dehidrasi ( pada pasien anak anak)
e. Iritabilitas/rewel dan gangguan menyusu (pada bayi)
5. Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbesar infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi
Haemophylus influenza, bakteri colli, salmonella thyposa, proteus, pseudomonas.
Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative
dan anaerobic. Awitan osteomilitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi
dalam 3 bulan pertama ( akut fulminan stadium 1 ) dan sering berhubungan
dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (
stadium 2 ) terjadi antara 4 – 24 bulan setelah pembedahan.
Osteomielitis awitan lama ( stadium 3 ) biasanya akibat penebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respons inisial
tahap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan faskularisasi dan
edema, setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat
tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medulla. Infeksi kemudian berkembang ke
kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak
atau sendi disekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian
akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk
dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga
abses pada umumnya, jaringan tulang mati ( sequestrum ) tidak mudah mencair
dan mengalir ke luar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti
yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan luka baru ( involukrum )
dan mengelilingi sequestrum.
Pathway

Faktor predisposisi: usia, virulensi kuman, riwayat


trauma, nutrisi dan lokasi infeksi

Invasi mikroorganisme dari tempat Fraktur


lain yang beredar melalui sirkulasi terbuka
darah
Invasi kuman ke
tulang dan sendi Kerusakan
Masuk ke juksta epifisis pembuluh
tulang panjang darah
OSTEOMIELITIS

fagositosis

Proses inflamasi: hipertermia,


Kerusakan Suhu
pembengkakan, ggn fungsi, pembentukan pus
jaringan tulang tubuh
dan kerusakan integritas jaringan

hipertermi
Infeksi Peningkatan jaringan tulang
berlebihan dan medula

Abses tulang Iskemia dan nekrosis tulang


Risiko
infeksi
Perubahan
bentuk tulang Pembentukan abses tulang
Involukrum
(pertumbuhan
Kemampuan tulang
mlakukan Gangguan Nyeri baru)pengelu
pergerakan mobilitas aran pus
fisik dariluka

