Refer at
Refer at
A. Pendahuluan
1
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan
karena atonia uteri.Oleh karena itu, harus dipantau kontraksi uterus,
pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.4
2
Pengurangan estrogen plasenta. Pengurangan hormon estrogen
saat pelepasan plasenta mengakibatkan terjadinya atrofi jaringan
uterus.5
Iskemia miometrium. Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan
retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi. Iskemia
mengakibatkan atrofi serat-serat otot.5
3
lebih dari satu janin, janin besar, atau hidramnion (cairan ketuban
berlebihan).3,6,7
Dalam 1minggu, berat rahim menurun hingga sekitar 500g,
pada minggu kedua beratnya berkisar 300g dan sudah masuk panggul,
minggu keempat beratnya berkisar 100g dan minggu keenam uterus
beratnya 60g hingga 80g, yang kira-kira adalah berat badan sebelum
hamil. Rahim multipara tetap sedikit lebih berat. Ketika proses
involusi tidak terjadi dengan benar, subinvolusi terjadi. Subinvolusi
dapat disebabkan oleh infeksi, terdapat sisa plasenta dan selaput
plasenta di dalam uterus atau perdarahan postpartum. Jika terjadi
subinvolusi dengan kecurigaan infeksi diberikan antibiotic. Untuk
memperbaiki kontraksi uterus dapat diberikan uterotonika (ergometrin
meleat).3,6,7
Jumlah sel otot tidak berkurang cukup besar. Akan tetapi
ukuran masing-masing sel menurun secara bermakna dari 500-800µm
kali 5-10 µm saat aterm menjadi 50-90 µm kali 2,5-5 µm
pascapartum.6
4
Terjadi kontraksi uterusyang meningkat setelah bayi keluar. Hal ini
menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasenta site)
sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus
mengalami nekrosis dan lepas. Diameter rata-rata dari plasenta 18 cm,
dengan cepat uterus menurun diameternya menjadi 9 cm dari tempat
melekatnya plasenta.Plasental site, yang berukuran diameter 8-10 cm (3-
4 inci), mengalami penyembuhan melalui proses exfoliation (pelepasan
jaringan yang mati). Dalam 3 hari pertama, placental site diinfiltrasi oleh
granulosit dan sel mononuclear, sebuah reaksi yang sampai pada
endometrium dan superfisial myometrium. Pada hari ketujuh, ada bukti
dari regenerasi kelenjar endometrium, seting tampak atipikal, dengan
bentuk kromatin yang ireguler, bentuk yang berbeda-beda, dan
pembesaran nukleus, pleomorfik, dan peningkatan sitoplasma.
Endometrium baru biasanya dihasilkan pada tempat dari sisi-sisi dan dari
kelenjar-kelenjar dan jaringan yang tersisa pada lapisan dalam dari
desidua setelah pemisahan dari plasenta. Proses ini meninggalkan
lapisan halus dan spongi endometrium, seperti saat sebelum kehamilan
dan biasanya meninggalkan lapisan uterus yang bebas dari jaringan skar.
Skar pada lapisan uterus mungkin berhubungan dengan implantasi pada
kehamilan selanjutnya. Sesudah 2 minggu diameternya berkurang
menjadi 3,5 cm. Biasanya jaringan mengalami nekrosis dan lepas dalam
waktu ± 6 minggu setelah melahirkan.6,7
Kegagalan atau kelambatan penyembuhan dari tempat
menempelnya placenta disebut “sub involusi tempat menempelnya
plasenta” dapat menyebabkan pengeluaran lokia terus menerus,
perdarahan pervaginam tanpa nyeri.3,5,6
5
Gambar 3. Potongan melintang uterus setinggi tempat pelekatan plasenta
yang berinvolusi pada waktu yang berbeda – beda setelah pelahiran3
Rasa nyeri, yang disebut after pains, disebabkan oleh kontraksi
rahim setelah melahirkan yang terkadang menyakitkan dan tidak
menyenangkan. Keadaan ini lebih akut terjadi pada multipara karena
regangan berulang dari muscle fibers hingga kehilangan tonus otot yang
dapat mengakibatkan kontraksi dan relaksasi berulang pada uterus. Pada
primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap
kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara
dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepajang awal puerperium.3,5,6,7
Nyeri ini semakin terasa sesuai dengan peningkatan paritas dan
menjadi lebih buruk ketika bayi menyusui, kemungkinan besar
diakibatkan oleh pelepasan oksitosin. Oksitosin, yang dikeluarkan dari
hipofisis posterior untuk merangsang pengeluaran asi, merangsang
kontraksi otot uterus yang kuat. Untuk meredakan rasa nyeri, penggunaan
analgetik sering digunakan. Nyeri dapat menghilang sendiri dan menjadi
lebih ringan pada hari kedua hingga ketiga postpartum.3,5,7
b. Locia
Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua
menyebabkan timbulnya duh vagina dalam jumlah yang beragam. Duh
tersebut dinamakan lokia, dan terdiri dari eritrosit, potongan jaringan
desidua, sel epitel, dan bakteri. Jenis-jenis lokia, yaitu:5,6,7
1. Lokia Rubra, berwarna merah karena adanya darah bercampur
degan sisa selaput ketuban,sel-sel desidua, lanugo dan mekonium.
Dalam beberapa hari pertama setelah pelahiran.
2. Lokia Sanguilenta, Kemudian 3-4 hari, berisi darah bercampur
lendir, warna menjadi merah kecoklatan.
3. Lokia serosa, setelah hari ke 4-10 warna lokia kekuningan, berisi
leukosit, eksudat, dan mikroorganisma (mengandung sedikit darah).
4. Lokia alba, setelah hari ke 11-21, karena campuran leukosit dan
peurunan kandungan cairan, lokia berwarna putih atau putih
6
kekuningan. Lokia alba mengandung leukosit, sel desidua, sel
epitel, lemak, lendir serviks, dan bakteri. Produksi lokia akan
bertahan hingga minggu ke 4-6, sekresi lokia sudah jauh berkurang
dan berhenti di minggu ke 8.
Volume total lokia bervariasi pada setiap wanita, tetapi
diperkirakan berjumlah 250-500ml, karena sulitnya menentukan
volume lokia, kita dapat memperkiran dengan cara melihat
pengeluaran lokia pada peripad (perineal pad) apakah volume
minimal, kurang, sedang, atau banyak.6
Minimal : noda <2,5cm (1 inci)
Kurang/ringan : noda 2,5 hingga 10cm (1 hingga 4 inci)
Sedang : noda 10 hingga 15cm (4 hingga 6 inci)
Banyak/berat : penuh dalam 1 jam
Gambar 4. Pedoman untuk menilai jumlah lokia pada peripad (perineal pad)6
7
kadang terdapat perlukaan kecil atau laserasi dan serviks sering
mengalami edema. Selama persalinan, batas serviks bagian luar, yang
berhubungan dengan ostium eksterna, biasanya mengalami laserasi,
terutama dilateral. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa dimasukkan
kedalam ronga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui oleh 1 jari. Diakhir minggu pertama,
pembukaan serviks menyempit, serviks menebal, dan canalis
endoservikal kembali terbentuk. Ostium eksterna tidak dapat kembali
sempurna kekeadaan setelah hamil. Bagian tersebut tetap agak sedikit
lebar dan secara khas cekungan dikedua sisi pada tempat laserasi
menjadi permanen. Bentuk serviks tetap sedikit terbuka dan tampak
seperti slit ketimbang bulat, seperti pada wanita nulipara.3,5,6,7,9
8
yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran
sebelum hamil enam samapi 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
kembali terlihat pada sekitar minggu keempat walaupun tidak akan
semenonjol pada wanita nulipara. Pada umunya rugae akan memipih
secara permanen. Mukosa tetap atrofik pada wanita yang menyusui
sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan
mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan
estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan
penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat
koitus (dispareunia) menetap samapi fungsi ovarium kembali normal
dan menstruasi dimulai lagi.5,6,7
e. Perubahan pada perineum
Area diantara vagina dan rektum disebut perineum.Terjadinya
robekan perineum pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya.Robekan perineum umumnya
terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir
terlebih dahulu dan terlalu cepat,sudut arkus pubis lebih kecil dari pada
biasanya,kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran
yang lebih besar dari sirkumferensia suboksipito bregmatika.6
Pada daerah perineum akan tampak goresan akibat regangan
pada saat melahirkan. Biasanya setelah melahirkan, perineum menjadi
agak bengkak/edema/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas
robekan atau episiotomi. Robekan perineum dan laserasi biasanya
pulih dalam waktu satu minggu setelah melahirkan, walaupun area
tersebut masih tetap sensitif dalam waktu yang lebih lama. 5 Bila
dilakukan episiotomi akan menyebabkan rasa tidak nyaman dan
pemulihan lebih lambat. Namun tanpa atau dengan dilakukannya
episiotomi, perineum akan tetap mengalami edema dan kelihatan
memar. Proses penyembuhan luka episiotomi secara sempurna akan
memakan waktu 4 hingga 6 minggu. Perhatikan tanda-tanda infeksi
pada luka episiotomi seperti nyeri, merah, panas, bengkak atau keluar
9
cairan tidak lazim. Penyembuhan luka biasanya berlangsung 2-3
minggu setelah melahirkan.6,7
2. Sistem Payudara
Pengeluaran prolaktin dirangsang oleh estrogen yang disintesis dari
sel hipofisis. Setelah plasenta lepas estrogen dalam darah, maka prolaktin
mengikuti semakin menurun.3
Dengan isapan bayi pada nipple dan areola mama, maka terjadi dua
refleks sekaligus, yaitu:3
1. Refleks untuk mengeluarkan ASI
10
Dengan adanya sekresi air susu ibu, payudara menjadi lebih besar,
terasa sakit terutama pada saat bayi menghisap. Hal ini disebut breast
engorgement. Engorgement adalah suatu pembengkakan payudara akibat
peningkatan aliran darah, edema dan air susu. Hal ini sering menimbulkan
ketidaknyamanan pada ibu karena menimbulkan rasa nyeri, juga sering
menyebabkan terjadinya peningkatan suhu (puerperal fever).3,4
Oksitosin dibutuhkan untuk pengeluaran air susu. Hormon ini
disekresikan oleh kelenjar hopofisis posterior dan menyebabkan air susu
dikeluarkan dari alveoli ke duktus laktiferus selama proses
menghisap.Pengeluaran air susu ke duktus lactiferus terjadi karena
kontraksi sel-sel mioepitel. Proses ini bergantung pada sekresi oksitosin
dan rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi.4
11
khususnya pada malam hari sehingga perlu diteruskan untuk memberikan
ASI malam hari agar pengeluaran prolaktin dapat dipertahankan.4
3. Sistem Kardiovaskuler
12
Tubuh mengalami diuresis dan diaforesis untuk mengeluarkan
kelebihan plasma.Volume plasma lebih banyak hilang pada 72 jam
pertama selama masa persalinan.6
13
Meskipun insidensi tromboflebitis menurun dengan dilakukannya
ambulasi pada masa postpartum, ibu juga mengalami peningkatan resiko
terbentuknya trombus. Wanita yang memiliki vena varises, riwayat
tromboflebitis, atau riwayat sesar merupakan resiko tahap lanjut dan
ekstremitas bawah harus dimonitor.6
Di samping faktor pembekuan, komponen lain dari darah juga
berubah selama masa postpartum. Leukositosis sering terjadi, dengan
WBC meningkat hingga 30.000/mm3 selama persalinan dan sesaat pada
periode postpartum. Rata-rata meningkat 14.000-16.000/mm3. Peningkatan
tersebut terutama terjadi karena granulositosis. WBC turun kembali hingga
nilai normal dalam waktu 6 hari setelah melahirkan. Neutrofil merupakan
sel darah putih yang paling banyak, yang meningkat sebagai respon
inflamasi, nyeri dan stres untuk memproteksi diri. Normalnya, selama
beberapa hari pertama pascapartum, konsentrasi hemoglobin dan
hematokrit berfluktuasi sedang. Jika jumlahnya turun jauh dibawah level
tepat sebelum persalinan, maka telah terjadi kehilangan darah yang cukup
banyak.6
Hematokrit akan rendah kadarnya jika plasma meningkat dan
mengalami dilusi. Hematokrit seharusnya kembali pada keadaan normal
dalam 4-6 minggu kecuali jika kehilangan darah terjadi sangat banya.6
4. Sistem Gastroentestinal
14
kehilangan cairan dari usaha ibu saat persalinan, pernapasan mulut, dan
diaforesis dini. Jadi sebaiknya segera diberikan makan dan minum setelah
ibu melahirkan.6
Motilitas dan tonus usus besar didapatkan kembali karena efek
progesterone pada otot halus sangat berkurang. Motilitas dari
gastrointestinal yang menurun terjadi karena nyeri pada perineum dan
mobilisasi cairan, sehingga mengakibatkan terjadinya konstipasi.
Penyebab lain terjadinya konstipasi adalah dehidrasi yang terjadi selama
proses persalinan, hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat
pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong,
selain itu mempengaruhi peristaltik usus.5,6
Beberapa kasus wanita yang mengalami defekasi dapat sembuh
secara spontan, Defekasi terjadi 2-3 hari post partum dan mulai normal
kembali pada hari ke-8 sampai hari ke 14 postpartum, jika tidak dapat
disarankan untuk diet tinggi serat atau pemberin supositoria biskodil per
rectal untuk melunakkan tinja.2,6
5. System Urogenital
Ginjal kembali ke keadaan normal dalam waktu 2-3 bulan setelah
persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu
12-36 jam sesudah melahirkan. Ibu post partum dianjurkan segera buang
air kecil, agar tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa
nyaman. Dilatasi dari renal pelvis, calyx, dan ureter berakhir pada minggu
keenam dan kedelapan untuk sebagian besar wanita meskipun itu dapat
berlanjut sampai 16 minggu untuk beberapa wanita.2,5,6
Protein dan aseton mungkin ada pada urine pada beberapa hari
pertama kelahiran. Kira-kira 40 % wanita post partum mempunyai
proteinuria fisiologis (dalam 1-2 hari). Demi pemeriksaan laboratorium
yang akurat, specimen diambil langsung dari kateter agar tidak
terkontaminasi dengan lokia. Aseton menandakan dehidrasi yang sering
tejadi pada saat persalinan terutama pada persalinan yang lama.
Proteinuria biasanya merupakan hasil proses katabolisme dari involusi
15
uterus. Gula pada laktosa kadang juga ditemukan. Hematuria yang terjadi
menandakan adanya trauma pada kandung kemih waktu persalinan.6
16
samping karena kandung kemih yang penuh. Hal ini mengakibatkan
ketidakmampuan otot uterus untuk berkontraksi (atonia uteri), dan
akhirnya menyebabkan perdarahan hebat. Dilatasi kandung kemih, ureter,
dan ginjal meningkat pada minggu pertama setelah melahirkan dan
kembali pada keadaan sebelum hamil dalamwaktu 4-8 minggu
kemudian.6
Inkontinensia stres terjadi selama kehamilan biasanya meningkat
dalam 3 bulan setelah melahirkan. Untuk beberapa wanita, masalahini
dapat diselesaikan dengan latihan (Kegel exercise).2,6
6. Sistem Musculoskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi postpartum:
a. Otot dan Sendi
Selama beberapa hari pertama, kadar hormon relaksasi
berangsur-angsur berkurang, ligamen dan kartilago dari pelvis kembali
pada posisi sebelum kehamilan. Perubahan ini dapat menyebabkan
banyak wanita mengalami kelemahan dan nyeri otot, terutama pada
bahu, leher, dan lengan. Hal ini terjadi akibat penggunaan tenaga
selama proses persalinan. Masase akan meningkatkan sirkulasi pada
area tersebut dan memberikan rasa nyaman dan relaksasi. Otot panggul
juga mengalami perubahan. Struktur dan penopang otot uterus dan
vagina dapat mengalami cedera selama waktu melahirkan. Hal ini
dapat meyebabkan relaksasi panggul, yang berhubungan dan
pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul
yang menopang uterus, dinding vagina, rektum, uretra dan kandung
kemih. Jaringan penopang dasar panggul yang teregang saat ibu
melahirkan akan kembali ke tonus semula setelah 6 bulan.6
b. Dinding Abdomen
Selama hamil, dinding abdomen meregang untuk menyediakan
tempat pertumbuhan janin, tonus otot juga menurun. Banyak wanita
mengharapkan otot-otot abdomen kembali ke keadaan sebelum
17
kehamilan segera setelah bayi lahir. Hal yang ditakutkan adalah
menemukan dinding abdomen lemah, halus, dan kendur.Dinding
abdomen menjadi kendur karena distensi yang berlangsung lama
akibat pembesaran uterus selama hamil dan ruptur serat-serat elastis
kulit. Hal ini akan kembali ke keadaan sebelum hamil dalam 6 minggu,
olahraga mempercepat proses ini. Stria/ garis regangan akan makin
samar, tapi tidak seluruhnya hilang.Pemulihan dapat dilakukan dengan
latihan.6,7,10
Otot-otot longitudinal dari abdomen mungkin mengalami
pemisahan (diastasis recti) selama hamil. Pemisahan yang terjadi bisa
minimal atau ekstensif.6,7
Gambar 8.Diastasis recti terjadi ketika otot longitudinal perut terpisah selama kehamilan 6.
18
Gambar 9. Latihan perut untuk diastasis recti. A, Wanita menghirup dan memegang
dinding perut dengan tangan. B.Buang napas, mengangkat kepalanya saat dia menarik
otot perut.6
7. Sistem Endokrin
Perubahan sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan pulih kembali
dengan cepat.
Estrogen dan Progesteron
Estrogen merupakan hormon wanita utama dan merupakan hormon
utama selama masa kehamilan. Selama hamil, sumber utama estrogen
adalah plasenta dan juga janin. Setelah kelahiran bayi, sumber estrogen
menurun sangat drastis. Dalam waktu tiga jam postpartum, kadar estrogen
menurun hingga 10% dari nilai prenatal.2,7
Progesteron merupakan hormon kehamilan kedua. Progesteron juga
menurun secara drastis setelah kelahiran bayi dan tidak dapat dideteksi
dalam 72 jam setelah persalinan. Progesteron menjadi stabil kembalipada
siklus menstruasi pertama.2,7
Kadar estrogen dan progesteronserum mengalami penurunan dengan
segera sejak tiga hari postpartum dan mencapai nilai pra-kehamilan pada
hari ketujuh. Nilai tersebut akan menetap bila pasien memberikan ASI
pada bayinya, bila tidak memberikan ASI estradiol akan mulai meningkat
dan menyebabkan pertumbuhan folikel.2
hPL
Human Placental Lactogen beberapa jam setelah melahirkan
menurun dengan sangat cepat dan dalam 2 hari hPL sudah tidak
terdeteksi dalam serum.2,7
hCG
19
Human Chorionic Gonadotropin beberapa jam setelah
melahirkan menurun dengan sangat cepat dan pada hari ke 10 setelah
melahirkan, hCG sudah tidak terdeteksi lagi.2,7
hPr
Human Prolactine merupakan hormon lainnya yang berperan
dalam proses menyusui. Selama hamil, massa payudara meningkat
karena efek prolaktin. Meskipun begitu, estrogen dan progesteron juga
berperan dalam proses ini. Pada periode pascapersalinan, prolaktin
merupakan hormon dari produksi susu. Kadar hormon ini meningkat
dan menurun bergantung pada stimulasi puting susu ibu. Selama
minggu pertama pascapersalinan, kadar prolaktin menurun hingga 50%
dan meningkat seluruhnya jika ibu menyusui. Untuk ibu yang memilih
botol susu dan tidak menyusui langsung, kadar prolaktin kembali
normal pada hari ketujuh pascapersalinan. Hormon prolaktin dapat
diidentifikasi pada susu dari payudara ibu. Prolaktin diserap oleh bayi,
mempengaruhi pengangkutan cairan, sodium, potassium, dan
kalsium.2,7
8. Sistem Integumenter
Terdapat banyak perubahan pada kulit yang muncul selama
kehamilan. Hal ini disebabkan karena peningkatan kadar hormon. Ketika
kadar hormon menurun setelah persalinan, kulit berangsung-angsur
kembali pada keadaan sebelum hamil. Sebagai contoh, kadar estrogen,
progesteron dan melanosit stimulating hormone, yang menyebabkan
terjadinya hiperpigmentasi selama kehamilan, menurun segera setelah
kelahiran bayi, dan pigmentasi menyusut. Perubahan ini tampak nyata
ketika melasma, the mask of pregnancy, dan linea nigra menghilang untuk
kebanyakan wanita. Spider nevi dan eritema palmaris, yang juga terjadi
pada masa kehamilan sebagai hasil kadar estrogen, berangsur-angsur
menghilang.6
Striae gravidarum (stretch marks), yang sering terjadi selama masa
kehamilan ketika jaringan parut pada abdomen dan dada meregang,
20
berangsur-angsur pudar hingga menjadi garis silver tetapi tidak
menghilang.6
DAFTAR PUSTAKA
21