1. Cerdas
Orang yang cerdas adalah orang yang mau belajar dari sejarah. Manusia dan
teknologi sudah dimulai berjuta juta tahun yang lalu. Teknologi dan perkembangan
mau melihat dan mempelajari hal yang telah ada dan mau belajar untuk
dan empiris telah disepakati bahwa peradaban bersifat timbul tenggelam . Ketika
suatu peradaban runtuh akan timbul peradaban baru, dan yang dapat bertahan adalah
orang yang kuat dan cerdas. Kemajuan di bidang agribisnis misalnya di mulai
karena manusia telah lelah berburu dan tinggal berpindah pindah sehingga budidaya
merupakan pusat keragaman hayati dan praktik pemuliaan budidaya pertama didunia
2007). Teknologi pengawetan pertama kali dikenalkan oleh bangsa mesir beribu
tahun sebelum masehi. Teknologi pengawetan yang pertama kali di temukan adalah
sehingga pada saat musim paceklik manusia masih memiliki persediaan pangan.
2. Berpedoman pada Kitab Suci
diberi akal budi untuk mengelola ciptaann- Nya di muka bumi ini. Sebagai ciptaan
Tuhan manusia wajib membangun relasi dengan Tuhan, dengan manusia dan
menjaga alam raya ciptaannya. Kitab suci mengatur dan menjelaskan hak dan
Sesempurna nya manusia masih merupakan ciptaan Tuhan oleh karena itu manusia
terikat akan kewajibannya mengemban tugas mulia dari Tuhan untuk di aktualisasi
dalam kehidupan di bumi, tidak dapat bertindak atas keinginan sendiri tetapi takhluk
Manusia yang diciptakan sebagai makhluk sosial membuat setiap orang saling
membutuhkan. Bahkan, bukan saja saling membutuhkan, tetapi manusia juga perlu
untuk sayang-menyayangi (Nurfatoni, 2008). Ada kebutuhan batin dalam diri setiap
orang untuk mengasihi dan dikasihi. Kalau kita hanya membatasi diri pada sekadar
membutuhkan orang lain, tanpa rasa saling menyayangi, maka terjadilah apa yang
manusia)(Gea, 2008). Kitab suci mengatu bagaimana sesama manusia harus saling
Manusia juga memiliki kewajiban menjaga alam semesta raya hal ini tertuang
dalam kitab kejadian 1: 26 “ Beranak cucu dan bertambah banyaklah penuhilah bumi
dan takhlukan lah, berkuasa lah atas segala ciptaan ku yang lain dan kelola lah”. Hal
menciptakan, dan menyadari diri. Untuk memberi struktur kehidupan sehingga hidup
menjadi lebih berarti (meaningful life), maka diperlukan kemampuan untuk mencari
kebenaran dan merefleksikan nilai dan keputusan diri sendiri (Kasali, 2007). Berpikir
evaluasi diri terhadap nilai dan keputusan yang diambil, lalu – dalam konteks
membuat hidup lebih berarti - melakukan upaya sadar untuk menginternalisasi hasil
Kitab suci merupakan firman Tuhan yang dibukukan dan petunjuk hidup
bagi orang beragama. Kitab suci merupakan kitab yang ditulis pada zaman dahulu
yang syarat dengan kata kata puitis yang harus di telaah lebih dalam untuk dapat
memahami arti sebenarnya (Bergantt (2007). Isi Kitab Suci ada yang tertulis dan
tersirat maknanya. Telaah kitab suci dilakukan untuk memahami pandangan kitab
suci yang tersirat maupun tersurat dengan baik dan benar dan mengangkat tema tema
penting dalam kitab suci untuk di implementasikan dalam kehidupan sehari hari
Sitompul dan Beyer (2008). Dengan memahami kitab suci secara konteks dan
konteks maka kitab suci dapat dijadikan pedoman hidup dan dapat merefleksikan
meninggalkan makna historis yang terdapat dalam Kitab suci tersebut (Issatu, 2010).
5. Berani Mempejuangkan Kebenaran
Kebenaran dalam kitab suci tidak hanya berarti tidak berbohong dan berkata
dusta namun juga berarti mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Sesuai dengan
kitab Ulangan 16:19 “ Allah adalah kebenaran karena Allah selalu berbuat sesuai
dengan janji-Nya maka janganlah bersaksi dusta” (Leks, 2008). Hal ini menunjukkan
Kebenaran adalah ungkapan cinta kasih. Orang harus menjaga lisan dan tulisannya
mayoritas materi ataupun jabatan, akan tetapi tidak mereka gunakan untuk membela
kebenaran dan keadilan melainkan digunakan untuk membela yang lemah dan
minoritas (Kasali 2007). Yang ada mereka cuma memikirkan kepentingan sendiri
atau untuk menguasai yang lain. Badan hukum yang seharusnya menindak pun tidak
tegas karena kedudukan dan kekuasaan yang dimiliki orang orang tersebut membuat
para penegak hukum takut terkena imbas bahkan kehilangan pekerjaan apabila
menghukum para penguasa yang menyeleweng (Haryanto, 2008). Hal ini harus
secepatnya diubah. Menurut Harrington (2009) generasi masa depan harus belajar
untuk bersikap tegas dalam menindak sesuatu yang salah meskipun sendiri dan
ilmu dan melakukan penelitian yang dapat memberi sumbangsih bagi negara demi
kemajuaan pribadi dan mewujudkan bagian tridharma perguruan tinggi (Ali, 2009).