Kerusakan
integritas
kulit
6. Komplikasi
Jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit osteomielitis berisiko menimbulkan
komplikasi. Di antaranya:
a. Septik arthritis, atau menyebarnya infeksi dari dalam tulang ke sendi terdekat.
b. Osteonekrosis atau kematian tulang akibat terhalangnya sirkulasi darah di
dalam tulang.
c. Pertumbuhan tulang secara abnormal pada anak-anak.
d. Kanker kulit. Kondisi ini terjadi saat luka terbuka mengeluarkan nanah,
sehingga kulit di sekitarnya berisiko tinggi mengalami kanker jenis sel
skuamosa.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Kaji gejala akut seperti adanya nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam
b. Kaji adanya faktor resiko misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid, dan
cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya
c. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat sistemik infeksi pada osteomelitis
akut
d. Observai adanya daerah inflamasi, pembengkakan, dan adanya cairan purulen
e. Idenntifikasi adanya peningkatan suhu tubuh
f. Area sekitar tulang yang terineksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah.
b. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas.
c. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri salmonella.
d. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
e. Pemeriksaan ultra sound.
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
f. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
g. Pemeriksaan tambahan :
1) Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
2) MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada
T2, maka kemungkinan besar adalah osteomyelitis
9. Penatalaksanaan Medis
Penanganan osteomilitis akut harus sudah harus sudah dimulai sebelum penegakan
diagnosis pasti dan penanganan tersebut meliputi :
a. Penyuntikan antibiotic IV dengan dosis tinggi (yang biasanya berupa penisilin
yang resisten terhadap enzim penisilinase, seperti napsilin (nafcil) atau oksilin
(batocil) sesudah dilakukan pemeriksaan kultur darah
b. Tindakan drainase awal dengan pembedahan untuk mengurangi tekanan dan
pembentukan abses
c. Imobilisasi bagian tubuh yang sakit dengan gips, traksi atau tirah baring untuk
mencegah kambuhan ataupun kegagalan penyembuhan
d. Tindakan suportif, seperti pemberian obat analgesic untuk mengurangi nyeri
dan cairan infus untuk mempertahankan status hidrasi.
e. Insisi dan drainanse yang diikuti dengan pemeriksaan kultur cairan drainase
(jika terbentuk abses atau sinustracts)
f. Terapi antibiotic untuk mengontrol infeksi dapat meliputi:
1) Pemberian antibiotic sistemik
2) Tindakan memasukan antibiotic kedalam rongga tulang menggunakan
system irigasi tertutup disertai tindakan pengisapan intermiten yang tidak
terlalu kuat.
3) Irigasi terbatas dengan system drainasedarah yang disertai tindakan
pengisapan (hemovac).
4) Kompres dengan kasa basah yang mengandung antibiotic
Perawatan osteomilitis kronis dapat meliputi:
a) Pembedahan yang biasanya diperlukan untuk mengangkat jaringan
tulang yang telah mati dan meningkatkan drainase (prognosis tetap
jelek sekalipun sudah dilakukan pembedahan)
b) Terapi oksigen hiperbarik untuk menstimulasi mekanisme imun yang
normal
c) Pencakokan kulit, tulang, dan otot untuk mengisi dead space dan
meningkatkan pasokan darah.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, alamat, tempat tanggal lahir, pendidikan, suku, agama,
diagnosa medis, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, dan identitas
keluarga yang bertanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
Pasien dengan osteomilitis biasanya akan menegeluh adanya rasa nyeri konstan
pada salah satu tulang, demam, serta pembengkakan pada bagian ekstrimitas.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya pasien dengan osteomelitis adanya riwayat trauma fraktur terbuka,
riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal
dan pada osteomielitis kronis yang penting ditanyakan apakah pernah
mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga
memungkinkan terjadinya supurasi tulang.
3) Riwayat penyakit dahulu :
Biasanya pada pasien dengan osteomelitis memiliki riwayat infeksi tulang,
biasanya pada daeah vertebra torako-lumbal yang terjadi akibat torakosentesis
atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes melitus,
malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan imunosupresif.
4) Riwayat penyakit keluarga :
Biasanya paada pasien dengan osteomelitis akan memiliki penyakit yang
diturunkan oleh anggota keluarga.
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita osteomilitis tidak begitu memperhatikan kesehatan
tetapi klien juga tidak akan melakukan kebiasaan yang bertentangan dengan
kesehatanya. Jika penderita sakit biasanya pasien minum obat dan terkadang
pola hidup salah ketika melakukan kebiasaan merokok dan tidak terbiasa
berolahraga.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pada penderita osteomilitis nafsu makannya terganggu karena
penyakit yang diderita yang biasanya membuat nafsu makan turun dan
menyebabkan fluktasi berat badan. .
3) Pola eliminasi
Biasanya pada penderita ostemilitis tidak megalamigangguan pada eliminasi
baik itu BAB atau buang air kecilnya.
4) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada penderita osteomilitis mengganggu aktivitas sehari-hari karena
rasa nyeri yang dirasakan terutam pada tulang yang mengalami pembengkakan
5) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pola istirahat penderita ostemilitis terjadi gangguan susah tidur
dikarenakan rasa nyeri dan peningkatan suhu badannya.
6) Pola hubungan dan peran
Biasanya hubungan dengan keluarga, teman masih bisa berinteraksi dengan
baik hanya saja peran sehari-hari tidak bisa dilakukan dengan maksimal karena
nyeri yang dirasakan.
7) Pola sensori dan kognitif
Biasanya pada penderita osteomilitis tidak tergannggu ke lima panca indra
masih berfungsi baik, dan kongnitif pasien juga masih baik.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pada penderita osteomilitis Status mental sadar, bicara normal tetapi
kepercayaan diri pasien akan menurun karena kondisi penyakitnya.
9) Pola reproduksi dan seksual
Biasanya penderita osteomilitis tidak akan mempengaruhi pada pola
reproduksi.
10) Pola penanggulangan stress
Biasanya pada penderita osteomilitis mangatasi rasa nyeri dengan
mengkonsumsi obat anti nyeri dan karena nyeri yang dirasakan biasanya akan
meningkatkan emosi dan rasa khawatir klien tentang penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada penederita osteomilitis menyebabkan malaise dan nyeri
sehingga bisa membuat rutinitas ibadah terganggu.
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum biasanya sadar penuh/composmetis, TTV biasanya penderita
mengalami peningkatan suhu tubuh dan akibat nyeri yang dirasakan bisa
menyebabkan peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan
peningkatan tekanan darah tergantung tingkat nyeri yang di rasakan.
1) Pemeriksaan head to toe dengan cara Inspeksi (Melihat), Auskultasi
(Mendengar), Palpasi (Meraba), Perkusi (Mengetuk) mulai dari :
a) Kepala : biasanya bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka
atau lesi
b) Rambut : biasanya berwarna hitam trgantung tingkatan usia
c) Wajah : kebersihan, ada lesi/tidak ada edema/tidak, dan tidak
pucat, sianosis
d) Mata : Konjungtiva pucat/tidak dan sklera ikterus/tidak dan
biasanya pada herpes penglihtan terganggu, lingkar mata hitam akibat
kurang tidur karena nyeri dan rasa gatal pada kulit
e) Mulut dan gigi : Bersih/tidak, warna bibir, ada stomatitis/tidak, gigi
tidak berlubang, gusi tidak berdarah. Biasanya pada herpes terdapat lesi
pada bagian bibir akibat infeksi
f) Leher : ada kelainan atau tidak, adanya nyeri tekan/tidak
g) Thorak : Irama cepat/ tidak, suara jantung normal/tidak, ada
tidak bunyi tambahan nafas. Tidak ada masa/ benjolan, ada nyeri tekan
atau tidak.
h) Abdomen : Ada atau Tidak luka bekas operasi, distensi abdoen
atau tidak, kembung atau tidak, warna, kebersihan.
i) Genetalia : Apakah ada varises, bersih, adanynya nyeri tekan atau
tidak, edema/tidak. Biasanya pada herpes yang menyerang genital
mengalami kelainan serta adanya nyeri
j) Rectum : Bersih/tidak, tidak ada edema,
tidak ada tanda- tanda insfeksi).
k) Ekstrimitas : ada bekas pembedahan/tidak, terlihat ada infeksi pada
tulang/tidak, pada pasien osteomilitis biasanya akan ditemukan akral
teraba hangat dan rasa nyeri saat berjalan
l) Integumen : kebersihan kulit, adanya lesi/tidak, turgor kulit bak/tidak.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul pada penyakit osteomilitis
diantaranya :
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi, insisi dan drainase
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan bengkak
pada sendi.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek pembeedahan, imobilisasi
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan
gelisah, khawatir
e. Resiko infeksi berhubugan dengan pembentukan abses tulang, kerusakan kulit

