Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam waktu 25 menit di Indonesia, terdapat satu orang baru
terinfeksi HIV. Satu dari setiap lima orang yang terinfeksi dibawah usia 25
tahun. Proyeksi kementerian kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa
tanpa percepatan program penanggulangan HIV, lebih dari setengah juta
orang di Indonesia akan positif HIV pada tahun 2014. Epidemi tersebut
dipicu terutama oleh penularan seksual dan penggunaan narkoba
suntik.Tanah Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat), Jakarta dan Bali
menduduki tempat teratas untuk tingkat kasus HIV baru perseratus
orang.Jakarta memiliki jumlah kasus baru tertinggi 4.012 pada tahun 2011.
Pengetahuan orang muda tentang HIV telah mengalami
peningkatan, tetapi masih terbatas. Studi di lima provinsi yang dilakukan
oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan pengetahuan yang
komprehensif tentang HIV dan AIDS dikalangan orang muda (usia 15-24
tahun) pada populasi umum, dari 114 % pada tahun 2010 menjadi 20,6 %
pada tahun 2011, dengan proporsi yang sama untuk laki-laki dan
perempuan. Lebih dari setengah orang muda mengetahui bahwa AIDS
tidak dapat ditularkan melalui berbagai makanan, dan 2/3 menjawab
secara tepat bahwa orang yang kelihatan sehat dapat terinfeksi HIV.
Dalam studi tahun 2011 lainnya hanya 22 % siswa sekolah menengah
pertama dan sekolah menengah atas memiliki pengetahuan yang
komprehensif tentang penularan HIV dan 64 % masih memiliki
miskonsepsi tentang HIV.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit HIV/AIDS?
2. Bagaimana etiologi penyakit HIV/AIDS?

1|Page
3. Apa saja manifestasi klinis penyakit HIV/AIDS?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit HIV/AIDS?
5. Apa saja komplikasi penyakit HIV/AIDS?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan penyakit
HIV/AIDS?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit HIV/AIDS?

C. TUJUAN
Tujuan Umum
Mampu melakukan proses keperawatan, mahasiswa mampu melakukan
upaya pemecahan masalah yang ada pada kasus pasien dengan HIV/AIDS
dengan menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan yang
disusun secara sistematis dan komprehensif.
Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan pengertian HIV/AIDS
2. Mampu menjelaskan etiologiHIV/AIDS
3. Mampu menjelaskan manifestasi klinisHIV/AIDS
4. Mampu menjelaskan patofisiologi HIV/AIDS
5. Mampu menjelaskan komplikasiHIV/AIDS
6. Mampu menjelaskan penatalaksanaanHIV/AIDS
7. Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada HIV/AIDS

D. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan makalah ini adalah
menambah pengetahuan pembaca mengenai HIV/AIDS agar kita bisa
menghindarinya dan mengetahui tindakan yang tepat dilakukan pada
pasien dengan HIV/AIDS.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan
gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.
(Sudoyo Aru,dkk:2009)
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan
kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel
darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut
termasuk limfosit yang disebut T limfosit atau sel T4 atau disebut juga sel
CD-4 (Medan, 2006)

B. Klasifikasi
Secara klinis menurut WHO, HIV/AIDS dibagi menjadi 4 yaitu :
Klasifikasi Stadium klinis WHO
Asimtomatik 1
Ringan 2
Sedang 3
Berat 4

C. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut
HIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus
(HTL-III yang juga disebut Human T-Cell Lymphotropic Virus (retrovirus).
Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi asam
deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel penjamu.

3|Page
Penularan virus ditularkan melalui :
1. Hubungan seksual (oral, anal, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa
kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV/AIDS
2. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
3. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
4. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat
melahirkan atau melalui Air Susu Ibu (ASI)

D. Patofisiologi
Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu
singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama.Supaya
terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih
yang disebut limfosit.Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel
yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus
yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan
menghancurkannya.Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu
reseptor protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar.CD 4
adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah
putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4
biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong.Limfosit T penolong
berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan
(misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya
membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.Infeksi HIV
menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan
sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan
kanker.Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T
penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang
sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah.Pada beberapa
bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%.

4|Page
Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain
karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh
berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi.
Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar
yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan
penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus
yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam
menentukanorang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun
sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun
drastis.Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi
rentan terhadap infeksi.

5|Page
E. Pathway

- Kontak dengan darah


HIV masuk kedalam HIV berikatan limfosit T,
- Kontak seks
tubuh monosit, makrofag
- Kontak ibu bayi

Neutropenia Netrofil menurun HIV berdifusi dengan CD4+

Inti virus masuk kedalam


Integrasi DNA virus + RNA virus ke DNA
sitoplasma
protombin pada T4
(provirus)

RNA genom dilepas ke mRNA ditranslasi


sitoplasma

Protombin virus

Tunas virus Virion HIV baru


terbentuk
(dilimfoid)

AIDS Infeksi sel T lain

Seluler
Respon imun

Humoral

Sel B dihasilkan
antibody spesifik

Diferensiasi dalam
plasma

6|Page
Penurunan IGM dan IGG

Lawan CD4+ yang CD4+ menurun


terinfeksi

Sistem kekebalan menurun Mudahnya transmisi


penularan

Rentan infeksi

Pengeluaran mediator Aktifkan flora normal


kimia

Infeksi
Peningkatan sitokinin

Pirogenindogen

Peningkatan suhu tubuh


oleh hipotalamus anterior

Menginfeksi paru-paru Saluran pencernaan

Eksudat Mukosa teriritasi

Inhalasi dan Pelepasan asam amino


ekhalasi terganggu

Metabolisme protein
Ketidakefektifan
BB < dari normal
bersihan jalan nafas

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

7|Page
F. Manifestasi klinis
Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO :
Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas
I 1. Asimptomatik Asimptomatik ,
2. Limfadenopati generalisata aktifitas normal
II 1. 1. Berat badan menurun < 10 % Simptomatik , aktifitas
2. Kelainan kulit dan mukosa yang Normal
ringan seperti , dermatitis
seboroik, prurigo, onikomikosis
,ulkus oral yang rekuren
,kheilitis angularis
3. Herpes zoster dalam 5 tahun
4. terakhir
5. Infeksi saluran napas bagian
atas seperti ,sinusitis bakterialis
III 1. Berat badan menurun < 10% Pada umumnya lemah ,
2. Diare kronis yang berlangsung aktivitas ditempat tidur
3. lebih dari 1 bulan kurang dari 50%
4. Demam berkepanjangan lebih
dari 1 bulan

3. Kandidiasis orofaringeal
4. Oral hairy leukoplakia
5. TB paru dalam tahun terakhir
6. Infeksi bacterial yang berat
seperti pneumonia, piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome seperti Pada umumnya sangat
yang didefinisikan oleh CDC lemah , aktivitas
2. Pnemonia Pneumocystis carinii ditempat tidur lebih
3. Toksoplasmosis otak dari 50%
4. Diare kriptosporidiosis lebih

8|Page
dari 1 bulan
5. Kriptokokosis ekstrapulmonal
6. Retinitis virus situmegalo
7. Herpes simpleks mukokutan >1
bulan
8. Leukoensefalopati multifocal
progresif
9. Mikosis diseminata seperti
histoplasmosis
10. Kandidiasis di esophagus
,trakea , bronkus , dan paru
11. Mikobakterisosis atipikal
diseminata
12. Septisemia salmonelosis non
tifoid
13. Tuberkulosis diluar paru
14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi
16. Ensefalopati HIV

G. Komplikasi
1. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simpleks, sarkoma kaposi, HPV oral,
gangivitis, peridonitis HIV, leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan
berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
a. Kompleks dimensia AIDS karena srangan langsung HIV pada sel
saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.

9|Page
b. Enselophaty akut karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek
sakit kepala, malaise, demam paralise, total/ parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
d. Neuropati karena inflamasi demielinasi oleh serangan HIV.
3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limfoma, dan sarkoma kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malarbsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limfoma, sarkoma kaposi, obat
ilegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik, demam artritis.
c. Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi dengan inflamasi sulit dan sakit,
nyeri rektal, gatal-gatal, dan diare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, sitomegalovirus, virus
influensa, Pneumococcus dan Strongyloides dengan efek nafas
pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, gagal napas.
5. Dermatologic
Lesi kulit Staphylococcus : virus herpes simplek dan zooster,
dermatitis karena serosis, reaksi otot, lesi skabies tuma, dan
dekubitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder,
dan sepsis.
6. Sensori
a. Pandangan : sarkoma kaposi pada konjungtiva berefek
kebutaan.
b. Pendengaran : otitis eksternal akut

10 | P a g e
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Mendeteksi antigen virus dengan PCR (Polimerase Chain Reaction)
b. Tes ELSA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi
c. Hasil positif dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blot
d. Serologis : skrining HIV dengan ELSA, tes western blot, limfosit T
e. Pemeriksaan darah rutin
f. Pemeriksaan neurologis
g. Tes fungsi paru, broskoscopi

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medisdari HIV antara lain :
a. Medis
Apabila terinfeksi HIV, maka terapinya yaitu ( Endah Istiqomah, 2009)
1. Pengendalian infeksi Opportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opportunistik nasokomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi
yang aman untukl mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan
perawatan kristis.
2. Terapi AZT ( Azidotimidine)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral HIV
dengan menghambat enzim pembalik transkriptase. AZT tersedia
untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 <3. Sekarang, AZT tersedia
untuk pasien HIV positif asimptomatik dan sel T4 >50 m3.
3. Terapi antiviral baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas sistem imun
dengan menghambat reflekasi virus memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a) Didanopsine
b) Ribavirin

11 | P a g e
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
4. Vaksin dan rekonstruksi virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interveron, maka perawat unit khusus perawatan kristis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan kebersilan terapi AIDS.
b. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :
1. Memberikan dukungan mental psikologis
2. Membantu merekap untuk bisa mengubah perilaku yang tidak
beresiko tinggi menjadi perilaku yang tidak beresiko atau kurang
beresiko
3. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4. Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang
berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan
masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang
terdekat.

J. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat
Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelahan / malaise, perubahan pola tidur
Tanda: Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologis
terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung,
pernapasan
2. Sirkulasi
Gejala: Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia);
perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi)

12 | P a g e
Tanda: Takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi
perifer, pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler
3. Integritas ego
Gejala: Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis:
dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya
hidup tertentu dan stres spiritual, mengkhawatirkan penampilan:
alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB, mengingkari diagnosa,
merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah,
kehilangan kontrol diri dan depresi
Tanda: Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri, perilaku
marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang,
gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala
yang sama
4. Eliminasi
Gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau
tanpa disertai kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda: Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah, diare pekat
yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, personal,
perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin
5. Makanan / cairan
Gejala: Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan/
mual / muntah, disfagia, nyeri retrostenal saat menelan, penurunan
berat badan: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa
otot, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya
putih dan perubahan warna, kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya
gigi yang tanggal, edema (umum, dependen)
6. Higiene
Gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitas
Tanda: Memperlihatkan penampilan yang kurang rapi, kekurangan
dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri

13 | P a g e
7. Neurosensori
Gejala: Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental,
kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah,
tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun, kerusakan sensasi
atau indera posisi dan getaran, kelemahan otot, tremor dan perubahan
ketajaman penglihatan, kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki
tampak menunjukkan perubahan paling awal)
Tanda:Retardasi psikomotor / respon melambat, ide paranoid, ansietas
yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis, timbul refleksi
tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia,
tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motoric, vocalis: hemi
paresis; kejang, hemoragi retina dan eksudat
8. Nyeri / kenyamanan
Gejala:Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki, sakit
kepala, nyeri dada pleuritis
Tanda: Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan,
penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang, gerak
otot melindungi bagian yang sakit
9. Pernapasan
Gejala:Isksering, menetap, napas pendek yang progresif, batuk
(sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum, bendungan
atau sesak dada
Tanda:Takipnea, distres pernapasan, perubahan pada bunyi napas /
bunyi napas, sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan
sputum)
10. Keamanan
Gejala:Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses
penyembuhannya, riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau
berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis),
riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut, riwayat /

14 | P a g e
berulangnya infeksi dengan PHS, demam berulang; suhu rendah,
peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam
Tanda:Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: perubahan
warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya, rektum, luka-luka perianal atau abses, timbulnya
nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih
(mis: leher, ketiak, paha), menurunnya kekuatan umum, tekanan otot,
perubahan pada gaya berjalan
11. Seksualitas
Gejala:Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan
seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel,
aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal, menurunnya
libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks, penggunaan
kondom yang tidak konsisten, menggunakan pil pencegah kehamilan
(meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang
diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina)
Tanda:Kehamilan atau resiko terhadap hamil
12. Genetalia:
Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas
13. Interaksi sosial
Gejala:Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan
kerabat / orang terdekat, teman, pendukung, rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan /
kehilangan pendapatan, isolasi, kesepian, teman dekat ataupun
pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS, mempertanyakan
kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana
Tanda:Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat, aktivitas
yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
14. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala:Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku
beresiko tinggi (mis: seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV),

15 | P a g e
penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok,
penyalahgunaan alkohol
15. Pertimbangan rencana pemulangan
Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan / tindakan, perawatan
kulit / luka, peralatan / bahan; transportasi, belanja makanan dan
persiapan perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas
perawatan / pemeliharaan rumah, perawatan anak, perubahan fasilitas
hidup

K. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan imunodefisiensi
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus
berlebihan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis

L. Intervensi Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan imunodefisiensi
Tujuan :
- Mengurangi resiko terjadinya infeksi
- Mempertahankan daya tahan tubuh

Kriteria hasil :

- Infeksi berkurang
- Daya tahan tubuh meningkat

Intervensi :

- Pantau adanya infeksi


- Ajarkan pasien atau pemberi perawatan tentang perlunya
melaporkan tanda infeksi
- Pantau tanda-tanda vital

16 | P a g e
- Awasi pembuangan jarum suntik dan mata pisau secara ketat
dengan wadah tersendiri
- Kolaborasi pemberian antibiotik

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus


berlebihan
Tujuan :
- Keefektifan jalan nafas
- Tidak adanya mukus/sekret

Kriteria Hasil :

- Mendemonstrasikan batuk efektif dan nafas yang bersih


- Menunjukkan jalan nafas yang paten
- Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor penyebab
- Saturasi oksigen dalam batas normal
Intervensi :
- Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Lakukan batuk efektif/suction untuk mengeluarkan sekret
- Auskultasi suara nafas
- Kolaborasi pemberian bronchodilator
- Monitor respirasi dan status oksigen
- Ajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan faktor biologis
Tujuan :
- Masukan makanan dan cairan adekuat

Kriteria Hasil :

- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

17 | P a g e
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi :

- Kaji adanya alergi makanan


- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
- Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan harian makanan
- Monitor adanya penurunan berat badan dan gula darah
- Monitor intake nutrisi
- Informasikan kepada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi

18 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai