JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Pada Pasien
Stroke Non Hemoragik Tahun 2017”. Peneliti menyadari bahwa, karna bantuan dan
bimbingan Bapak Ns. Suhaimi, S. Kep, M. Kep selaku pembimbing I dan Bapak H.
Sunardi, SKM. M. Kes selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.Tidak lupa juga peneliti ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI padang
2. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M. Biomed selaku Ka. Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI padang.
3. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S. Kep., M. Kep selaku ketua prodi Poltekkes
Kemenkes RI Padang
4. Bapak dan Ibu Dosen dan Staf Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang.
5. Bapak Direktur beserta Staf Rumah Sakit RSSN Bukit Tinggi yang telah
banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang peneliti perlukan.
6. Kepada “Kedua Orang Tua” tersayang yang telah memberikan dorongan,
semangat, doa restu dan kasih sayang yang tiada terhingga. Tiada kata yang
dapat Ananda utarakan selain terima kasih dan doa semoga Allah SWT selalu
memberikan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
7. Teman-temanku yang senasib dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik
Kesehatan Padang Program Studi D-III Keperawatan Padang Tahun 2014.
Terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
8. Terima kasih juga untuk sahabat – sahabatku, kakak atau abang dan adik –
adikku yang selalu memberikan semngat dan motivasi untukku.
Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan semoga
segala bantuan dan masukan yang telah diberikan mendapatkan balasan kebaikan dari
Allah SWT. Amin. Penelti menyadari karya tulis ilmiah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan, dan saran
yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Peneliti
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
ABSTRAK
Gangguan mobilitas fisik adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
secara bebas, dampak gangguan mobilisasi pada pasien stroke yaitu seperti disfungsi
neurologi berupa kelemahan pada anggota gerak. Pasien stroke yang mengalami
kelemahan anggota gerak yaitu sebayak 25 orang. Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan asuhan keperawatan gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke
non hemoragik di IRNA C RSSN Bukit Tinggi Pada tahun 2017. Jenis penelitian
yang digunakan adalah Deskriptif, Desain penelitian dengan pendekatan studi kasus,
dilakukan di IRNA C RSSN Bukit Tinggi dari bulan Januari - bulan Juni tahun 2017.
Populasi pasien stroke pada saat studi kasus yang mengalami gangguan mobilitas
fisik sebanyak 8 orang dan sampel 2 orang. Teknik pengumpulan data diperoleh dari
data primer dengan cara observasi, wawancara dan pengukuran. Rencana analisis
yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan pada tahapan
proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori keperawatan pada
gangguan mobilitas fisik. Hasil penelitian didapatkan pada 2 kasus mengeluh lemah
anggota gerak sebelah kanan dan aktivitas dibantu keluarga. Diagnosa yang diangkat
adalah gangguan mobilitas fisik, defisit perawatan diri:mandi, resiko kerusakan
integritas kulit dan resiko jatuh. Rencana keperawatan pada kedua kasus sesuai
dengan NIC. Evaluasi yang didapatkan selama 5 hari pada 2 kasus dimana gangguan
mobilitas fisik teratasi sebagian, diagnosa defisit perawatan diri:mandi belum teratasi,
diagnosa resiko kerusakan integritas kulit teratasi sebagian dan diagnosa resiko jatuh
teratasi sebagian. Disarankan melalui Direktur Rumah Sakit diharapkan perawat
ruangan dapat mempertahankan dan memaksimalkan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara profesional dan komprehensif khususnya pada mobilisasi pasien
dan mengajarkan kepada keluarga tentang latihan ROM aktif dan pasif untuk
mengurangi kekauan pada otot pasien yang mengalami kelemahan.
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS ............................................................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 94
B. Saran ..................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Riwayat Pendidikan
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur – unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan
(Ernawati, 2012). Teori Handerson mempunyai 14 kebutuhan dasar manusia
yaitu : bernafas secara normal, makan dan minum cukup, eliminasi, bergerak
dan mempertahankan posisi yang dikehendaki (mobilisasi), istirahat dan tidur,
memilih cara berpakaian, mempertahankan temperatur suhu tubuh dalam
rentang normal, menjaga tubuh tetap bersih dan rapi, menghindari bahaya dari
lingkungan, berkomunikasi dengan orang lain, beribidah menurut keyakinan,
menggali dan memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada
perkembangan dan kesehatan normal (Hidayat, 2009).
Peran perawat pada pasien stroke dengan ganggguan mobilitas fisik adalah
melakukan asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosis keperawatan
berdasarkan analisis data, merencanakan intervensi keperawatan berdasarkan
analisis data, merencanakan intervensi keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai intervensi atau rencana yang ada, dan melakukan evaluasi
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan
(Vaughans, 2011).
Berdasarkan survey awal pada saat pengumpulan data yang dilakukan pada
tanggal 20 februari 2017 didapatkan pasien di IRNA C RSSN Bukit Tinggi
dengan jumlah pasien 31 orang yaitu terdapat pasien stroke non hemoragik
sebanyak 25 orang dan stroke hemoragik sebanyak 6 orang dengan keluhan
awal masuk mengeluh anggota gerak lemah sebelah. Berdasarkan pengamatan
yang peneliti lakukan terhadap 4 orang perawat ruangan dan dokumentasi
keperawatan yang dibuat, perawat sudah melakukan pengkajian terhadap
identitas klien, keluhan, riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik serta
sudah menegakkan diagnosa keperawatan yaitu hambatan mobilitas fisik
terhadap pasien yang mengalami hambatan mobilitas fisik dan sudah sesuai
dengan dokumentasi yang dibuat oleh perawat.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diangkat peneliti adalah “ Bagaimana asuhan
keperawatan gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke non hemoragik di
IRNA C RSSN Bukit Tinggi Pada tahun 2017?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan gangguan mobilitas fisik pada
pasien stroke non hemoragik di IRNA C RSSN Bukit Tinggi Pada tahun
2017
2. Tujuan Khusus
a. Dideskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan gangguan
mobilitas fisik pada pasien stroke non hemoragik di IRNA C RSSN
Bukit Tinggi Pada tahun 2017
b. Dideskripsikan hasil diagnosa asuhan keperawatan gangguan mobilitas
fisik pada pasien stroke non hemoragik di IRNA C RSSN Bukit
Tinggi Pada tahun 2017
c. Dideskripsikan hasil perencanaan asuhan keperawatan gangguan
mobilitas fisik pada pasien stroke non hemoragik di IRNA C RSSN
Bukit Tinggi Pada tahun 2017
d. Dideskripsikan hasil tindakan asuhan keperawatan gangguan mobilitas
fisik pada pasien stroke non hemoragik di IRNA C RSSN Bukit
Tinggi Pada tahun 2017
e. Dideskripsikan hasil ipsikan hasil evaluasi asuhan keperawatan
gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke non hemoragik di IRNA C
RSSN Bukit Tinggi Pada tahun 2017
f. Dideskripsikan hasil pendokumentasian asuhan keperawatan gangguan
mobilitas fisik pada pasien stroke non hemoragik di IRNA C RSSN
Bukit Tinggi Pada tahun 2017
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dapat menambah wawasan dan
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan gangguan
mobilitas fisik pada pasien stroke non hemoragik di IRNA C RSSN Bukit
Tinggi Tahun 2017
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan bagi petugas kesehatan dalam meningkatkan pelayanan
asuhan keperawatan, terutama dalam asuhan keperawatan gangguan
mobilitas fisik pada pasien stroke non hemoragik di IRNA C RSSN Bukit
Tinggi Tahun 2017
3. Institusi Pendidikan
Penulisan karya tulis ilmiah (KTI) diharapkan dapat memberikan
sumbangan pikiran untuk pengembangan dalam penerapan asuhan
keperawatan gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke non hemoragik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Jenis Mobilitas
Menurut Hidayat (2009), ada 2 jenis mobilitas yaitu :
a. Mobilitas Penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari –
hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan
sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan
tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan
saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada
kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien para plegi
dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena
kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi
menjadi dua jenis, yaitu :
a) Mobilitas sebagian temporer
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversibel pada sistem muskuloskletal, contohnya adalah adanya sendi
dan tulang.
b) Mobilitas sebagian permanen
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf
yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke,
paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomielitis karena
terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
3. Tujuan Mobilisasi
Menurut Ambarwati, 2014 mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan
kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit
khususnya penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra
tubuh).
a. Tahap pertumbuhan
b. Jenis pekerjaan
c. Lingkungan rumah
d. Status kesehatan secara keseluruhan (gizi, olah raga, status mental)
e. Intervensi terapeutik
f. Luka traumatis
g. Penyakit atau cacat (muskuloskletal, neurologis, kardiovaskuler,
pernapasan).
5. Pengertian Gangguan Mobilitas Fisik
Hambatan mobilitas fisik adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan
(aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat
disertai fraktur pada ekstremitas dan faktor yang berhubungan dengan
hambatan mobilitas (Heriana, 2014).
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurafif & Hardi, 2015).
Menurut Nanda, 2011 hambatan mobilitas fisik merupakan keterbatasan pada
pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan
terarah.
Menurut Atoilah, 2013, secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas
antara lain :
a. Imobilitas fisik, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami
pembatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun oleh
keadaan orang tersebut.
b. Imobilitas intelektual, disebabkan kurang pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Ini terjadi misalnya pada kerusakan otak
karena proses penyakit atau kecelakaan serta pada pasien tradisi mental.
c. Imobilitas emosional, yang dapat terjadi akibat pembedahan atau
kehilangan seseorang yang dicintai.
d. Imobilitas sosial, yang dapat menyebabkan perubahan interaksi sosial
yang sering terjadi akibat penyakit.
8. Jenis Imobilitas
Menurut Hidayat (2009), ada beberapa jenis imobilitas diantaranya, yaitu :
1. Imobilitas fisik
Merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada
pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan
didaerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk
mengurangi tekanan.
2. Imobilitas intelektual
Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir,
seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu
penyakit.
3. Imobilitas emosional
Keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional
karena adanya perubahan secara tiba – tiba dalam menyesuaikan diri.
Sebagai contoh, keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah
amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh
atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai
4. Imobilitas sosial
Keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi
sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat memengaruhi
perannya dalam kehidupan sosial.
Trhombus dan emboli didalam darah akan terlepas dan terbawa hingga
terperangkap dalam pembuluh darah distal, lalu menyebabkan pengurangan
aliran darah yang menuju ke otak sehingga sel otak akan mengalami
kekurangan nutrisi dan juga oksigen, sel otak yang mengalami kekurangan
oksigen dan glukosa akan menyebabkan asidosis lalu asidosis akan
mengakibatkan natrium, klorida, dan air masuk kedalam sel otak dan kalium
meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema setempat. Kemudian kalsium
akan masuk dan memicu serangkaian radikal bebas sehingga terjadi perusakan
membran sel lalu mengkerut dan tubuh mengalami defisit neurologis lalu
mati.
Ketidakefektifan perfusi jaringan yang disebabkan oleh thrombus dan emboli
akan menyebabkan iskemia pada jaringan yang tidak dialiri oleh darah, jika
hal ini berlanjut terus – menerus maka jaringan tersebut akan mengalami
infark. Dan kemudian akan mengganggu sistem persyarafan yang ada ditubuh
seperti : penurunan kontrol volunter yang akan menyebabkan hemiplagia atau
hemiparise sehingga tubuh akan mengalami hambatan mobilitas, karena
hambatan mobilitas fisik, klien hanya tidur ditempat tidur, dan jika tidak
dilakukan pengubahan posisi, lama kelamaan klien akan mengalami resiko
kerusakan integritas kulit, resiko jatuh juga bisa terjadi karena pasien
mengalami hambatan mobiltas fisik. Menurut Wilkinson (2013), resiko jatuh
merupakan peningkatan kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan
bahaya fisik, defisit perawatan diri karena tidak bisa menggerakkan tubuh
untuk merawat diri sendiri. Defisit neurologis juga akan menyebabkan
gangguan pencernaan sehingga mengalami disfungsi kandung kemih dan
saluran pencernaan lalu akan mengalami gangguan eliminasi. Karena ada
penurunan konrol volunter maka kemampuan batuk juga akan berkurang dan
mengakibatkan penumukan sekret sehingga pasien akan mengalami gangguan
jalan napas dan pasien kemungkinan tidak mampu menggerakkan otot –otot
untuk bicara sehingga pasien mengalami gangguan komunikasi verbal berupa
disfungsi bahasa dan komunikasi.
d. Pola pengkajian ADL menurut Potter & Perry, 2012 sebagai berikut
:
1) Pola Nutrisi
Biasanya mengalami penurunan nafsu makan, mual muntah,
kehilangan sensasi pada lidah
2) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya tidak akan mampu melakukan aktivitas dan perawatan diri
secara mandiri karena kelemahan anggota gerak, kekuatan otot
berkurang, mengalami gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan
mudah lelah.
Aktivitas fisik yang kurang dapat mempengaruhi frekuensi denyut
jantung menjadi lebih tinggi sehingga otot jantung harus bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi. Otot jantung yang bekerja semakin keras
dan sering memompa, maka makin besar tekanan yang dibebankan
pada arteri sehingga dapat menyebabkan tekanan darah meningkat
(Potter & Perry, 2012).
3) Pola tidur dan istirahat
Biasanya lebih banyak tidur dan istirahan karena semua sistem
tubuhnya akan mengalami penurunan kerja dan penurunan kesadaran
sehingga lebih banyak diam.
4) Pola eliminasi
Biasanya terjadi retensi urin dan inkontinensia akibat kurang aktivitas
dan pengontrolan urinasi menurun, biasanya terjadi konstipasi dan
diare akibat impaksi fekal.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Biasanya pasien sadar, terkadang sedikit
gelisah
2) Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis (dengan GCS 14 –
15)
3) TTV
a) TD : Bisa terjadi hipotensi atau hipertensi
b) N : Biasanya terjadi perubahan denyut nadi
c) RR : Biasanya pasien bisa sesak
d) S : Bisa terjadi hipotermia atau hipertermia
4) Kepala : Normachepal
5) Wajah : Biasanya simetris, wajah pucat.
6) Mata : Biasanya sklera ikhterik, reflek pupil
negatif, konjungtiva anemis, penglihatan
berkurang.
7) Mulut dan bibir : Biasanya sianosis, mukosa bibir kering,
stomatitis, mengalami gangguan
pengecapan, reflek mengunyah dan menelan
buruk, dan bibir tidak simetris.
8) Hidung : Biasanya terjadi gangguan penciuman.
9) Telinga : Biasanya ada gangguan pendengaran.
10) Leher : Biasanya ada gangguan menelan.
11) Thoraks
a) Paru-paru
(1) Inspeksi : Biasanya simetris kiri dan kanan
(2) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
(3) Perkusi : Biasanya sonor
(4) Auskultasi : Suara napas bisa normal (vesikuler) atau
tidak normal (seperti ronkhi,).
b) Jantung
(1) Inspeksi : Biasanya iktus tidak terlihat
(2) Palpasi : Biasanya iktus teraba di Ric 4
(3) Perkusi : Biasanya batas jantung normal
(4) Auskultasi : biasanya suara vesikuler
12) Abdomen
a) Inspeksi : Biasanya simetris, tidak ada asites
b) Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
c) Perkusi : Biasanya thympani
d) Auskultasi : Biasanya bising usus hiperaktif
13) Genitalia dan anus : Klien dengan Stroke non hemoragik
biasanya akan mengalami masalah dalam
proses eliminasi (BAB dan BAK) sehingga
pasien harus dipasang kateter.
14) Ekstremitas : Lemah anggota gerak dengan kekuatan otot
biasanya 2 sampai 3, akral teraba hangat,
CRT < 2 dtk
f. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Digiulio & Jackson, 2007 pemeriksaan diagnostik yang
dilakukan adalah :
1. CT scan mengidentifikasi area pendarahan
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging) mengidentifikasi lokasi ischemic
(lebih lambat dari pada CT scan).
g. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, Leukosit, Trombosit, Eritrosit.
Hal ini berguna untuk mengetahui apakah pasien menderita anemia.
Sedangkan leukosit untuk melihat sistem imun pasien. Bila kadar
leukosit diatas normal, berarti ada penyakit infeksi yang sedang
menyerang pasien.
b. Test kimia darah
Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam
urat, dll. Apabila kadar gula darah atau kolesterol berlebih, bisa
menjadi pertanda pasien sudah menderita diabetes dan jantung. Kedua
penyakit ini termasuk ke dalam salah satu pemicu stroke
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa –
peristiwa penting yang terjadi atau suatu keadaan secara objektif dengan
pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang
mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif (Nursalam, 2011).
Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan studi kasus
dimana penelitian untuk mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana
asuhan keperawatan pasien dengan masalah gangguan mobilitas fisik pada
pasien stroke non hemoragik di IRNA C RSSN Bukit Tinggi Tahun 2017.
Sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik tertentu yang diambil dari
suatu populasi yang akan diteliti (Nursalam, 2011). Teknik sampling adalah
cara – cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh
sampel yang benar – benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian
(Nursalam, 2011). Sampel penelitian ini adalah dua pasien dengan penyakit
stroke non hemoragik yang mengalami gangguan mobilitas fisik di ruangan
IRNA C RSSN Bukit Tinggi secara purpose sampling.
Pada saat dilakukan penelitian pasien berjumlah 8 orang, dari 8 orang pasien
tersebut diambil 2 orang yang dijadikan partisipan karena memenuhi kriteria
iklusi, sedangkan 6 orang lagi tidak bisa dijadikan partisipan karena 3 orang
pasien dirawat kurang dari 5 hari, dan 2 orang pasien bisa dijadikan partisipan
namun tidak kooperatif dan belum bisa berkomunikasi verbal dengan cukup
baik sedangkan 1 orang pasien lagi tidak bisa diambil karena tidak bersedia
dijadikan responden peneliti.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Alat/ instrument pengumpulan data berupa format pengkajian keperawatan
mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Instrumen pengumpulan data berupa
format tahapan proses keperawatan gangguan mobilitas fisik pada stroke non
hemoragik mulai dari pengkajian sampai evaluasi dan alat pemeriksaan fisik
yang terdiri dari tensimeter, stetoskop, termometer, pen light, dll.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,
observasi langsung, dan studi dokumentasi.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk
memperoleh informasi melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk data
sekunder, misalnya rekam medik, laporan bulanan, laporan tahunan,
catatan pasien, surat keterangan, arsip foto, hasil rapat, jurnal kegiatan dan
sebagainya.
F. Jenis-Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien, meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah tersedia hasil pengumpulan data
untuk keperluan tertentu, yang dapat digunakan sebagian atau seluruhnya
sebagai sumber data penelitian (Saryono, 2013).
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh langsung dari rekam medis
dan ruang IRNA C RSSN Bukit Tinggi. Data sekunder umumnya berupa
bukti, data penunjang, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip yang tidak dipublikasikan.
G. Hasil Analisis
Hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan
teori keperawatan pada gangguan mobilitas fisik. Data yang telah didapat dari
hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan
diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi
hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan
keperawatan gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke non hemoragik.
Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada kesesuaian
antara teori yang ada dengan kondisi pasrtisipan.
BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat
Penelitian ini dilakukan di IRNA C Lantai 1 RSSN Bukit Tinggi pada tanggal 20 – 24 Mei 2017
B. Deskripsi Kasus
Penelitian telah dilakukan selama 5 hari dari tanggal 20 – 24 Mei 2017 dengan proses keperawatan yang dimulai
dari pengkajian, analisa dan menegakkan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan.
Riwayat Kesehatan Keluarga dan Ny. M mengatakan Ny. Keluarga dan Ny. S mengatakan
M pernah dirawat dirumah sakit Ny. S pernah menderita penyakit
Dahulu
RSAM 5 tahun yang lalu dengan Diabetes melitus pada tahun 2012,
diagnosa Diabetes Melitus dan dan hipertensi baru diketahui pada
Jantung, klien juga mengatakan juga saat tes kesehatan naik haji, klien
sering mengkonsumsi makanan yang juga mengatakan sering memakan
bersantan dan berminyak. makanan yang berminyak dan
bersantan.
Riwayat Kesehatan Ny. M mengatakan orang tua yaitu Ny. S dan keluarga mengatakan
ibu juga pernah menderita stroke
Keluarga tidak ada anggota keluarga yang
sejak 6 tahun yang lalu
menderita penyakit seperti klien
Aktivitas Sehari - hari a. Makan a. Makan : Klien mengatakan pada a. Makan : klien mengatakan
saat sehat klien hanya makan 1x pada saat sehat klien makan 3x
b. Minum
dalam sehari dengan lauk,ayam sehari dengan nasi, lauk, gulai,
dan klien mengatakan sering sayur dan buah, namun juga
memakan makanan yang suka memakan makanan yang
bersantan dan berminyak. Pada bersantan dan berminyak. Pada
saat sakit klien diberi diit ML saat sakit klien diberi diit ML
yaitu bubur putih tapi hanya habis yaitu nasi lunak, ikan,tahu,
¼ porsi saja. sayur tapi hanya habis ¼ porsi
saja.
b. Minum : Jenis minum air putih b. Minum : Pada saat sehat klien
dan pada saat sehat klien malas banyak minum kurang lebih 6
minum hanya minum 5 gelas gelas sehari, dan sekali kali
dalam sehari, pada saat sakit klien minum teh, pada saat sakit
juga malas minum hanya 3 gelas klien minum hanya 3 gelas air
air putih. putih.
Aktivitas Pola aktivitas Ny. M sehari sebagai Pola akitivitas pada saat sehat Ny.
seorang ibu rumah tangga dan tidak S jarang berolahraga, klien
mau berolahraga. sebagai ibu rumah tangga, pada
saat sakit aktivitas dibantu oleh
keluarga.
Kebutuhan pasien tampak dibantu Kebutuhan pasien tampak dibantu
oleh keluarga dan perawat, dan oleh keluarga dan perawat, dan
semua aktifitas pasien dilakukan semua aktifitas pasien dilakukan
ditempat tidur ditempat tidur
Tidur Pola tidur pada saat sehat, Ny. M Pola tidur pada saat Ny. S tidur
mengatakan bangun pada jam 05.00 pada jam 21.00 WIB, dan bangun
subuh, jarang tidur siang, Ny. M pada jam 04.00 WIB, Ny. S sekali
tidur dimalam hari pada pukul 21.00 kali tidur siang, padaa saat sakit
WIB. Sedangkan waktu sakit klien klien susah tidur, tidur hanya 5
sedikit susah tidur. jam dan sering terbangun.
Eliminasi (BAB dan Pola eliminasi pada saat sehat klien Pola eliminasi pada saat sehat
BAB 1x sehari tidak keras bewarna klien BAB 2x sehari tidak keras,
BAK)
kuning, pada saat sakit klien BAB 2 bewarna kuning, pada saat sakit
kali dalam sehari namun berdarah klien BAB 1 kali dalam sehari
tidak keras bewarna kuning. BAK tidak keras bewarna kuning. Pada
pada saat sehat, klien BAK tidak saat sehat klien sering BAK,
terlalu banyak, pada waktu sakit warna kuning,tidak ada masalah.
klien hanya BAK sedikit, klien Pada saat sakit klien memakai
memakai Pempers, dalam sehari pempers, dalam sehari ganti 3-4
pempers diganti 3-4 kali. kali, warna kuning tidak ada
keluhan.
Pemeriksaan Fisik Keadaan umum pasien Compos Keadaan umum pasien Compos
Mentis (GCS : 14), hasil pengukuran, Mentis (GCS : 14), hasil
suhu 370C (normal 36,50C – 37,50C), pengukuran suhu 36,80C (normal
nadi 99 kali permenit (normal 60- 36,50C – 37,50C), nadi 63 kali
100 kali permenit), pernafasan 22 permenit (normal 60-100 kali
kali permenit (normal 12-20 kali permenit), pernafasan 22 kali
permenit), tekanan darah 120/70 permenit (normal 12-20 kali
mmHg (normal sistol (120 – 139) permenit), tekanan darah 160/90
dan diastolik normal (80 – 89),kepala mmHg (normal sistol (120 – 139)
Normal, rambut berwarna hitam , dan diastolik normal (80 –
rambut berminyak dan kusam, wajah 89),kepala Normal, rambut
pucat, mata simetris kiri dan kanan, berwarna putih , beruban, rambut
konjungtiva anemis, sklera tidak berminyak dan kusam, wajah
ikterik, penglihatan masih baik, pucat, mata simetris kiri dan
reflek pupil baik, mulut kurang kanan, konjungtiva anemis,
bersih, ada plak di gigi, mukosa bibir sklera tidak ikterik, penglihatan
sedikit kering, reflek menguyah baik, masih baik, reflek pupil baik,
reflek menelan baik, bibir simetris mulut kurang bersih, ada plak di
kiri dan kanan, hidung simetris kiri gigi, mukosa bibir sedikit kering,
dan kanan, tidak ada pernapasan reflek menguyah baik, reflek
cuping hidung , penciuman baik bisa menelan baik, bibir simetris kiri
membedakan bau, telinga simetris dan kanan, hidung simetris kiri
kiri dan kanan, tidak ada serumen, dan kanan, tidak ada pernapasan
pendengaran masih baik leher tidak cuping hidung , penciuman baik
ada pembengkakan kelenjer getah bisa membedakan bau, telinga
bening, reflek menelan baik. simetris kiri dan kanan, tidak ada
serumen, pendengaran masih baik
leher tidak ada pembengkakan
kelenjer getah bening, reflek
menelan baik.
Program Pengobatan Ny. M mendapat terapi obat oleh Ny. S mendapat terapi obat oleh
dokter pada tanggal 19 Mei 2017 dokter pada tanggal 18 Mei 2017
yaitu Oksigen nasal kanul 3 liter, yaitu Oksigen nasal kanul 3 liter,
IVFD Nacl 0,9% 10 tetes, Ranitidin IVFD Nacl 0,9% 10 tetes,
2x1, Paracetamol 2x1200, Neuridex Ranitidin 2x1, Paracetamol
1x1, Simuastatin 1x20, capcam 2x1, 2x1200, Neuridex 1x1,
cpg oral 1x1 Simuastatin 1x20, capcam 2x1
2. Analisa data dan Diagnosa 1 Gangguan mobilitas fisik Gangguan mobilitas fisik
berhubungan penurunan kekuatan berhubungan penurunan
Diagnosa Keperawatan
otot. kekuatan otot.
Data subjektif yang ditemukan yakni Data subjektif yang ditemukan
pasien mengatakan anggota geraknya yakni pasien mengatakan anggota
lemah sebelah kanan, terasa berat geraknya lemah sebelah kanan.
dan terasa kebas.
Data objektifnya dinilai dari Data objektifnya dinilai dari
kekuatan otot pada ekstermitas atas kekuatan otot pada ekstermitas
dekstra pasien 1, kekuatan otot atas dekstra pasien 1, kekuatan
ekstermitas bawah dekstra 1, otot ekstermitas bawah dekstra 1,
kekuatan otot ekstermitas atas kekuatan otot ekstermitas atas
sinistra 5, kekuatan otot ekstermitas sinistra 5, kekuatan otot
bawah sinistra 5, kebutuhan pasien ekstermitas bawah sinistra 5,
tampak dibantu oleh keluarga dan kebutuhan pasien tampak dibantu
perawat, dan semua aktifitas pasien oleh keluarga dan perawat, dan
dilakukan ditempat tidur semua aktifitas pasien dilakukan
ditempat tidur
Diagnosa 2 Defisit perawatan diri : Mandi Defisit perawatan diri : Mandi
berhubungan kelemahan berhubungan kelemahan
Data subjektif yaitu klien Data subjektif yaitu klien
mengatakan aktivitas seperti mandi mengatakan aktivitas seperti
dan aktivitas lainnya dibantu oleh mandi dan aktivitas lainnya
keluarga dan perawat dan klien dibantu oleh keluarga dan perawat
mengatakan anggota gerak sebelah dan klien mengatakan anggota
kanan masih lemah dan masih terasa gerak sebelah kanan masih lemah
berat
Data objektif yang didapat yaitu Data objektif yang didapat yaitu
aktivitas sehari hari termasuk manditampak aktivitas sehari hari
tampak dibantu oleh keluarga dan termasuk mandi dibantu oleh
perawat, kekuatan otot padakeluarga dan perawat, kekuatan
ekstermitas atas dekstra pasien 1, otot pada ekstermitas atas dekstra
kekuatan otot ekstermitas bawah pasien 1, kekuatan otot
dekstra 1, kekuatan otot ekstermitasekstermitas bawah dekstra 1,
atas sinistra 5, kekuatan otot kekuatan otot ekstermitas atas
ekstermitas bawah sinistra 5 sinistra 5, kekuatan otot
ekstermitas bawah sinistra 5
Diagnosa 3 Resiko kerusakan integritas kulit Resiko jatuh
Data subjektif yaitu klien Data subjektif yaitu klien
mengatakan anggota gerak sebelah mengatakan anggota gerak
kanan masih terasa lemah dan masih sebelah kanan masih terasa lemah,
terasa berat, keluarga juga keluarga juga mengatakan klien
mengatakan klien malas untuk sedikit gelisah.
miring kiri dan kanan.
Data objektif didapatkan kekuatan Data objektif didapatkan kekuatan
otot pada ekstermitas atas dekstra otot pada ekstermitas atas dekstra
pasien 1, kekuatan otot ekstermitas pasien 1, kekuatan otot
bawah dekstra 1, kekuatan otot ekstermitas bawah dekstra 1,
ekstermitas atas sinistra 5, kekuatan kekuatan otot ekstermitas atas
otot ekstermitas bawah sinistra 5, sinistra 5, kekuatan otot
klien tampak hanya terlentang, ekstermitas bawah sinistra 5, klien
tampak merah – merah dipunggung tampak sedikit gelisah, tampak
pasien. terpasang tanda resiko jatuh dibed
klien dan terkadang tampak rel
tempat tidur tidak terpasang.
3. Intervensi Diagnosa 1 Pada masalah utama gangguan Pada masalah utama gangguan
mobilitas fisik mobilitas fisik
Keperawatan
Rencana tindakan yang akan Rencana tindakan yang akan
dilakukan yaitu dengan monitoring dilakukan yaitu dengan
vital sign sebelum/sesudah latihan, monitoring vital sign
konsultasikan dengan terapi fisik sebelum/sesudah latihan,
sesuai dengan kebutuhan, bantu klien konsultasikan dengan terapi fisik
untuk menggunakan tongkat saat sesuai dengan kebutuhan, bantu
berjalan dan cegah terhadap cidera, klien untuk menggunakan tongkat
kaji kemampuan pasien dalam saat berjalan dan cegah terhadap
mobilisasi dan ajarkan pasien tentang cidera, kaji kemampuan pasien
teknik mobilisasi, latih pasien dalam dalam mobilisasi dan ajarkan
pemenuhan kebutuhan ADLs secara pasien tentang teknik mobilisasi,
mandiri sesuai kemampuan, latih pasien dalam pemenuhan
dampingi dan bantu pasien saat kebutuhan ADLs secara mandiri
mobilisasi, bantu penuhi kebutuhan sesuai kemampuan, dampingi dan
ADLs pasien, berikan alat bantu jika bantu pasien saat mobilisasi,
klien memerlukan, ajarkan pasien bantu penuhi kebutuhan ADLs
bagaimana merubah posisi dan pasien, berikan alat bantu jika
berikan bantuan jika diperlukan dan klien memerlukan, ajarkan pasien
ajarkan klien dan keluarga Latihan bagaimana merubah posisi dan
ROM. berikan bantuan jika diperlukan
dan ajarkan klien dan keluarga
Latihan ROM.
Diagnosa 2 Pada diagnosa keperawatan kedua Pada diagnosa keperawatan kedua
defisit perawatan diri: defisit perawatan diri:
Rencana tindakan yang akan Rencana tindakan yang akan
dilakukan yaitu dengan menentukan dilakukan yaitu dengan
jumlah dan jenis bantuan yang menentukan jumlah dan jenis
dibutuhkan, menyediakan bantuan yang dibutuhkan,
lingkungan yang terapeutik dengan menyediakan lingkungan yang
memastikan hangat, santai, terapeutik dengan memastikan
pengalaman pribadi, dan personal, hangat, santai, pengalaman
memfasilitasi pasien menyikat gigi, pribadi, dan personal,
memfasilitasi pasien mandi, memfasilitasi pasien menyikat
memantau pembersihan kuku pasien, gigi, memfasilitasi pasien mandi,
memantau integritas kulit pasien, memantau pembersihan kuku
memberikan bantuan sampai pasien pasien, memantau integritas kulit
sepenuhnya mampu melakukan pasien, memberikan bantuan
perawatan diri. sampai pasien sepenuhnya mampu
melakukan perawatan diri.
Diagnosa 3 Pada masalah ketiga yaitu resiko Pada diagnosa keperawatan
kerusakan integritas kulit ketiga resiko jatuh
Rencana tindakan yang akan Rencana tindakan yang akan
dilakukan yaitu anjurkan pasien dilakukan yaitu dengan
untuk menggunakan pakaian yang mengidentifikasi perilaku dan
longgar, hindari kerutan pada tempat faktor yang mempengaruhi risiko
tidur, jaga kebersihan kulit agar tetap jatuh, sarankan perubahan dalam
bersih dan kering, mobilisasi pasien gaya berjalan kepada pasien,
(ubah posisi pasien setiap 2 jam), mendorong pasien untuk
oleskan baby oli atau lotion pada menggunakan tongkat atau alat
daerah yang tertekan, memandikan bantu berjalan, kunci roda dari
pasien dengan sabun dan air hangat. kursi roda, tempat tidur, atau
brankar selama transfer pasien,
gunakan teknik yang tepat untuk
mentransfer pasien, gunakan rel
sisi panjang yang sesuai dan
tinggi untuk mencegah jatuh dari
tempat tidur.
4. Implementasi Keperawatan
Tanggal 20 Mei 2017 Diagnosa 1 Pada diagnosa Gangguan mobilitas Pada diagnosa Gangguan
fisik tindakan yang dilakukan adalah mobilitas fisik tindakan
Mengukur tekanan darah pasien dilakukan adalah Mengukur
sebelum dilakukanya latihan tekanan darah pasien sebelum
mobilisasi pukul 11.30 WIB TD: dilakukanya latihan mobilisasi
140/90 mmHg. Mengatur posisi pukul 09.00 WIB TD: 120/80
pasien dalam keadaan semi fowler mmHg. Mengatur posisi pasien
yaitu dengan cara meninggikan dalam keadaan semi fowler yaitu
bagan kepala pasien 15 – 300 dan dengan cara meninggikan bagan
meletakkan bantal dibawah kepala, kepala pasien 15 – 300 dan
Melakukan ROM aktif dan pasif meletakkan bantal dibawah
pada kedua anggota ekstermitas kepala, Melakukan ROM aktif
pasien yang lemah yaitu dengan cara dan pasif pada kedua anggota
melatih dan menggerakkan anggota ekstermitas pasien yang lemah
gerak yang lemah pertama pada yaitu dengan cara melatih dan
tangan dengan menggerakkan jari – menggerakkan anggota gerak
jari tangan dan pergelangan tangan yang lemah pertama pada tangan
serta mengangkat tangan pasien dengan menggerakkan jari – jari
sejajar dengan kepala dengan tangan dan pergelangan tangan
hitungan 10 kali, Mengukur tekanan serta mengangkat tangan pasien
darah pasien setelah melakukan sejajar dengan kepala dengan
ROM TD: 140/90 mmHg, Mengatur hitungan 10 kali, Mengukur
posisi pasien sim kiri yaitu dengan tekanan darah pasien setelah
cara memiringkan pasien tangan melakukan ROM TD: 120/80
yang lemah tidak boleh terhimpit mmHg, Mengatur posisi pasien
maka diletakkan bantal pada tangan sim kiri yaitu dengan cara
sebagai pengganjal seperti memeluk memiringkan pasien tangan yang
bantal, lalu pada bagian kaki juga lemah tidak boleh terhimpit maka
diletakkan bantal, serta pada diletakkan bantal pada tangan
punggung juga diletakkan batal agar sebagai pengganjal seperti
pasien merasa nyaman, Mengajarkan memeluk bantal, lalu pada bagian
kepada keluarga cara merubah posisi kaki juga diletakkan bantal, serta
pasien setiap 2 jam. pada punggung juga diletakkan
batal agar pasien merasa nyaman,
Mengajarkan kepada keluarga
cara merubah posisi pasien setiap
dua jam.
Tanggal 21 Mei 2017 Diagnosa 1 Pada diagnosa Gangguan mobilitas Pada diagnosa Gangguan
fisik tindakan yang dilakukan adalah mobilitas pasien tindakan yang
Mengukur tekanan darah pasien dilakukan adalah Mengukur
sebelum dilakukanya latihan tekanan darah pasien sebelum
mobilisasi pukul 11.30 WIB TD: dilakukanya latihan mobilisasi
130/90 mmHg. Mengatur posisi pukul 09.00 WIB TD: 140/90
pasien dalam keadaan semi fowler mmHg. Mengatur posisi pasien
yaitu dengan cara meninggikan dalam keadaan semi fowler yaitu
bagan kepala pasien 15 – 300 dan dengan cara meninggikan bagan
meletakkan bantal dibawah kepala, kepala pasien 15 – 300 dan
Melakukan ROM aktif dan pasif meletakkan bantal dibawah
pada kedua anggota ekstermitas kepala, Melakukan ROM aktif
pasien yang lemah yaitu dengan cara dan pasif pada kedua anggota
melatih dan menggerakkan anggota ekstermitas pasien yang lemah
gerak yang lemah pertama pada yaitu dengan cara melatih dan
tangan dengan menggerakkan jari – menggerakkan anggota gerak
jari tangan dan pergelangan tangan yang lemah pertama pada tangan
serta mengangkat tangan pasien dengan menggerakkan jari – jari
sejajar dengan kepala dengan tangan dan pergelangan tangan
hitungan 10 kali, Mengukur tekanan serta mengangkat tangan pasien
darah pasien setelah melakukan sejajar dengan kepala dengan
ROM TD: 1300/90 mmHg, hitungan 10 kali, Mengukur
Mengatur posisi pasien sim kiri yaitu tekanan darah pasien setelah
dengan cara memiringkan pasien melakukan ROM TD: 140/90
tangan yang lemah tidak boleh mmHg, Mengatur posisi pasien
terhimpit maka diletakkan bantal sim kiri yaitu dengan cara
pada tangan sebagai pengganjal memiringkan pasien tangan yang
seperti memeluk bantal, lalu pada lemah tidak boleh terhimpit maka
bagian kaki juga diletakkan bantal, diletakkan bantal pada tangan
serta pada punggung juga diletakkan sebagai pengganjal seperti
batal agar pasien merasa nyaman, memeluk bantal, lalu pada bagian
Mengajarkan kepada keluarga cara kaki juga diletakkan bantal, serta
merubah posisi pasien setiap 2 jam. pada punggung juga diletakkan
batal agar pasien merasa nyaman,
Mengajarkan kepada keluarga
cara merubah posisi pasien setiap
2 jam.
Tanggal 22 Mei 2017 Diagnosa 1 Pada diagnosa Gangguan Mobilitas Pada diagnosa Gangguan
fisik tindakan yang dilakukan adalah Mobilitas fisik tindakan yang
Mengukur tekanan darah pasien dilakukan adalah Mengukur
sebelum dilakukanya latihan tekanan darah pasien sebelum
mobilisasi pukul 11.30 WIB TD: dilakukanya latihan mobilisasi
140/80 mmHg. Mengatur posisi pukul 09.00 WIB TD: 140/80
pasien dalam keadaan semi fowler mmHg. Mengatur posisi pasien
yaitu dengan cara meninggikan dalam keadaan semi fowler yaitu
bagan kepala pasien 15 – 300 dan dengan cara meninggikan bagan
meletakkan bantal dibawah kepala, kepala pasien 15 – 300 dan
Melakukan ROM aktif dan pasif meletakkan bantal dibawah
pada kedua anggota ekstermitas kepala, Melakukan ROM aktif
pasien yang lemah yaitu dengan cara dan pasif pada kedua anggota
melatih dan menggerakkan anggota ekstermitas pasien yang lemah
gerak yang lemah pertama pada yaitu dengan cara melatih dan
tangan dengan menggerakkan jari – menggerakkan anggota gerak
jari tangan dan pergelangan tangan yang lemah pertama pada tangan
serta mengangkat tangan pasien dengan menggerakkan jari – jari
sejajar dengan kepala dengan tangan dan pergelangan tangan
hitungan 10 kali, Mengukur tekanan serta mengangkat tangan pasien
darah pasien setelah melakukan sejajar dengan kepala dengan
ROM TD: 140/90 mmHg, Mengatur hitungan 10 kali, Mengukur
posisi pasien sim kiri yaitu dengan tekanan darah pasien setelah
cara memiringkan pasien tangan melakukan ROM TD: 140/80
yang lemah tidak boleh terhimpit mmHg, Mengatur posisi pasien
maka diletakkan bantal pada tangan sim kiri yaitu dengan cara
sebagai pengganjal seperti memeluk memiringkan pasien tangan yang
bantal, lalu pada bagian kaki juga lemah tidak boleh terhimpit maka
diletakkan bantal, serta pada diletakkan bantal pada tangan
punggung juga diletakkan batal agar sebagai pengganjal seperti
pasien merasa nyaman, Mengajarkan memeluk bantal, lalu pada bagian
kepada keluarga cara merubah posisi kaki juga diletakkan bantal, serta
pasien setiap 2 jam. pada punggung juga diletakkan
batal agar pasien merasa nyaman,
Mengajarkan kepada keluarga
cara merubah posisi pasien setiap
2 jam.
Tanggal 23 Mei 2017 Diagnosa 1 Pada diagnosa Gangguan Mobilitas Pada diagnosa Gangguan
fisik tindakan yang dilakukan adalah Mobilitas fisik tindakan yang
Mengukur tekanan darah pasien dilakukan adalah Mengukur
sebelum dilakukanya latihan tekanan darah pasien sebelum
mobilisasi pukul 11.30 WIB TD: dilakukanya latihan mobilisasi
140/80 mmHg. Mengatur posisi pukul 09.00 WIB TD: 130/80
pasien dalam keadaan semi fowler mmHg. Mengatur posisi pasien
yaitu dengan cara meninggikan dalam keadaan semi fowler yaitu
bagan kepala pasien 15 – 300 dan dengan cara meninggikan bagan
meletakkan bantal dibawah kepala, kepala pasien 15 – 300 dan
Melakukan ROM aktif dan pasif meletakkan bantal dibawah
pada kedua anggota ekstermitas kepala, Melakukan ROM aktif
pasien yang lemah yaitu dengan cara dan pasif pada kedua anggota
melatih dan menggerakkan anggota ekstermitas pasien yang lemah
gerak yang lemah pertama pada yaitu dengan cara melatih dan
tangan dengan menggerakkan jari – menggerakkan anggota gerak
jari tangan dan pergelangan tangan yang lemah pertama pada tangan
serta mengangkat tangan pasien dengan menggerakkan jari – jari
sejajar dengan kepala dengan tangan dan pergelangan tangan
hitungan 10 kali, Mengukur tekanan serta mengangkat tangan pasien
darah pasien setelah melakukan sejajar dengan kepala dengan
ROM TD: 130/80 mmHg, Mengatur hitungan 10 kali, Mengukur
posisi pasien sim kiri yaitu dengan tekanan darah pasien setelah
cara memiringkan pasien tangan melakukan ROM TD: 130/80
yang lemah tidak boleh terhimpit mmHg, Mengatur posisi pasien
maka diletakkan bantal pada tangan sim kiri yaitu dengan cara
sebagai pengganjal seperti memeluk memiringkan pasien tangan yang
bantal, lalu pada bagian kaki juga lemah tidak boleh terhimpit maka
diletakkan bantal, serta pada diletakkan bantal pada tangan
punggung juga diletakkan batal agar sebagai pengganjal seperti
pasien merasa nyaman, Mengajarkan memeluk bantal, lalu pada bagian
kepada keluarga cara merubah posisi kaki juga diletakkan bantal, serta
pasien setiap 2 jam. pada punggung juga diletakkan
batal agar pasien merasa nyaman,
Mengajarkan kepada keluarga
cara merubah posisi pasien setiap
2 jam.
Tanggal 24 Mei 2017 Diagnosa 1 Pada diagnosa Gangguan mobilitas Pada diagnosa Gangguan
fisik tindakan yang dilakukan adalah Mobilitas fisik tindakan yang
Mengukur tekanan darah pasien dialakukan adalah Mengukur
sebelum dilakukanya latihan tekanan darah pasien sebelum
mobilisasi pukul 11.30 WIB TD: dilakukanya latihan mobilisasi
130/80 mmHg. Mengatur posisi pukul 09.00 WIB TD: 130/80
pasien dalam keadaan semi fowler mmHg. Mengatur posisi pasien
yaitu dengan cara meninggikan dalam keadaan semi fowler yaitu
bagan kepala pasien 15 – 300 dan dengan cara meninggikan bagan
meletakkan bantal dibawah kepala, kepala pasien 15 – 300 dan
Melakukan ROM aktif dan pasif meletakkan bantal dibawah
pada kedua anggota ekstermitas kepala, Melakukan ROM aktif
pasien yang lemah yaitu dengan cara dan pasif pada kedua anggota
melatih dan menggerakkan anggota ekstermitas pasien yang lemah
gerak yang lemah pertama pada yaitu dengan cara melatih dan
tangan dengan menggerakkan jari – menggerakkan anggota gerak
jari tangan dan pergelangan tangan yang lemah pertama pada tangan
serta mengangkat tangan pasien dengan menggerakkan jari – jari
sejajar dengan kepala dengan tangan dan pergelangan tangan
hitungan 10 kali, Mengukur tekanan serta mengangkat tangan pasien
darah pasien setelah melakukan sejajar dengan kepala dengan
ROM TD: 130/80 mmHg, Mengatur hitungan 10 kali, Mengukur
posisi pasien sim kiri yaitu dengan tekanan darah pasien setelah
cara memiringkan pasien tangan melakukan ROM TD: 130/80
yang lemah tidak boleh terhimpit mmHg, Mengatur posisi pasien
maka diletakkan bantal pada tangan sim kiri yaitu dengan cara
sebagai pengganjal seperti memeluk memiringkan pasien tangan yang
bantal, lalu pada bagian kaki juga lemah tidak boleh terhimpit maka
diletakkan bantal, serta pada diletakkan bantal pada tangan
punggung juga diletakkan batal agar sebagai pengganjal seperti
pasien merasa nyaman, Mengajarkan memeluk bantal, lalu pada bagian
kepada keluarga cara merubah posisi kaki juga diletakkan bantal, serta
pasien setiap 2 jam. pada punggung juga diletakkan
batal agar pasien merasa nyaman,
Mengajarkan kepada keluarga
cara merubah posisi pasien setiap
2 jam.
Diagnosa 2 Pada diagnosa Defisit Perawatan Pada diagnosa Defisit Perawatan
Diri : Mandi tindakan yang Diri : Mandi tindakan yang
dilakukan adalah Membantu pasien dilakukan adalah Membantu
bersama keluarga dalam kebutuhan pasien bersama keluarga dalam
oral hyigiene yaitu dengan cara kebutuhan oral hyigiene yaitu
membersihkan mulut dan gigi dengan cara membersihkan mulut
dengan kasa yang telah diberi cairan dan gigi dengan kasa yang telah
listerin pelan - pelan, Membantu diberi cairan listerin pelan - pelan,
pasien bersama keluarga dalam Membantu pasien bersama
kebutuhan mandi pada pasien yaitu keluarga dalam kebutuhan mandi
dengan menggunakan air hangat dan pada pasien yaitu dengan
sabun yang dimulai dari wajah, menggunakan air hangat dan
badan, tangan serta punggung sambil sabun yang dimulai dari wajah,
mengoleskan baby oil setelah itu badan, tangan serta punggung
kaki dan genitalia pasien , Memantau sambil mengoleskan baby oil
integritas kulit pasien yaitu dengan setelah itu kaki dan genitalia
melihat keadaan kulit pasien apakah pasien , Memantau integritas kulit
pada daerah yang tertekan masih pasien yaitu dengan melihat
tampak kemerahan dan mengoleskan keadaan kulit pasien apakah pada
baby oil, Memantau kebersihan kuku daerah yang tertekan masih
pasien yaitu dengan melihat keadaan tampak kemerahan dan
kuku pasien apakah kuku pasien mengoleskan baby oil, Memantau
bersih atau tidak. kebersihan kuku pasien yaitu
dengan melihat keadaan kuku
pasien apakah kuku pasien bersih
atau tidak.
5. Evaluasi Keperawatan
Tanggal 20 Mei 2017 Diagnosa 1 Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kepada Ny. M dengan keperawatan kepada Ny. S dengan
diagnosa gangguan mobilitas fisik diagnosa gangguan mobilitas
berhubungan dengan penurunan fisik berhubungan dengan
kekuatan otot didapatkan anggota penurunan kekuatan otot
gerak sebelah kanan klien masih didapatkan anggota gerak sebelah
lemah, terasa berat dan kebas, semua kanan klien masih lemah, semua
aktivitas dilakukan diatas tempat aktivitas dilakukan diatas tempat
tidur tidur
Dan Kekuataan otot sebelah kanan Dan Kekuataan otot sebelah
masih 1 kanan masih 1
Maka masalah belum teratasi yaitu Maka masalah belum teratasi
terlihat pada kriteria hasil belum yaitu terlihat pada kriteria hasil
tercapai pada pasien belum belum tercapai pada pasien belum
meningkat dalam aktivitas fisik dan meningkat dalam aktivitas fisik
kekuatan otot dan pasien belum dan kekuatan otot dan pasien
mampu memperagakan penggunaan belum mampu memperagakan
alat bantu penggunaan alat bantu
intervensi dilnjutkan dengan intervensi dilnjutkan dengan
mengajarkan pasien dalam mengajarkan pasien dalam
melakukan aktivitas fisik seperti melakukan aktivitas fisik seperti
ROM dan mobilisasi dan ROM dan mobilisasi dan
penggunaan alat bantu penggunaan alat bantu
Tanggal 21 Mei 2017 Diagnosa 1 Pada diagnosa pertama didapatkan Pada diagnosa pertama didapatkan
anggota gerak sebelah kanan klien anggota gerak sebelah kanan klien
masih lemah, terasa berat dan kebas, masih lemah semua aktivitas
semua aktivitas masih dilakukan masih dilakukan diatas tempat
diatas tempat tidur tidur
Dan Kekuataan otot sebelah kanan Dan Kekuataan otot sebelah
masih 1 kanan masih 1
Maka masalah belum teratasi yaitu Maka masalah belum teratasi
terlihat pada kriteria hasil masih teratasi yaitu terlihat pada kriteria
belum tercapai pada pasien belum hasil masih belum tercapai pada
ada peningkatan dalam aktivitas fisik pasien belum ada peningkatan
dan kekuatan otot dan pasien belum dalam aktivitas fisik dan kekuatan
mampu memperagakan penggunaan otot dan pasien belum mampu
alat bantu memperagakan penggunaan alat
intervensi dilnjutkan dengan bantu
mengajarkan pasien dalam intervensi dilnjutkan dengan
melakukan aktivitas fisik seperti mengajarkan pasien dalam
ROM dan mobilisasi dan melakukan aktivitas fisik seperti
penggunaan alat bantu ROM dan mobilisasi dan
penggunaan alat bantu
Tanggal 22 Mei 2017 Diagnosa 1 Pada diagnosa pertama pasien masih Pada diagnosa pertama didapatkan
mengatakan anggota gerak sebelah anggota gerak sebelah kanan klien
kanan klien masih lemah, terasa berat masih lemah semua aktivitas
dan kebas, semua aktivitas masih dilakukan diatas tempat tidur
dilakukan diatas tempat tidur Dan Kekuataan otot sebelah
Dan Kekuataan otot sebelah kanan kanan masih 1
masih 1 Maka masalah belum teratasi
Maka masalah belum teratasi teratasi teratasi yaitu terlihat pada kriteria
yaitu terlihat pada kriteria hasil hasil masih belum tercapai pada
masih belum tercapai pada pasien pasien belum ada peningkatan
belum ada peningkatan dalam dalam aktivitas fisik dan kekuatan
aktivitas fisik dan kekuatan otot dan otot dan pasien belum mampu
pasien belum mampu memperagakan memperagakan penggunaan alat
penggunaan alat bantu bantu
intervensi dilnjutkan dengan intervensi dilnjutkan dengan
mengajarkan pasien dalam mengajarkan pasien dalam
melakukan aktivitas fisik seperti melakukan aktivitas fisik seperti
ROM dan mobilisasi dan ROM dan mobilisasi dan
penggunaan alat bantu penggunaan alat bantu
Tanggal 23 Mei 2017 Diagnosa 1 Pada diagnosa pertama didapatkan Pada diagnosa pertama didapatkan
anggota gerak sebelah kanan klien anggota gerak sebelah kanan klien
masih lemah, namun sudah mulai masih lemah semua aktivitas
digerakkan dilakukan diatas tempat tidur
Dan Kekuataan otot sebelah kanan Dan Kekuataan otot sebelah
masih 1 kanan masih 1
Maka masalah belum teratasi teratasi Maka masalah belum teratasi
yaitu terlihat pada kriteria hasil teratasi yaitu terlihat pada kriteria
masih belum tercapai pada pasien hasil masih belum tercapai pada
belum ada peningkatan dalam pasien belum ada peningkatan
aktivitas fisik dan kekuatan otot dan dalam aktivitas fisik dan kekuatan
pasien belum mampu memperagakan otot dan pasien belum mampu
penggunaan alat bantu memperagakan penggunaan alat
intervensi dilnjutkan dengan bantu
mengajarkan pasien dalam intervensi dilnjutkan dengan
melakukan aktivitas fisik seperti mengajarkan pasien dalam
ROM dan mobilisasi dan melakukan aktivitas fisik seperti
penggunaan alat bantu ROM dan mobilisasi dan
penggunaan alat bantu
Tanggal 24 Mei 2017 Diagnosa 1 Pada diagnosa pertama didapatkan Pada diagnosa pertama didapatkan
anggota gerak sebelah kanan klien anggota gerak sebelah kanan klien
masih lemah, namun klien sudah masih lemah
mulai bisa mengangkat anggota Dan Kekuataan otot sebelah
gerak yang lemah kanan masih 1, klien tampak
Dan Kekuataan otot sebelah kanan bersemangat untuk terus latihan
sudah 2 menggerakkan anggota gerak
Maka masalah teratasi sebagian yang lemah.
teratasi yaitu terlihat pada kriteria Maka masalah belum teratasi
hasil sudah mulai tercapai pada yaitu terlihat pada kriteria hasil
pasien sudah mulai ada peningkatan masih belum tercapai pada pasien
dalam aktivitas fisik dan kekuatan belum ada peningkatan dalam
otot namun pasien belum mampu aktivitas fisik dan kekuatan otot
memperagakan penggunaan alat dan pasien belum mampu
bantu karena belum bisa berdiri memperagakan penggunaan alat
intervensi dilnjutkan dirumah yang bantu
dibantu keluarga dengan intervensi dilnjutkan dirumah
mengajarkan pasien dalam dengan bantuan keluarga dengan
melakukan aktivitas fisik seperti mengajarkan pasien dalam
ROM dan mobilisasi dan melakukan aktivitas fisik seperti
penggunaan alat bantu ROM dan mobilisasi dan
penggunaan alat bantu
Identitas Klien
Pada pengkajian identitas klien yang meliputi nama, jenis kelamin, umur,
pekerjaan, pendidikan terakhir, agama, dan alamat tempat tinggal.
Dari identitas dua kasus diatas peneliti akan membahas antara perbedaan
umur dua kasus yaitu Kasus 1 dan Kasus 2, pertama yaitu pada kasus 1
berusia 47 tahun sedangkan pada kasus dua berusia 77 tahun.
Manifistasi klinis stroke non hemoragik menurut Bararah & Jauhar, 2013
diantaranya adalah lemah sebelah anggota gerak yang timbul secara
mendadak, dan kepala sakit.
Menurut widagdo, dkk (2008) bahwa penyakit stroke non hemoragik juga
dapat disebabkan karena memiliki kebiasaan atau pola hidup yang kurang
sehat seperti kebiasaan memakan makanan yang bersantan dan berminyak.
Hasil analisa peneliti bahwa Kasus 1 dan Kasus 2 mempunyai pola makan
yang tidak baik seperti mengkonsumsi makanan bersantan, berminyak
sehingga dapat mengakibatkan kejadian stroke, sebab makanan tersebut
mengandung lemak, yang jika sering dikomsumsi akan terjadi
arterosklerosis, sehingga aliran darah keotak berkurang.
Aktivitas sehari-hari kasus 1 sebagai ibu rumah tangga dan jarang berolah
raga begitu juga pada kasus 2 seorang ibu rumah tangga jarang melakukan
olah raga.
Hasil analisis peneliti kebiasaan Kasus 1 dan Kasus 2 sama – sama jarang
melakukan aktivitas seperti olah raga atau aktivitas fisik yang dapat
membuat terjadinya penimbunan lemak pada pembuluh darah sehingga
menyebabkan risiko terjadinya penyakit stroke. Padahala jika aktivitas
fisik dilakukan 3-5 kali dalam satu minggu dapat menaikan kadar
kolesterol HDL dan dapat menurunkan tekanan darah.
Data Penunjang
Pada data penunjang laboratorium antara dua kasus yaitu Kasus 1 dan
Kasus 2, peneliti akan membahas hasil labor Kasus 1 dan Kasus 2 yang
mana hasil labor tersebut merupakan data penunjang atau untuk
mengetahui penyakit dari dua kasus tersebut.
Pada kasus 1 hasil laboratorium tanggal 21 Mei 2017 kolesterol 162 mg/dl
(normal <220 mg/dl), gula darah 143 mg/dl, asam urat 5,9 mg/dl, Hb 13,5
mg/dl, leukosit 10,74 mg/dl, eritrosit 5.00 mg/dl. Namun pada kasus 2
kolesterol 197 mg/dl, gula darah 170 mg/dl, asam urat 5,4 mg/dl, Hb 13,5
mg/dl, leukosit 6,95 mg/dl, eritrosit 4,59 mg/dl.
Hal ini terjadi karena adanya perubahan gaya hidup terutama orang muda
perkotaan modern, seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food)
yang mengandung kadar lemak tinggi, kebiasaan merokok, minuman
beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga dan stres (Junaidi, 2011).
