Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA SCROTALIS

Disusun oleh:
Therevina Iaprilia
PO.62.20.1.16.163

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


DIV KEPERAWATAN REGULER III
2018
A. Pengertian

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, 1997, hal 700).
Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke kanalis
pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang dapat mencapai
scrotum, hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect (Sachdeva, 1996, hal 235).

B. Etiologi
1. Kongenital: kanalis inguinalis belum menutup.
2. Kelemahan dinding abdomen dan peningkatan tekanan intraabdominal yang dapat
terjadi karena : Mengangkat beban berat
3. Batuk
4. Konstipasi

C. Patofiologi

Hernia dapat disebabkan karena faktor kongenital dimana kanalis inguinalis belum
menutup sehingga bila anak batuk atau menangis maka tekanan intra abdomen meningkat.
Hernia juga dapat terjadi karena kerusakan pada keutuhan dinding otot dan peningkatan
tekanan intra abdomen. Kerusakan dinding otot hasil dari lemahnya kolagen atau adanya
rongga pada inguinal. Kelemahan otot ini dapat diperoleh karena proses menua.
Peningkatan tekanan intra abdomen berhubungan dengan kondisi kehamilan dan obesitas,

atau dapat juga terjadi karena mengangkat beban berat atau batuk. Dengan kondisi

tersebutlah maka akan timbullah hernia. Hernia dapat dikembalikan secara manual atau tidak

dapat dikembalikan dikarenakan sudah ada perlengketan. Sehingga akan terjadi obstruksi

yang dinamakan hernia inkeserata. Dengan adanya obstruksi ini maka akan terjadi gangguan

penyerapan cairan dan elektrolit dan aliran darah pun akan terganggu. Dengan aliran darah

terganggu maka akan timbul edema sehingga akan terjadi iskemik dan perforasi yang pada

akhirnya nekrosis jaringan pun terjadi. Distensi abdomen, mual, muntah, nyeri, demam,

takikardi, adalah tanda dari strangulata.


D. Komplikasi

1. Hematoma ( luka atau pada scrotum )


2. Retensi urine akut
3. Infeksi pada luka
4. Nyeri kronis
5. Nyeri pada pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis
6. Rekurensi hernia ( sekitar 2% )
( Pierce A. Grace, 2006, Hal 119 )

E. Tanda dan Gejala


1. Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan Misalnya: Rasa sakit yang terus
menerus
2. Muntah
3. Mual
4. Nyeri abdomen
5. Distensi abdomen
6. Kram
7. Ada penonjolan keluar

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah lengkap

2. Pemeriksaan Rontgen Spinal dan Endoskopi

3. Test Leseque (mengangkat kaki lurus keatas)

4. CT-Scan dan MRI

F. Penatalaksaan Medis
1. Pemakaian Sandat ( “truss” )
Alat ini baru digunakan bagi pasien yang usianya amat lanjut atau yang keadanya
lemah. Salah satu tipe sandat terdiri atas pegas yang kuat dan bantalan yang
diletakkan pada leher hernia sehingga leher tersebut selalu tertutup oleh tekanan
setelah isi hernia dikembalikan ke tempatnya ( direposisi ).
2. Pembedahan
Leher hernia ditutup dengan penjahitan dan kantongnya dieksisi. Jaringan yang
teregang diperbaiki dengan salah satu dari banyak bahan yang tersedia.

3. Herniotomi Eksisi kantung hernianya saja untuk pasien anak.

4. Herniorafi
Memperbaiki defek- perbaikan dengan pemasangan jarring ( mesh ) yang biasa
dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukan melalui bedah terbuka atau
laparoskopik.
G. Pathway
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian

(Pre operasi)

Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya, beratnya, apakah akut

atau kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan banyaknya akar syaraf yang

terkompresi.

1. Aktivitas/istirahat

Tanda dan gejala: atropi otot , gangguan dalam berjalanmriwayat pekerjaan yang

perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.

2. Eliminasi

Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia atau

retensi urine

3. Integritas ego

Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya paralysis,

ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.

4. Neuro sensori

Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia, nyeri

tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.

5. Nyeri atau ketidaknyamanan

Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku, semakin

memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.

6. Keamanan

Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.

(Doenges, 1999, hal 320 – 321)


(Post Operasi)
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Keluhan nyeri pada insisi luka.
b. Keadaan balutan: ada rembesan

2. Pola nutrisi metabolik.


a. Keadaan bising usus.
b. Mual, muntah.
c. Pemberian diit lunak/saring.
d. Demam.

3. Pola eliminasi
a. Keluhan BAK dengan pemasangan kateter.
b. Konstipasi, retensi.

4. Pola aktivitas dan latihan


a. Tirah baring
b. Penggunaan suspensoar (celana penyokong)

5. Pola persepsi dan kognitif


a. Nyeri pada luka operasi.
b. Pusing.

B. Diagnosa keperawatan
Pre operasi
1. Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan.
2. Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan dilakukan seperti
operasi.
3. Potensial perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah.
4. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi yang jelas dan tepat.
Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi.
2. Potensial injuri pada luka operasi berhubungan dengan masih lemahnya area
operasi.
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah dan follow up.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
(pre operasi)
Diagnosa 1 :
Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan.
Tujuan :
Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan medik.

INTERVENSI RASIONAL
 Kaji intensitas nyeri, lokasi, jenis.  Mempermudah pengelolaan, daya tahan
tubuh dan pengurasan nyeri.
 Observasi TTV (TD, N, S).  Mengkaji tanda-tanda syok.
 Mengurangi ketegangan abdomen.
 Beri posisi tidur yang nyaman: semi fowler.

 Anjurkan pasien untuk mengurangi


 Aktivitas yang berlebihan dapat
aktivitasnya.
meningkatkan nyeri.
 
Anjurkan pasien untuk melakukan teknik Teknik relaksasi dapat mengurangi
relaksasi: nafas dalam. ketegangan abdomen.
 Mencegah terjadinya peningkatan tekanan
 Anjurkan untuk tidak mengejan.
intraabdomen.
 Menentukan pemberian terapi selanjutnya.
 Kolaborasi dengan medik.
R/
Diagnosa 2 :
Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan dilakukan seperti operasi.
Tujuan :
Kecemasan berkurang dan klien dapat bekerja sama dalam tindakan medik yang diberikan.

INTERVENSI RASIONAL
 Kaji tingkat kecemasan pasien.  Mengetahui sejauh mana kecemasannya.

 Dorong klien untuk 


mengungkapkan Mengurangi kecemasan dan menimbulkan
kecemasannya. kepercayaan diri pasien.

 
Libatkan keluarga yang dekat dengan pasien. Mengurangi kecemasan dan menimbulkan
kepercayaan diri.
 Berikan informasi yang jelas setiap prosedur
tindakan yang akan diberikan.  Mengurangi kecemasan dan menimbulkan
kepercayaan diri pasien.
 Bantu klien untuk mengidentifikasi
penggunaan koping yang positif.
 Membantu mengurangi kecemasan.
 Beri penyuluhan tentang prosedur pre-
operasi dan post operasi.
 Mengurangi kecemasan klien

Diagnosa 3 :
Potensial perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

INTERVENSI RASIONAL
 Kaji intake output  Sebagi dasar dalam merencanakan asuhan
keperawatan.
 Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering  Merangsang nafsu makan dalam mencegah
 Sajikan makanan ynag hangat mual dan muntah.
 Merangsan nafsu mkan dan mencegah mual
 Timbang berat badan tiap hari dan muntah.
 Menentukan kegunaan nutrisi pasien
 Kolaborasi dengan ahli gizi terpenuhi atau tidak.
 Menentukan rencana kebutuhan nutrisi agar
kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Diagnosa 4 :
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi yang
jelas dan tepat.
Tujuan :
Klien mengerti mengenai penyakit dan pengobatanya

INTERVENSI RASIONAL
 
Kaji tingkat pengetahuan tentang proses Mempermudah dalam pemberian informasi
penyakit. sesuai dengan tingkat pengetahuan.
 Pasien perlu mengerti tentang kondisi dan
 Jelaskan proses penyakit. cara untuk mengontrol timbulnya serangan
nyeri.
 Dapat menurunkan insiden/beratnya
 Motivasi pasien untuk menghindari serangan.
faktor/situasi yang dapat menyebabkan
timbulnya nyeri.  Merupakan langkah untuk
 Kaji pasien untuk mengidentifikasikan membatasi/mencegah terjadinya nyeri.
sumber nyeri dan benjolan, serta diskusikan
jalan keluar untuk menghindarinya.
 
Anjurkan pasien untuk mengontrol berat Mengurangi faktor resiko terjadinya
badan, menggunakan teknik yang benar komplikasi
dalam mengangkat beban berat dan
menggunakan celana penyokong
(post operasi)
Diagnosa 1 :
Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi.
Tujuan :
Nyeri berkurang sampai dengan hilang

INTERVENSI RASIONAL
 
Kaji intensitas, lokasi dan karakteristik Menentukan tindakan selanjutnya.
nyeri.
 Observasi tanda-tanda vital.  Peningkatan tanda vital merupakan indikator
adanya nyeri.
 
Pertahankan istirahat dengan posisi yang Menghilangkan tegangan abdomen yang
nyaman < semi fowler> bertambah karena posisi terlentang.
 Mengurangi rasa nyeri.
 Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam.

 Dorong klien untuk ambulasi dini.


 Meningkatkan normalisasi fungsi organ.

 mencegah komplikasi selama proses


 Anjurkan klien untuk membatasi aktifitas
penyembuhan.
seperti tidak mengangkat beban berat, tidak
mengejan.
 Kolaborasi dengan medik untuk pemberian
 Mengurangi nyeri
analgesik.

Diagnosa 2
Potensial injuri pada luka operasi berhubungan dengan masih lemahnya area operasi.
Tujuan: Penyembuhan luka tanpa komplikasi.

INTERVENSI RASIONAL
 
Anjurkan menekan insisi luka operasi bila Batuk dan bersin meningkatkan tekanan
batuk/bersin. intra abdominal dan stressing pada insisi.
 Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
 Observasi tanda-tanda vital.  Supaya tidak terjadi konstipasi.

 
Berikan hidrasi adekuat 2-3 liter/hari dan Edema dan perdarahan dapat terjadi 2-3 hari
makanan yang cukup serat. post operasi.
 
Periksa scrotum, catat tanda edema dan Membantu menyokong scrotum dan
hematoma. mengurangi edema serta memperkuat dinding
 Gunakan celana penyokong (suspensoar). abdomen.

Diagnosa 3
Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah dan follow up.
Tujuan: Klien mengetahui cara perawatan di rumah sehingga komplikasi tidak terjadi.

INTERVENSI RASIONAL
 Hindari mengangkat beban berat, mengejan. mencegah komplikasi setelah operasi.
 Beri diit tinggi serat seperti sayur-sayuran
dan buah-buahan serta minum 2-3 liter.  Mencegah konstipasi dan mencegah
 Lakukan follow up secara teratur. hiperperistaltik usus.

 mengetahui perkembangan status kesehatan


klien.
 Anjurkan menggunakan celana penyokong.
 Menyokong daerah yang telah dioperasi
yang memungkinkan akan kembali lagi bila
tidak ada sokongan dikarenakan masih
lemahnya daerah operasi.

Diagnosa 4 :
Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah.
Tujuan : Tidak ada tanda-tanda infeksi.

INTERVENSI RASIONAL
 
Observasi tanda-tanda vital, adanya demam, Sebagai indikator adanya infeksi/terjadinya
menggigil, berkeringat. sepsis.
 
Observasi daerah luka operasi, adanya Deteksi dini terjadinya proses infeksi.
rembesan, pus, eritema.  Pengetahuan tentang kemajuan situasi
 Berikan informasi yang tepat, jujur pada memberikan dukungan emosi, membantu
pasien/orang terdekat. mengurangi ansietas.
 Membantu menurunkan penyebaran dan
 Kolaborasi dengan medik untuk terapi pertumbuhan bakteri.
antibiotik.

D. Pelaksanaan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas
perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn,
dkk, 2000)

E. Evaluasi
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan
yang hendak dicapai
Daftar Pustaka

Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medicak Bedah, EGC, Jakarta 1998
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta. Griffith H. Winter, Buku Pintar

Kesehatan, EGC, Jakarta, 1994. Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan
dokumentasi keperawatan, EGC, Jakarta, 1995. Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik

Keperawatan. Jakarta : EGC. Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.
W.A. Dorland Newman, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta, 2002.

Anda mungkin juga menyukai