Anda di halaman 1dari 27

POTENSIOMETRI

Tugas Mata Kuliah Kimia I

Disusun oleh :
Suryanto H. 147795001
Akhmad Fauzi 147795035
Eka Tina Nur Ula Tuqa 147795065

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS

2015
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Potensiometri”. Makalah ini ditulis
dengan tujuan sebagai panduan belajar bagi stakeholder pendidikan yang ingin mempelajari
potensiometri. Penulis sampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam penulisan makalah ini:
1. Prof. Dr. Suyatno, M.Si., selaku Dosen Pengampu yang telah memberikan arahan, bimbingan
dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini.
2. Teman-teman kelas D Program Studi Pendidikan Sains, yang selalu memberikan semangat
belajarnya hingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis
menerima kritik dan saran yang membangun terhadap makalah ini demi kebaikan dan
kesempurnaan.

Surabaya, 9 Juli 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 11


BAB I

PENDAHULUAN

Potensiometri adalah suatu cara analisis berdasarkan pengukuran beda potensial sel dari
suatu sel elektrokimia. Potensiometri merupakan salah satu metode analisis elektrokimiawi untuk
menentukan konsentrasi larutan analit yang menggunakan reaksi reduksi-oksidasi dan persamaan
Nerst sebagai prinsip dasarnya. Analisis potensiometrik ini seringkali dipakai dalam kehidupan
sehari-hari disebabkan oleh beberapa kelebihannya jika dibandingkan dengan metode analisis
elektrokimiawi lainnya. Kelebihan dari analisis potensiometrik ini adalah ekonomis (membutuhkan
biaya yang kecil disebabkan harga-harga komponen penyusunnya yang relatif murah), kompak,
kuat, dan tahan lama, mudah dirangkai, tidak merusak dan mempengaruhi komposisi larutan
analit yang ingin diuji, mudah dipantau dan diamati, dan bersifat stabil pada berbagai tingkatan
konsentrasi analit. Meskipun begitu, analisis potensiometrik ini cenderung memiliki kekurangan
dalam hal akurasi dan presisinya dikarenakan adanya potensial sambungan cair yang muncul di
antara pertemuan larutan elektroda acuan dan larutan analit yang berkontribusi juga pada
potensial sel yang terukur pada voltmeter.
Komponen sel potensiometri bersifat sederhana yaitu terdiri dari sebuah elektroda
acuan, elektroda indikator, rangkaian jembatan garam, dan pengukur tegangan (voltmeter).
Elektroda acuan merupakan elektroda yang telah diketahui potensialnya secara pasti dan
potensialnya bernilai konstan pada temperatur konstan selama pengukuran berlangsung. Nilai
potensial dari elektroda ini juga tidak tergantung pada komposisi dari larutan uji. Elektroda acuan
dapat berupa elektroda hidrogen standar (standard hydrogen electrode), elektroda kalomel jenuh
(saturated calomel electrode), dan elektroda perak-perak klorida. Sementara itu, elektroda
indikator merupakan elektroda yang potensialnya merespons perubahan aktivitas dalam larutan
uji. Elektroda indikator dapat berupa elektroda membran, elektroda inert, maupun elektroda
logam. Rangkaian jembatan garam yang terdapat dalam sel potensiometri berfungsi mencegah
tercampurnya komponen dari larutan uji dengan elektroda acuan. Jembatan garam ini juga
berperan dalam meminimalisasi besarnya nilai potensial sambungan cair yang terukur di
voltmeter.
Dalam melaksanakan analisis potensiometrik, terdapat 4 metode yang mungkin dipilih
yaitu potensiometri langsung (direct potentiometry), titrasi potensiometri, standard addition, dan
sample addition. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh
sebab itu dalam memeilih metode mana yang akan digunakan perlu dipertimbagkan metode yang
akan memaksimalkan kelebihan dan meminimalkan kekurangan pada situasi dan kondisi
pengukuran.
Potensiometri dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kimia teoritis
maupun praktikal. Penerapan secara teoritis dari potensiometri yaitu penentuan tetapan
kesetimbangan termodinamika seperti Ka, Kb, dan Ksp. Sementara itu penerapan secara praktikal
yaitu pembuatan pH meter, penentuan kadar polutan dalam lingkungan, dan pemeriksaan pH
produk industri.

