Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT


USIA “PUCANG GADING” SEMARANG

JULIANA
Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Salah satu masalah yang sering dihadapi lansia adalah gangguan tidur. Terapi murottal Al-Qur‟an
sebagai salah satu intervensi terutama pada lansia yang beragama islam yang dapat menurunkan hormon-
hormon stres, memperbaiki system kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah yang akan memperbaiki
irama sirkadian lansia sehingga berpotensi mengatasi insomnia lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh terapi Murottal Al-Qur‟an terhadap penurunan tingkat insomnia pada lansia di Unit
Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang.
Penelitian ini menggunakan metode quasy eksperimental dengan rancangan penelitian pretest-posttest
control goup design, dengan populasi sebanyak 76 orang di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading”
Semarang. Metode sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 34 orang yang dibagi menjadi kelompok
intervensi dan kontrol. Alat pengambilan data berupa kuesioner Studi Psikiatri Biologik jakarta – Insomnia
Rating Scale (KSPBJ-IRS). Uji analisis Univariat menggunakan distribusi frekuensi dan uji analisis Bivariatnya
menggunakan Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh terapi murottal Al-Qur‟an terhadap penurunan tingkat
insomnia pada lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang dengan p Value = 0,000.
Bagi petugas di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang. diharapkan dapat
menerapkan terapi Murottal Al-Qur‟an sebagai salah satu intervensi untuk mengatasi insomnia pada lansia.

Kata kunci : Terapi murottal Al-Qur‟an, penurunan tingkat insomnia pada lansia
Daftar pustaka : 26 (2005-2014)

ABSTRACT

One of elderly problems is insomnia. It occurs because of aging factors. The murottal Al-Qur‟an therapy
become intervention for muslilm elderly, so that it can ward stress hormone, improve the body's chemical
system, thus lowering blood pressure, which will improve the circadian rhythm of elderly, thus potentially
overcoming insomnia in elderlies. The purpose of this study was to determine the effect of the murottal Al-
Qur‟an to insomnia in the elderly people at Pucang Gading Social Services unit for Elderly People at Semarang.
The research design used Quasy Experimental by using Pretest-Posttest Control Goup Design, with the
population of 76 people at Pucang Gading Social Services unit for Elderly People at Semarang. The sampling
method used purposive sampling of 34 people who were divided into intervention and control groups. Data
collecting used questionnaires of the Studi Psikiatri Biologik Jakarta – Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS).
Univariate analysis test used frequency distributions and bivariate analysis test used Wilcoxon.
The results show that there was an influence of murottal Al-Qur‟an to ward insomnia in the elderly
people at Pucang Gading Social Services unit for Elderly People at Semarang.
It is suggested for Pucang Gading Social Services unit for Elderly People at Semarang to apply
murottal Al-Qur‟an as in intervention to cope with impaired insomnia in elderly people.

Keywords : Murottal Qur'an therapy, Decreased levels of insomnia in elderly


people
References : 26 (2005-2014)

1
Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada Lansia
Di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang
PENDAHULUAN (berlanjut) secara alami. Ini dimulai sejak
lahir dan umunya dialami pada semua
Lanjut usia (lansia) adalah kelompok makhluk hidup (Bandiyah, 2009).
penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih Semakin bertambahnya umur
(Maryam dkk, 2008). Lansia merupakan manusia, terjadi proses penuaan secara
suatu proses alami yang ditentukan oleh degeneratife yang akan berdampak pada
Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan perubahan-perubahan pada diri manusia,
mengalami proses menjadi tua dan masa tua tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga
merupakan masa hidup manusia yang perubahan kognitif, perasaan, social, dan
terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami seksual (Azizah, 2011). Memasuki usia tua
kemunduran fisik, mental, dan social secara banyak mengalami kemunduran misalnya
bertahap (Azizah, 2011). kemunduran fisik yang ditandai dengan
Menurut Dinas Kependudukan kulit menjadi keriput karena berkurangnya
Amerika Serikat (1999) dalam Maryam bantalan lemak, rambut memutih,
(2008), jumlah populasi lansia berusia 60 pendengaran berkurang, penglihatan
tahun atau lebih diperkirakan hampir memburuk, gigi mulai ompong, aktivitas
mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi lambat, nafsu makan berkurang
menjadi 2 miliar pada tahun 2050, pada saat dan kondisi tubuh yang lain juga
itu lansia akan melebihi jumlah populasi mengalami kemunduran (Padila, 2013)
anak (0-14 tahun) (Maryam dkk, 2008). Nina Kemala Sari dari Devisi
Pada tahun 2020-2025, Indonesia akan Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
menduduki peringkat Negara dengan RS Cipto Mangunkusumo, Fakultas
struktur dan jumlah penduduk lanjut usia Kedokteran Universitas Indonesia dalam
setelah RRC, India, dan Amerika Serikat, suatu pelatihan di kalangan kelompok
dengan umur harapan hidup diatas 70 peduli lansia, menyampaikan beberapa
tahun. Pertumbuhan penduduk lanjut usia masalah yang kerap muncul pada usia
(lansia) diprediksi akan meningkat cepat di lanjut, yang disebutnya sebagai a series of
masa yang akan datang terutama di negara- I’s. Mulai dari immobility (imobilisasi),
negara berkembang. Indonesia sebagai instability (instabilitas dan jatuh),
salah satu Negara berkembang juga akan incontinence (inkontinensia), intellectual
mengalami ledakan jumlah penduduk impairment (gangguan intelektual),
lansia, kelompok umur 0-14 tahun dan 15- infection (infeksi), impairment of vision and
49 berdasarkan proyeksi 2010-2035 hearing (gangguan penglihatan dan
menurun. Sedangkan kelompok umur lansia pendengaran), isolation (depresi), inanition
(50-64 tahun dan 65 lebih) berdasarkan (malnutrisi), insomnia (gangguan tidur),
proyeksi 2010-2035 terus meningkat. hingga immune deficiency (menurunnya
Persentase penduduk lansia tahun 2012 kekebalan tubuh) (Padila, 2013).
adalah 7,56% yang berarti termasuk Negara Insomnia adalah gejala yang dialami
berstruktur tua (Abikusno dkk, 2013). oleh klien yang mengalami kesulitan kronis
Menua (menjadi tua) adalah suatu untuk tidur, sering terbangun dari tidur,
proses menghilangnya secara perlahan- dan/atau tidur singkat atau tidur non
lahan kemampuan jaringan untuk resoratif (Zorick, 1994 dalam Potter &
memperbaiki diri/mrngganti dan Perry, 2006). Penderita insomnia
mempertahankan fungsi normalnya mengeluhkan rasa kantuk yang berlebihan
sehingga tidak dapat bertahan terhadap di siang hari dan kuantitas dan kualitas
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang tidurnya tidak cukup. Namun sering kali
diderita (CONSTANTANIDES, 1994 klien tidur lebih banyak dari yang
dalam buku Bandiyah, 2009). Ini disadarinya. Insomnia dapat menandakan
merupakan proses yang terus-menerus adanya gangguan fisik atau psikologis
2
Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada Lansia
Di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang
(Potter & Perry, 2006). Insomnia lebih (Wijaya, 2009). Mendengarkan murotal Al
sering dijumpai pada wanita dan pada Qur‟an dapat memberikan ketenangan pada
kelompok usia lebih lanjut. Lebih dari 50% orang yang mendengarkannya, seperti hasil
usia lanjut mungkin mengeluh kesulitan penelitian Abdurrahman dkk (2008) yang
waktu tidur malam. Insomnia ialah tidur melakukan perekaman
yang tidak adekuat atau tidur yang tidak electroenchepalography (EEG) setelah
menyegarkan. Pada kelompok usia lanjut diperdengarkan murotal Al Qur‟an. Dari
presentase yang paling umum dijumpai hasil perekaman EEG didominasi oleh
adalah sulit berada dalam keadaan tidur dan gelombang delta di daerah frontal dan
bangun terlalu pagi, subuh hari sentral baik pada sisi kanan maupun kiri
(Lumbantobing, 2008). otak, bila didominasi gelombang delta
Jumlah lansia di Indonesia setiap artinya berada dalam ketenangan,
tahun cenderung mengalami peningkatan, ketentraman dan kenyamanan pada
rata-rata 7,18% pertahun. Pada tahun 2020 narakoba. Dalam sebuah penelitian oleh
jumlah lansia di Indonesia diperkirakan Muhammad Kamil Abdussamad dalam
akan mencapai 28,8 juta orang (11,34% bukunya Al Ijaz al ilmi fi Al Qur‟an yang
dari jumlah penduduk). Tiga perempat dari menulis bahwa alat-alat observasi
jumlah lansia, mengalami masalah susah elektronik yang dikomputerisasi telah
tidur (Insomnia). digunakan untuk mengukur perubahan
Seseorang yang sudah terkena fisiologis pada orang yang sehat yang
insomnia, tidak ada cara lain yang harus sedang mendengarkan Al Qur‟an baik yang
dipilih, selain menjalani pengobatan. memahami bahasa arab maupun yang tidak
Pengobatan medis adalah salah satu jenis memahami, diperoleh hasil bahwa
pengobatan yang banyak ditempuh oleh mendengarkan bacaan Al Qur‟an
orang karena lebih praktis, cepat dan memberikan efek menenangkan hingga 97
mudah. Tetapi, jangan pernah sekali-kali % yang dilihat dari berkurangnya
memutuskan untuk mengkonsumsi obat ketegangan saraf (Musbikin, 2007).
tidur secara sembarangan. Banyak Berdasarkan studi pendahuluan yang
pengobatan secara non medis seperti peneliti lakukan di Unit Pelayanan Sosial
cognitive behavioral therapy, sleep Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang,
resctraction therapy, stimulus control diperoleh data bahwa jumlah keseluruhan
therapy, relaxation therapy. Biasanya terapi lansia 76 orang dan dari 76 lansia
relaksasi ini menggunakan paduan suara- didapatkan jumlah lansia yang beragama
suara tertentu yang didesain untuk Islam sebanyak 90%. Peneliti
memunculkan efek relaksasi. Murottal Al- menggunakan kuesioner Kelompok Studi
Qur‟an termasuk dari suara tersebut, Psikiatri Biologik Jakarta-Insomnia Rating
mendengarkan murottal Al-Qur‟an adalah Scale (KSPBJ-IRS) untuk mengukur
salah satu cara kita berdoa dan beribadah. tingkat insomnia pada lansia. Berdasarkan
Berdoa dan beribadah dapat menimbulkan hasil wawancara kepada pasien 15 lansia
rasa kedekatan dengan tuhan dan rasa diambil secara acak 5 diantaranya
kedekatan itu akan membantu kita mengalami insomnia berat, 6 diantaranya
menhilangkan segala kecemasan. Dengan mengalami insomnia sedang, 2 diantaranya
demikian, kita merasa terlindungi, aman, mengalami insomnia ringan, dan 2
dan pasrah. Kondisi seperti itu akan diantaranya tidak mengalami insomnia.
membuat kita mudah tertidur dengan lelap Berdasarkan hasil wawancara dengan
(Susilo & Wulandari, 2011). Kepala Unit Pelayanan Social Lanjut Usia
Murottal merupakan salah satu musik “Pucang Gading” Semarang mengatakan
dengan frekuensi 50 Db yang membawa dalam mengatasi insomnia hanya dengan
pengaruh positif bagi pendengarnya mendengarkan musik, mengadakan
3
Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada Lansia
Di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang
kegiatan kerohanian satu kali seminggu, responden (58,8%) sedangkan pada
terapi membaca dan bimbingan konseling. kelompok kontrol juga paling banyak pada
Akan tetapi, terapi tersebut belum bisa kategori sedang yaitu sejumlah 12
mengatasi insomnia di Unit Pelayanan responden (70,6).
Kelompok
Insomnia Intervensi Kontrol Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
Pretest
F % f % Gambaran insomnia pada lansia sesudah
Berat 0 0,0 5 29,4 diberikan terapi murottal Al-Qur’an
Sedang 10 58,8 9 55,9 pada lansia kelompok intervensi dan
Tidak kelompok kontrol di Unit Pelayanan
insomnia
7 41,2 3 14,7 Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading”
Total 17 100,0 17 100,0 Semarang
Social Lanjut Usia “Pucang Gading”
Tabel 4.2 menunjukkan insomnia
Semarang. Terapi murottal Al-Qur‟an
sesudah dilakukan terapi murottal Al-
belum pernah dilakukan sebagai terapi
Qur‟an pada kelompok intervensi paling
insomnia untuk membantu mengatasi
banyak kategori sedang yaitu sejumlah 10
insomnia.
responden (58,8%) sedangkan pada
kelompok kontrol juga paling banyak pada
METODE PENELITIAN kategori sedang yaitu sejumlah 9 responden
(55,9%).
Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rancangan
B. Analisis Bivariat
eksperimen semu (Quasi Eksperimen),
yaitu dengan mengggunakan Pre – Post Analisis bivariat pada bagian ini
Test Control Group Design. digunakan untuk mengetahui pengaruh
Kelompok intervensi dan kelompok terapi murottal Al-Qur‟an terhadap
kontrol keduanya diukur sebelum Dan penurunan tingkat insomnia pada lanisa di
sesudah intervensi pada waktu penelitian. Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “ Pucang
Setelah dilakukan intervensi diharapkan Gading” Semarang. Untuk mengetahui
terdapat pengaruh pada kelompok pengaruh ini digunakan uji Wilcoxon
intervensi karena data yang diperoleh berdistribusi
tidak normal.
HASIL PENELITIAN
Kelompok
A. Analisa Univariat Insomnia Intervensi Kontrol
Pretest
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi F % f %
Gambaran insomnia pada lansia sebelum Berat 7 41,2 5 29,4
diberikan terapi murottal Al-Qur’an Sedang 10 58,8 12 70,6
pada lansia kelompok intervensi dan
Total 17 100,0 17 100,0
kelompok kontrol di Unit Pelayanan
Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading”
Semarang

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan


insomnia sebelum dilakukan terapi murottal
Al-Qur‟an pada kelompok intervensi paling
banyak kategori sedang yaitu sejumlah 10
4
Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada Lansia
Di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang
1. Perbedaan tingkat insomnia pada 3. Ananlisis Pengaruh terapi murottal
lansia sebelum dan sesudah Al-Qur’an Terhadap Penurunan
diberikan terapi murottal Al- Tingkat Insomnia pada lansia
Qur’an pada lansia kelompok kelompok intervensi dan kelompok
intervensi. kontrol.
Variabel Perlakuan Z p value Variabel Kelompok Z p value
Penurunan Sebelum Penurunan Intervensi
Kategori Sesudah Kategori Kontrol
-3,742 0,000 -3,717 0,000
Tingkat Tingkat
Insomnia Insomnia
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui
bahwa nilai mean tingkat insomnia pada bahwa nilai mean penurunan tingkat
lansia sebelum dan sesudah diberikan insomnia pada lansia sesudah diberikan
terapi murottal Al-Qur‟an pada kelompok terapi murottal Al-Qur‟an pada kelompok
intervensi adalah 7,50. intervensi adalah 23,00. Kemudian nilai
Hasil analisis data menggunakan uji mean penurunan tingkat insomnia pada
Wilcoxon didapatkan nilai Z = -3742 lansia sesudah diberikan terapi murottal Al-
dengan p value = 0,000≤0,05, berarti ada Qur‟an kelompok kontrol adalah 12,00.
perbedaan tingkat insomnia pada lansia Hasil analisis data menggunakan uji
sebelum dan sesudah diberikan terapi Mann Whitney didapatkan nilai Z= 4,000
murottal Al-Qur‟an pada lansia kelompok dengan p value = 0,000≤0,05, berarti ada
intervensi di Unit Pelayanan Sosial Lanjut perbedaan penurunan tingkat insomnia pada
Usia “Pucang Gading” Semarang. lansia sesudah diberikan terapi murottal Al-
2. Perbedaan tingkat insomnia pada Qur‟an pada lansia kelompok intervensi
lansia sebelum dan sesudah dan kelompok kontrol di Unit Pelayanan
diberikan terapi murottal Al- Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading”
Qur’an pada lansia kelompok Semarang.
kontrol
Variabel Perlakuan Z p value PEMBAHASAN
Penurunan Sebelum
Kategori Sesudah Berdasarkan penelitian yang
-1,732 0,083
Tingkat dilakukan dengan judul pengaruh terapi
Insomnia murottal Al-Qur‟an terhadap penurunan
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui tingkat insomnia pada lansia di Unit
bahwa nilai mean tingkat insomnia pada Pelayanan Sosial lanjut usia “Pucang
lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi Gading” Semarang diperoleh hasil sebagai
murottal Al-Qur‟an pada kelompok kontrol berikut:
adalah 2,00.
Hasil analisis data menggunakan uji A. Gambaran Insomnia Lansia Sebelum
Wilcoxon didapatkan nilai Z = -1,732 Diberikan Terapi Murottal Al-Qur’an
dengan p value = 0,083≥0,05, berarti tidak Pada Kelompok Intervensi dan
ada perbedaan tingkat insomnia pada lansia Kontrol di Unit Pelayanan Sosial
sebelum dan sesudah diberikan terapi Lanjut Usia “Pucang Gading”
murottal Al-Qur‟an pada lansia kelompok Semarang.
kontrol di Unit Pelayanan Sosial Lanjut
Usia “Pucang Gading” Semarang. Berdasarkan hasil penelitian terhadap
Insomnia pada lansia yang dilakukan oleh
5
Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada Lansia
Di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang
peneliti kepada responden yang berjumlah merupakan hal yang normal terjadi pada
34 orang, dimana 17 kelompok intervensi lansia. Perubahan-perubahan ini bersamaan
dan 17 kelompok kontrol, pada kelompok dengan perubahan fisik yang lain. Lansia
intervensi sebelum diberikan terapi umumnya dorongan homeostatik untuk
murottal Al-Qur‟an sebagian besar lansia tidur lebih dulu menurun baru diikuti oleh
insomnia dalam kategori sedang, yaitu dorongan irama sirkadian untuk terjaga.
sejumlah 10 lansia (58,8%), sedangkan Selain hal tersebut ritme sirkadian tidur-
pada kelompok kontrol sebagian besar juga bangun lansia juga sering terganggu, jam
insomnia dalam kategori sedang, yaitu biologik lebih pendek dan fase tidurnya
sejumlah 12 lansia (70,6%). lebih maju. Gangguan ritmik sirkadian tidur
Dilihat dari hasil penelitian terhadap ini dapat berpengaruh terhadap kadar
tingkat insomnia lansia diatas sebelum hormon yaitu terjadi penurunan sekresi
diberikan terapi murottal Al-Qur‟an pada hormon pertumbuhan, prolaktin, tiroid, dan
kelompok intervensi dan kontrol melatonin. Hormon-hormon tersebut
disimpulkan bahwa insomnia pada lansia disekresikan pada saat tidur terutama pada
dalam kategori sedang. Insomnia pada malam hari, sehingga penurunan kadar
lansia ini biasanya disebabkan karena ada hormon ini akan menyebabkan lansia sulit
beberapa faktor yang mempengaruhi tidur untuk mempertahankan tidur (Maryam,
antara lain: stress, faktor gaya hidup, faktor 2011).
Lingkungan, makan atau minum Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
berlebihan, olahraga terlalu berat atau gaya bahwa proses menua yang dialami lansia
hidup menetap, kebiasaan tidur, sakit atau menyebabkan insomnia pada lansia. Upaya
gangguan medis (Express, 2009). Apalagi penyembuhan yang bertujuan untuk
lansia yang tinggal di panti memiliki mengatasi insomnia pada lansia pada
stressor tambahan yaitu mereka harus bisa umumnya terbagi menjadi dua yaitu terapi
beradaptasi dengan teman sekamar, farmakologis dan non farmakologis.
penghuni lain, staf atau pengelola panti, Farmakologis dilakukan dengan pemberian
kegiatan di panti, aturan yang berlaku di obat, sedangkan non farmakologis
panti, dan lingkungan fisik panti (Gunawan, dilakukan dengan pemberian terapi
2005). murottal Al-Qur‟an.
Selain itu juga mereka harus B. Gambaran Insomnia
menyesuaikan diri dengan perubahan- Lansia Sesudah Diberikan Terapi
perubahan secara fisik, fisiologis, dan Murottal Al-Qur’an Pada Kelompok
psikologis yang cenderung bergerak kearah Intervensi dan Kontrol di Unit
yang lebih buruk. Ketika lansia mengalami Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang
setres (ketegangan emosional), maka Gading” Semarang.
beberapa otot akan mengalami ketegangan
sehingga mengaktifkan sistem saraf Berdasarkan hasil penelitian terhadap
simpatis. Kondisi stres fisiologis tubuh Insomnia pada lansia yang dilakukan oleh
akan mengalami respon yang dinamakan peneliti dengan diberikan kuesioner
fight or flight. Respon ini memerlukan KSPBJ-IRS yang berisi 11 pertanyaan
energi yang cepat, sehingga hati kepada responden yang berjumlah 34
melepaskan lebih banyak glukosa untuk orang, dimana 17 kelompok intervensi dan
dijadiakan bahan bakar otot, dan terjadi 17 kelompok kontrol, pada kelompok
pula pelepasan hormon yang menstimulasi intervensi sesudah diberikan terapi murottal
perubahan lemak dan protein menjadi gula Al-Qur‟an, lansia insomnia dalam kategori
(Purwanto, 2007). tidak insomnia , yaitu sejumlah 7 lansia
Berkurangnya kemampuan adaptasi (41,2%), kategori sedang 10 lansia (58,8%),
lansia terhadap perubahan-perubahan sedangkan pada kelompok kontrol lansia
6
Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada Lansia
Di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang
insomnia dalam kategori tidak insomnia Kelompok intervensi yaitu kelompok
sejumlah 3 lansia (29,4%), sedang sejumlah yang diberikan terapi murottal Al-Qur‟an.
9 lanisa (55,9%), sedangkan berat yaitu Diketahui bahwa pada kelompok intervensi,
sejumlah 5 lansia (14,7%). tingkat insomnia pada lansia sebelum
Dilihat dari hasil penelitian terhadap perlakuan dengan kategori insomnia sedang
tingkat insomnia lansia diatas sesudah sejumlah 10 lansia (58,8%), Insomnia berat
diberikan terapi murottal Al-Qur‟an pada sejumlah 7 lansia (41,2%), sesudah
kelompok intervensi pada lansia mengalami perlakuan, tingkat insomnia pada lansia
penurunan sejumlah 14 orang lansia yaitu 7 dengan kategori tidak insomnia 7 lansia
lansia insomnia berat menjadi sedang dan 7 (41,2%), insomnia sedang sejumlah 10
lansia insomnia sedang menjadi tidak lansia (58,8%). Sehingga dapat disimpulkan
insomnia, sedangkan tingkat insomnia tetap bahwa ada perbedaan penurunan tingkat
pada kelompok intevensi sejumlah 3 orang insomnia yang signifikan sebelum dan
lansia yaitu insomnia sedang, sedangkan sesudah diberikan perlakuan pada
pada kelompok kontrol tidak mengalami kelompok intervensi.
penurunan yaitu 9 lansia insomnia sedang, Berdasarkan hasil uji wilcoxon,
5 lansia insomnia berat, dan 3 mengalami didapatkan nilai p-value sebesar 0,000.
penurunan yaitu insomnia sedang menjadi Terlihat bahwa p-value 0,000 ≤  (0,05), ini
tidak insomnia . Sejalan dengan pernyataan menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
Lueckenotte (2005) yang menyebutkan signifikan penurunan tingkat insomnia
bahwa lansia yang berada dalam panti lansia sebelum dan sesudah perlakuan pada
dengan berbagai alasan akan merasa kelompok intervensi di Unit Pelayanan
kesepian bila tidak ada kegiatan terorganisir Sosial lanjut usia “Pucang Gading”
dan jarangnya dikunjungi oleh keluarga. Semarang.
Perasaan ini terjadi akibat terputusnya atau Hasil penelitian ini sesuai dengan
hilangnya interaksi sosial yang merupakan hasil penelitian Sasongko (2013) yaitu
salah satu faktor pencetus terjadinya perbedaan rerata 1,700 dan uji Wilcoxon
insomnia pada lansia. Selain itu karena menunjukkan p value 0,000 (p value <
responden kelompok kontrol ada yang tidak 0,05). Hal ini berarti ada perbedaan
dapat mengendalikan faktor-faktor yang penurunan tingkat insomnia pada kelompok
dapat menyebabkan insomnia seperti: intervensi.
stress, faktor gaya hidup, faktor lingkungan, Murottal Al-Qur‟an adalah
makan atau minum berlebihan, olahraga pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur‟an.
terlalu berat atau gaya hidup menetap, Tingkat insomnia pada lansia kelompok
kebiasaan tidur, sakit atau gangguan medis intervensi mengalami penurunan setelah
(Express, 2009). Berdasarkan hasil diberikan terapi murottal Al-Qur‟an dilihat
penelitian pada kelompok kontrol analisis dari penurunan tingkat insomnia setelah
univariat sesudah diberikan terapi murottal diberikan perlakuan yaitu dari 17 orang
Al-Qur‟an sebagian besar juga memiliki lansia 14 lansia mengalami penurunan dan
tingkat insomnia sedang, yaitu sejumlah 9 3 lansia tidak menurun (tetap) dengan p-
lansia (55,9%). value sebesar 0,000, karena bacaan Al-
Qur‟an juga membuat hati dan pikiran
C. Perbedaan penurunan tingkat menjadi tenang, segala keresahan,
insomnia pada lansia sebelum dan kegundahan dan ketakutan dalam hati
sesudah diberikan terapi murottal Al- menjadi hilang, serta terciptanya energi
Qur’an pada lansia kelompok positif dalam hati dan pikiran. Hal ini
intervensi Di Unit Pelayanan Sosial sejalan dengan pendapat Al-Kuhail (2010)
Lanjut usia “Pucang Gading” yang menyatakan bahwa bacaan Al-Qur‟an
Semarang. akan memberi asupan gizi kepada otak
7
Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada Lansia
Di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang
melalui getaran-getaran suara yang benar, terapi murottal Al-Qur‟an pada kelompok
kemudian ia akan mempengaruhi sel-sel kontrol di Unit Pelayanan Sosial Lanjut
otak dan mengembalikan Usia “Pucang Gading” Semarang. Ini juga
keseimbangannya. Ia turut serta dalam menunjukkan bahwa tidak terjadi
proses koordinasi di antara sel-sel, karena penurunan tingkat insomnia pada kelompok
getaran-getaran Al-Qur‟an memiliki sistem kontrol sesudah diberikan terapi murottal
koordinasi yang menakjubkan. Al-Qur‟an.
hasil penelitian diketahui bahwa rata-
D. Perbedaan Penurunan Tingkat rata tingkat insomnia pada lansia kelompok
Insomnia Pada Lansia Sebelum Dan kontrol pada akhir penelitian tidak
Sesudah Diberikan Terapi Murottal mengalami penurunan, tetap menyatakan
Al-Qur’an Pada Lansia Kelompok dan menunjukkan hal yang sama seperti
Kontrol Di Unit Pelayanan Sosial awal penelitian. Sejalan dengan pernyataan
Lanjut usia “Pucang Gading” Lueckenotte (2005) yang menyebutkan
Semarang. bahwa lansia yang berada dalam panti
dengan berbagai alasan akan merasa
Kelompok kontrol yaitu kelompok kesepian bila tidak ada kegiatan terorganisir
yang tidak diberikan terapi murottal Al- dan jarangnya dikunjungi oleh keluarga.
Qur‟an. Diketahui bahwa pada kelompok Perasaan ini terjadi akibat terputusnya atau
kontrol, tingkat insomnia pada lansia hilangnya interaksi sosial yang merupakan
sebelum perlakuan dengan kategori salah satu faktor pencetus terjadinya
insomnia sedang sejumlah 12 lansia gangguan tidur pada lansia. Selain itu
(70,6%), Insomnia berat sejumlah 5 lansia karena responden kelompok kontrol ada
(29,4%), sesudah perlakuan, tingkat yang tidak dapat mengendalikan faktor-
insomnia pada lansia dengan kategori tidak faktor yang dapat menyebabkan gangguan
insomnia 3 lansia (29,4%), insomnia tidur seperti: Stress, Faktor gaya hidup,
sedang sejumlah 9 lansia (55,9%), insomnia Faktor Lingkungan, Makan atau minum
berat sejumlah 5 lansia (14,7%). Sehingga berlebihan, Olahraga terlalu berat atau gaya
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hidup menetap, Kebiasaan tidur, Sakit atau
perbedaan penurunan tingkat insomnia gangguan medis (Express, 2009).
yang signifikan sebelum dan sesudah Berdasarkan hasil penelitian pada
diberikan perlakuan pada kelompok kelompok kontrol analisis univariat sesudah
kontrol. diberikan terapi murottal Al-Qur‟an, lansia
Berdasarkan hasil uji wilcoxon, insomnia dalam kategori tidak insomnia
didapatkan nilai p-value sebesar 0,083. sejumlah 3 lansia (29,4%), sedang sejumlah
Terlihat bahwa p-value 0,083 >  (0,05), 9 lanisa (55,9%), sedangkan berat yaitu
ini menunjukkan bahwa tidak ada sejumlah 5 lansia (14,7%).
perbedaan yang signifikan penurunan Hasil penelitian ini sesuai dengan
tingkat insomnia lansia sebelum dan hasil penelitian Sasongko (2013)
sesudah perlakuan pada kelompok kontrol menunjukan p value 0,083 yang berarti p
di Unit Pelayanan Sosial lanjut usia value > 0,05. Hal ini berarti tidak ada
“Pucang Gading” Semarang. perbedaan yang signifikan antara
Berdasarkan uji Wilcoxon pre dan penurunan tingkat insomnia sebelum dan
post kontrol, didapatkan nilai Z hitung sesudah perlakuan pada kelompok kontrol.
sebesar -1,732 dengan p-value sebesar Lansia kelompok kontrol yaitu
0,083. Terlihat bahwa p-value 0,083≥ kelompok lansia yang mengalami gangguan
(0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada tidur namun tidak diberikan terapi murottal
perbedaan yang signifikan tingkat insomnia Al-Qur‟an, pada awal penelitian lansia
pada lansia sebelum dan sesudah pemberian kelompok kontrol menunjukkan suasana
8
Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada Lansia
Di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang
perasaan sedih, nafsu makan berkurang, Berdasarkan hasil uji Mann Whitney
merasa hidupnya tidak berharga karena sesudah pemberian terapi murottal Al-
jauh dari kelurga dan jarang dikunjungi, Qur‟an antara kelompok intervensi dan
merasa diri lemah dan tidak berguna lagi kontrol, didapatkan nilai p-value
karena sudah tidak bisa bekerja dan karena 0,000≤(0,05), maka dapat disimpulkan
penyakit fisik yang dideritanya, merasa bahwa ada perbedaan yang signifikan
kesepian, merasa pelupa dan sulit penurunan tingkat insomnia pada lansia
berkonsentrasi, merasa bahwa hidupnya sesudah pemberian terapi murottal Al-
sudah tidak ada harapan lagi untuk menjadi Qur‟an antara kelompok intervensi dan
lebih baik serta merasa takut bahwa sesuatu kelompok kontrol di Unit Pelayanan Sosial
yang buruk akan terjadi pada dirinya lanjut usia “Pucang Gading” Semarang. Ini
(Friedman dalam Kozier, 2011). juga menunjukkan bahwa ada pengaruh
Gangguan tidur pada lansia yang signifikan pemberian terapi murottal
merupakan masalah psikogeriatri yang Al-Qur‟an terhadap penurunan tingkat
sering dijumpai dan perlu mendapat insomnia pada lansia di Unit Pelayanan
perhatian khusus. Gangguan tidur pada Sosial lanjut usia “Pucang Gading”
lansia bisa menjadi penyakit yang sangat Semarang. Pengaruh ini terlihat pada rata-
mengganggu kehidupan sehari-hari. rata skor tingkat insomnia pada lansia,
Sejatinya, Allah menciptakan dimana skor rata-rata tingkat insomnia
manusia di atas iman. Dia juga menaruh di lansia pada kelompok intervensi sesudah
setiap sel otak manusia sebuah sistem yang diberikan terapi murottal Al-Qur‟an
telah terprogram matang. Namun, seiring sebesar 23,00 yang lebih rendah
berjalannya waktu, manusia mengalami dibandingkan pada kelompok kontrol yang
benturan psikis maupun sakit yang tidak diberikan perlakuan, yaitu sebesar
menimpa tubuhnya, sehingga sebagian 12,00, dimana skor yang lebih rendah pada
sistem yang telah terprogram itu mengalami kelompok intervensi menunjukkan
gangguan (Al-Kuhail, 2010). penurunan tingkat insomnia pada lansia
Disinilah saatnya Al-Qur‟an hadir lebih baik dibandingkan kelompok kontrol.
memperbaiki program sel-sel yang telah Penelitian lain juga yang dilakukan
rusak dan mengembalikan stabilitasnya oleh peneliti yang berbeda yaitu Sandirama
seperti sedia kala. Ayat-ayat Allah (2010), nilai mean pada post perlakuan
merupakan sarana terbaik untuk yaitu : 18,30 dan nilai mean pada post
mengembalikan keseimbangan tubuh kontrol yaitu : 22,00, dari uji Mann Whitney
manusia (Qindil, 2008). didapatkan p-value sebesar 0,000,
sedangkan untuk kelompok kontrol
E. Analisis Pengaruh Terapi Murottal didapatkan p-value 0,496. Terlihat bahwa
Al-Qur’an Terhadap Penurunan p-value untuk kelompok eksperimen lebih
Tingkat Insomnia Pada Lansia kecil dari nilai α (0,05). Hal ini menunjukan
kelompok Kontrol dan Intervensi Di bahwa Ho ditolak untuk kelompok
Unit Pelayanan Sosial Lanjut usia eksperimen terdapat perbedaan yang
“Pucang Gading” Semarang. signifikan penurunan tingkat insomnia
sebelum dan setelah dilakukan terapi
Berdasarkan table 4.3, diketahui murottal Al-Qur‟an. Sedangkan pada
bahwa rata-rata skor tingkat insomnia pada kelompok kontrol yang tidak diberikan
lansia kelompok intervensi sesudah terapi tidak ada perbedaan yang signifikan
pemberian terapi murottal Al-Qur‟an penurunan tingkat insomnia sebelum dan
sebesar 23,00, skor ini lebih rendah setelah dilakukan terapi murottal Al-
daripada kelompok kontrol sesudah Qur‟an. Bisa disimpulkan bahwa ada
perlakuan sebesar 12,00. pengaruh terapi murottal Al-Qur‟an
9
Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada Lansia
Di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang
terhadap kelompok intervensi dan Pengaruh ini tampak dalam bentuk
kelompok kontrol. perubahan-perubahan yang terjadi pada
Terapi murottal Al-Qur‟an dengan arus listrik di otot, juga perubahan pada
tempo yang lambat serta harmonis dapat daya tangkap di kulit terhadap konduksi
menurunkan hormon-hormon stres, listrik, perubahan pada sirkulasi darah, serta
mengaktifkan hormon endorfin alami perubahan pada detak jantung, kadar darah
(serotonin). Serotonin berfungsi untuk yang mengalir pada kulit yang kesemuanya
mengotrol suasana hati sehingga kecemasan saling terkait dan paralel dengan
dan kekhawatiran berangsur-angsur perubahan-perubahan pada aspek lain
menghilang dan akhirnya manusia akan (Sukaca, 2010).
tertidur lelap dan ketika bangun akan Berdasarkan hasil penelitian diatas
tampak ekspresi wajah yang segar seperti : peneliti menyimpulkan bahwa yang tinggal
tidak tampak area gelap disekitar mata, di Unit Pelayanan Sosial lanjut Usia
tidak tampak bengkak di kelopak mata, “Pucang Gading” Semarang dan tidak di
tidak tampak konjungtiva kemerahan dan lakukan terapi murottal Al-Qur‟an tidak
mata tidak terlihat cekung (Heru, 2008). mengalami penurunan tingkat insomnia
Setelah diberikan terapi murotal Al- pada lansia. Hal ini disebabkan oleh faktor
Qur‟an pada lansia kelompok intervensi biologis dan faktor psikis. Faktor biologis
mengatakan bahwa perasaannya terasa seperti adanya penyakit tertentu yang
tenang, damai, dan terasa sejuk ketika mengakibatkan seseorang tidak dapat tidur
mendengarkan murotal Al-Qur‟an. dengan baik. Faktor fsikis berupa
Meskipun para lansia tersebut tidak kecemasan, setres psikologis, ketakutan dan
memahami arti dalam Al-Qur‟an tapi ketegangan emosional (Lueckenotte, 2005).
perasaan terasa tenang dan bahagia ketika Apalagi lansia yang tinggal di panti
mendengar murotal Al-Qur‟an serta memiliki stresor tambahan yaitu mereka
menyatakan bahwa mereka ingin selalu harus mampu beradaptasi dengan teman
mendengarkan murotal Al-Qur‟an setiap sekamar, penghuni lain, staf atau pengelola
hari. panti, kegiatan dipanti, aturan yang berlaku
Hal ini relevan dengan penelitian dipanti, dan lingkungan fisik panti.
yang dilakukan oleh Ahmad al Khadi, Sedangkan lansia yang dilakukan terapi
direktur utama Islamic Medicine Institute murottal Al-Qur‟an terjadi penurunan
for Education and Research di Florida, tingkat insomnia.
Amerika Serikat. Dalam konferensi tahunan
ke XVII Ikatan Dokter Amerika, wilayah A. Keterbatasan
missuori AS, Ahmad Al-Qadhi melakukan
presentasi tentang hasil penelitianya dengan Penelitian ini tentunya memiliki
tema pengaruh Al-Quran pada manusia keterbatasan yaitu hormon serotonin tidak
dalam perspektif fisiologi dan psikologi. Ia bisa diukur selain itu setelah pemberian
meneliti pengaruh Al-Qur'an pada manusia terapi murottal Al-Qur‟an, peneliti tidak
dalam perspektif fisiologi dan psikologi. bisa mengendalikan beberapa faktor yang
Hasil eksperimen menunjukkan, dapat mempengaruhi insomnia pada lansia
bacaan Al-Qur'an menimbulkan efek seperti: Stress, Faktor gaya hidup, Faktor
relaksasi hingga 65%, sedangkan bacaan Lingkungan, Makan atau minum
berbahasa Arab non Al-Qur‟an hanya berlebihan, Olahraga terlalu berat atau gaya
mnecapai 33%. Hasil ini juga hidup menetap, Kebiasaan tidur, Sakit atau
menunjukkan, Al-Qur'an memiliki gangguan medis.
pengaruh positif yang cukup signifikan
dalam menurunkan ketegangan (stres) pada
pengukuran kualitatif maupun kuantitatif.
10
Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada Lansia
Di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang
KESIMPULAN DAN SARAN Maryam DKK. 2008. Mengenal usia lanjut
dan perawatannya. Jakarta.
Kesimpulan Salembamedika.
Ada pengaruh yang signifikan
pemberian terapi Murottal Al-Qur‟an Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik Dilengkapi Aplikasi
terhadap penurunan tingkat insomnia pada Kasus Asuhan Keperawatan
lansia di Unit pelayanan social lanjut usia Gerontik, Terapimodalitas, Dan
“pucang gading” Semarang dengan p value Sesuai Kompetensi Standar.
0,000< α (0,05). Yogyakarta. Nuhamedika.

Saran Potter &perry. 2006. Buku Ajar Fundamental


Bagi peneliti lain diiharapkan untuk Keperawatan : Konsep, Proses,
dapat digunakan sebagai dasar untuk Dan Praktek. Edisi 4. Vol.2.
melakukan penelitian lebih lanjut yang Jakarta. EGC.
berkaitan dengan pengaruh pemberian Potter &perry. 2010. Buku Ajar Fundamental
terapi murottal Al-Qur‟an terhadap Keperawatan :Konsep, Proses,
Danpraktek. Edisi 4.Vol.2. Jakarta.
penurunan tingkat insomnia atau dengan EGC.
gangguan tidur yang lain dengan penelitian
yang berbeda. Qindil, „A. M. 2008. Berobat Dengan Al-
Qur’an : Therapie Preventif,
DAFTAR PUSTAKA Kuratif, Dan Ruhani Dalam Al-
Qur’an. Penerjemah TPB21
Abdullah M.M. 2010. SembuhkanPenyakitmu Bandung & Abu Khodijah.
Dengan Al-Qur’an. Yogyakarta. Bandung : Irsyad Baitus Salam.
Beranda Publishing.
Abikusno dkk. 2013. Pedoman Promosi
Kesehatan dan Rasa Sehat Bagi
lanjut Usia. Komisi Nasional
Lanjut Usia Republik Indonesia.
Jakarta.

Al-Kaheel A.D. 2012. Lantunan Qur’an


Untuk Penyembuhan. Yogyakarta.
PustakaPesantren.
Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Lanjut
Usia. Yogyakarta. Grahailmu.

Bandiyah S. 2009. Lanjut Usia dan


Keperawatan gerontik.
Yogyakarta. NuhaMedika.

Express. 2009. Bebas Insomnia. Yogyakarta.


Kanisius.

Kozier.,Erb.,Berman.,Snyder.2011. Buku
Ajar Fundamental Nursing Konsep,
Proses dan Praktik volume 2. Jakarta :
EGC

Lumbantobing S.M. 2008. Gangguan Tidur.


Jakarta. FKUI.

11
Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada Lansia
Di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang
.

12
Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada Lansia
Di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia “Pucang Gading” Semarang
13

Anda mungkin juga menyukai