Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Transportasi
2.1.1. Konsep Dasar Transportasi
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke
tempat lainnya dalam waktu tertentu dengan menggunakan sebuah kendaraan yang
digerakkan oleh manusia, hewan, maupun mesin.
Transportasi manusia atau barang biasanya bukanlah merupakan tujuan
akhir, oleh karena itu permintaan akan jasa transportasi dapat disebut sebagai
permintaan turunan (derived demand) yang timbul akibat adanya permintaan akan
komoditas atau jasa lainnya. Dengan demikian permintaan akan transportasi baru
akan ada apabila terdapat faktor-faktor pendorongnya. Permintaan jasa transportasi
tidak berdiri sendiri, melainkan tersembunyi dibalik kepentingan yang lain
(Morlok, 1984).
Pada dasarnya permintaan angkutan diakibatkan oleh hal- hal berikut
(Nasution, 2004):
1. Kebutuhan manusia untuk berpergian dari lokasi lain dengan tujuan
mengambil bagian di dalam suatu kegiatan, misalnya bekerja, berbelanja,
ke sekolah, dan lain- lain.
2. Kebutuhan angkutan barang untuk dapat digunakan atau dikonsumsi di
lokasi lain
Pengertian transportasi yang dikemukakan oleh Nasution (1996) diartikan
sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan.
Sehingga dengan kegiatan tersebut maka terdapat tiga hal yaitu adanya muatan yang
diangkut, tersedianya kendaraan sebagai alat angkut, dan terdapatnya jalan yang
dapat dilalui. Proses pemindahan dari gerakan tempat asal, dimana kegiatan
pengangkutan dimulai dan ke tempat tujuan dimana kegiatan diakhiri. Untuk itu
dengan adanya pemindahan barang dan manusia tersebut, maka transportasi
merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang kegiatan ekonomi (the
promoting sector) dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan
ekonomi.
Pengertian lainnya dikemukakan oleh Soesilo (1999) yang mengemukakan
bahwa transportasi merupakan pergerakan tingkah laku orang dalam ruang baik

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 5


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

dalam membawa dirinya sendiri maupun membawa barang-barang. Selain itu,


Tamin (1997:5) mengungkapkan bahwa , prasarana transportasi mempunyai dua
peran utama, yaitu: (1) sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di
daerah perkotaan; dan sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang
yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut. Dengan melihat
dua peran yang di sampaikan di atas, peran pertama sering digunakan oleh
perencana pengembang wilayah untuk dapat mengembangkan wilayahnya sesuai
dengan rencana. Misalnya saja akan dikembangkan suatu wilayah baru dimana pada
wilayah tersebut tidak akan pernah ada peminatnya bila wilayah tersebut tidak
disediakan sistem prasarana transportasi. Sehingga pada kondisi tersebut, parsarana
transportasi akan menjadi penting untuk aksesibilitas menuju wilayah tersebut dan
akan berdampak pada tingginya minat masyarakat untuk menjalankan kegiatan
ekonomi.
Hal ini merupakan penjelasan peran prasarana transportasi yang kedua,
yaitu untuk mendukung pergerakan manusia dan barang. Kegiatan ekonomi dan
transportasi memiliki keterkaitan yang sangat erat, dimana keduanya dapat saling
mempengaruhi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Tamin (1997:4) bahwa
pertumbuhan ekonomi memiliki keterkaitan dengan transportasi, karena akibat
pertumbuhan ekonomi maka mobilitas seseorang meningkat dan kebutuhan
pergerakannya pun menjadi meningkat melebih kapasitas prasarana transportasi
yang tersedia. Hal ini dapat disimpulkan bahwa transportasi dan perekonomian
memiliki keterkaitan yang erat.
Di satu sisi transportasi dapat mendorong peningkatan kegiatan ekonomi
suatu daerah, karena dengan adanya infrastruktur transportasi maka suatu daerah
dapat meningkat kegiatan ekonominya. Namun di sisi lain, akibat tingginya
kegiatan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi meningkat maka akan timbul
masalah transportasi, karena terjadinya kemacetan lalu lintas, sehingga perlunya
penambahan jalur transportasi untuk mengimbangi tingginya kegiatan ekonomi
tersebut. Pentingnya peran sektor transportasi bagi kegiatan ekonomi
mengharuskan adanya sebuah sistem transportasi yang handal, efisien, dan efektif.
Transportasi yang efektif memiliki arti bahwa sistem transportasi yang memenuhi
kapasitas yang angkut, terpadu atau terintegrasi dengan antar moda transportasi,
tertib, teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman, nyaman dan biaya terjangkau

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 6


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

secara ekonomi. Sedangkan efisien dalam arti beban publik sebagai pengguna jasa
transportasi menjadi rendah dan memiliki utilitas yang tinggi.

2.1.2 Transportrasi Sebagai Suatu Sistem


Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem transportasi secara menyeluruh
(makro) merupakan interakasi yang saling mempengaruhi dan saling terkait, seperti
terlihat pada gambar 2.1, antara berbagai sistem transportasi yang lebih kecil
(mikro), yaitu:
a. Sistem kegiatan
b. Sistem jaringan prasarana transportasi
c. Sistem pergerakan lalu lintas
d. Sistem kelembagaan

Gambar 2.1. Sistem Transportasi Makro


Sumber: Tamin (1997)

Setiap tata guna lahan atau sistem kegiatan (sistem transportasi mikro
pertama) mempunyai jenis kegiatan tertentu, misalnya dalam bidang ekonomi,
pendidikan, sosial atau kebudayaan, akan membangkitkan pergerakan dan/atau
menarik pergerakan dalam proses pemenuhan kebutuhan. Kegiatan yang timbul
dalam sistem ini membutuhkan pergerakan apabila alat pemenuhan kebutuhan
dari individu-individu yang ada tidak dapat dipenuhi oleh tata guna lahan tersebut.
Besarnya pergerakan yang terjadi sangat tergantung pada jenis dan intensitas
kegiatan yang dilakukan.
Pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan/atau barang tersebut
membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) sebagai tempat

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 7


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

moda transportasi tersebut bergerak. Prasarana transportasi yang diperlukan


merupakan sistem mikro kedua yaitu sistem jaringan prasarana transportasi yang
meliputi sistem jaringan jalan raya, rel, stasiun, terminal dan lain sebagainya.
Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan akan menghasilkan
sistem mikro yang ketiga yaitu sistem pergerakan manusia/dan atau barang dalam
bentuk pergerakan kendaraan dan/atau orang.
Sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem pergerakan akan saling
mempengaruhi dalam sistem transportasi makro, seperti terlihat pada Gambar 2.1.
Perubahan pada salah satu sistem mikro akan mempengaruhi sistem mikro lainnya.
Perubahan pada sistem kegiatan akan mempengaruhi sistem jaringan melalui
perubahan pada tingkat pelayanan dari sistem jaringan. Sedangkan perubahan pada
sistem jaringan akan mempengaruhi sistem kegiatan melalui peningkatan mobilitas
dan aksesibilitas dari sistem pergerakan tersebut. Selain itu sistem pergerakan yang
dapat menciptakan pergerakan yang lancar pada akhirnya akan mempengaruhi
kembali sistem kegiatan dan sistem jaringan dalam bentuk aksesibilitas dan
mobilitas.
Dalam usaha untuk mempertahankan pola interaksi yang selaras, serasi dan
seimbang di antara ketiga sistem transportasi mikro tersebut, diperlukan sistem
transportasi mikro tambahan yaitu sistem kelembagaan yang meliputi individu,
kelompok, lembaga, instansi pemerintah atau swasta yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dalam setiap sistem mikro tersebut.

2.1.2 Masalah Transportasi


Permasalahan transportasi menurut Tamin (1997:5) tidak hanya terbatas
pada terbatasnya prasarana transportasi yang ada, namun sudah merambah kepada
aspek-aspek lainnya, seperti pendapatan rendah, urbanisasi yang cepat, terbatasnya
sumber daya, khususnya dana, kualitas dan kuantitas data yang berkaitan dengan
transportasi, kualitas sumber daya manusia, disiplin yang rendah, dan lemahnya
perencanaan dan pengendalian, sehingga aspek-aspek tersebut memperparah
masalah transportasi. Menurut Sukarto (2006) penyelesaian masalah transportasi di
perkotaan merupakan interaksi antara transpor, tata guna lahan (land use), populasi
penduduk dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah perkotaan. Sehingga transportasi
sangat berhubungan dengan adanya pembangkitan ekonomi di suatu daerah

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 8


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

perkotaan guna memacu perekonomian setempat, penciptaan lapangan kerja, dan


untuk mengerakan kembali suatu daerah. Di dalam mengatasi permasalahan
transportasi, Sukarto (2006) mengungkapkan bahwa untuk pemilihan moda
transportasi pada dasarnya ditentukan dengan mempertimbangkan salah satu
persyaratan pokok, yaitu pemindahan barang dan manusia dilakukan dalam jumlah
terbesar dan jarak yang terkecil. Dalam hal ini transportasi massal merupakan
pilihan yang lebih baik dibandingkan transportasi individual. Kajian bidang
transportasi memiliki perbedaan dengan kajian bidang lain, karena kajian
transportasi cukup luas dan beragam serta memiliki kaitan dengan bidang-bidang
lainnya. Singkatnya, menurut Tamin (1997:11) kajian transportasi akan melibatkan
kajian multi moda, multi disiplin, multi sektoral, dan multi masalah. Keempatnya
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Multi moda, kajian masalah transportasi selalu melibatkan lebih dari satu
moda transportasi. Hal ini karena obyek dasar dari masalah transportasi
adalah manusia dan/atau barang yang pasti melibatkan banyak moda
transportasi. Apalagi secara geografis, Indonesia merupakan negara dengan
ribuan pulau, sehingga pergerakan dari satu tempat ke tempat lain tidak akan
mungkin hanya melibatkan satu moda saja. Hal ini sesuai dengan konsep
Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) yang menggunakan konsep sistem
integrasi antarmoda.
2. Multi disiplin, kajian masalah transportasi melibatkan banyak disiplin ilmu
karena kajiannya sangat beragam, mulai dari ciri pergerakan, pengguna jasa,
sampai dengan prasarana atau pun sarana transportasi itu sendiri. Adapun
bidang keilmuan yang dilibatkan diantaranya adalah rekayasa, ekonomi,
geografis, operasi, sosial politik, matematika, informatika dan psikologi
3. Multi sektoral, yaitu melibatkan banyak lembaga terkait (baik pemerintah
maupun swasta) yang berkepentingan dengan masalah transportasi. Sebagai
contoh dalam kasus terminal bus, maka lembaga-lembaga yang terkait
diantaranya adalah DLLAJ, BPN, Dinas Tata Kota, Kepolisian, Perusahaan
Operator Bus, Dinas Pendapatan Daerah, dan lainnya.
4. Multi masalah, karena merupakan kajian multi moda, multi disiplin, dan
multi sektoral, maka akan menimbulkan multi masalah. Permasalahan
tersebut sangat beragam dan mempunyai dimensi yang sangat luas pula,

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 9


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

seperti masalah sosial, ekonomi, operasional, pengguna jasa dan lainnya.


Keempat aspek di atas memberikan indikasi bahwa masalah transportasi
merupakan masalah yang cukup kompleks sehingga perlunya keterkaitan
pada keempat aspek di atas. Namun demikian, transportasi memberikan
peran yang sangat penting bagi pembangunan nasional secara keseluruhan,
bahkan sebagai aspek penting dalam kerangka ketahanan nasional.
Pemecahan masalah transportasi tidaklah serumit kompleksitas, hal ini
seperti yang disampaikan oleh Wells (1975), karena menurutnya di dalam
pemecahan transportasi dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Membangun prasarana transportasi dengan dimensi yang lebih besar
sehingga kapasitasnya sesuai dengan atau melebihi kebutuhan;
b. Mengurangi tuntutan akan pergerakan dengan mengurangi jumlah
armada yang menggunakan jalur transportasi; dan
c. Menggabungkan poin pertama dan kedua di atas, yaitu menggunakan
prasarana transportasi yang ada secara optimum, membangun prasarana
transportasi tambahan, dan sekaligus melakukan pengawasan dan
pengendalian sejauh mungkin atas meningkatnya kebutuhan akan
pergerakan.

2.1.3 Peran dan Manfaat Transportasi


Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam menentukan daerah
kajian dari studi yang dia lakukan (Tamin, 2000):
 Dalam menentukan daerah kajian seharusnya sudah dipertimbangkan
sasaran pelaksanaan kajian, permasalahan transportasi yang akan dimodel
dan tipe pergerakan yang akan dikaji.
 Untuk kajian yang sifatnya sangat strategis, daerah kajian harus
didefinisikan sehingga mayoritas pergerakan mempunyai zona asal dan
zona tujuan di dalam daerah kajian tersebut.
 Permasalahan yang sama timbul dalam kajian manajemen Ialu lintas di
suatu wilayah terbatas karena mungkin kebanyakan pergerakan mempunyai
zona asal dan zona tujuan yang berasal dari luar batas daerah kajian
 Daerah kajian hendaknya sedikit lebih luas daripada daerah yang akan
diamati sehingga kemungkinan adanya perubahan zona tujuan atau

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 10


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

pemilihan rute yang lain dapat teramati.


Wilayah di luar daerah kajian sering dibagi menjadi beberapa zona ekstemal
yang mencerminkan keadaan diluar daerah kajian, sedangkan daerah kajian sendiri
dibagi menjadi beberapa zona internal.
Menurut Soesilo (1997) transportasi memiliki manfaat yang sangat besar
dalam mengatasi permasalahan suatu kota atau daerah. Beberapa manfaat yang
dapat disampaikan adalah:
1. Penghematan biaya operasi
Penghematan ini akan sangat dirasakan bagi perusahaan yang menggunakan
alat pengangkutan, seperti bus dan truk. Penghematan timbul karena bertambah
baiknya keadaan sarana angkutan dan besarnya berbeda-beda sesuai dengan jenis
kendaraanya dan kondisi sarananya. Dalam hal angkutan jalan raya, penghematan
tersebut dihitung untuk tiap jenis kendaraan per km, maupun untuk jenis jalan
tertentu serta dengan tingkat kecepatan tertentu.
Biaya-biaya yang dapat diperhitungkan untuk operasi kendaraan adalah sebagai
berikut:
 Penggunaan bahan bakar, yang dipengaruhi oleh jenis kendaraan,
kecepatan, naik turunya jalan, tikungan dan jenis permukaan jalan.
 Penggunaan pelumas;
 Penggunaan ban;
 Pemeliharaan suku cadang;
 Penyusutan dan bunga;
 Waktu supir dan waktu penumpang.
2. Penghematan waktu
Manfaat lainnya yang menjadi penting dengan adanya proyek transportasi
adalah penghematan waktu bagi penumpang dan barang. Bagi penumpang,
penghemata waktu dapat dikaitkan dengan banyaknya pekerjaan lain yang dapat
dilakukan oleh penumpang tersebut. Untuk menghitungnya dapat dihitung dengan
jumlah penumpang yang berpergian untuk satu usaha jasa saja; dan dapat pula
dihitung dengan tambahan waktu senggang atau produksi yang timbul apabila
semua penumpang dapat mencapai tempat tujuan dengan lebih cepat. Adapun
manfaat dari penghematan waktu tersebut dapat dihitung dengan mengalikan
perbedaan waktu tempuh dengan rata-rata pendapatan per jam dari jumlah pekerja

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 11


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

yang menggunakan fasilitas tersebut. Manfaat penghematan waktu untuk barang


terutama dilihat pada barang-barang yang cepat turun nilainya jika tidak segera
sampai di pasar, seperti sayur-sayuran, buah-buahan dan ikan. Manfaat lain akibat
adanya penghematan waktu tempuh adalah biaya modal (modal atas modal kerja)
sehubungan dengan pengadaan persediaan.

3. Pengurangan kecelakaan
Untuk proyek-proyek tertentu, penguranga kecelakaan merupakan suatu
manfaat yang nyata dari keberadaan transportasi. Seperti perbaikanperbaikan
sarana transportasi pelayaran, jalan kereta api dan sebagainya telah dapat
mengurangi kecelakaan. Namun di Indonesia, masalah ini masih banyak belum
mendapat perhatian, sehingga sulit memperkirakan besarnya manfaat karena
pengurangan biaya kecelakaan. Jika kecelakaan meningkat dengan adanya
peningkatan sarana dan pra sarana transportasi, hal ini menjadi tambahan biaya atau
bernilai manfaat negatif.

4. Manfaat akibat perkembangan ekonomi


Pada umumnya kegiatan transportasi akan memberikan dampak terhadap
kegiatan ekonomi suatu daerah. Besarnya manfaat ini sangat bergantung pada
elastisitas produksi terhadap biaya angkutan. Tambahan output dari kegiatan
produksi tersebut dengan adanya jalan dikurangi dengan nilai sarana produksi
merupakan benefit dari proyek tersebut.

5. Manfaat tidak langsung


Merupakan manfaat yang didapat karena terhubungnya suatu daerah dengan
daerah lain melalui jalur transportasi. Selain manfaat karena terintegrasinya dua
daerah tersebut, maka akan terjadi pemerataan pendapatan dan prestise, sehingga
manfaat ini sangat sulit untuk diperhitungkan secara kuantitatif.
2.2 Sistem Zona
Zona merupakan suatu satuan ruang dalam tahapan perencanaan transportasi
yang mewakili suatu wilayah tertentu yang memiliki karakteristik tertentu pula.
Salah satu ha! yang mendasar pada proses pembagian zona adalah identifikasi
sistem kegiatan (guna lahan) yang signifikan terjadi di wilayah tersebut, dan

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 12


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

identifikasi tingkat keseragaman tata guna lahan yang diwakili oleh masing-masing
zona.
Aktivitas tata guna lahan atau sistem kegiatan diasumsikan berlokasi pada
thik tertentu dalam zona yang disebut pusat zona. Sehubungan dengan kebutuhan
akan keseragaman sistem kegiatan dari suatu zona, maka tiga dimensi yang cukup
penting untuk diperhatikan adalah jumlah zona, ukuran atau luas zona, dan intensitas
kegiatan di dalam zona. Semakin tinggi tingkat resolusi sistem zona, maka jumlah
zonanya juga akan besar, ukuran dari masing-masing zona akan semakin kecil, dan
tingkat keseragaman sistem kegiatan untuk masing-masing zona juga akan
meningkat.
Penentuan tingkat resolusi sistem zona sangat tergantung dari maksud dan
tujuan kajian, batasan kondisi waktu, serta biaya kajian. Semakin tinggi tingkat
resolusi suatu zona, tentunya akan mendapatkan hasil yang semakin teliti. Tetapi
hal ini memiliki konsekuensi logis seperti peningkatan biaya, peningkatan waktu
yang dibutuhkan, peningkatan kompleksitas perhitungan yang dilakukan.
Penggunaan sistem zona yang berbeda - beda untuk suatu daerah kajian
menimbulkan kesulitan pada saat menggunakan data hasil kajian terdahulu dan
sewaktu membuat perbandingan dari hal yang diakibatkannya. Ini semua
disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat resolusi sistem zona yang digunakan.
Unsur dasar dalam penyederhanaan ini adalah zona dan pusat zonanya yang
diasumsikan menjadi tempat konsentrasi semua ciri pergerakan dart zona tersebut.

2.3 Sistem Jaringan Tranportasi


Sistem jaringan transportasi dicerminkan dalam bentuk ruas dan simpul, yang
semuanya dihubungkan ke pusat zona. Hambatan pada setiap ruas jalan dinyatakan
dengan jarak, waktu tempuh, atau biaya gabungan.
Ruas jalan dapat berupa potongan jalan raya sedangkan simpul dapat berupa
persimpangan, stasiun, dan Iain-lain. Selain ruas dan simpul, masih terdapat suatu
komponen jaringan transportasi yang disebut pcnghubung pusat zona. Penghubung
pusat zona merupakan ruas jalan yang bersifat abstrak yang menghubungkan setiap
pusat zona dengan sistem jaringan jalan.
Kunci utama dalam merencanakan sistem jaringan adalah penentuan tingkat
hierarki jalan yang akan dianalisis (arteri, kolektor, atau lokal). Hal ini sangat

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 13


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

tergantung pada jenis dan tujuan kajian. Jika semakin banyak jalan yang ditetapkan,
maka hasilnya akan lebih teliti, tetapi kebutuhan akan sumber daya juga akan
meningkat dan kompleksitas perhitungan juga akan semakin meningkat. Jensen and
Bovy (1982) menyatakan bahwa seorang peneliti perlu menetapkan sekurang-
kurangnya jalan yang mempunyai hirarki satu tingkat lebih rendah dari yang ingin
di analisis.

2.4 Aksesibilitas Dan Mobilitas


Aksesibilitas merupakan konsep yang menggabungkan sistem pengaturan
tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
menghubungkannya. Aksesibilitas dapat dikatakan sebagai suatu ukuran
kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu
sama lain, dan mudah atau sulitnya suatu lokasi tersebut dicapai melalui sistem
jaringan transportasi. Tata guna lahan adalah bagian/potongan lahan tempat
berlangsungnya berbagai aktivitas (kegiatan) transportasi perkotaan, seperti
bekerja, sekolah, olah raga, belanja, dan bertamu. Untuk memenuhi kebutuhannya
manusia melakukan perjalanan di antara tata guna lahan tersebut dengan
menggunakan sistem jaringan transportasi (misal berjalan kaki atau naik bus), yang
selanjutnya menimbulkan pergerakan arus manusia , kendaraan dan barang, atau
yang disebut mobilitas.
Aksesibilitas dan mobilitas merupakan ukuran potensial atau kesempatan
untuk melakukan perjalanan. Aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak. Untuk
dua tempat yang berdekatan, dikatakan Aksesibilitas antara kedua tempat tersebut
tinggi. Sebaliknya jika kedua tempat itu sangat berjauhan, Aksesibilitas antara
keduanya rendah. Jadi tata guna lahan yang berbeda, pasti mempunyai Aksesibilitas
yang berbeda pula, karena aktivitas tata guna lahan tersebut tersebar dalam ruang
secara tidak merata (heterogen). Akan tetapi peruntukan lahan tertentu seperti
bandar udara, lokasinya tidak dapat ditetapkan sembarangan, dan umumnya terletak
jauh di luar kota (karena alasan keamanan, pengembangan wilayah, dan lain-lain).
dengan demikian dikatakan Aksesibilitas ke bandara tersebut rendah, karena
letaknya jauh di luar kota. Namun demikian, Aksesibilitas ke bandara ini dapat
ditingkatkan dengan menyediakan sistem jaringan transportasi yang dapat dilalui
dengan kecepatan tinggi, sehingga waktu tempuh menjadi pendek.