BAB II
PENDAHULUAN
A. Potensiometri
Potensiometri adalah suatu cara analisis berdasarkan pengukuran beda potensial sel
dari suatu sel elektrokimia. Di dalam potensiometri dapat dipelajari hubungan antara
konsentrasi dengan potensial. Sejak permulaan abad ini metode potensiometri telah digunakan
untuk mendeteksi titik akhir titrasi. Sekarang metode ini dapat digunakan secara langsung
untuk menentukan konsentrasi suatu ion (ion selective electrode), pH suatu larutan, dan
menentukan titik akhir titrasi. Alat-alat yang diperlukan dalam metode potensiometri adalah:
1. Elektrode pembanding (refference electrode)
2. Elektroda indikator (indicator electrode)
3. Alat pengukur potensial.
Komponen-komponen tersebut disusun membentuk suatu sel potensiometri seperti
pada gambar 1.

Dari diagram skematik pada gambar 1 terlihat bahwa sel potensiometri disusun dari
dua setengah sel yang dihubungkan dengan jembatan garam yang berfungsi penyeimbang
muatan larutan pada masing-masing setengah sel, selain itu juga berfungsi sebagai penghubung
antara dua setengah sel tersebut. Masing-masing setengah sel terdapat elektroda yang tercelup
dalam larutan elektrolit untuk ditentukan konsentrasinya oleh potensial elektrodanya.
Pemisahan elektrode ini diperlukan untuk mencegah terjadinya reaksi redoks spontan dari
laruanlarutan elektrolit yang digunakan dalam sel potensiometri. Dari aturan yang dipakai
dalam disiplin ilmu kimia bahwa elektroda sebelah kiri dianggap sebagai anoda, dimana terjadi
proses oksidasi Zn sebagai berikut:
Zn (s)  Zn2+ (aq) + 2e-
Dan elektroda sebelah kanan disebut sebagai katoda, yaitu elektroda tempat terjadi
reaksi reduksi sebagai berikut:
Ag+ (aq) + e-  Ag (s)
Dengan menjumlahkan kedua persaamaan setengah reaksi diatas, maka persamaan
reaksi untuk sel elektrokimia adalah sebagai berikut:
Zn (s) + Ag+ (aq)  2 Ag (s) + Zn2+ (aq)
Untuk menggambarkan sel elektrokimia dari potensiometri tidak harus digambar
diagram skematiknya, karena terdapat suatu notasi sel yang mampu menggambarkan
perbedaan fasa dalam sel elektrokimia dan telah disepakati oleh ilmuwan kimia dunia .
Penulisan sel elektrokimia untuk potensiometri memilki beberapa aturan dalam cara
penulisannya, yaitu:
1. Urutan penulisan dimulai dari elektroda logam kemudian elektrolitnya dengan batas antar
keduanya digunakanngaris tegak atau miring.
2. Sistem penulisan bila lebih dari satu komponen dalam satu larutan yang terlibat dalam reaksi
sel, setiap komponen yang terlibat dipisahkan dengan tanda koma (,).
3. Pemisahan sistem setengah sel dari dua jenis setengah sel yang membentuk sel elektrokimia
digunakan garis tegak ganda atau miring.
Sehingga notasi sel untuk gambar 1 adalah:
Zn (s) I ZnCl2 (aq; 0,0167 M) II AgNO3 (aq; 0,1 M) I Ag
Potensiometri digunakan sebagai salah satu metode untuk mengukur konsentrasi
suatu larutan, dalam hal ini hubungan antara potensial sel dan konsentrasi dapat dijelaskan
melalaui persamaan nerst.

Dimana Eo adalah standart potensial reduksi, R konsanta gas, T adalah temperatur


dalam Kelvin, n jumlah elektron yang terlibat dalam rekasi reduksi, F adalah konstanta faraday,
dan Q adalah reaksi quosien. Jika temperatur dalam laboraorium 25 oC atau 298 K dan
mengubah ln ke log, maka diperoleh persamaan berikut:
Dimana E dinyatakan dalam satuan volt. Mengingat bahwa potensial dari sel
elektrokimia potensiometri adalah:

Kemudian dengan menggunakan persaaman 2 untuk menghitung potensial dari sel


elektrokimia dari gambar 1 dituliskan sebagai berikut:

Maka harga potensial untuk sel elektrokimia dari gambar 1 adalah:

