Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HEMIANOPSIA BITEMPORAL
22010117210004
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
susunan saraf optikus dan akibat kerusakan pada unsur non-saraf seperti kornea, lensa
dan korpus vitreus. Lapangan pada layar yang dapat terlihat secara monocular atau
dengan satu mata dinamakan medan penglihatan. Medan penglihatan tiap orang dapat
ditentukan dengan menggunakan alat yang dinamakan perimeter. Alat yang lebih
sederhana untuk menentukan medan penglihatan ialah kampimeter, suatu papan hitam
dimana tertera garis-garis radial suatu bundaran. Medan penglihatan tiap mata dapat
memperlihatkan bentuk yang khas untuk tiap lesi pada susunan nervus optikus.
lapangan pandang yang tidak dapat dilihat, fotofobia atau mata mudah menjadi silau.
penglihatan yang terbaik berada di fovea atau puncak bukit dan menurun secara
progresif ke perifer. Pada orang normal, lapangan pandang meluas hingga sekitar 500
ke arah superior, 600 ke arah nasal, 700 ke arah inferior,dan 500 ke arah temporal. Di
sisi temporal lapang pandang terletak bintik buta antara 100 dan 200
yang tertuju pada perubahan papil. Papil adalah tempat serabut nervus optikus
memasuki mata. Papil yang normal mempunyai bentuk yang lonjong, warna jingga
muda, dibagian temporal sedikit pucat, batas dengan sekitarnya (retina) tegas,
bercabang ke atas dan ke bawah, jalannya arteri agak lurus, sedangkan vena
pandang pada satu atau kedua mata. Pada penglihatan hemianopsia bitemporal terjadi
kehilangan pada sebagian luar (temporal atau lateral) dari kedua lapang pandang kanan
dan kiri. Hemianopsia bitemporal sering dikaitkan dengan gangguan langsung pada
chiasma optikum, sebagai lokasi intracranial dimana lesi tunggal dapat menyebabkan
defek pada pola penglihatan bitemporal. Lokasi chiasma optikum berdekatan dengan
kelenjar pituitary, sehingga pembesaran maupun tumor pada kelenjar tersebut menjadi
penyebab primer defek lapangan pandang bitemporal yang progresif. Selain tumor
pada pituitary, Moore (2017) dari Texas, melaporkan bahwa pasien dengan
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
pandang pada satu atau kedua mata. Pada penglihatan hemianopsia bitemporal terjadi
kehilangan pada sebagian luar (temporal atau lateral) dari kedua lapang pandang kanan
dan kiri. Informasi dari lapang pandang temporal yang jatuh pada retina (medial) nasal.
Retina nasal bertanggung jawab untuk membawa informasi melalui syaraf optik, dan
melintasi ke sisi lain di kiasma optikum. Ketika ada kompresi pada kiasma optikum
dorongan visual dari kedua retina nasal yang terkena, menyebabkan ketidakmampuan
untuk melihat sisi temporal, atau perifer. Fenomena ini dikenal sebagai hemianopsia
bitemporal. Mengetahui aliran jaras penglihatan melalui saluran optik sangat penting
Hemianopia bitemporal merupakan salah satu gejala dari sindrom kiasma optik.
Penyebab yang paling umum dari sindrom kiasma optik adalah adenoma pituitari,
meningioma suprasellar, kraniofaringioma, dan aneurisma yang berasal dari arteri
karotis internal
oleh sel-sel batang dan sel kerucut di retina, (dapat dianggap sebagai end-organ
tonjolan (prosesus) yang bersinap dengan sel bipolar (neuron kedua dijaras
akson sel ganglion membentuk lapisan serat saraf pada retina dan menyatu membentuk
nervus optikus.
kiasma lebih dari separuh serabut (yang berasal dari separuh retina) mengalami
dekusasi dan menyatu dengan serabut-serabut temporal yang tidak menyilang dari
tiap mata membentuk traktus optikus kiri dan berproyeksi pada hemisfer serebrum
kiri.demikian juga, separuh kiri lapangan pandang berproyeksi pada hemisfer serebrum
meninggalkan traktus tepat di sebelah anterior nucleus dan melewati brachium coliculli
melalui crus posterius capsula interna dan kemudian menyebar seperti kipas dalam
radiation optica yang melintasi lobus temporalis dan parietalis dalam perjalanan
Kiasma Optikum
dan tebal 4 mm. Ia membentuk sudut hampir 450 dan mendapat suplai darah dari
cabang arteri serebral anterior proksimal dan arteri komunikans anterior. Kiasma
terletak di bagian anterior dari hipotalamus dan bagian anterior dari ventrikel ketiga.
berlawanan dan bergabung dengan serat kontralateral yang sama. Serat inferior (yang
menyajikan lapangan pandang superior adalah yang pertama menyilang. serat makula
Gambar 1 Tampilan basal dari otak, memperlihatkan jalur visual anterior dan
posterior
Gambar 2 Diseksi anatomi kiasma optikuma dan struktur yang mengelilinginya
Hemianopsia bitemporal paling sering terjadi sebagai akibat dari tumor yang
terletak di kiasma optikum. Karena struktur yang berdekatan adalah kelenjar hipofisis,
beberapa tumor umum yang menyebabkan kompresi adalah adenoma hipofisis dan
meningioma. Etiologi yang berasal dari vaskular adalah aneurisma arteri karotis
interna, arteri serebral anterior, dan arteri komunikans arterior yang menyebabkan
Secara umum, lesi pada kiasma optikum menyebabkan defek lapangan pandang
hemianopia bitemporal. Pada awalnya, defek ini biasanya tidak lengkap dan sering
menjadi komplit, lapangan pandang nasal inferior dan superior kemudian terkena, dan
Lesi pada kiasma menyebabkan terjadinya pemisahan antara serat retina nasal dan
temporal di kiasma. Terjadinya kehilangan lapangan pandang pada akibat lesi pada
bitemporal hemianopia.
Berikut ini adalah klasifikasi defek lapangan pandang brdasarkan letak lsi pada
kiasma :
pada mata yang berlawanan sebagai akibat dari kerusakan 1 saraf optik
sebagai sindrom WIlbrad Knee ( terdapat serat yang bersilangan ke dalam saraf
optik kontralateral) yang tidak pasti. Dalam kasus yang jarang terjadi, adanya
massa dapat menekan kiasma (di bagian nasal) serat saraf optik intrakranial
Lesi pada kiasma bagian belakang dapat menekan serat yang menyilang di
meridian vertikal
yang terletak di kiasma optikum. Karena struktur yang berdekatan adalah kelenjar
hipofisis dan kraniofaringioma. Juga etiologi neoplastik lainnya yang relatif umum
adalah meningioma. Etiologi yang berasal dari vaskular adalah aneurisma dari arteri
anterior penghubung yang timbul unggul kiasme, memperbesar, dan kompres itu
dari atas. Berikut beberapa etiologi primer yang menyebabkan cedera pada chiasma
optikum
2.3.1 Tumor Hipofisis
tidak hanya untuk tumor yang berkaitan dengan galaktorea tetapi juga untuk
penglihatan dan lapang pandang dapat pulih secara dramatis setelah tekanan
2.3.2 Kraniofaringioma
ditemukan yang berasal dari sisa epitel kantung Rathke (80% dari populasi
normal memiliki sisa tersebut) dan secara khas menjadi simptomatik antara
usia 10 sampai 25 tahun tetapi kadang-kadang belum sampai usia 60 atau
intraselar. Gejala dan tanda sangat bervariasi sesuai usia pasien dan letak
Pada tumor yang telah ada sejak bayi dapat dijumpai hipoplasia saraf
anak.
tuberkulum selar dan planum sfenoidale, dan banyak pasien adalah wanita.
sering terjadi secara dini (tetapi secara asimetris) diikuti olrh kerusakan
berkaitan dengan erosi tulang dan tumor padat berkalsifikasi adalah tanda
utama meningioma pada pemeriksaan radiologi. Pengobatan merupakan
Gambar 8. Meningioma: T1-weighted coronal magnetic resonance images (MRIs) showing (A) a
tuberculum sellae meningioma;
(B) a medial sphenoid ridge meningioma extending on to the lateral body of the chiasm; and
(C) T1-weighted axialMRI showing cavernous sinus meningioma extending medially to involve
the chiasm and with en plaque extension towards
the tentorium and anteriorly over the temporal surface. GAD: the scan was undertaken after
injection of gadolinium, a paramagnetic
contrast agent.
Gambar 8. Malignant glioma of the chiasm: (A) coronal T1-weighted scan showing enlargement and
enhancement of the chiasm; (B) axial scan of the same lesion.
2.4 Diagnosis
1) Anamnesis
cepat timbulnya gejala. Obat-obat mata yang digunakan belakangan ini serta
gangguan mata yang pernah maupun sedang terjadi harus ditanyakan. Riwayat
penyakit yang ada dalam keluarga juga ditanyakan, penyakit sistemik maupun
media refrakta, gangguan fungsi retina (macula), nervus optikus atau jaras
visual intracranial.
perifer. Yang perifer bersifat fokal, seperti scotoma atau lebih luas, yaitu pada
berupa hemianopsia bitemporal. Pada awalnya defek ini biasanya tidak lengkap
adanya persimpangan daridua lapangan pandang yang buta setelah titik focus
dalam konvergensi. Oleh karena itu objek yang terlihat berada di belakang
objek yang lain akan hilang ketika mata terfokus pada objek di depan.
kesulitan saat membaca dan adanya pandangan ganda, hilang ataupun deviasi
vertical pada kata kata yang dibaca dalam sat ugaris horizontal.
a. Uji Konfrontasi
1 meter. Mata kanan pasien dengan mata kiri pemeriksa saling berhadapan.
Sebuah benda dengan jarak yang sama digeser perlahan-lahan dari perifer
memberi tahu. Pada keadaan ini bila pasien melihta pada saat yang bersamaan
dengan pemeriksa berarti lapang pandangan pasien adalah normal. Syarat
bagian ruangan yang terlihat oleh satu mata dalam sikap diam memandang
1) Kampimeter
Bjerrum (suatu tabir kain berwarna hitam) dengan fiksasi satu mata
2) Perimeter
letak tumor dan perjalanan klinisnya. Radiasi dapat diberikan selama fase
nervus optikus bila tumor nervus optikus mulai meluas secara agresif ke
PENUTUP
susunan saraf optikus dan akibat kerusakan pada unsur non-saraf seperti kornea, lensa
dan korpus vitreus. Lapangan pada layar yang dapat terlihat secara monocular atau
pandang pada satu atau kedua mata. Pada penglihatan hemianopsia bitemporal terjadi
kehilangan pada sebagian luar (temporal atau lateral) dari kedua lapang pandang kanan
dan kiri. Informasi dari lapang pandang temporal yang jatuh pada retina (medial)
nasalHemianopia bitemporal merupakan salah satu gejala dari sindrom kiasma optik.
Penyebab yang paling umum dari sindrom kiasma optik adalah adenoma pituitari,
karotis internal
berupa ketajaman penglihatan yang menurun, lapangan pandang yang berkurang, yang
cedera pada chiasma optikum, perlu dilakukan pemeriksaan radiologis kepala (CT
Scan, MRI).
Tatalaksana pada hemianopsia berupa terapi terhadap penyebab primernya,
2. Ilyas, Prof. Dr. H. Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2006.
3. Eva PR,Whitcher JP. Vaughan and Ashbury Oftalmologi Umum edisi 17.
USA:McGraw-Hill. 2007
6. Kidd, D. The Optic Chiasm dalam Handbook of Clinical Neurology vol 136.
Elsevier : 2016