PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Makalah ini membuat masyarakat mengerti bahwa suap menyuap
termasuk bagian dari korupsi yang dapat merugikan negara, serta membuat
masyarakat tidak melakukan suap menyuap apalagi korupsi karena mereka telah
mengetahui hukuman bagi pelakunya dan kerugian yang akan dialami oleh negara
akibat perbuatan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi, selain pengaturan suap dan gratifikasi berbeda, definisi dan sanksinya
juga berbeda. Dari definisi tersebut di atas, tampak bahwa suap dapat berupa janji,
sedangkan gratifikasi merupakan pemberian dalam arti luas dan bukan janji. Jika
melihat pada ketentuan-ketentuan tersebut, dalam suap ada unsur “mengetahui
atau patut dapat menduga” sehingga ada intensi atau maksud untuk
mempengaruhi pejabat publik dalam kebijakan maupun keputusannya. Sedangkan
untuk gratifikasi, diartikan sebagai pemberian dalam arti luas, namun dapat
dianggap sebagai suap apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.
Jadi, dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia memang masih
belum terlalu jelas pemisahan antara perbuatan pidana suap dan perbuatan pidana
gratifikasi karena perbuatan gratifikasi dapat dianggap sebagai suap jika diberikan
terkait dengan jabatan dari pejabat negara yang menerima hadiah tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengembangan bentuk-bentuk tindak pidana korupsi yang telah
terjadi, khususnya yang berkaitan dengan tindak pidana suap menyuap. Hal ini
ternyata dari pengaturan tindak pidana kejahatan dalam jabatan menurut KUHP,
terutama perbuatan suap berupa tujuh bentuk tindak pidana. Perluasan pengaturan
tindak pidana suap menyuap ini menunjukkan keseriusan Pemerintah dalam upaya
memberantas korupsi di negeri Indonesia yang kita cintai ini.
3.2 Saran
Suap menyuap yang berkaitan dengan publik adalah inti dari tindakan
korupsi sebaiknya perbuatan itu harus segera di atasi agar tidak terjadi kerugian
kepada Bangsa Indonesia
DAFTAR PUSTAKA