Walaupun penentuan harga potensial dapat ditntukan dengan mudah menggunakan


persamaan nerst, ada beberapa kasus yang diluar perkiraan. Salah satunya adalah bahwa
standart potensial sel bergantung dari temperatur, dan kebanyakan dari tabel referensi standart
potensial sel dinyatakan dalam suhu 25 oC. Kesulitan ini akan ditemui ketika mengatur
temperatur tetap pada suhu 25oC atau ketika ingin mengukur pada temperatur tersebut.
Masalah lain dalam penggunaan persamaan nerst adalah fungsi aktivitasnya, bukan konsentrasi
dari larutan elektrolit yang digunakan. Sebagai hasil dari potensial sel dimungkinkan
terbentuknya efek matriks. Masalah ini muncul ketika analit terlibat dalam reaksi
kesetimbangan. Misalnya potensial standart untuk reaksi redoks Fe 3+/Fe2+ dalam larutan 1 M
HClO4 adalah +0.767 V, 1M HCl sebesar +0,70 V, dan dalam 10 M HCl sebesar +0,53 V.
Pergantian larutan yang semakin negatif dengan penambahan konsentrasi HCl
mempunyai kecenderungan untuk membentuk kompleks dengan Fe 3+ daripada Fe2+. Masalah ini
bisa diminimalisir dengan mengganti potensial standart sel dengan formal potensial yang
bergantung pada matriks. Kebanyakan tabel standart potensial reduksi juga memasukkan data
mengenai daftar potensial formal yang digunakan.

B. Elektroda Indikator
Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu elektrode
dengan harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka
terhadap komposisi larutan yang sedang diselidiki. Suatu elektrode yang memenuhi persyaratan
diatas disebut elektrode pembanding (reference electrode). Pasangan elektrode pembanding
adalah electrode indikator (disebut juga working electrode) yang potensialnya bergantung pada
konsentrasi zat yang sedang diselidiki. Ada dua jenis elektrode pembanding akan diuraikan
berikut ini.
1. Elektroda Pembanding Primer
Contoh dari elektroda jenis ini adalah elektroda hidrogen stndart. Elektroda ini
terbuat dari platina hitam agar penyerapan gas hidrogen pada permukaan elektroda dapat
terjadi secara maksimal, sehingga reaksi:
H2  2H+ + 2e-
Dapat berlangsung dengan cepat dan reversible. Potensial setengah sel dari
elektroda pembanding primer adalah nol volt. Rangakian dari setengah sel dengan elektroda
standart hidrogen dapat dilihat pada gambar 2. Sehingga, Notasi setengah sel dari elektroda
hidrogen adalah:
Pt/H2 (atm); H+ (M) atau H+ (M); H2 (atm)/Pt

Gambar 2. Diagram Skematik Elektroda Standar Hidrogen


2. Elektroda Pembanding Sekunder
Elektroda standart sekunder adalal elektroda yang sering digunakan dan banyak
terdapat di pasar dariapa elektroda standart sekunder karena penggunaannya yang lebih
praktis. Ada dua macam elektroda standart sekunder yaitu elektroda kalomel dan elektroda
perak/perak klorida.
a. Elektroda Kalomel
Elektroda ini terbuat dari tabung gelas atau plastik dengan panjang ± 10 cm dan
garis tengah 0,5-1 cm yang tdicelupkan ke dalam air raksa yang kontak dengan lapisan
pasta Hg/HgCl2 yang terdapat pada tabung bagian dalam yang berisi campuran Hg,
Hg2Cl2 dan KCl jenuh dan dihubungkan dengan larutan KCl jenuh melalui lubang kecil.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3. Kontak elektroda ini dengan larutan
yang akan diuur petensialnya melalui suatu penyekat yang terbuat dari porselin atau
asbes berpori.

Gambar 3. Diagram Skematik Elektroda Kalomel


Elektroda kalomel jenuh (saturated calomel electrode, SCE) biasanya banyak
digunakan oleh para pakar kimia analitik karena banyak tersedia di pasaran dan
konsentrasi klorida tidak mempengaruhi harga potensial elektroda. Harga potensial SCE
adalah 0,244 V pada 25 °C dibandingkan terhadap elektroda hidrogen standart.
b. Elektroda Perak
Elektroda pembanding yang mirip dengan elektroda calomel adalah terdiri dari
suatu elektroda perak yang dicelupkan kedalam larutan KCI yang dijenuhkan dengan AgCI.
Biasanya elektroda ini terbuat dari suatu larutan jenuh atau 3,5 M KCI yang harga
potensialnya dalah 0,199 V (jenuh) dan 0.205 V (3,5M) pada 25 °C. Elektroda ini dapat
digunakan pada suhu yang lebih tinggi sedangkan elektroda kalomel tidak. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Diagram Skematik Elektroda Perak/Perak Klorida
Jika dibandingkan dengan elektroda kalomel, elektroda perak lebih unggul dalam
temperatur yang tinggi. Namun, elektroda perak/perak klorida mempunyai kecenderungan
untuk bereaksi dengan larutan membentuk kompleks perak yang tidak larut yang
memungkinkan menyumbat jembatan garam yang menghubungkan larutan dan elektroda.
C. Elektroda Indikator
Elektroda indikator dibagi menjadi dua kategori, yaitu : elektroda logam dan elektroda
membran. Elektroda logam dapat dikelompokkan ke dalam elektroda jenis pertama (first kind),
elektroda jenis kedua (second kind), elektroda jenis ketiga (third kind), elektroda redoks.
1. Elektroda Logam
Potensial dari elektroda logam ditentukan dari posisi reaksi redoks ketika elektroda
dan larutan bertemu.terdapat tiga macam elektroda logam yaitu elektroda logam jenis
pertama, elektroda logam jenis kedua, dan elektroda logam jenis ketiga.
a. Elektroda Jenis Pertama
Elektroda jenis pertama adalah elektroda yang langsung berkeseimbangan
dengan kation yang berasal dari logam tersebut. Contoh, elektroda tembaga.
Cu2+ (aq) + 2e-  Cu (s)

b. Elektroda Jenis Kedua


Elektroda jenis kedua adalah elektroda yang harga potensialnya bergantung pada
konsentrasi suatu anion yang dengan ion yang berasal dari elektroda membentuk
endapan aatau ion kompleks yang stabil. Contoh, elektroda perak untuk halida. Contoh
lain, elektroda raksa untuk mengukur konsentrasi anion EDTA (disingkat Y 4-).
Pengukurannya didasarkan pada sifat elektroda raksa dalam larutan kompleks stabil
Hg(II)-EDTA encer.
c. Elektroda Jenis Ketiga
Elektroda jenis ketiga adalah elektroda logam yang harga potensialnya
bergantung pada konsentrasi ion logam lain. Contoh, elektroda Hg dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi Ca2+, Zn2+, atau Cd2+ yang terdapat dalam larutan.
d. Elektroda untuk Sistim Redoks
Logam mulia seperti platina, emas, dan paladium bertindak sebagai elektroda
indikator pada reaksi redoks. Dengan demikian elektroda platina dapat bertindak sebagai
elektroda indikator di dalam titrasi cerimetri.
2. Elektroda Membran
Elektroda membran telah digunakan dan dikembangakan cukup luas, karena dapat
menentukan ion tertentu. Elektroda membran biasa disebut dengan elektroda selektif ion
(ion selective electrode, ISE). Elektroda membran juga digunakan untuk penentuan pH
dengan mengukur perbedaan potensial antara larutan pembanding yang keasamannya tetap
dan larutan yang dianalisis. Elektroda membran dibagi empat macam yaitu elektroda
membran kaca, elektroda membran cairan, elektroda padatan dan elektroda penunjuk gas.
a. Elektroda Membran Kaca
Kualitas paling bagus yang dijual dipasaran untuk elektroda membran kaca
terbuat dari Corning 015, sebuah kaca yang terdiri dari 22% Na2O, 6% CaO, dan 72% SiO 2.
Ketika dicelupkan ke dalam larutan berair, maka pada bagian luar dari membran akan
terhidrat sampai 10nm sampai beberapa jam. Hasil hidrasi dari membran menghasilkan
muatan negatif, -G, hal ini merupakan bagian dari fungsi kerja membran silika. Ion
natrium, yang mampu bergerak menembus lapisan hidrat berfungsi sebagai ion
penghitung. Ion hidrogen dari larutan berdifusi kedalam membran dan membentuk ikatan
yang lebih kuat dengan membran sehingga mampu menggeser keberadaan ion Na + yang
mengakibatkan konsentrasi ion H+ meningkat pada membran.
Elektroda membran kaca sering dijual dalam bentuk kombinasi antara indikator
dan elektroda pembanding. Penggunaan satu elektroda sangat bermanfaat untuk
pengukuran pH. Salah satu contoh tipe kombinasi elektroda ditunjukkan pada gambar 5.
Gambar 5. Diagram Skematik Kombinasi ELekroda membran Kaca untuk mengukur pH
Sesuai dengan fungsinya, elektroda membran kaca banyak dimanfaatkan untuk
mengukur pH dari suatu larutan. Elektroda ini menggunakan polikristal yang terdiri dari
satuan kristal garam anorganik. Elektroda selektif ion polikristal ini dibentuk dari pelet
tipis Ag2S atau campuran dari Ag2S dan garam perak atau lugam sulfida. Contoh dari
elektroda selektif ion F- dengan notasi sebagai berikut:
Hg/HgCl2,KCl (jenuh) // larutan, membran LaF3, NaF (0,1M), NaCl (0,1M), AgCl/Ag.

b. Elektroda Membran Cair

Elektroda membran cair adalah suatu fasa cair spesifik yang dibatasi oleh suatu
dinding yang berpori inert seperti yang terlihat pada gambar 6. Cairan spesifik tersebut
terdiri atas senyawa organik dengan berat molekul yang tinggi, tidak larut dalam air dan
memiliki struktur yang memungkinkan terjadinya pertukaran ion antara ion bebas dalam
larutan yang diukur dengan ion-ion yang terletak pada pusat kedudukan molekul cairan
spesifik tersebut contoh: Na+, K+, Ca2+, Pb2+.
Gambar 6. Diagram Skematik elektroda Selektif Ion Cair Ca2+
Adanya membran PVC yang proporsional untuk melindungi elektroda bagian
dalam. Penggunaan elektroda ini ideal dengan perembesan analit dengan rentang 30-60
menit.
c. Elektroda Penunjuk Gas
Elektroda ini dirancang untuk mendeteksi konsentrasi gas yang terlarut dalm
larutan. Bentuk rancangan dasar dari elektroda membran dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Diagram Skematik dari Elektroda Ion selektif Penunjuk Gas

Terdiri dari membran pemisah yang tipis dari sampel dan larutan yang berada di
dalam elektroda yang berfungsi sebagai penyeleksi ion. Membran permeabel untuk analit
gas, tetapi tidak permeabel untuk komponen yang tidak volatil dalam matriks sampel.
Ketika gas masuk ke dalam elektroda penunjuk gas melewati membran, gas beraksi
dengan larutan dalam elektroda membentuk spesies yang konsentrasinya dapat diamati
dari keberadaan elektroda selektif ion. Sebagai contoh, dalam elektroda CO 2, CO2 bereaksi
dengan larutan dalam membentuk H3O+.
CO2 (aq) + 2 H2O (l)  HCO3- (aq) + H3O+ (aq)
Perubahan konsentrasi H3O+ diamati dengan elektroda selektif ion pH, dengan
potensial sel ditulis dengan persamaan sebagai berikut:
Dimana K adalah konstanta kesetimbangan. Jika jumlah HCO 3- di larutan dalam
berkurang dalam jumlah banyak, maka konsentrasi CO 2 tidak akan berpengaruh dan akan
tetap konstan.
Pada elektroda penunjuk gas prinsipnya adalah menempatkan suatu membran
yang bersifat permeabel terhadap gas pada bagian ujung seuah tabung. Tabung tersebut
memisahkan larutan yang akan dianalisis dengan suatu elektroda ion spesifik.
D. Potensiometri Langsung
Mengukur potensial dua elektrode yang tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol
merupakan potensiometri yang mengaplikasi secara langsung dari persamaan Nerst.
Penyisipan elektroda tidak mengubah komposisi larutan uji seseuai dengan sifat
nondesktruktif potensiometri terhadap sampel. Bahkan, dapat digunakan untuk
menetapkan tetapan kesetimbangan (Day, 1999).
Terdapat dua metode yang digunakan dalam melakukan eksperimen. Pertama
dilakukan pengukuran tunggal terhadap potensial itu cukup dengan menetapkan aktivitas
ion yang diminati. Kedua, ion itu dapat ditritasi dan potensialnya diukur sebagai fungsi
volume titran. Metode pertama disebut potensiometri langsung yang digunakan dalam
pengukuran pH larutan air dan telah berkembang secara meluas dalam penetapan ion-ion
lain lewat penggunaan elektroda selektif ion. Metode kedua, yang disebut titrasi langsung
memanfaatkan pengukuran potensial untuk analisis titrimetri. Pengukuran potensiometri
langsung sangat berguna untuk menetapkan aktivitas suatu spesies dalam suatu campuran
kesetimbangan. Titrasi akan menghasilkan informasi stokiometri mengenai jumlah proton
yang tersedia, sedangkan pengukuran langsung memberikan aktivitas kesetimbangan
proton dalam larutan (Underwood, AL. 1986: 317).
Elektroda selektif ion merupakan suatu elektroda membran yang mana dalam
elektroda larutan ini larutan sampel tidak memberikan suatu transfer elektron seperti pada
elektroda logam, tetapi arus dibawa oleh gerakan ion yang mengalir melalui membran dari
larutan pembanding. Selektivitas dari elektroda membran untuk suatu ion tertentu,
ditentukan oleh mekanisme dari perpindahan ion melalui membran. Secara ideal hanya
satu spesies ion dapat membawa arus melalui membran Ini. Elektroda ion selektif
merupakan suatu metoda yang dapat digunakan untuk menentukan suatu ion didalam
larutan. Metoda ini merupakan metoda analisa yang cepat dengan peralatan yang
sederhana. Untuk mendeteksi suatu ion spesifik dari larutan campuran, elektroda ini
mempunyai suatu sensor, dimana bahan dari sensor ini ada bermacam-macam, misalnya :

a. Membran gelas, untuk penentuan ion-ion Na+, H+


b. Membran cair, untuk penentuan K+, Ca2+, NO3-
c. Membran keadaan padat untuk penentuan F-, CI-, Br-, CN-
d. Gas sensor untuk penentuan NH3, CO2
Potensial pada antar muka membrane ion selektif tergantung pada aktivitas dari ion
analit didalam(purwadi,2000;62).
Jika membran bertemu dengan larutan yang mengandung potasium, suatu beda
potensial akan terbentuk pada membran. Potensial ini yang tergantung pada jumlah ion
potasium bebas dalam larutan, diukur terhadap potensial referensi dengan suatu pH/mV
meter. Hubungan potensial terukur dengan jumlah ion potassium dijelaskan oleh
persamaan Nerst sebagai berikut :
E = Eo + S log (A)
dimana
E : potensial terukur
Eo : potensial referensi (tetapan)
A : jumlah ion potasium dalam larutan
S : slope elektroda (sekitar 57 mV per dekade)
Jumlah ion potasium, A, dalam persamaan di atas adalah aktifitas atau konsentrasi
efektif dari potasium bebas dalam larutan yang sangat dipengaruhi oleh koefisien aktifitas
yang sifatnya variabel dan sangat dipengaruhi oleh kekuatan total ion. Jika kekuatan ion
cukup tinggi dan relatif konstan terhadap ion yang diukur (dalam hal ini ion potasium)
maka koefisien aktifitas akan konstan dan aktifitas ion proporsional terhadap konsentrasi
ion analit. Untuk itu dalam prakteknya perlu ditambahkan pengatur kekuatan ion (ionic
strength adjustor, ISA) yang perlu ditambahkan kedalam larutan sebelum pengukuran
potensial
E. Titrasi Potensiometri
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator
dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh
dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan,
mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat
diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator
yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila
daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan
indikator.
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume
pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Dalam
titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan, dan
hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk
diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat
digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus.
Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk
semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan.
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu reaksi
pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi
pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan
ion terhidrasi dari larutan. Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai
logam dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat
diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari
10-8. Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan
pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan
logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer.
Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda
dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Potensiometri merupakan
aplikasi langsung dari persaman Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda
tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Dengan pengukuran pengukuran potensial
reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen
dapat dilakukan.
Penentuan titik ekivalen titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan cara
diferensial yaitu dengan merajah kurva titrasi turunan pertama dan atau turunan kedua
yang disebut kurva diferensial. Kurva diferensial pertama dibuat dengan cara menghitung
kenaikan pH persatuan kenaikan volume titran ( ΔpH/ΔV ) atau ( ΔpE/ΔV ), kemudian
perbandingan ( ΔpH/ΔV ) atau ( ΔpE/ΔV ) disajikan dalam bentuk grafik sebagai fungsi dari
volume titran yang ditambahkan. Sementara itu kurva diferensial kedua dibuat dengan cara
merajah ( Δ2pH/ΔV2 ) atau ( Δ2pE/ΔV2 ), kemudian perbandingan ( Δ2pH/ΔV2 ) atau
( Δ2pE/ΔV2 ), disajikan dalam bentuk grafik sebagai fungsi dari volume titran yang
ditambahkan. Penambahan volume ( ΔV ) yang optimum bergantung pada besarnya arah
lereng kurva titrasi pada titik ekivalen dan ini dapat dengan mudah diperkirakan pada
titrasi pendahuluan. Pada umumnya semakin besar arah lereng pada titik ekivalen,
semakin kecil perbedaan volume titran ( ΔV ) yang diberikan. Bila kurva titrasi simetris di
sekitar titik ekivalen, titik akhir yang didefinisikan oleh nilai maksimum dari ( ΔpE/ΔV )
adalah identik dengan titik ekivalen stoikiometrik yang sebenarnya. Kurva titrasi simetris
diperoleh apabila electrode indikator bersifat reversible dan bila dalam reaksi titrasi satu
mol reagen titran bereaksi dengan satu mol zat yang dititrasi. Kurva titrasi tidak simetris
terjadi bila banyaknya molekul atau ion reagensia dan zat yang dititrasi tidak sama dalam
reaksi titrasi ( Rohman, 2007 ).
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah
kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik.
Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam
titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki.
Jadi untuk suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen
atau sesuatu elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida
dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk
titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata
sebagai elektroda redoks.
Berikut adalah contoh kurva potensiometri:
Contoh data hasil titrasi:
F. Aplikasi Potensiometri
1. Titrasi Potensiometri
Selain dapat digunakan untuk mengukur pH, kepekaan ionn tertentu seperti Ca2+,
Cl-, F- dan lain-lain, potensiometer juga dapat digunakan untuk menentukan titik ekivalen
pada suatu titrasi. Titrasi potensiometri adalah suatu titrasi dimana titik akhir titrasinya
tidak ditentukan dengan menggunakan indicator, melainkan ditentukan dengan
mengukur perubahan potensial elektroda atau perubahan pH larutan selama titrasi
berlangsung. Beberapa reaksi yang dapat ditetapkan secara potensiometri adalah reaksi
penetralan, redoks, pengendapan dan reaksi kompleksometri. Penentuan titik ekivalen
dengan cara potensiometri akan memberikan hasil yang lebih teliti dari pada dengan
menggunakan indicator.

2. Peralatan
Seperangkat alat untuk melkukan titrasi potensiometri dapat dilihat pada gambar.
Elektroda-elktroda yang digunakan harus dijaga lebih tinggi posisinya dari larutan yang
diukur. Hal ini dimaksudkan agar tidak agar tidak terjadi kontaminasi pada larutan
elektroda bersentuhan dengan pengaduk magnetic
3. Prosedur/Langkah Kerja
Tujuan utama pada titrasi potensiometri adalah untuk menetukan lokasi titik
ekivalen dapat dilakukan dengan beberapa cara antar lain dengan membuat grafik
potensial atau pH versus volume titran kemudian dari grafik yang diperoleh dicari harga
maksimum atau minimumnya. Cara lain adalah dari turunan keduanya yaitu ∆2E atau
∆2 pH versus volume titran. Kemudian dari grafik yang diperoleh dicari titik nolnya.
Contoh:
Titrasi asam basa antara 10 ml 0,2 M asam polibasis H3PO4 dengan 0,5 M NaOH
Perhitungan pada turunan pertama,
∆pH = pH2 -pH1 dan
∆V1 = V2 - V1
Dimana ∆V1 = selisih volume pada turunan pertama
V1 = volume pada pengukuran pertama
V2 = volume pada pengukuran kedua

Perhitungan pada turunan kedua


∆V2 = VX2 – VX1
VX = (V2 + V1 ) / 2
VY = (VX2 + VX1) / 2
∆2 pH = (∆pH/ ∆V)2 – (∆pH/ ∆V)1
∆V2 = selisih volume pada turunan kedua
Vx1 = volume turunan pertama pada data pertama
VX2 = volume turunan pertama pada data kedua
∆V1 = selisih volume pada turunan pertama
V1 = volume pada pengukuran pertama
V2 = volume pada pengukuran kedua

Data percobaan

N V pH Vx ∆pH / ∆V Vy ∆2pH / ∆V 2

o
1 1,0 3,45 1,50 0,05 2,00 0,15
2 2,0 3,50 2,50 0,20 3,00 0,10
3 3,0 3,70 3,50 0,30 3,88 5,47
4 4,0 4,00 4,25 4,40 4,50 -6,20
5 4,5 6,20 4,75 1,30 5,00 -1,60
6 5,0 6,85 5,25 0,50 5,50 0,00
7 5,5 7,10 5,75 0,50 6,25 -0,20
8 6,0 7,35 6,50 0,35 7,00 0,10
9 7,0 7,70 7,50 0,45 8,00 1,95
10 8,0 8,15 8,50 2,40 8,90 -1,96
11 9,0 10,55 9,30 0,83 9,55 -0,91
12 9,6 11,05 9,80 0,38 10,03 -0,39

Bila dibuat kurva hubungan pH versus volume NaOH, dapat dilihat pada gambar berikut:
Kurva Potensiometri pH versus Volume Titran

Kurva Titrasi Potensiometri ∆pH / ∆V Versus Vx

Kurva Titrasi Potensiometri ∆2pH / ∆V2 Versus Vy

4. Interpretasi Data
Terlihat bahwa volume titrasi yang diperlukan untuk titik ekivalen pertama
adalah sekitar 4 ml pada titik ekivalen kedua adalah sekitar 8 ml yang mana
volumenya tersebut pada kurvapH versus volume titran belum jelasnya besarnya dan
untuk lebih jelasnya beberapa volume NaOH yang diperlukan dapat dilihat pada
kurva turunan pertama atau kedua.
Selain untuk titrasi asam basa (neralisasi) aplikasi lain dan titrasi
potensiometri adalah sesuai dengan beberapa reaksi yang dapat ditentukan secara
potensiometri seperti titrasi redoks, pengendapan dan kompleksometri. Untuk titrasi
netralisasi dapat dilakukan dengan elektroda gelas sebagai elektoda indicator dan
elektroda kolomel jenuh sebagai elektroda pembanding. Potensial atau pH diukur
setelah penambahan sedikit demi sedkit dari volume larutan titran. Oleh karena itu
dengan mengamati potensial atau pHyang ditunjukkan pada voltmeter
atau pH meter dan volume larutan titran, maka akan dapat ditentukan titik ekivalen
dari kurva potensial (E) atau pH versus volume larutan titran.
Pada proses nitrasi redoks meliputi semua jenis titrasi yang mengakibatkan
terjadinya reaksi oksidasi reduksi atau reaksi perpndahan electron. Pada umumnya
pada proses ini yang dilakukan sebagai zat atau larutan standar adalah zat
pengoksida (oksidator). Misalnya adalah titrasi antara larutan Fe 2+ yang dititrasi
dengan larutan Ce4+.
Pada titrasi redoks yang dilakukan secara potesiometri biasa menggunakan
elektroda indikator Pt yang dicelupkan ke dalam larutannya dan elktroda kalomel
jenuh sebagai elektroda pembanding.
BAB III
KESIMPULAN

Potensiometri adalah satu cara elektrokimia untuk analisa ion secara kuantitatif berdasarkan
pengukuran potensial dari elektroda yang peka terhadap ion yang bersangkutan. Potensiometri
digunakan untuk menentukan konsentrasi
Suatu ion,pH larutan , dan titik akhir titrasi. Potensiometri digunakan sebagai salah satu metode
untuk mengukur konsentrasi suatu larutan,yang dijelaskan melalaui persamaan Nerst .
Elemen yang digunakan dalam potensiometri adalah Elektroda pembanding,elektroda
Indikator,Jembatan garam dan larutan yang dianalisis.
Elektroda pembanding dibagi menjadi dua ,yaitu elektroda pembanding primer dan elektroda
pembanding skunder ( elektroda kalomel dan elektroda perak ).
Elektroda Indikator dibagi menjadi dua yaitu elektroda Logam dan elektroda membran.elektroda
Logam terdiri dari tiga macam,antara lain elektroda jenis pertama ,kedua dan ketiga .sedangkan
elektroda membran dibagi menjadi elektroda membran kaca,elektroda membran padat,elektroda
membran cair dan elektroda membran gas.
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan
elektroda pembanding yang sesuai. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang
cocok untuk menentukan titik akhir titrasi .
Daftar Pustaka
 Day and Underwood, A.I. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif edisi ke 4. Jakarta: Erlangga
 Perry,R.H, and Green. 1984. Perry’s Chemical Engineering Hand Book 6th edition.
Singapore: McGraw Hill
 Vogel,A.I. 1988. A Text Book Of Quantitative Anorganic Analysis 5th edition. London:
Longman. Co.

Anda mungkin juga menyukai