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 14


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

Karena itu penggunaan “jarak ” sebagai ukuran Aksesibilitas kurang tepat,


dan digunakan “waktu tempuh” yang mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan
dengan “jarak” dalam menyatakan Aksesibilitas.
Tabel 2.1 Tingkat Aksebilitas

Biaya perjalanan/angkutan merupakan pula salah satu faktor yang


menentukan dalam Aksesibilitas. Perjalanan dengan alat angkut yang lebih cepat,
dengan sendirinya juga menyangkut biaya yang lebih besar. Biaya ini dinyatakan
dalam bentuk nilai uang yang terdiri atas jumlah biaya perjalanan (harga tiket, biaya
parkir, bahan bakar/bensin, dan biaya operasi kendaraan lainnya) dan nilai waktu
perjalanan. Jadi Aksesibilitas dapat dinyatakan dalam bentuk jarak, waktu, atau
biaya.

2.5 Bangkitan Dan Tarikan Perjalanan


Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan
jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah
pergerakan yang tertarik ke suatu zona. Bangkitan dan tarikan pergerakan
digambarkan seperti pada gambar 2.2 (Wells, 1975).

Gambar 2.2. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan (Wells, 1975)


Bangkitan dan tarikan pergerakan tergantung pada dua aspek tata guna lahan,
antara lain:

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 15


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

 Jenis tata guna lahan


 Jumlah aktivitas (intensitas) tata guna lahan

Jumlah dan jenis lalu lintas yang dihasilkan oleh tiap tata guna lahan
merupakan hasil dari fiingsi parameter sosial dan ekonomi (Black, 1978). Sehingga
bangkitan dan tarikan pergerakan yang terjadi juga beragam tergantung pada
tingkat aktivitas tata guna lahan tersebut. Semakin tinggi tingkat penggunaan
sebidang tanah, semakin besar pergerakan lalu lintas yang terjadi.
Definisi dasar
Beberapa definisi dasar mengenai bangkitan perjalanan :
a. Perjalanan
Pergerakan satu arah dari zona asal ke zona tujuan, termasuk pergerakan
berjalan kaki. Berhenti secara kebetulan tidak dianggap sebagai tujuan
pergerakan meskipun terpaksa melakukan perubahan rute.
b. Pergerakan berbasis rumah
Pergerakan yang salah satu zona (asal dan/atau tujuan) pergerakan
tersebut adalah rumah. Di dalam kajian dengan menggunakan program QRS
II, pergerakan ini di bagi menjadi dua yaitu pergerakan berbasis rumah
dengan tujuan untuk bekerja (home-based work) dan pergerakan berbasis
rumah dengan tujuan tidak untuk bekerja (non-home based work). Hal ini
disebabkan karena pergerakan dengan tujuan untuk bekerja merupakan
pergerakan yang dominan terjadi secara rutin dan memiliki karakteristik yang
sangat spesifik, sehingga harus dianggap sebagai suatu parameter tersendiri
yang cukup signifikan.
c. Pergerakan berbasis bukan rumah
Pergerakan yang baik asal maupun tujuan pergerakan adalah bukan
rumah.
d. Bangkitan pergerakan
Pergerakan berbasis rumah yang memiliki tempat asal dan/atau tujuan
bukan rumah atau pergerakan yang dibangkitkan oleh pergerakan berbasis
bukan rumah.

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 16


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

e. Tarikan pergerakan
Pergerakan berbasis rumah yang memiliki tempat asal dan/atau tujuan
bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan
rumah.
f. Tahapan bangkitan pergerakan
Besamya bangkitan pergerakan yang dihasilkan oleh rumah tangga (baik
untuk pergerakan berbasis rumah maupun berbasis bukan rumah) pada
selang waktu tertentu.

2.6 Klasifikasi Pergerakan


1. Berdasarkan tujuan pergerakan
Dalam kasus pergerakan berbasis rumah, lima kategori tujuan pergerakan
yang sering digunakan adalah :
 Pergerakan ke tempat kerja
 Pergerakan ke sekolah atau universitas (pergerakan dengan tujuan
pendidikan)
 Pergerakan ke tempat belanja
 pergerakan untuk kepentingan sosial dan rekreasi, dan
 Iain-lain

2. Tujuan pergerakan pertama (bekerja dan pendidikan) merupakan


pergerakan utama yang merupakan keharusan untuk dilakukan secara
rutin, sedangkan tujuan pergerakan yang lain sifatnya hanya pilihan dan
tidak rutin dilakukan.
Pergerakan berbasis bukan rumah tidak selalu harus dipisah, karena
jumlahnya relatif kecil yaitu sekitar 15 -20 % dari total pergerakan setiap
hari.
3. Berdasarkan waktu pergerakan
Proporsi pergerakan yang dilakukan berfluktuasi sepanjang hari. Tetapi
biasanya pergerakan setiap hari dikelompokkan menjadi dua yaitu
pergerakan saat jam sibuk dan jam tidak sibuk.

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 17


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

Kebanyakan pergerakan pada saat jam sibuk merupakan pergerakan


utama yang harus dilakukan setiap hari (untuk tujuan bekerja dan
pendidikan). Pergerakan dengan tujuan belanja dan kegiatan sosial
biasanya terjadi pada jam tidak sibuk {offpeak hour). Sedangkan
pergerakan untuk tujuan birokrasi biasanya terjadi baik pada jam sibuk
maupun jam tidak sibuk.
4. Berdasarkan jenis pelaku pergerakan
Perilaku pelaku pergerakan sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-
ekonomi mereka. Atribut yang dimaksud adalah :
 Tingkat pendapatan
 Tingkat pemilikan kendaraan : biasanya terdapat empat tingkat yaitu 0,1,
2 atau lebih dari 2 kendaraan tiap rumah tangga.
 Ukuran dan struktur rumah tangga.

2.7 Faktor Yang Memperanguhi Pergerakan


Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam peramalan bangkitan maupun
tarikan pergerakan :

a. Bangkitan pergerakan manusia


Berikut ini merupakan beberapa faktor yang sering digunakan dalam
beberapa kajian yang telah dilakukan :
 Pendapatan
 Pemilikan kendaraan
 Struktur rumah tangga
 Ukuran rumah tangga
 Nilai lahan
 Kepadatan daerah pemukiman
 Aksesibilhas
b. Tarikan pergerakan manusia
Faktor-faktor yang sering digunakan dalam beberapa kajian yang telah
dilakukan antara lain:
 Luas lantai untuk kegiatan industri, komersial, perkantoran,
pertokoan, dan pelayanan lainnya.

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 18


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

 Untuk kawasan perkantoran faktor jumlah pegawai menunjukkan


tingkat signifikansi yang lebih baik dari faktor luas tanah dan
bangunan.
 Untuk kawasan pendidikan faktor yang paling signifikan adalah
jumlah murid, jumlah guru atau jumlah karyawan.
 Untuk fasilitas kesehatan faktor yang paling signifikan adalah
jumlah tempat tidur (bed) dan jumlah pegawai.
 Untuk hotel faktor yang paling signifikan adalah jumlah kamar
dan jumlah pegawai
c. Bangkitan dan tarikan pergerakan barang
Faktor-faktor yang sering digunakan antara lain jumlah Iapangan kerja,
jumlah tempat pemasaran, luas Iantai industri dan total seluruh daerah
yang ada.

2.7.1 Sebaran Pergerakan


Sebaran pergerakan merupakan tahapan dalam perencanaan transportasi
yang menunjukkan interaksi antara tata guna lahan, jaringan transportasi, dan arus
lalu lintas.
Dimana pergerakan arus lalu lintas yang terjadi antara zona asal / dengan
zona tujuan d sebanding dengan intensitas tata guna lahan dan berbanding terbalik
dengan besarnya pemisahan spasial antara zona-zona tersebut.
Pola pergerakan antar zona yang terjadi dalam sistem transpotasi sering
dinyatakan sebagai Matriks Pergerakan atau Matrik Asal-Tujuan. Pada saat ini
berkembang beberapa metode untuk memperoleh MAT, yang secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua keiompok utama yaitu metode konvensional dan
metode non konvensional.

2.7.2 Model Sebaran Pergerakan


Kesamaan tujuan untuk melakukan pergerakan di dalam satu area akan
menimbulkan masalah, seperti : kemacetan, polusi udara, suara, keterlambatan dan
lain sebagainya.

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 19


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

Salah satu cara untuk dapat menemukan solusi dari permasalahan tersebut
adalah dengan memahami pola pergerakan yang terjadi pada masa sekarang dan
mendatang.
Pemahaman pola dapat diketahui dengan pencarian data tentang asal dan
tujuan pergerakan, besarnya pergerakan, dan kapan terjadinya pergerakan. Proses
perencanaan transportasi berkaitan dengan sejumlah asal perjalanan yang kemudian
menentukan pembuatan model sebaran/ distribusi perjalanan.
Distribusi perjalanan adalah prediksi asal dan tujuan dari arus perjalanan yang
diperoleh dari bangkitan pergerakan yang ada di setiap zona. Salah satu cara
mengolah data pergerakan adalah dengan menggunakan matriks pergerakan
(Matriks Asal Tujuan). Matriks ini menggambarkan pola pergerakan yang dapat
dianalisa untuk mensinyalir masalah dan kemudian perancangan solusi.

Zona 1 2 3 4 oi Oi Ei Matriks ini berdimensi dua, dimana

1 barisnya menyatakan zona asal

2 sefang kolomnya menyatakan zona

3 tujuan. Sel-sel dalam matrik berisi


besarnya perjalanan.
4
dj
Dj
Ei

Gambar 2.3. Model Matriks

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 20


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

Beberapa cara untuk mendapatkan data:


1. Wawancara di tepi jalan
2. Wawancar di rumah
3. Metode menggunakan bendera
4. Metode foto udara
5. Metode mengikuti mobil
Dengan cara ini ditemukan beberapa kendala, antaral lain :
1. Membutuhkan biaya
2. Membutuhkan Sumber daya Manusia yang banyak
3. Membutuhkan waktu yang lama
4. Serta membutuhkan koordinasi yang baik dengan pengguna jalan

2.8 Metode Konvensional


2.8.1 Metode Langsung
Pendekatan dengan menggunakan metode ini sangat tergantung dari hasil
pengumpulan data dan survey Iapangan. Berikut ini merupakan beberapa kesulitan
yang di hadapi dalam penggunaan metode ini:
 Membutuhkan sumber daya yang sangat besar baik itu sumber daya manusia,
biaya maupun waktu.
 Sangat tergantung pada ketersediaan dan ketelitian dari surveyor.
 Galat yang terjadi baik itu teknis dan galat yang timbul akibat faktor manusia
(galat mencatat atau menafsir) cukup besar.

Gambar 2.4. Metode untuk mendapatkan MAT Sumber:Tamin (1985)

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 21


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

2.8.2 Metode Tidak Langsung


Pendekatan dengan menggunakan metode tidak langsung dilakukan dengan
membentuk suatu model dari faktor-faktor yang dipertimbangkan mempunyai
hubungan yang erat dengan pola pergerakan yang hendak diketahui.
Sampai saat ini beberapa prosedur matematis telah dikembangkan, yang
secara umum dikelompokka menjadi dua bagian utama (Bruton, 1981):
a. Metode analogi
Pada metode ini digunakan satu nilai tingkat pertumbuhan terhada
pergerakan saat ini untuk mendapatkan pergerakan pada masa yang akan
datang.
b. Metode sintetis
Metode ini dilakukan dengan membentuk suatu pemodelan yang
menggambarkan hubungan antarpola bangkitan dan tarikan lalu lintas,
kemudian diproyeksikan untuk memperoleh pergerakan pada masa yang
akan datang.

2.9 Metode Modern


Beberapa metode pengolahan data pergerakan di masa sekarang untuk
mendapatkan prediksi masa mendatang :
 Metode Analogi :
Suatu nilai pertumbuhan yang digunakan pada data di masa sekarang
untuk mendapatkan data di masa mendatang.
Persamaan umumnya : Tid = tid . E
Keterangan :
Tid = pergerakan pada masa mendatang dari zona asal i ke zona tujuan
d
tid = pergerakan pada masa sekarang dari zona asal i ke zona tjuan d
E = tingkat pertumbuhan

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 22


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

Gambar 2.5. Metode Analogi

 Metode Seragam : Tid = tid . E


Dimana E = T/t
Keterangan :
T = Total pergerakan pada masa mendatang di dalam daerah kajian
t = Total pergerakan pada masa sekarang di dalam daerah kajian
E = angka Pertumbuhan
 Metode Rata-rata:
Tid = tid . (Ei + Ed) / 2
Ei = Ti/ti dan Ed = Td/td
Ketrerangan :
Ei, Ed = tingkat pertumbuhan zona i dan d
Ti, Td = total pergerakan masa mendatang yang berasal dari zona asal I
atau yang menuju ke zona tujuan d ti, td = total pergerakan masa sekarang
yang berasal dari zona asal I atau yang menuju ke zona tujuan d.
 Metode Detroit
Proses perhitungan dengan Metode Detroit prinsipnya mirip
dengan metode rata2, tetapi mempunyai asumsi bahwa walau jumlah
pergerakan dari zona i meningkat sesuai dengan tingkat pertumbuhan Ei
pergerakan ini harus juga disebar ke zona d sebanding dengan Ed dibagi
dengan tingkat pertumbuhan global (E)
Rumus Umum: T id = t id (Ei . E d)/ E

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 23


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

 Metode Furness sebaran pergerakan pada saat sekarang diulangi ke total


pergerakan pada masa mendatang secara bergantian antara total
penjumlahan pergerakan (baris dan kolom)
Rumus Umum Metode Furness
T id = t id. E i
Tahap perhitungan: pergerakan awal (masa sekarang) dikalikan dengan
tingkat pertumbuhan zona asal, hasilnya dikalikan dengan tingkat
pertumbuhan zona tujuan dan zona asal secara bergantian, sampai total
sel untuk setiap arah (baris dan koalom) sama dengan total sel MAT yang
direncanakan.
 Metode Fratar
Asumsi dasar :
 sebaran pergerakan dari zona asal pada masa mendatang sebanding
dengan sebaran pergerakan pada masa sekarang
 sebaran pergerakan pada masa mendatang dimodifikasi dengan nilai
tingkat pertumbuhan zona tujuan pergerakan tersebut.
Secara matematis : Tid = tid . Ei. Ed. (Li+Ld)/2

2.10 Metode Analisis Regresi Berganda

2.11 Metode pemilihan rute


Prosedur pemilihan rute bertujuan untuk memodelkan perilaku pelaku
pergerakan dalam memilih rute yang menurut mereka merupakan rute terbaik dari
suatu zona asal ke zona tujuan tertentu.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pemilihan rute yang
dilakukan. Beberapa diantaranya adalah waktu tempuh, jarak, biaya, kemacetan,
kenyamanan maupun keamanan. Salah satu pendekatan yang paling sering
digunakan adalah mempertimbangkan penggunaan empat faktor penentu utama
pemilihan rute yaitu :
a) Waktu tempuh
Merupakan waktu total perjalanan yang diperlukan, termasuk berhenti dan
tundaan, dari suatu tempat ke tempat lain melalui rute tertentu.

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 24


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

b) Nilai waktu
Merupakan sejumlah uang yang disediakan atau dihemat oleh seseorang
untuk menghemat tiap satu unit waktu perjalanan.
c) Biaya perjalanan
Biaya perjalanan dapat dinyatakan dalam bentuk uang atau biaya operasi
kendaraan, waktu tempuh, jarak, atau kombinasi ketiganya yang
biasanya disebut biaya gabungan.

2.12 Pemilihan Moda


Pemilihan moda merupakan tahapan pemodelan transportasi yang berusaha
mengidentifikasi besamya pergerakan antar zona yang menggunakan setiap moda
transportasi tertentu.
Pemilihan moda merupakan tahapan perencanaan transportasi yang sangat sulit
untuk dilakukan, hal ini disebabkan karena banyak faktoryang sulit untuk
dikuantifikasi misalnya kenyamanan, keamanan, keandalan, atau ketersediaan
mobil pada saat diperlukan.
2.12.1 Faktor yang mempengaruhi pemilihan moda
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda dapat dikelompokkan
menjadi tiga, sebagaimana dijelaskan berikut ini (Tamin, 2000):
1. Ciri pengguna jalan :
 Ketersediaan atau kepemilikan kendaraan pribadi.
 Pemilikan Sural Ijin Mengemudi (SIM)
 Struktur rumah tangga (pasangan muda, keluarga dengan anak,
bujangan)
 Pendapatan
 Faktor lain misalnya keharusan menggunakan mobil ke tempat
kerja
2. Ciri pergerakan :
 Tujuan pergerakan
 Waktu terjadinya pergerakan
 Jarak perjalanan
3. Ciri fasilitas moda transportasi
 Waktu perjalanan.

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 25


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

 Biaya transprtasi.
 Ketersediaan ruang dan tarif parlcir.
4. Ciri kota atau zona
 Jarak dari pusat kota, kepadatan penduduk
 Ketersediaan trayek angkutan umum.
2.13 Pembebanan Lalu lintas
Pembebanan perjalanan atau disebut juga pembebanan lalu lintas adalah
tahapan terakir dari perencanaan transportasi empat tahap yang merupakan pilihan
rute yang dipilih dalam melakukan perjalanan dari satu zona ke zona lainnya. Rute
yang dipilih adalah rute yang ditempuh dengan waktu yang paling cepat atau biaya
yang paling murah.

Gambar 2.5. Model Pembebanan Jaringan

 Pemilhan rute adalah merupakan tahapan dari bangkitan perjalanan, dari


suatu zona asal ke zona tujuan.
 sebaran perjalanan dari dan keberbagai zona
 pilihan moda,yang digunakan menuju zona tujuan
 pilihan rute adalah arus perjalanan yang melalui rute-rute tertentu yang
menghubungkan zona asal ke zona tujuan yaitu dari perjalanan zona asal i
ke zona tujuan j
Sebelum dilakukan analisis pemilihan rute input data yang harus tersedia antara lain
1. data jarak, kapasitas jalan, waktu tempuh, biaya perjalanan tiap ruas jalan
yang menghubungkan zona asal i ke zona tujuan j
2. sebaran perjalan antar zona ( matriks asal & tujuan dalam bentuk perjalanan
/smp)

Tujuan

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 26


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

 Tujuan dan penggunaan pembebanan lalu lintas, untuk mendapatkan


gambaran karakteristik system transportasi akibat adanya pergerakan
kenderaan
 Untuk mengestimasi volume lalu lintas pada ruas didalam
jaringan/persimpangan
 Menentukan rute yang diunakan antara pasangan O-D
 Untuk memperoleh biaya estimasi perjalanan

Kegunaan untuk mempermudah :


 Pengujian kekurangan pada sistem transportasi yan ada
 Evaluasi dampak perbaikan pada sistem yang ada
 Penentuan skala prioritas pembangunan
 Pengujian alternatif usulan sistem transportasi
Sebelum dilakukan analisis pemilihan rute input data yang harus tersedia antara lain
adalah sbb.
 Data jarak, kapasitas jalan, waktu tempuh, biaya perjalanan tiap ruas jalan
yang menghubungkan zona asal i ke zona tujuan j
 Sebaran perjalan antar zona ( matriks asal & tujuan dalam bentuk perjalanan
/smp)
 Variabel yang mempengaruhi pelaku perjalanan
 Variabel yang terukur (kuantitatif), waktu tempuh, jarak tempuh, biaya
perjalanan (ongkos/bahan bakar)
 Varibel tak terukur (kualitatif), pemandangan alam, aman dan nyaman ,
kebiasaan, informasi rute yang salah,
Dalam analisis variabel pilihan rute terdapat 4 bagian analisis yang harus dilakukan
yaitu:
 Analisis alasan pelaku perjalanan memilih suatu rute dibanding rute lainnya.
 Analisis pengembangan model, pemakai jalan memilih rute tertentu
 Kemungkinan pemakai jalan berbeda persepsi mengenai rute terbaik
 Analisi kemacetan (V/C ratio analysis), yang membatasi jumlah arus lalu
lintas diruas jalan tertentu.
Tujuan dan penggunaan pembebanan lalu lintas,

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 27


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

 Untuk mendapatkan gambaran karakteristik sistem transportasi akibat


adanya pergerakan kendaraan
 Untuk mengestimasi volume lalu lintas pada ruas didalam
jaringan/persimpangan
 Menentukan rute yang diunakan antara pasangan O-D
 Untuk memperoleh biaya estimasi perjalanan

Centroid, yang mempersentasikan suatu titik didalam suatu zona sebagai titik awal
dan titik akhir perjalanan, biasanya hanya terdapat satu buah dalam satu zona.
Persimpangan,/Simpul (Node) biasanya adalah perpotongan dua penggal jalan atau
pada titik perubahan fisik dari jalan (mis.penambahan/pengurangan jumlah lajur.

Gambar 2.6. Model Pembebanan Jaringan

 Traffic assignment (pembebanan lalu lintas) merupakan tahapan


perencanaan transportasi yang bertujuan untuk menentukan rute yang
ditempuh oleh pergerakan antar zona yang terjadi.
 Analisa pembebanan lalu lintas dan hasil dari analisa tersebut memiliki
beberapa kegunaan, antara lain (NCHRP Report 187,1978):
 Dalam rangka pengembangan dan pengujian berbagai alternatif dari
sistem transportasi.
 Dalam rangka penyusunan prioritas jangka pendek untuk program

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 28


ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN – REKAYASA TRANSPORTASI

pengembangan fasiJitas transportasi.


 Dalam rangka studi bangkitan lalu lintas dan dampak dari berbagai
pembangkit lalu lintas tersebut terhadap sistem transportasi.
 Dalam rangka perencanaan lokasi berbagai fasilitas umum dan fasilitas
pelayanan umum.
 Menyediakan masukan-masukan yang berguna bagi perencanaan
transportasi lainnya.

TARIKAN PERGERAKAN TRANSPORTASI KOTA MALANG 29

Anda mungkin juga menyukai