Menurut Djojodibroto (2009) perguruan tinggi berfungsi mencetak manusia yang
pengetahuan itu sendiri. Hal ini akan menjadikan manusia tersebut berguna di
msyarakat dan dapat mengelola alam sesuai bidang yang digeluti nya masing masing.
Menurut Pongtuluran (2015) Indonesia merupakan negara yang sangat kaya sumber
daya alamnya, namun karena keterbatasan kemampuan untuk mengeola hampir 90%
kekayaan negara jatuh kepihak luar yang mengelola lahan Indonesia. Mencari ilmu
kemampuan sumber daya manusia (SDM) agar kekayaan alam dapat diolah oleh
bangsa Indonesia (Arifin, 2007) . Hal ini akan meningkatkan pendapatan perkapita
Kemampuan berpikir dan iman harus seimbang dalam diri manusia untuk
dapat menjadi manusia yang berhasil dalam pendidikan akademik dan juga
kehidupan sosialnya (McGrath, 2009). Banyak orang yang cerdas secara akademik
tetapi gagal dalam pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Menurut Gata (2013) hal ini
(SQ) yang rendah. Keseimbangan antara kecerdasan pikiran, emosional dan spritual
harus lah seimbang. Manusia yang SQ nya tinggi apabila tidak memiliki EQ dan IQ
juga hanya akan menjadi orang yang bodoh dan terbelakang, sedangkan orang
dengan EQ tinggi tanpa dibarengi SQ dan IQ akan menjadi sesorang yang apatis
akan sekelilingnya. Keseimbangan ketiga hal itu akan menciptakan manusia yang
cerdas, disiplin, rendah hati dan tetap takut akan Tuhan (Andrian, 2010).
8. Akal Pikiran Dalam Menafsirkan Kitab Suci
Kitab suci adalah Firman Tuhan. Tetapi beberapa penafsiran atas kitab suci
bukanlah Firman Tuhan (Bergant, 2007). Ada banyak kultus dan kelompok-
kelompok yang memakai kitab suci dan mengklaim bahwa penafsiran merekalah
yang paling tepat. Seringkali, penafsiran-penafsiran tersebut berbeda satu sama lain
bahkan bisa sangat bertentangan. Hal ini tidaklah berarti bahwa kitab suci adalah
menafsirkannya dan metode yang dipakai (Pilon, 2007). Kesalahan dalam penafsiran
Menurut Alan (2008) beberapa prinsip mengenai penafsiran Alkitabiah, kita harus
mengingat kembali akan dua syarat yang dasar yaitu meyakini bimbingan Tuhan
dengan iman untuk dapat menafsirkan dengan benar dan juga daya analisa untuk
Orang yang mementingkan diri sendiri merupakan salah satu ciri dari orang
yang masih bayi rohani. Menurut Gea (2008) orang yang imannya cetek tidak perduli
dengan kepentingan orang lain maupun kepentingan Tuhan, namun mereka terus
pusing dengan kepentingan diri mereka sendiri. Sebaliknya orang yang dewasa
atas kepentingan mereka sendiri (Sirait, 2014). Mereka akan mengutamakan Tuhan
mengatakan justru pada waktu kita melepas keinginan kita dan mengutamakan
KerajaanNya malah Tuhan akan memberkati kita dengan semua yang kita perlukan
secara berlimpah-limpah. 1Korintus 2:9 “Bahkan apa yang tidak pernah kita
pikirkan, kita lihat dan kita dengar akan ditambahkan sekalian bagi kita” (McGrath,
2009).
Sumber daya alam adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi
atau unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi
juga non fisik. Menurut Suriani dan Razak (2011) sumber daya alam adalah sesuatu
yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia
agar hidup lebih sejahtera yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita.
alam untuk mendukung pembangunan. Dalam penggunaan sumber daya alam tadi,
ketersediaan dan keterbatasan sumber daya alam. Jika hal ini diabaikan terus-
menerus oleh manusia, maka akan terjadi kelangkaan sumber daya alam bahkan
sumber daya alam akan habis. Sumber daya alam senantiasa harus dikelola secara
mendorong upaya perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi