Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Agama Sebagai Sumber Moral dan


Akhlak Mulia dalam Kehidupan”

Di Susun Oleh :

Amelia Triyandira

Annisa Nurul Hidayat

Dinda Agista

Dede Liklik

Eliza Rahman

Levi Olivia Septiani Putri

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR

Jalan Pasir Gede Raya No. 19 Telp (0263) 267206 Fax. 270953 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat Taufik Hidayah
serta Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini Berisi tentang Moral yang memiliki sejumlah
konteks diantaranya Agama sebagai Sumber Moral dan Ahklak Mulia dalam Kehidupan sehari-
hari. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman kita semua.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil karya kami ini
tidak luput dari kekurangan baik dari segi isi maupun penuliisan kata. Maka dari itu dengan
mengharapkan ridha Allah swt kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari
anda semua demi untuk memperbaiki makalah kami dimasa yang akan datang. Semoga Allah
swt meridhai makalah ini. Amin ya rabbal amin.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... i


Daftar isi..................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUHAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Agama ................................................................................................ 2
2.2 Pengertian Moral .................................................................................................. 3
2.3 Pengertian Penalaran Moral ................................................................................. 3
2.4 Pengertian Akhlak ................................................................................................ 4
2.5 Pengertian Etika ................................................................................................... 5
2.6 Hubungan Moral, Akhlak dan Etika ................................................................... 5
BAB III
POKOK BAHASAN
3.1 Agama sebagai Sumber Moral ............................................................................. 6
3.2 Indikator Manusia Berakhlak ............................................................................... 6
3.3 Akhlak Mulia dalam Kehidupan .......................................................................... 7
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 10
4.2.Saran .................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Di Era global yang semakin maju ini perilaku seorang muslim semakin beraneka ragam.
Sebagian besar cenderung mengikuti pola hidup mewah, bergaya dan mengikuti budaya
barat yang sangat bertentangan dengan budaya di Indonesia dan ajaran atau aturan Agama
Islam, mereka bahkan lupa dengan adanya etika, moral dan akhlak sehingga tidak terlalu
dihiraukan dan tidak dijadikan pedoman dalam hidup. Karena pada kenyataannya sebagian
besar masyarakat Indonesia kurang atau bahkan tidak perduli akan pengetahuan tentang
moral dan akhlak.
Selama ini pelajaran etika, moral dan akhlak sudah diperkenalkan sejak kita berada di
sekolah dasar, yaitu pada pelajaran agama islam dan kewarganegaraan. Namun ternyata
pelajaran etika, moral dan akhlak itu hanya dibiarkan saja seolah tidak ada manfaatnya bagi
kehidupan umat manusia didunia ini dan hanya beberapa masyarakat saja yang
mengaplikasikannya kedalam perilaku kehidupan sehari-hari, sehingga pelajaran yang telah
disampaikan menjadi sia-sia bagi yang tidak memahami atau tidak memanfaatkan ilmu
tentang etika, moral dan akhlak tersebut.
Kita terus menuntut kemajuan di era globalisasi ini tanpa memandang aspek kesantunan
budaya negeri ini. Ketidakseimbangan itulah yang pada akhirnya membuat moral semakin
jatuh dan rusak. Begitu juga dengan perilaku penyimpangan yaitu tindakan yang tidak sesuai
dengan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat yang sudah barang tentu
dapat dikatakan sebagai perilaku menyimpang. Maka dalam hal ini, agama memiliki
peranan penting dalam menurunkan tingkat masalah krisis moral tersebut dengan
menjadikan agama sebagai sumber moral.
Sebagai generasi penerus bangsa Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita para generasi
muda tidak memiliki moral dan akhlak yang mulia.. Oleh karena itu penyusun menyusun
makalah ini agar menjadi penambah suatu wawasan dan acuan dalam perbaikan moral dan
akhlak dalam kehidupan bermasyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Agama


Agama sudah menjadi bahasa Indonesia, secara etimologi berasal dari bahasa Sanksekerta
terdiri dari kata a artinya tidak, gama artinya kacau, agama berarti tidak kacau. Sebagian lain
mengatakan a adalah cara, gama adalah jalan, agama berarti cara jalan, maksudnya cara
berjalan untuk menempuh keridhaan Tuhan.
Dalam bahasa inggris agama disebut religion, berasal dari bahasa latin leregele artinnya
mengumpulkan, membaca. Relegion mengandung pengertian kumpulan cara-cara peribadatan
yang terdapat dalam kitab suci yang harus dibaca.
Dalam bahasa arab agama adalah din yang secara etimologis memiliki arti balasan atau
pahala, ketentuan, kekuasaan, pengaturan, perhitungan, taat, patuh dan kebiasaan. Agama
memang membawa peraturan, hukum yang harus dipatuhi, menguasai dan menuntut untuk
patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajarannya, membawa kewajiban yang jika tidak
dilaksanakan akan menjadi hutang yang akan membawa balasan baik kepada yang taat
memberi balasan buruk kepada yang tidak taat.
Secara terminologis, Hasby as-siddiqi mendefinisikan agama sebagai dustur (undang-undang)
ilahi yang didatangkan Allah untuk menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia didunia
untuk mencapai kerajaan dunia dan kesejahteraan akhirat. Agama adalah peraturan Tuhan
yang diberikan kepada manusia yang berisi sistem kepercayaan, sistem penyembahan dan
sistem kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan didunia dan diakhirat.
Menurut endang saefudin anshari (1990) Agama meliputi sistem kredo kepercayaan atas
adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia, sistem ritus tatacara peribadatan manusia kepada
yang mutlak dan sistem norma atau tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan
sesama manusia dan hubungan dengan alam lainnya sesuai dan sejalan dengan tata keimanan
dan tata peribadatan tersebut.
Berdasarkan klasifikasi manapun diyakini bahwa agama memiliki peranan yang signifikan
bagi kehidupan manusia karena di dalamnya terdapat seperangkat nilai yang menjadi
pedoman dan pegangan manusia. Salah satunya adalah dalam hal moral.
2.3. Pengertian Penalaran Moral
Pengertian Penalaran Moral Kohlberg (dalam Glover, 1997), mendefinisikan penalaran
moral sebagai penilaian nilai, penilaian sosial, dan juga penilaian terhadap kewajiban yang
mengikat individu dalam melakukan suatu tindakan. Penalaran moral dapat dijadikan
prediktor terhadap dilakukannya tindakan tertentu pada situasi yang melibatkan moral. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Rest (1979) bahwa penalaran moral
adalah konsep dasar yang dimiliki individu untuk menganalisa masalah sosial-moral dan
menilai terlebih dahulu tindakan apa yang akan dilakukannya.
Menurut Kohlberg (1981) penalaran moral adalah suatau pemikiran tentang masalah
moral. Pemikiran itu merupakan prinsip yang dipakai dalam menilai dan melakukan
suatu tindakan dalam situasi moral. Penalaran moral dipandang sebagai suatu struktur
bukan isi. Jika penalaran moral dilihat sebagai isi, maka sesuatu dikatakan baik atau
buruk akan sangat tergantung pada lingkungan sosial budaya tertentu, sehingga
sifatnya akan sangat relatif.
2.4. Pengertian Akhlak
Berikut ini adalah pengertian akhlak secara istilah dari sebagian para ulama:
1. Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang
biasa dilakukan.
2. Ibnu Maskawih dalam kitabnya Tahzib al-Akhlak wa Tathirul A’raq, mendefinisikan
akhlak sebagai “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan sebelumnya”
3. Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mendefinisikan akhlak sebagai: “segala
sifat yang tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan
mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.”
Dari beberapa pendapat ulama diatas dapat disimpulkan bahwa Akhlak adalah suatu keadaan
yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan
secara langsung dan berturut-turut tanpa memikirkan pemikiran lebih lanjut.
Dari beberapa definisi dan uraian singkat di atas, kita dapat mengambil dua hal penting
tentang akhlak, yaitu:
1. Akhlak yang berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak
2. Akhlak merupakan perwujudan perbuatan sebagai kebiasaan (bukan perbuatan yang
dibuat-buat, tetapi sewajarnya).
Dengan demikian akhlak dalam ajaran Islam merupakan perbuatan manusia sebagai
ekspresi atau ungkapan dari kondisi jiwa. Akhlak meskipun berpangkal dari jiwa tapi ia
tidak berhenti di dalam jiwa saja melainkan ternyatakan dalam perbuatan.
2.5. Pengertian Etika
Secara istilah etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku manusia. Sebagian
ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai teori tentang tingkah laku perbuatan
manusia dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan akal. Hanya
saja ilmu akhlak atau etika Islam tidak hanya bersumber pada akal, melainkan pula yang
terpenting adalah Al-Qur’an dan Hadits.
2.6. Hubungan Moral, Akhlak dan Etika
Etika (ilmu akhlak) bersifat teoritis sementara moral, susila, akhlak lebih bersifat praktis.
Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan mana yang buruk, susila berbicara
mana yang tabu dan mana yang tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk, benar salah,
layak atau tidak layak. Sementara etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik
atau kenapa perbuatan itu buruk. Etika menyelidiki, memikirkan, dan mempertimbangkan
tentang yang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan itu
dalam kesatuan sosial tertentu. Moral itu hasil dari penelitian etika.
Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Meskipun akhlak
dalam Islam bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah, sementara etika, moral, dan lain-lain
bersumber pada akal atau budaya setempat, tetap saja bahwa semuanya mempunyai
keterkaitan yang sangat erat. Dalam hal ini akhlak Islam sangat membutuhkan terhadap
etika, moral, dan susila karena Islam mempunyai penghormatan yang besar terhadap
penggunaan akal dalam menjabarkan ajaran-ajaran Islam, dan Islam sangat menghargai
budaya suatu masyarakat. Kalaupun adat lokal menyimpang, Islam mengajarkan kepada
umatnya agar mengubahnya tidak sekaligus melainkan secara bertaha
BAB III
POKOK BAHASAN

3.1. Agama sebagai Sumber Moral


Agama memiliki peranan penting dalam usaha menghapus krisis moral dengan menjadikan
agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama sebagai pedoman dalam
menjalani kehidupan di dinia ini. Dalam konteks Islam sumber moral itu adalah Al-Qur’an
dan Hadits.
Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama bahwa ada
beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu:
1. Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal
2. Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang
menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa
3. Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat mulia
dan terpuji, toleransi, dan manusiawi.
Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah satunya,
sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan sangat efektif dan
memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar tidak melakukan tindakan
amoral.
3.2. Indikator Manusia Berakhlak
Indikator manusia berakhlak (husn al-khulug) adalah tertanamnya iman dalam hati dan
teraplikasikannya takwa dalam perilaku. Sebaliknya, manusia yang tidak berakhlak (su’al-
khulug) adalah manusia yang ada nifaq (kemunafikan) di dalam hatinya. Nifak adalah sikap
mendua terhadap allah. Tidak ada kesesuain antara hati dan perbuatan.
Taat akan perintah Allah dan tidak mengikuti keinginan hawa nafsu dapat menyilaukan
hati. Sebaliknya, melakukan dosa dan maksiat dapat menghitamkan hati. Barang siapa
melakukan dosa kemudian menghapusnya dengan kebaikan tidak akan gelap hatinya, hanya
saja cahaya itu berkurang.
Didalam Al-Qur’an banyak ditemukan ciri-ciri manusia yang berima dan memiliki akhlak
mulia diantaranya adalah sebagai berikut :
• Istiqamah atau konsekwan dalam pendirian (QS. Al Ahqof:13),
• Suka berbuat kebaikan (QS. Al Baqarah:112),
• Memenuhi amanah dan berbuat adil (QS. An Nisa’:58),
• Kreatif dan tawakkal (QS. Ali Imron:160),
• Disiplin waktu dan produktif (QS.Al Ashr:1-4),
• Melakukan sesuatu secara profesional dan harmonis (QS. Al’Araf:31)
3.3. Akhlak Mulia dalam Kehidupan
Sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang
baik, maka itulah yang dinamakan akhlak mulia. Jika tidak sesuai dengan ketentuan Allah
dan Rasul-Nya, maka dinamakan akhlak tercela.
Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi yang menjadi dasar bagi perbuatan-perbuatan
baik, yaitu:
1. Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu bisa menentukan benar dan salah
2. Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, keadaan kekuatan amarah yang tunduk
kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.
3. Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu keadaan syahwat
yang terdidik oleh akal.
4. Kekuatan keseimbangan di antara yang tiga di atas.
Empat sendi akhlak tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik, yaitu jujur, suka
memberi kepada sesama, tawadu’, tabah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-
hal yang haram.
Sementara empat sendi-sendi akhlak batin yang tecela adalah :
1. Keji, pintar busuk, bodoh
2. Tidak bisa dikekang
3. Rakus dan statis
4. Aniaya
Keempat sendi akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan yang tercela yang
dikendalikan oleh nafsu seperti sombong, khianat, dusta, serakah, malas, kikir, dll. yang
akan mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri maupun orang lain.
Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan iman yang
dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari-hari
dan akhlak seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan seorang muslim seperti di bawah
ini:
a. Akhlak terhadap Allah
 Mentauhidkan Allah (QS. Al-Ihlas: 1-4)
 Tidak berbuat musyrik pada Allah (QS. Luqman: 13)
 Bertaqwa pada Allah (QS. An Nisa’: 1)
 Banyak berdzikir pada Allah (QS. Al-Ahzab: 41-44)
 Bertawakkal hanya pada Allah (QS. Ali Imron: 159)
b. Akhlak terhadap diri sendiri
 Sikap sabar (QS. Al Baqarah: 153)
 Sikap syukur (QS. Ibrahim: 7)
 Sikap amanah atau jujur (QS. Al Ahzab: 72)
 Sikap tawadlu’ (rendah hati) (QS. Luqman: 18)
 Cepat bertobat jika berbuat khilaf (QS. Ali Imron: 135)
 Akhlak terhadap sesama manusia
 Merajut ukhuwah atau persaudaraan (QS. Al Hujurat: 10)
 Ta’awun atau saling tolong menolong (QS. Al Maidah: 2)
 Suka memaafkan kesalahan orang lain (QS. Ali Imron: 134 & 159)
 Menepati janji (QS. At Taubah: 111).
c. Akhlak kepada Ibu, Bapak, dan Keluarga
 Berbakti kepada kedua orang tua
 Mendoakan orang tua
 Adil terhadap saudara
 Membina dan mendidik keluarga
 Memelihara keturunan
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang menjadi ukuran baik
dan buruknya adalah akal karena memang etika adalah bagian dari filsafat. Dan Moral
adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang berlaku di suatu
masyarakat. Serta, Akhlak dalam kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga
sikap hidup adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang ukurannya adalah
wahyu tuhan.
Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri kepada Tuhan), dan
istiqamah dalam hati pun bagian dari bahasan ilmu tasawuf.”
Indikator manusia berakhlak (husn al-khulug) adalah tertanamnya iman dalam hati dan
teraplikasikannya takwa dalam perilaku.
Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan iman yang
dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari- hari.
Seperti akhlak kepada Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, orang tua dan kepada alam.
4.2. Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun
dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam
kehidupan sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA

https://sintadewi250892.wordpress.com/2012/11/13/agama-sebagai-sumber-moral-dan-akhlak-
mulia-dalam-kehidupan
http://maemanah123.blogspot.co.id/2012/12/agama-sebagai-sumber-moral.html

Anda mungkin juga menyukai