Anda di halaman 1dari 6

Asma

Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini
bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi
umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa
pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)

Penyebab terjadinya asma :

- Genetik

Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.

- Infeksi bakteri pada saluran napas

Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi pada
asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan
mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada
sistem bronkial.

- Stres

Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk
mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.

- Gangguan pada sinus

Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya rhinitis alergik
dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan inflamasi membran mukus.

- Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfir
yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma.
Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim
kemarau.
Gejala utama asma meliputi sulit bernapas (terkadang bisa membuat penderita megap-
megap), batuk-batuk, dada yang terasa sesak, dan mengi (suara yang dihasilkan ketika
udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit). Apabila gejala ini kumat, sering
kali penderita asma menjadi sulit tidur.

Tingkat keparahan gejala asma bervariasi, mulai dari yang ringan hingga parah.
Memburuknya gejala biasanya terjadi pada malam hari atau dini hari. Sering kali hal ini
membuat penderita asma menjadi sulit tidur dan kebutuhan akan inhaler semakin sering.
Selain itu, memburuknya gejala juga bisa dipicu oleh reaksi alergi atau aktivitas fisik.

Gejala asma yang memburuk secara signifikan disebut serangan asma. Serangan asma
biasanya terjadi dalam kurun waktu 6-24 jam, atau bahkan beberapa hari. Meskipun
begitu, ada beberapa penderita yang gejala asmanya memburuk dengan sangat cepat
kurang dari waktu tersebut.

Selain sulit bernapas, sesak dada, dan mengi yang memburuk secara signifikan, tanda-
tanda lain serangan asma parah dapat meliputi:

-Inhaler pereda yang tidak ampuh lagi dalam mengatasi gejala.

-Gejala batuk, mengi dan sesak di dada semakin parah dan sering.

-Sulit bicara, makan, atau tidur akibat sulit bernapas.

-Bibir dan jari-jari yang terlihat biru.

-Denyut jantung yang meningkat.

-Merasa pusing, lelah, atau mengantuk.

-Adanya penurunan arus puncak ekspirasi.


Pengendalian asma
Asma menyebabkan saluran udara pernafasan menjadi ekstra sensitif untuk iritasi di
udara dan alergi udara. Selain mengambil obat dan mengikuti rencana tindakan asma
dengan dokter Anda, ada beberapa langkah lain yang dapat kita amati untuk mengontrol
frekuensi serangan asma :

- Menggunakan AC membantu untuk mengurangi jumlah iritasi yang memasuki


ruangan.
- Hindari mempunyai mainan lunak, permadani, dan item lainnya yang dapat
menyimpan debu.
- OLAH RAGA. Memiliki gaya hidup sehat membantu membangun sistem kekebalan
tubuh kita.
- Selalu menjaga inhaler di tempat yang dapat digapai dengan mudah. Ini akan
menghemat detik anda yang berharga selama serangan.
- Bersihkan barang-barang Anda secara teratur – gorden, kasur, bantal, selimut, dan
saluran AC.
- Asap tembakau dan asma tidak menular lewat sentuhan tangan. Jauhkan dirimu dari
rokok yang menyala untuk mencegah serangan yang tidak perlu.

TBC

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang
sering terjadi di Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2005).
Penyakit tuberculosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mycobacterium Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain manusia,
satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit tuberkulosis kepada manusia melalui
kotorannya (Brunner & Suddarth, 2002).

Cara penularan TB (Depkes, 2006)

- Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.


- Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.
- Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa
jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
- Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut.
- Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Gejala Tuberkulosis

TB memiliki gejala-gejala klasik yang umumnya berupa:

1. Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat mencapai 40-
41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul
kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam
influenza ini.

2. Batuk/Batuk Darah

Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk
radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja
batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-
minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

3. Sesak Napas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.

4. Nyeri Dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.

5. Malaise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa
anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin
lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
Pengendalian

Pengidap TB dapat menularkan penyakit ini jika belum menjalani pengobatan dalam jangka
waktu yang ditentukan oleh dokter. Apabila Anda mengidap TB, langkah-langkah berikut
akan sangat berguna untuk mencegah penyebarannya pada keluarga dan orang-orang di
sekitar.

- Tutupi mulut Anda saat bersin, batuk, dan tertawa. Anda juga bisa mengenakan
masker. Apabila Anda menggunakan tisu, buanglah segera setelah digunakan.
- Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
- Pastikan rumah Anda memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya sering membuka
pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat masuk.
- Tetaplah di rumah dan jangan tidur sekamar dengan orang lain sampai setidaknya
beberapa minggu setelah menjalani pengobatan.
Dafpus

Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial
Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai