BAB II Print
BAB II Print
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
C. Faktor Predisposisi
Diabetes melitus disebabkan oleh faktor :
1. Faktor demografi
Jumlah penduduk meningkat
Penduduk berumur > 40 tahun meningkat
Urbanisasi
2. Gaya hidup yang kebarat-baratan
Pendapatan perkapita tinggi
Restoran cepat saji
Hidup santai
3. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
Sudah lama diketahui bahwa diabetes merupakan penyakit keturunan, tetapi
faktor keturunan saja tidak cukup. Masih mungkin bibit ini tidak menampakkan diri
secara nyata sampai akhir hayatnya.
Beberapa faktor yang sering merupakan faktor pencetus diabetes melitus
adalah:
Kurang gerak/malas
Makanan berlebihan
Kehamilan
Kekurangan produksi hormon insulin
Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin
Adanya infeksi virus (pada DM tipe 1)
Minum obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah
Proses menua
D. Patofisiologi
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap
insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi jumlah reseptor
insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang
masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat
(diabetesmellituscenter.wordpress.com, 2010).
Defisiensi Insulin
glukoneogenesis hiperglikemia
Kurang
pengetahuan
lemak protein glycosuria
Asidosis Trombosis
Resti Ggn Nutrisi
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
Miokard Infark Stroke Gangren diabetik
Resiko Injury
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes
adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75%
Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan
rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga
meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara
fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat
aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan
jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas
dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para pemula.
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi
fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan
kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan
berat badan.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk
mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif
hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk
mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk
membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
e. Pendidikan
- Diet yang harus dikomsumsi
- Latihan
- Penggunaan insulin
J. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
Integritas Ego
Stress, ansietas
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah, termasuk
pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan
adanya hipotensi ortostatik, pemeriksaan funduskopi, pemeriksaan rongga mulut
dan kelenjar tiroid, pemeriksaan jantung, evaluasi nadi baik secara palpasi
maupun dengan stetoskop, pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk
jari, pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat, penyuntikan insulin)
dan pemeriksaan neurologis, tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan
DM tipe-lain
K. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury
L. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein,
lemak.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer).
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.
M. Rencana Asuhan Keperawatan
1 Resiko tinggi gangguan Kebutuhan nutrisi Pasien dapat mencerna jumlah Timbang berat badan setiap hari
nutrisi : kurang dari pasien terpenuhi kalori atau nutrien yang tepat atau sesuai dengan indikasi.
kebutuhan berhubungan Berat badan stabil atau Tentukan program diet dan pola
dengan penurunan masukan penambahan ke arah rentang makan pasien dan bandingkan
oral, anoreksia, mual, biasanya dengan makanan yang dapat
peningkatan metabolisme dihabiskan pasien.
protein, lemak. Auskultasi bising usus, catat adanya
nyeri abdomen / perut kembung,
mual, muntahan makanan yang
belum sempat dicerna, pertahankan
keadaan puasa sesuai dengan
indikasi.
Berikan makanan cair yang
mengandung zat makanan (nutrien)
dan elektrolit dengan segera jika
pasien sudah dapat mentoleransinya
melalui oral.
Libatkan keluarga pasien pada
pencernaan makan ini sesuai dengan
indikasi.
Observasi tanda-tanda hipoglikemia
seperti perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembab/dingin, denyut nadi
cepat, lapar, peka rangsang, cemas,
sakit kepala.
Kolaborasi melakukan pemeriksaan
gula darah.
Kolaborasi pemberian pengobatan
insulin.
Kolaborasi dengan ahli diet.
2 Kekurangan volume cairan Kebutuhan cairan Pasien menunjukkan hidrasi yang Pantau tanda-tanda vital, catat
berhubungan dengan atau hidrasi pasien adekuat dibuktikan oleh tanda vital adanya perubahan TD ortostatik
diuresis osmotik
terpenuhi stabil, nadi perifer dapat diraba, Pantau pola nafas seperti adanya
turgor kulit dan pengisian kapiler pernafasan kusmaul
baik, haluaran urin tepat secara
individu dan kadar elektrolit dalam Kaji frekuensi dan kualitas
batas normal. pernafasan, penggunaan otot bantu
nafas
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler,
turgor kulit dan membran mukosa
Pantau masukan dan pengeluaran
Pertahankan untuk memberikan
cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat ditoleransi
jantung
Catat hal-hal seperti mual, muntah
dan distensi lambung.
Observasi adanya kelelahan yang
meningkat, edema, peningkatan BB,
nadi tidak teratur
Kolaborasi : berikan terapi cairan
normal salin dengan atau tanpa
dextrosa, pantau pemeriksaan
laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
3 Gangguan integritas kulit Gangguan integritas Kondisi luka menunjukkan adanya Kaji luka, adanya epitelisasi,
berhubungan dengan kulit dapat berkurang perbaikan jaringan dan tidak perubahan warna, edema, dan
perubahan status metabolik atau menunjukkan terinfeksi discharge, frekuensi ganti balut.
(neuropati perifer). penyembuhan. Kaji tanda vital
Kaji adanya nyeri
Lakukan perawatan luka
Kolaborasi pemberian insulin dan
medikasi.
Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi.
4 Resiko terjadi injury Pasien tidak Pasien dapat memenuhi Hindarkan lantai yang licin.
berhubungan dengan mengalami injury kebutuhannya tanpa mengalami Gunakan bed yang rendah.
penurunan fungsi injury Orientasikan klien dengan ruangan.
penglihatan Bantu klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
Bantu pasien dalam ambulasi atau
perubahan posisi
5 Kurangnya pengetahuan Pasien memperoleh Pasien mengetahui tentang Kaji tingkat pengetahuan
tentang proses penyakit, informasi yang jelas proses penyakit, diet, perawatan pasien/keluarga tentang penyakit
diet, perawatan, dan dan benar tentang dan pengobatannya dan dapat DM dan gangren.
pengobatan berhubungan Penyakitnya menjelaskan kembali bila Kaji latar belakang pendidikan
dengan kurangnya informasi ditanya. pasien.
Pasien dapat melakukan Jelaskan tentang proses penyakit,
perawatan diri sendiri diet, perawatan dan pengobatan
berdasarkan pengetahuan yang pada pasien dengan bahasa dan
diperoleh. kata-kata yang mudah dimengerti.
Jelasakan prosedur yang kan
dilakukan, manfaatnya bagi pasien
dan libatkan pasien didalamnya.
Gunakan gambar-gambar dalam
memberikan penjelasan ( jika ada
/memungkinkan).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Mengenal Diabetes Melitus. http: // diabetesmellituscenter. Wordpress .com /2010
/01/ 09/mengenal -diabetes-mellitus/ diakses tanggal 15 Mei 2012
Budhiarta, AAG, dkk. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. http://www.kedokteran.info/ downloads/Konsensus%20Pengelolaaln
%20dan%20Pencegahan%20Diabets%
20Melitus%20Tipe%202%20di%20Indonesia%202006.PDF diakses tanggal 16 Mei 2012
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih,
Jakarta : EGC,
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati, Jakarta : EGC,
Luecknote, Annette Geisler. 1997. Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,
Jakarta:EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1edisi 3. Jakarja : Media Aesculaius
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih, Jakarta : EGC
Susanto, Arief. 2009. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta
Orang http://wahyuandre.blogspot.com/2009/11/tahun-2030-prevalensi-diabetes-
melitus.html diakses tanggal 15 Mei 2012.