3. Rencana Tindakan Keperawatan


No Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
dx hasil
1 NOC : NIC:
Tujuan : 1. Berikan tindakan 1. Untuk mengalihkan
Setelah dilakukan nyaman, misalnya rasa nyeri.
tindakan keperawatan pijatan punggung, 2. Untuk mengurangi
selama 3x24 jam ciptakan lingungan rasa nyeri pasien.
diharapkan nyeri bisa yang tenang. 3. Untuk membantu
teratasi. 2. Kolaborasi pemberian meringankan
Kriteria Hasil: obat nyeri. kecemasan pasien
1. Pasien tampak rileks. 3. Ajarkan tekhnik 4. Untuk
2. Pasien mampu relaksasi, distraksi . meningaktkan
tidur/istirahat dengan 4. Kontrol lingkungan kesehatan tubuh.
tenang. yang dapat 5. Untuk mengetahui
3. Pasien tidak gelisah, mempengaruhi nyeri keadaan umum
tidak merintih seperti suhu, pasien
pencahayaan dan
kebisingan.
5. Anjurkan untuk
meningkatkan istirahat.
Monitor tanda-tanda
vital
2 Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Dasar untuk
tindakan keperawaan kemampuan klien yang memberikan
selama ... x 24 jam, masih ada alternatif dan
ddiharapkan pasien 2. Rencanakn tentang latihan gerak yang
mampu mobilitas fisik pemberian program sesuai dengan
Kriteria hasil : latihan mobilitas fisik kemampuannya
1. Klien dapat 3. Bantu kebutuhan untuk 2. Latihan akan
meningkatkan beradaptasi dan meningkatkan
mobilitas fisik melakukan ADL pergerakan otot dan
2. Klien mampu 4. Anjurkan pasien stimulasi sirkulasi
melakukan ADL latihan dan hindari darah
secara mandiri tekanan pada tulang 3. ADL secara
sepeti berjalan independent
5. Hindari latihan fleksi, 4. Agar tidak
membungkuk dengan memperburuk
tiba-tiba dan kondisi fisik pasien
mengangkat beban 5. Gerakan
berat menimbulkan
kompresi vertikal
dan resiko frakture
vertebrae
3 Setelah dilakukan 1. Monitor warna kulit 1. Mengetahui
tindakan keperawaan 2. Monitor adanya perubahan warna
selama ... x 24 jam, infeksi kulit
integritas kulit klien 3. Monitor temperatur 2. Mengetahui infeksi
dapat membaik dengan kulit yang terjadi
kriteria hasil : 4. Jaga kebersihan kulit 3. Mengetahui
6. Tissue Integrity : agar tetap bersih dan kelembaban kulit
Mucous Membran kering 4. Mempermudah
Temperatur jaringan 5. Anjurkan klien untuk proses
baik menggunakan pakaian penyembuhan
7. Sensasi baik longgar 5. Agar kulit dapat
8. Hidrasi baik 6. Monitor status nutrisi mendapatkan udara
9. Tidak ada lesi atau klien yang cukup
luka 7. Oleskan lotion pada 6. Agar kebutuhan
daerah yang tertekan akan nutrisi
tercukupi
7. Untuk mengurangi
infeksi pada kulit
4 Setelah dilakukan 1. Observasi tingkat 1. Mengetahui tingkat
tindakan keperawatan kecemasan kecemasan klien.
selama 1x24 jam 2. Jelaskan dengan 2. Untuk mengurangi
diharapkan Kecemasan sederhana tentang tingkat kecemasan
Bisa teratasi. tindakan yang akan di pasien
Kriteria Hasil : lakukan tujuan, manfat. 3. Mengurangi
1. Pasien Tidak cemas 3. Berikan reinforcement kecemasan
lagi. untuk prilaku yang 4. Persepsi pasien
2. Pasien rileks Dan positif. mempengaruhi
tidak bingung lagi 4. Kaji respon psikologis intensitas cemasnya
3. Pasien dapat klien terhadap 5. Perubahan tanda
mengungkapkan kehamilan vital menimbulkan
secara verbal rasa 5. Kaji respon fisiologis perubahan pada
cemasnya dan klien( takikardia, respon fisiologis
mengatakan perasaan takipnea, gemetar ) 6. Ungkapan perasaan
cemas berkurang 6. Bantu klien dapat mengurangi
atau hilang. mengidentifikasi rasa cemas
cemasnya. 7. Untuk
7. Jelaskan pentingnya meminimalisir
keluarga pada masa kecemasan pada
kehamilan. saat hamil.
8. Libatakan keluarga 8. Keluarga bisa
untuk mendampingi membuat pasien
pasien. lebih merasa lebih
9. Gunakan pendekatan nyaman.
yang menyenangkan 9. Meningkatkan
10. Dorong pasien untuk kepercayaan pasien.
mrngungkapkan Mengidentifikasi
perasaan, ketakutan peneyebab
dan persepsi kecemasan
5 Tujuan : 1. Observasi dan laporkan 1. Mencegah
Setelah dilakukan tanda dan gejala infeksi terjadinya infeksi
tindakan keperawatan seperti kemerahan, 2. Untuk mengetahui
selama 3x24 jam panas. kodisi imun
diharapkan infeksi tidak 2. Kaji temperature pasien 3. Mencegah infeksi
terjadi setiap 4 jam 4. Agar tidak terkena
Kriteria hasil : 3. Cuci tangan sebelum cairan darah pasien
1. Tidak terjadi infeksi. dan sesudah melakukan yang 1 dengan yang
2. Tanda-tanda infeksi tindakan lain.
bisa ditangani. 4. Gunakan standar 5. Agar tidak terjadi
sarung tangan selama infeksi.
kontak dengan 6. Supaya tubuh tetap
darah/cairan. sehat.
5. Pastikan tekhnik 7. Tanda-tanda
perawat tersebut merupakan
luka secara tepat. indikasi terjadinya
6. Anjurkan pasien untuk bakterimia, shock
istirahat yang cukup. yang tidak
7. Catat adanya tanda terdeteksi
lemas, kedinginan,
anoreksia

4. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun
5. Evaluasi
Hasil akhir setelah proses keperawatan dilaksanakna dimana Nyeri bisa terkontrol
dan pasien tanpak rileks, mammpu melakukan aktiitas secara mandiri, turgor kulit
baik, tidak ada lesi pada kulit, pasien tidak cemas lagi, tanpa rileks dan infeksi
tidak terjadi.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Osteomilitis merupakan infeksi tulang yang ditandai khas oleh kerusakan
progresif akibat inflamasi sesudah pembentukan tulang yang baru, Osteomiliitis dapat
bersifat akut atau kronis. Umumnya penyakit infeksi tulang ini terjaadi karena
gabungan trauma local yang biasanya sepele tetapi menyebabkan hematoma dan
infeksi akut yang timbul dibagian tubuh yang lain.
Meskipun oseomilitis kerap kali hanya terbatas disatu tempat, namun infeksi
ini dapat menyebar ke seluruh tubuh tulang dengan menyerang sumsung tulang,
korteks, dan periosteum.biasanya osteomilitis akut ditularkan melaui darah dan paling
sering mengenai anak anak yang sedang tumbuh dengan cepat. Osteomilitis yang
jarang dijumpai ditandai oleh saluran sinus yang mengalirkan secret dan lesi yang
menyebar luas. Adapun hasil akhir setelah proses keperawatan dilaksanakna semua
diagnosa bisa teratasi dimana Nyeri bisa terkontrol dan pasien tanpak rileks, mammpu
melakukan aktiitas secara mandiri, turgor kulit baik, tidak ada lesi pada kulit, pasien
tidak cemas lagi, tanpa rileks dan infeksi tidak terjadi.
2. Saran
Semoga apa yang sudah dipaparkan diatas terkait dengan konsep askep pada
ostemelitis bisa bermanfaat untuk pembaca sehingga pengetahuan dan wawasan bisa
semakin luas terutam tentang konsep askep ostemelitis
DAFTAR PUSTAKA

Syafrudin, 2011.Himpunan Penyuluhan Kesehatan.Jakarta: CV Trans Info Media

Kowalak, Jenifer.2011.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta: EGC

Herdman, T.Heather. 2015. NANDA International Inc Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC

Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan
Nanda Nic-Noc Edisi Revisi. Jogjakarta:Mediction.

Anda mungkin juga menyukai