Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Psikologi

(Konsep Belajar)

Oleh

NAMA : NURMADINA

NIM : 2018 013

JURUSAN : D III KEPERAWATAN

Semester I

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ST.


FATIMAH) MAMUJU

TAHUN AKADEMIK 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Kuasa, atas
anugerahnya sehingga saya dapat maenyelesaikan penulisan makalah Psikologi
tentang Konsep Belajar.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen Pengajar, juga untuk memperluas
pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyususun makalah ini dengan baik,
namun penulis pun menyadari bahwa saya memiliki akan keterbatasan saya
sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan
baik dari segi tekni penulisan, maupun dari isi, maka saya mohon maaf dan kritik
serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat oleh saya untuk
dapat menyempurnakan makalah ini terlebuh juga dalam pengetahuan kita
bersama. Harap ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyus

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL……………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................ 1

B. Rumusan masalah.................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Belajar……………………………………………. 3


B. Karakteristik dan Ragam Hasil Belajar……………………………….. 7
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar………... 12
D. Eksperimen Proses Belajar……………………………………………. 17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 24

B. Saran…………………………………………………………………... 24

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 25

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakan
Belajar adalah syarat mutlak untuk membuat orang pandai dalam semua
hal, baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun dalam hal bidang keterampilan
atau kecakapan Seorang bayi misalnya, dia harus belajar berbagai kecakapan
terutama sekali kecakapan motorik seperti belajar menelungkup, duduk,
merangkak, berdiri atau berjalan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang
sebenarnya merupakan “gejala belajar” dalam arti mustahillah melakukan
kegiatan itu kalau kita tidak belajar terlebih dahulu. Misalnya, kita
mengenakan pakaian, menggunakan alat-alat makan, berkomunikasi satu sama
lain dalam bahasa nasional, kita bertindak sopan, kita menghormati atasan,
kita mengemudikan kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Gejala-gejala
belajar semacam itu terlalu banyak untuk disebutkan satu-persatu, karena
jumlahnya ribuan, namun mengisi kehidupan sehari-hari.
Belajar merupakan kegiatan manusia untuk merubah dirinya dari ketidak
tahuan menjadi tahu, dari ke samaran menjadi jelas, dan tentunya dalam
proses pelaksanaan belajar tidak akan terlepas dari pengaruh-pengaruh yang
datang sebagai stimulus yang dapat merangsang cepat atau lambatnya bahkan
berhasil atau tidaknya sebuah proses belajar
Apa yang menjadikan semua kegiatan itu suatu gejala belajar?
Kemampuan untuk melakukan itu semua diperoleh, mengingat mula-mula
kemampuan itu belum ada. Maka, terjadilah proses perubahan dari belum
mampu ke arah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka
waktu tertentu. Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang
menandakan telah terjadinya proses belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konsep belajar?

1
2. Bagaimana Karakteristik dan Ragam Hasil Belajar?
3. Apa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ?
4. Bagaimana Eksperimen Proses Belajar ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian konsep belajar.


2. Untuk Mengetahui Krakteristik dan Ragam Hasil Belajar.
3. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil
Belajar.
4. Untuk Mengetahui Eksperimen Proses Belajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Belajar


Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai
suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai
disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi
pendidikan dan psikologi belajar. Karena demikian pentingnya arti belajar,
maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajarpun
diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam
mengenai proses perubahan manusia itu.

Pengertian belajar menurut para ahli:


1. Moh. Surya: “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya”.
2. Bell-Gredler:“Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk
mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan
(competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut
diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai
masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
3. Witherington: “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
4. Crow & Crow: “Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan dan sikap baru”.
5. Hilgard: “Belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku
muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
6. Di Vesta dan Thompson: “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif
menetap sebagai hasil dari pengalaman”.

3
7. Gage & Berliner: “Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang
yang muncul karena pengalaman”
8. James Owhittaker: “Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti
luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan).
9. Syai’ful Bahri Djamarah dalam bukunya “Psikologi Belajar” pengertian
belajar adalah serangkai kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Belajar dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja dengan guru atau
tanpa guru, dengan bantuan orang lain, atau tanpa dibantu dengan siapapun.
Belajar juga diartikan sebagai usaha untuk membentuk hubungan antara
perangsang atau reaksi.
Berbagai definisi (rumusan) tentang belajar telah dikemukakan oleh
para ahli, yang semuanya sepakat bahwa belajar itu bertujuan untuk
mengadakan perubahan. Jelasnya belajar dapat didefenisikan yaitu: Suatu
usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam
diri seseorang, mencakup; perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Menurut para pakar psikologi belajar bahwa pengalaman hidup sehari-
hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai
belajar. Alasannya, sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh
besar terhadap pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan.
Setelah mengetahui defenisi belajar seperti yang telah disebutkan di
atas, maka berikut ini akan dikemukakan salah satu contoh sebagai bentuk dari
proses belajar. Seorang anak balita (berusia di bawah 5 tahun) memperoleh
mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia mencoba mainan ini dengan cara
memutar kuncinya dan meletakkannya pada suatu permukaan atau dataran.
Perilaku “memutar” dan “meletakkan” tersebut merupakan respons
atau reaksi atas rangsangan yang timbul/ada pada mainan itu (misalnya, kunci
dan roda mobil-mobilan tersebut).Pada permulaan, respons anak terhadap
stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya tidak tepat atau setidak-tidaknya

4
tidak teratur. Namun, berkat latihan dan pengalaman berulang-ulang, lambat
laun ia menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-mobilan dengan baik
dan sempurna.
1. Teori Belajar
Teori belajar sangat banyak dan beraneka ragam. Setiap teori
menjelaskan aspek-aspek tertentu dalam belajar, dan setiap teori yang
dijadikan dasar akan mewarnai proses pembelajaran yang berlangsung.
Dalam praktek, suatu teori belajar tidak dapat diterapkan untuk berbagai
situasi pembelajaran. Penerapan suatu teori mungkin cocok untuk suatu
situasi tertentu dan tidak untuk situasi yang lain.
Setiap teori belajar dirumuskan berdasarkan kajian tentang perilaku
individu dalam proses belajar. Kajian itu pada intinya menyangkut dua hal:
1) Konsep yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah
kemampuan potensial (daya-daya), seperti menalar, mengingat,
mengkhayal, yang dapat dikembangkan dengan latihan.
2) Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem
energi yakni suatu sistem tenaga yang dinamis yang berupaya
memelihara keseimbangan dalam merespon sistem energi lain
sehingga ia dapat berinteraksi melalui organ rasa. Sistem energi ini
meliputi respon terhadap stimulus, motivasi, dan proses penalaran.
Berdasarkan kajian terhadap kedua macam konsep itulah, teori-
teori belajar dibangun yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke
dalam dua macam aliran, yaitu:
 Disiplin mental atau psikologi daya, yang memandang bahwa otak
manusia terdiri atas sejumlah daya yang beraneka ragam. Belajar
pada prinsipnya adalah melatih daya-daya mental tersebut.
 Behaviorisme atau psikologi tingkah laku, yang menganggap
bahwa tingkah laku manusia merupakan kumpulan respon terhadap
rangsangan.
Respon ini meliputi dua macam, sehingga menghasilkan dua macam
aliran:

5
1) Koneksionis atau asosianisme yang menganggap bahwa tingkah
laku itu merupakan respon terhadap stimulus tertentu. Penganut
aliran atau teori ini menganggap bahwa suatu stimulus (S)
mempunyai ikatan dengan response ( R ) tertentu.
2) Kognitif atau Gestalt yang menganggap bahwa proses kognitif
yaitu insight (pemahaman/wawasan) merupakan fundamental
(asasi) dari respon manusia. Dengan demikian perilaku manusia itu
ditandai oleh kemampuan melihat dan membuat hubungan antar
unsur-unsur dalam situasi problematic, sehingga diperoleh insight.
Teori belajar menurut psikologi daya ini adalah kesulitan untuk
menentukan jenis bahan pelajaran apa yang terbaik untuk melatih,
membentuk, atau mengembangkan otak. Proses belajar yang paling
menonojol dalam penerapan teori daya adalah dengan melalui praktek
dan latihan (diantaranya memecahkan soal, menghapal, dan
mengarang).
Motivasi belajar siswa di pandang tidak begitu penting untuk
diperhatikan, demikian pula faktor perbedaan individual dianggap
tidak relevan untuk penerapan teori ini. Persoalan transfer (pengalihan)
dalam belajar dipandang sebagai sesuatu yang bersifat otomatis.
Artinya, bila daya mental tertentu sudah terbentuk maka kemampuan
ini dapat di transfer pada situasi lain.

2. Perbuatan Yang Dapat disebut Belajar Atau Tidak


Ciri-ciri belajar adalah:
1. Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri
individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau
kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta
keterampilan (psikomotor);
2. Perubahan itu merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku
yang terjadi pada individu karena adanya interaksi antara dirinya
dengan lingkungan. interaksi ini dapat berupa interaksi fisik dan psikis;

6
3. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.

Proses belajar dapat diketahui dengan dua pendekatan, yaitu:


1. Mempelajari belajar langsung di lapangan yang sebenarnya atau biasa
disebut dengan naturalistic observation, yaitu cara pendekatan yang
langsung pada peristiwa yang terjadi secara alami.
2. Pendekatan melalui laboratorium yaitu mempelajari masalah belajar di
laboratorium. Keadaan laboratorium pada umumnya akan mereduksi
keadaan sebenarnya.

B. Karakteristik dan Ragam Hasil Belajar


1. Karakteristik Belajar
Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang
spesifik. Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan,
antara lain menurut surya (1982), disebut juga sebagai prinsip-prinsip
belajar. Diantaranya ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik
perilaku belajar yang terpenting adalah:
 Perubahan itu intensional
 Perubahan itu positif dan aktif
 Perubahan itu efektif dan fungsional

a. Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat
pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari,
atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung
pengertian bahwa siswa-siswi menyadari akan adanya perubahan yang
dialami, atau ia sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan
pada dirinya seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan
pandangan sesuatu, keterampilan, dan seterusnya. Karena secara fitrah
individu yang bersangkutan tidak menyadari atau tidak menghendaki
keberadaanya.

7
b. Perubahan Positif Dan Aktif
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif
dan aktif, positif artinya baik, bermartabat, serta sesuai dengan
harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa
merupakan penambahan,yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti
pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik dari pada
sebelumnya. Adapun perubahan yang terjadi dengan sendirinya seperti
karena proses kematangan (misalnya, bayi yang bias merangkak
setelah bias duduk), karena usaha anak itu sendiri.

c. Perubahan Efektif Dan Fungsional


Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif,
yakni berhasil guna. Artinya, perubahan tersebut membawa makna dan
manfaat tertentu bagi siswa dan siswi. Selain itu, perubahan dalam
proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relative menetap
dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat
direproduksi dan dimanfaatkan.
Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang
luas misalnya ketika siswa-siswi menempuh ujian dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Selain itu, perubahan efektif dan fungsional
biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya perubahan positif
lainnya.
Sebagai contoh, jika seorang siswa/siswi belajar menulis, maka
di samping ia akan mampu merangkaikan kata dan kalimat dalam
bentuk tulisan, ia juga akan memperoleh kecakapan lainnya seperti
membuat catatan,mengarang surat, dan bahkan menyusun karya sastra
atau karya ilmiah.
Hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor, antara lain
karakteristik belajar dan motivasi belajar. Karakteristik belajar yaitu
kebiasaan belajar yang baik dan motivasi belajar yaitu keseluruhan

8
kekuatan dan daya penggerak/pendorong agar tujuan belajar tercapai
optimal.
2. Ragam Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan
yang memiliki corak yang berbeda antara satu dan lainnya, baik dalam
aspek materi dan metodenya, maupun dalam aspek tujuan dan tingkah laku
yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia
pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga
beraneka macam. Berikut adalah beberapa ragam belajar:

a. Ragam Abstrak
Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara berfikir
abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh dan memecahkan
masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang
abstrak diperlukan peranan akal yang kuat. Disamping penguasaan atas
prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya
belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi dan juga sebagian
materi bidang studi agama seperti tauhid.
b. Ragam Sosial
Belajar sosial pada umumnya adalah belajar memahami
masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah
tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan
kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah
keluarga, persahabatan, kelompok dan masalah lainnya yang bersifat
kemasyarakatan. Selain itu, belajar sosial juga bertujuan untuk
mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan
member peluang kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya
secara berimbang dan proporsional.
c. Ragam Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah yaitu belajar dengan menggunakan
metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur dan

9
teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan
kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas.
d. Belajar Rasional
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan
kemampuan berfikir secara logis dan rasional. Tujuannya adalah untuk
memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan
konsep-konsep. Jenis belajar ini erat kaitannya dengan belajar
pemecahan masalah.
e. Ragam Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan
gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat
syaraf dan otot-otot (neuromuscular) tujuannya adalah untuk
memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu, dalam
belajar jenis ini latihan secara intensif dan teratur amat diperlukan,
termasuk dalam belajar ini misalnya belajar olahraga, music, menari,
melukis, memperbaiki benda-benda elektronik dan juga sebagian
bidang study agama seperti ibadah shalat dan ngaji.
f. Ragam Kebiasaan
Ragam belajar kebiasaan adalah proses pembentukan
kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang
telah ada, belajar kebiasaan selain menggunakan perintah, suri
tauladan dan pengalaman khusus juga penggunaan ganjaran dan
hukuman (reward&punishment), tujuannya agar siswa memperoleh
sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat
dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu
(kontekstual).
Selain itu arti tepat dan positif diatas adalah selaras dengan
norma dan tata nilai yang berlaku, baik yang bersifat religious maupun
yang bersifat cultural dan tradisional, belajar kebiasaan lebih tepat
dilaksanakan dalam konteks pendidikan keluarga sebagaimana yang
dimaksut oleh undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003

10
bab VI bagian keenam pasal 27 ayat (1) namun demikian, tentu tidak
tertutup kemungkinan penggunaan pelajaran agama sebagai sarana
belajar kebiasaan bagi para siswa.
Ragam belajar adalah merupakan keragaman dari metode cara
seorang belajar(bias disebut gaya belajar). Setiap orang memiliki
metode belajar yang berbeda. Metode belajar bisa dibagi 3:
1. Visual
Seseorang dengan gaya belajar visual cenderung memahami
sesuatu (seperti pelajaran) dengan melihatnya secara langsung.Gaya
belajar tipe visual adalah gaya belajar yang dominan dengan visual.
Berikut beberapa ciri dari belajar tipe visual:
 Berbicara dengan cepat
 Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat
 Senang terhadap seni dari pada music
 Suka mengantuk ketika mendengarkan penjelasan yang panjang
lebar
2. Auditorial
Seseorang tersebut lebih mudah untuk memahami sesuatu
dengan mendengarnya.Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar
yang dominan dengan auditorial atau pendengaran. Berikut
beberapa ciri dari belajar tipe auditorial:
 Berbicara dengan diri sendiri (jawa:gremengan) saat bekerja
atau belajar
 Lebih senang music dari pada seni yang melibatkan visual
 Senang berdiskusi
 Berbicara dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar
3. Kinestetik
Seseorang tersebut lebih mudah memahami sesuatu dengan
bergerak (dengan praktek langsung).Gaya belajar tipe kinestetik
adalah gaya belajar yang dominan dengan praktek atau eksperimen

11
atau yang dapat diuji coba sendiri. Berikut beberapa ciri dari belajar
tipe kinestetik:
 Berbicara dengan perlahan dan cermat
 Berorientasi pada fisik dan banyak gerak
 Menghafal sambil belajar dan melihat
 Banyak menggunakan bahasa tubuh
Dengan mengetahui karakteristik belajar siswa ini guru akan
dapat memberikan bekal kepada siswanya untuk dapat menghadapi
perubahan cara atau pola belajar di tiap jenjang pendidikan.

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR
M. Surya (1979:39-40) mengemukakan pandangannya dalam
menyikapi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, antara lain terdiri dari
faktor internal dan eksternal.
Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis atau jasmani individu, baik
yang bersifat bawaan/hereditas maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan,
pendengaran, struktur badan dan sebagainya. Faktor internal lain yaitu faktor
psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri
dari faktor intelektif (faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat serta faktor
actual yaitu kecakapan yang nyata, seperti prestasi). Faktor psikologis lain
yaitu faktor non intelektif yaitu komponen kepribadian tertentu seperti sikap,
minat, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, konsep diri, penyesuaian diri,
emosional dan sebagainya.
Sedangkan faktor eksternal meliputi sosial, lingkungan keluarga,
sekolah, teman, masyarakat, budaya, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
teknologi, faktor lingkungan fisik contohnya fasilitas belajar di rumah, di
sekolah, iklim dan faktor spiritual serta lingkungan keluarga. Faktor yang
berasal dari dalam individu (internal), baik yang bersifat intelektual maupun
non intelektual, mempunyai peranan penting dalam belajar. Karena belajar
merupakan proses aktif, dimana individu tidak hanya menerima, tetapi dituntut

12
pula untuk berolah fikir, rasa untuk memperoleh, memahami dan menguasai
materi yang dipelajarinya.
Secara global, menurut Muhibbin Syah (2001: 132-139) faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan jasmani dan
rohani siswa. Yaitu: aspek fisiologis (jasmani, mata dan telinga) dan aspek
psikologis (intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan
motivasi siswa).
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa. Yaitu: lingkungan sosial (keluarga, guru, masyarakat,
teman) dan lingkungan non-sosial (rumah, sekolah, peralatan, alam).
3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya siswa yang meliputi strategi
dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran, yang terdiri dari pendekatan tinggi,
pendekatan sedang dan pendekatan rendah.

Contoh faktor Internal: Faktor yang berasal dari diri anak.


 Faktor fisiologi yaitu faktor yang meliputi jasmani anak. Apakah anak
sehat, tidak sehat (sakit)?
 Faktor psychology yaitu faktor yang meliputi rohani yang mendorong
aktivitas belajar anak. Hal ini berpengaruh pada : taraf
intelegensi, motivasi belajar, sosial ekonomi, sosial budaya dan lain-
lain.

Contoh faktor Eksternal: Faktor yang berasal dari luar diri anak.
 Faktor non sosial yang meliputi keadaan udara; waktu (pagi; siang dan
sore), tempat dan alat-alat yang dipakai dalam pembelajaran.
 Faktor sosial yang meliputi pendidik, metode pengajaran.
 Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staf, dan teman-teman
sekelasnya yang dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
 Lingkungan masyarakat, tetangga, juga teman-teman bermain yang
disekitar perkampungan siswa tersebut juga mempengaruhi belajar

13
siswa. Yang paling berpengaruh dalam belajar siswa adalah
lingkungan keluarga.
 Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa.

Contoh lain:

1. Faktor Lingkungan
Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi
dalam mata rantai kehidupan yang di sebut Ekosistem. Dua
lingkungan yang pengaruh cukup signifikan terhadap belajar anak
didik di sekolah:
 Lingkungan Alami, Pencemaran lingkungan hidup merupakan
mala petaka bagi anak didik yang hidup di dalamnya.
 Lingkungan Sosial Budaya, Lingkungan sosial budaya di luar
sekolah ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem
sendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah. Pembangunan
gedung sekolah yang tak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas
menimbulkan kegaduhan suasana kelas.

2. Faktor Instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan
tentu saja pada tingkat kelembagaan,agar dapat mencapai ke arah itu
diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan
jenisnya. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan
sebaik-baik agar berdaya guna dan berhasil untuk kemajuan belajar
anak didik di sekolah:
 Kurikulum
 Program
 Sarana dan fasilitas

14
 Guru
 Kondisi Psikologis pendidik dan peserta didik

3. Kondisi Fisikologis (Keadaan Jasmani)


Kondisi fisikologis pada umumnya sangat berpengaruh
terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan
segar jasmaninya, akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam
keadaan kelelahan.

4. Kondisi psikologis (Keadaan Mental)


Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja
mempengaruhi belajar seseorang. Berarti belajar bukanlah berdiri
sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor luar dan faktor dari
dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja
merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar
seorang anak.Minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-
kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama
mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik.
 Minat, Menurut Slameto (1991 : 182), minat adalah suatu rasa
lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut
semakin besar minat.
 Kecerdasan, Raden cahaya Prabu (1986) pernah mengatakan
dalam mottonya bahwa :”Didiklah anak sesuai taraf umurnya,
Pendidikan yang berhasil karena menyelami jiwa anak
didiknya”. Yang menarik dari ungkapan ini adalah tentang umur
dan menyelami jiwa peserta didik.
 Bakat, Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada

15
yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai
dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.
 Motivasi, Menurut Noehi Nasution (1993 : 8 ) motivasi adalah
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis
yang mendorong seorang untuk belajar. Penemuan – penemuan
penelitian menunjukan bahwa hasil belajar pada umumnya
meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.
 Kemampuan Kognitif, Dimana orang menyadari bahwa
pengetahuannya berasal dari masa lampau atau atau berdasarkan
kesempatan yang diperoleh di masa lampau.

HASIL BELAJAR
Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau
keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami
aktivitas belajar.
Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni :
informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan
keterampilan.
Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang
merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil
belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:
 Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
 Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama
kualitas pengajaran.

16
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui
proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
 Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang
rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau
setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
 Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak
kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
 Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama
diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan
kreativitasnya.
 Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),
yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif
(sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
 Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri
terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

D. Eksperimen Proses Belajar


Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pembelajaran di
mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode
percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu
objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk
mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum
atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu.

17
Metode eksperimen merupakan metode yang umum digunakan pada
ilmu eksak seperti biologi, fisika atau ilmu-ilmu alam lainnya. Namun, yang
perlu diingat, dalam metode penelitian ilmu sosial dikenal juga metode
eksperimen untuk menjelaskan sebuah fenomena.Metode eksperimen
dilakukan dengan memberikan treatment (perlakuan) yang berbeda pada setiap
grup sampel. Dengan adanya treatment yang berbeda, maka reaksi yang terjadi
akan berbeda. Jadi inti dari metode eksperimen adalah “what if”= apa yang
terjadi apabila dilakukan perubahan pada setiap grup sampe.
Dengan menggunakan metode eksperimen murid diharapkan:
a. Ikut aktif mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan belajar untuk dirinya.
b. Murid belajar menguji hipotesis dan tidak tergesa-gesa mengambil
kesimpulan, ia berlatih berpikir ilmiah dan
c. Mengenal berbagai alat untuk melakukan eksperimen dan memiliki
keterampilan menggunakan alat-alat tersebut.
Agar pelaksanaan eksperimen dapat berjalan lancar maka:
a. Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan
murid
b. Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan
c. Perlu memperhitungkan tempat dan waktu
d. Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid
e. Guru membicarakan masalah yang akan yang akan dijadikan eksperimen
f. Membagi kertas kerja kepada murid
g. Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan
h. Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap
perlu didiskusikan secara klasikal.
Metode eksperimen tepat dipergunakan:
a. Apabila akan memberikan keterampilan tertentu.
b. Untuk memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa
lebih terbatas.
c. Untuk menghindari verbalisme.

18
d. Untuk membantu anak memahami dengan jelas jalannya suatu proses
dengan penuh perhatian, sebab lebih menarik.
Menggunakan metode eksperimen dalam proses pembelajaran
dikatakan tepat bila:
a. Ingin memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami sendiri,
mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek
keadaan atau proses tertentu.
b. Menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir rasional dan ilmiah siswa
dalam proses pembelajaran.
c. Guru menginginkan agar siswa mencoba mengerjakan sesuatu, mengamati
proses dan hasil percobaan.
Kelebihan metode Eksperimen:
a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima
kata guru atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-
terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan
dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
d. Anak didik memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan
eksperimen
e. Siswa terlibat aktif mengumpulkan fakta dan informasi yang diperlukan
untuk percobaan.
f. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan
berfikir ilmiah.
g. Dapat memperkaya pengalaman dan berpikir siswa dengan hal-hal yang
bersifat objektif, realitas dan menghilangkan verbalisme.
h. Melalui eksperimen siswa dapat menghayati sepenuh hati dan mendalam,
mengenai pelajaran yang diberikan.

19
i. Siswa dapat aktif mengambil bagian untuk berbuat bagi dirinya, dan tidak
hanya melihat orang lain, tanpa dirinya melakukan.
j. Siswa dapat aktif mengambil bagian yang besar, untuk melaksanakan
langkah-langkah dalam cara berpikir ilmiah. Jalan ini dilakukan melalui
pengumpulan data-data observasi, memberikan penafsiran serta
kesimpulan.
Kekurangan metode Eksperimen:
a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik
berkesempatan mengadakan ekperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus
menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c. Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam
bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil kesimpulan.
d. Sering mengalami kesulitan dalam melaksanakan eksperimen karena guru
dan siswa kurang berpengalaman melakukan eksperimen.
e. Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam
bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil keputusan.
f. Memerlukan keterampilan/kemahiran dari pihak guru dalam menggunakan
serta membuat alat-alat eksperimen
g. Bagi guru yang telah terbiasa dengan metode ceramah secara rutin
misalnya. Cenderung memandang metode eksperimen sebagai suatu
pemborosan dan memberatkan.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah
alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.
b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang
meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi
alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.

20
c. Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati
proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga
mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu
diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh
pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan
sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen
itu.
e. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai
kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia.
Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah
itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Prosedur eksperimen adalah:
a. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen, mereka harus
memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen.
b. Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang
akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan
ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
c. Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa.
Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan
jalannya eksperimen.
d. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian
siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya
jawab.
Pembelajaran dengan metode eksperimen meliputi tahap-tahap sebagai
berikut:
a. Percobaan awal, Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang
didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.
Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
materi fisika yang akan dipelajari.

21
b. Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan.
Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
c. Hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan
hasil pengamatannya.
d. Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang
telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa
diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan,
selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. Aplikasi konsep, setelah siswa
merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam
kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah
dipelajari.
e. Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.Penerapan
pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk
memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa
mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam
kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk
menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep
terkait dengan pokok bahasan.
Saran-saran pelaksanaanya Metode Eksperimen:
a. Metode eksperimen hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat
praktis dan urgen dalam masyarakat.
b. Hendaknya metode eksperimen diarahkan agar murid-murid dapat
memperoleh pengertian yang lebih jelas, pembentukan sikap serta
kecakapan praktis.
c. Hendaknya diusahakan agar semua anak dapat mengikuti eksperimen
dengan jelas (pengaturan ruang dan tempat duduk).
d. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian sejelas-jelasnya landasan teori dari
apa yang akan dieksperimenkan. Perlu menjelaskan tujuan yang akan
dicapai melalui eksperimen kepada siswa.
e. Menjelaskan prosedur/langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
eksperimen serta persiapan alat-alat eksperimen.

22
f. Membantu siswa untuk mendapatkan bahan-bahan bacaan serta alat-alat
yang akan diperlukan dalam eksperimen. Setelah eksperimen dilakukan
berilah kesempatan kepada siswa untuk saling tukar pendapat dan saling
lengkapi-melengkapi kekurangan yang dimilikinya.
g. Memberikan kesimpulan dan catatan seperlunya terhadap eksperimen yang
baru saja dilakukan.
h. Diharapkan siswa dapat memberikan ikhtisar berupa laporan mengenai
hasil eksperimen mereka.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar itu bertujuan untuk mengadakan perubahan. Jelasnya belajar
dapat didefenisikan yaitu: Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk
mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup; perubahan tingkah
laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan
sebagainya.Menurut para pakar psikologi belajar bahwa pengalaman hidup
sehari-hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan
sebagai belajar. Alasannya, sampai batas tertentu pengalaman hidup juga
berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian organisme yang
bersangkutan.
Karakteristik Belajar
a. Perubahan itu intensional
b. Perubahan itu positif dan aktif
c. Perubahan itu efektif dan fungsional
Ragam Belajar
a. Ragam Abstrak
b. Ragam Sosial
c. Ragam Pemecahan Masalah
d. Belajar Rasional
e. Ragam Keterampilan
f. Ragam Kebiasaan
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
a. Faktor Internal
b. Faktor Eksternal

B. Saran
Semoga Makalah ini bisa membuat pembaca lebih banyak mengetahui
tentang Konsep Belajar. Sehingga bagi calon pendidik ataupun mahasiswa
dapat memudahkan dalam proses pembelajaran baik menampilkan dalam
bentuk diskusi maupun sebagai bahan ajar.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Munadi Yudhi.2008.Media Pembelajaran.Ciputat: GB Press.


Sumber referensi internet:
2. http://pintubelajarcerdas.blogspot.co.id/2016/09/makalah-psikologi-belajar-
tentang.html
3. http://dibukasaja.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
proses.html
4. http://seputarkampusorange.blogspot.com/2013/04/faktor-yang-
mempengaruhi-belajar.html
5. Internet, http://mediaindonesia.co.cc/search/label/psikologi+belajar, di akses
24 Juni 2015

25

Anda mungkin juga menyukai