Berdasarkan analisa peneliti, stroke yang terjadi pada saat ini pada kasus 1
dapat disebabkan karena penumpukan lemak didalam pembuluh darah
arteri (arterosklerosis) yang menyebabkan terjadinya sumbatan di
pembuluh darah arteri sehingga darah menuju otak berkurang dan
menyebabkan otak kekurangan oksigen. Selain itu kasus 1 juga memiliki
factor resiko lain yaitu riwayat jantung dan riwayat diabetes melitus
dimasa lalu. Begitu juga dengan kasus 2 yang memiliki riwayat hipertensi
dan diabetes melitus.
Namun dari hasil laboratorium dua kasus tersebut menunjukkan hasil
laboratorium yang normal.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada kedua kasus,
didapatkan tiga diagnosa dari kedua kasus, di dapatkan dua diagnosa yang
sama antara kasus Kasus 1 dan Kasus 2 yaitu hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, Defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan dan satu diagnosa berbeda pada kasus 1
Resiko kerusakan integritas kulit sedangkan pada kasus 2 Resiko Jatuh.
Pada diagnosa pertama pada kasus Kasus 1 dan Kasus 2 yaitu Hambatan
mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh satu atau
lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurafif & Hardi, 2015).
Batasan karakteristik diagnosa ini yang ditemukan pada pasien
berdasarkan Nursing Outcome Classification and Nursing Intervension
Classification (NOC & NIC) 2015 adalah pasien mengalami kesulitan
dalam membolak-balik posisi, keterbatasan dalam kemampuan melakukan
keterampilan motorik dan keterbatasan rentang pergerakan sendi. Menurut
Mubarak (2014) kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan
ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan. Berdasarkan
hal ini, peneliti mengangkat hambatan mobilitas fisik sebagai diagnosa
utama karena keterbatasan merupakan faktor utama yang membuat pasien
mengalami berbagai macam gangguan dalam melakukan aktifitas dalam
keadaan normal. Dan berdasarkan patofisiologi yang telah dijelaskan pada
teori bahwa stroke non hemoragik disebabkan oleh trombosis dan emboli
sehingga menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga suplai
darah dan oksigen berkurang keotak terjadi iskemik otak dan
menyebabkan nekrosis dan defisit neurologi yang menyebabkan
penurunan fungsi motorik dan muskuluskeletal terjadi lelemahan pada
anggota gerak sehingga menyebabkan gangguan mobilitas fisik.
Pada diagnosa kedua pada kasus Kasus 1 dan Kasus 2 yaitu defisit
perawatan diri berhubungan dengan kelemahan. Defisit perawatan diri
adalah hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/aktivitas perawatan diri untuk diri sendiriterarah (Nurafif & Hardi,
2015).Batasan karakteristik defisit perawatan diri: mandi yang ditemukan
pada pasien berdasarkan NOC NIC 2015 antara lain ketidakmampuan
pasien mengakses kamar mandi, ketidakmampuan pasien mengambil
perlengkapan mandi, ketidakmampuan pasien menjangkau sumber air,
ketidakmampuan pasien mengatur air mandi, ketidakmampuan pasien
membasuh tubuh.
Sedangkan diagnosa ketiga pada kasus 2 yaitu resiko jatuh. Data objektif
yang tampak pada pasien yaitu terpasangnya dibed pasien tanda resiko
jatuh yang berarti pasien beresiko untuk jatuh. Sesuai dengan teori yang
ada, menurut Wilkinson (2013), resiko jatuh merupakan peningkatan
kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik. Dan
faktor resiko yang sesuai yaitu adanya riwayat jatuh pada pasien.
Sedangkan dalam WOC yang telah dijabarkan juga ditemukan dengan
terjadinya penurunan kekuatan otot, menjadi salah satu faktor kerentanan
terjadinya resiko jatuh pada pasien (Junaidi, 2011).
Dari analisa penulis, dua diagnosa tersebut sama diangkat dengan ke dua
kasus karena batasan karkeristik dari diagnosa tersebut ada pada keluhan
pada kedua responden yaitu Kasus 1 dan Kasus 2.
Pada patofisiologi dan WOC terdapat 4 diagnosa, namun pada dua kasus
diatas ada beberapa diagnosa yang tidak diangkat, diantaranya pada kasus
1 tidak diangkat diagnosa resiko jatuh dan pada kasus 2 tidak diangkat
diagnosa resiko kerusakan integritas kulit.
Dari analisa penulis, berdasarkan teori tersebut, maka pada kasus Kasus 1
dan Kasus 2 tidak bisa diangkat diagnosa-diagnosa diatas karena tidak
memenuhi syarat pengangkatan diagnosa yang disebabkan oleh tidak
adanya data yang mendukung untuk pengangkatan diagnosa tersebut.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan proses penyusunan berbagai intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah pasien. Dalam menentukan tahap
perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan
keterampilan diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan
klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktek keperawatan, peran
dari tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah,
mengambil keputusan, menulis tujuan, serta memilih dan membuat
strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis
instruksi keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerjasama
dengan tingkat kesehatan lain. Kegiatan perencanaan ini meliputi
memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil serta
tindakan. (Alimul,2009).
4. Implementasi Keperawatan
Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
telah disusun sebelumnya. Hasil implementasi yang dilakukan pada pasien
dengan gangguan mobilisasi dilakukan dengan menyesuaikan dengan
kondisi pasien tanpa meninggalkan prinsip dan konsep keperawatan. Pada
diagnosa gangguan mobilitas fisik dan defisit perawatan diri pada Kasus 1
dan Kasus 2 dilakukan tindakan keperawatan yang sama sesuai dengan
kondisi pasien.
Pada rencana tindakan masalah hambatan mobilitas fisik tidak semua
dilakukan oleh penulis, tindakan yang dapat dilakukan adalah mengukur
vital sign sebelum dan sesudah latihan mobilisasi, kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi, ajarkan pasien tentang mobilisasi dengan latihan ROM
aktif dan ROM pasif, melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan secara
mandiri sesuai kemampuan pasien, menganjurkan kepada keluarga untuk
mendampingi pasien saat mobilisasi dan membantu dalam pemenuhan
kebutuhannya, mengajarkan pasien dan keluarga bagaimana merubah
posisi dan latihan ROM.
Pada rencana tindakan resiko jatuh tidak semua dilakukan oleh penulis.
Implementasi yang dapat dilakukan adalah mengkaji faktor yang dapat
mempengaruhi risiko jatuh, gunakan rel sisi panjang (pengaman) untuk
mencegah jatuh dari tempat tidur. Penderita stroke khususnya stroke non
hemoragik akan mengalami kesulitan dalam bergerak sehingga pasien
harus selalu didampingi keluarga atau perawat. Jika tidak penderita bisa
saja jatuh karena kelemahan dari salah satu anggota geraknya yang
menyebabkan tidak maksimal dalam bergerak.
Tindakan yang tidak dapat dilakukan untuk diagnosa resiko jatuh adalah
sarankan perubahan dalam gaya berjalan kepada pasien, mendorong
pasien untuk menggunakan tongkat atau alat bantu berjalan, kunci roda
dari kursi roda, tempat tidur, atau brankar selama transfer pasien, gunakan
teknik yang tepat untuk mentransfer pasien. Tindakan ini tidak dapat
dilakukan penulis karena pasien hanya mampu duduk ditempat tidur.
Pasien belum mampu untuk duduk seperti di kursi, sehingga jika tindakan
ini dilakukan dikhawatirkan akan memperburuk kondisi pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada dua kasus yaitu Kasus 1 dan Kasus 2 telah dilakukan implementasi
untuk diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot, hasilnya pada kasus 1 masih mengalami kelemahan pada
anggota gerak sebelah kanan, namun kekuatan otot pasien sudah sedikit
meningkat atau mengalami perubahan dari kekuatan otot 1 menjadi 2 pada
anggota gerak yang lemah, keadaan umum pasien baik, aktivitas klien
masih dibantu oleh keluarga dan perawat, klien juga sudah bisa miring kiri
dan kanan. Pada kasus 2 masih mengalami kelemahan pada anggota gerak
yang lemah, namun kondisi pasien sudah membaik, aktivitas masih
dibantu keluarga dan perawat, kekuatan otot masih 1 pada anggota gerak
yang lemah.
Pada dua kasus yaitu Kasus 1 dan Kasus 2 dengan diagnosa gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot telah
dilakukan tindakan, dan tindakan yang dilakukan sama – sama dilakukan
dengan waktu yang berbeda, namun pada saat evaluasi terakhir hari
kelima pada kasus 1 sudah mulai mengalami peningkatan kekuatan otot
dari kekuatan otot 1 menjadi 2, pada kasus 2 tidak mengalami peningkatan
kekuatan otot.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan gangguan mobilitas fisik
pada pasien stroke non hemoragik di IRNA C Lantai 1 RSSN Bukit Tinggi
tahun 2017, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua kasus menunjukkan adanya
tanda gejala yang sama yang dirasakan oleh kedua kasus. Keluhan yang
dirasakan oleh kasus 1 juga dirasakan oleh kasus 2. Tanda dan gejala yang
muncul yang dirasakan oleh kedua kasus yaitu adanya anggota gerak
lemah sebelah secara tiba – tiba, kepala sakit. Hal ini menjukkan bahwa,
jika seseorang terdiagnosa Stroke Non Hemoragik memiliki kemungkinan
akan muncul masalah dan keluhan yang sama yang dirasakan oleh
penderita.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua kasus umumnya sama,
namun ada satu diagnosa yang berbeda antara dua kasus yaitu, ganngguan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, defisit
perawatan diri : mandi berhubungan dengan kelemahan dan satu diagnosa
berbeda antara dua pasien yaitu pada kasus Ny. M resiko kerusakan
integritas kulit dan pada kasus Ny. S resiko jatuh. Diagnosa ini muncul
pada kedua kasus disebabkan karena adanya tanda dan gejala serta
keluhan yang sama yang dirasakan oleh kedua kasus, dan perbedaan satu
diagnosa pada kasus tersebut karena disebabkan tidak adanya data untuk
mendukung diangkatnya diagnosa tersebut.
3. Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan oleh peneliti, baik
intervensi yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi seperti
pengaturan posisi pasien semifowler, mengajarkan latihan ROM,
perubahan posisi setiap 2 jam dan terapi obat-obatan, bertujuan untuk
mengurangi kekakuan pada otot yang lemah. Hal ini bertujuan untuk
mengatasi terjadinya masalah kekakuan sendi dan otot agar aliran darah
lancar.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang
telah peneliti susun. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada
kasus seperti pengaturan posisi semi fowler, melatih dan mengajarakan
ROM, mengubah posisi setiap 2 jam. Dalam proses implementasi yang
dilakukan sesuai dengan rencana yang dibuat, dan peneliti tidak
menemukan adanya perbedaan antara intervensi yang dibuat dengan
implementasi yang dilakukan diruangan.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada kedua kasus dilakukan
selama 5 hari rawatan oleh peneliti. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh
peneliti pada kasus 1 menunjukkan bahwa masalah keperawatan yang
dialami kasus 1 sudah mulai teratasi sebagian walaupun belum sembuh
total, namun dikarenakan kasus 1 harus pulang maka asuhan keperawatan
hanya dilakukan selama 5 hari rawatan dan tindakan yang telah diajarkan
akan terus dilakukan dirumah. Hasil evaluasi keperawatan pada kasus 2
juga menunjukkan perkembangan kesehatan dan masalah keperawatan
yang mulai teratasi sebagiann, namun belum mengalami peningktan
kekuatan otot, namun juga dikarenakan kasus 2 harus pulang maka asuhan
keperawatan juga hanya dilakukan 5 hari rawatan dan kondisi pasien
sudah mulai membaik, sama juga seperti halnya kasus 1 bahwa tindakan
akan tetap dilakukan dirumah oleh pasien dengan bantuan keluarga.
B. Saran
1. Bagi Direktur RSSN Bukit Tinggi
Melalui pimpinan rumah sakit diharapkan dapat memberikan training atau
pelatihan – pelatihan kepada perawat ruangan minimal satu kali dalam
setahun pada pasien stroke agar dapat memberikan asuhan keperawatan
secara optimal dan lebih meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
2. Bagi Perawat Ruangan
Studi kasus yang peneliti lakukan tentang asuhan keperawatan gangguan
mobilitas fisik pada pasien stroke non hemoragik di IRNA Lantai 1 RSSN
Bukit Tinggi diharapkan perawat ruangan dapat mempertahankan dan
memaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan secara
profesional dan komprehensif khususnya pada mobilisasi pasien dan
mengajarkan kepada keluarga tentang latihan ROM aktif dan pasif untuk
mengurangi kekauan pada otot pasien yang mengalami kelemahan.
3. Bagi Mahasiswa dan Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian yang peneliti dapatkan diharapkan dapat menjadi acuan
dan menjadi bahan pembanding pada peneliti selanjutnya dalam
melakukan penelitian pada pasien dengan gangguan mobilitas fisik pada
pasien Stroke Non Hemoragik.
DAFTAR PUSTAKA
A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. M
b. Tempat/ Tanggal Lahir : 08 Juni 1970
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Kawin : Sudah Menikah
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : Sd
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tanggas
h. Tanggal Masuk : 19 Mei 2017
i. Alamat : Pasar bawah, Bukit Tinggi
j. Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2017
k. Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragik
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama :
Pasien dibawa keluarganya ke RSSN Bukit Tinggi melalui IGD
pada tanggal 19 Mei 2017 pukul 23.45 WIB dengan keluhan
anggota gerak tiba – tiba lemah sebelah kanan sejak 2 hari yang
lalu , terasa berat dan kebas, kepala sakit dengan tekanan darah
120/90 mmHg, nadi 99x/ menit, pernapasan 22x/menit, dan suhu
370c.
4. Kebutuhan Dasar
a. Makan
Sehat :
Klien mengatakan pada saat sehat klien hanya makan 1x dalam sehari
dengan lauk,ayam dan klien mengatakan sering memakan makanan
yang bersantan dan berminyak
Sakit :
Pada saat sakit klien diberi diit ML yaitu bubur putih tapi hanya habis
¼ porsi saja.
b. Minum
Sehat :
Jenis minum air putih dan pada saat sehat klien malas minum hanya
minum 5 gelas dalam sehari
Sakit :
pada saat sakit klien juga malas minum hanya 3 gelas air putih.
c. Aktivitas pasien
Pola aktivitas klien sehari sebagai seorang ibu rumah tangga dan tidak
mau berolahraga.
d. Tidur
Sehat :
Pola tidur pada saat sehat, klien mengatakan bangun pada jam 05.00
subuh, jarang tidur siang, klien tidur dimalam hari pada pukul 21.00
WIB.
Sakit :
Sedangkan waktu sakit klien sedikit susah tidur.
e. Eliminasi
Sehat :
Pola eliminasi pada saat sehat klien BAB 1x sehari tidak keras
bewarna kuning. BAK pada saat sehat, klien BAK tidak terlalu
banyak.
Sakit :
pada saat sakit klien BAB 2 kali dalam sehari namun berdarah tidak
keras bewarna kuning. Pada waktu sakit klien hanya BAK sedikit,
klien memakai Pempers, dalam sehari pempers diganti 3-4 kali
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Compos Mentis
b. Tingkat kesadaran : (GCS 14)
c. TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 99 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 370c
d. kepala : Normal
e. rambut :
rambut berwarna hitam , rambut berminyak dan kusam
f. wajah : pucat
g. Mata :
Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, penglihatan masih baik, reflek pupil baik
h. Mulut / bibir :
Mulut kurang bersih, ada plak di gigi, mukosa bibir sedikit kering,
reflek menguyah baik, reflek menelan baik, bibir simetris kiri dan
kanan
i. Hidung :
Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping hidung,
penciuman baik bisa membedakan bau
j. Telinga :
simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, pendengaran masih baik
k. leher :
tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, reflek menelan
baik.
l. Thoraks
1) Paru – Paru
I : simetris kiri dan kanan
Pa : fremitus kiri dan kanan
Per : terdengar sonor
A : vesikuler
2) Jantung
I : iktus tidak terlihat
Pa : iktus teraba di RIC 4
Per : batas jantung normal
A : suara jantung normal
m. Abdomen
I : simetris kiri dan kanaN
Pa : tidak ada nyeri tekan
Pe : thympani
A : bising usus normal
NAMA PASIEN :
NO. MR :
DS :
- klien mengatakan aktivitas
2. seperti mandi dan aktivitas Kelemahan Defisit Perawatan
lainnya dibantu oleh keluarga Diri : mandi
dan perawat
- klien mengatakan anggota gerak
sebelah kanan masih lemah dan
masih terasa berat
DO :
- aktivitas sehari hari termasuk
mandi tampak dibantu oleh
keluarga dan perawat
- kekuatan otot pada ekstermitas
atas dekstra pasien 1, kekuatan
otot ekstermitas bawah dekstra
1, kekuatan otot ekstermitas atas
sinistra 5, kekuatan otot
ekstermitas bawah sinistra 5
DS :
- klien mengatakan anggota gerak
sebelah kanan masih terasa
3. lemah dan masih terasa berat Kelemahan Resiko Kerusakan
- keluarga juga mengatakan klien Integritas Kulit
malas untuk miring kiri dan
kanan
DO :
- kekuatan otot pada ekstermitas
atas dekstra pasien 1, kekuatan
otot ekstermitas bawah dekstra
1, kekuatan otot ekstermitas atas
sinistra 5, kekuatan otot
ekstermitas bawah sinistra 5
- klien tampak hanya terlentang
- tampak merah – merah
dipunggung pasien.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Ditemukan Dipecahkan
DiagnosaKeperawatan
Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan 20 Mei 20 Mei
dengan penurunan kekuatan otot 2017 2017
2. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan 20 Mei 20 Mei
kelemahan 2017 2017
3. Resiko kerusakan integritas kulit 20 Mei 20 Mei
2017 2017
RENCANA KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
Resiko Kerusakan S :
integritas kulit - pasien mengatakan masih malas untuk miring kiri
dan kanan
O:
- pasien tampak hanya terlentang
- tampak masih ada merah dipunggung
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dan implementasi di lanjutkan
FORMAT PENGKAJIAN
A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. S
b. Tempat/ Tanggal Lahir : 77 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Kawin : Sudah Menikah
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : Sd
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tanggas
h. Tanggal Masuk : 18 Mei 2017
i. Alamat : Dhamasraya
j. Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2017
k. Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragik
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. A
b. Pekerjaan : Wirasuasta
c. Alamat : Dhamasraya
d. Hubungan : Anak
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama :
Pasien dibawa keluarganya ke RSSN Bukittinggi melalui IGD
pada tanggal 18 Mei 2017 pukul 22.30 WIB rujukan dari rumah
sakit dhamasraya dengan keluhan anggota gerak tiba – tiba lemah
sebelah kanan setelah shalat sejak 9,5 jam sebelum masuk rumah
sakit, kepala sakit dengan tekanan darah 160/80 mmHg, nadi 63x/
menit, pernapasan 22x/ menit dan suhu 370c.
2) Keluhan saat dikaji :
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 20 Mei 2017 pukul
08.30 WIB klien mengatakan anggota gerak sebelah kanan masih
lemah, kepala masih sakit, aktifitas seperti mandi dibantu oleh
keluarga dan perawat dan keluarga mengatakan klien sedikit
gelisah.
3) Riwayat kesehatan dahulu :
Keluarga dan Ny. S mengatakan Ny. S pernah menderita penyakit
Diabetes melitus pada tahun 2012, dan hipertensi baru diketahui
pada saat tes kesehatan naik haji, klien juga mengatakan sering
memakan makanan yang berminyak dan bersantan.
4) Riwayat kesehatan keluarga :
Ny. S dan keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit seperti klien
4. Kebutuhan Dasar
a. Makan
Sehat :
klien mengatakan pada saat sehat klien makan 3x sehari dengan nasi,
lauk, gulai, sayur dan buah, namun juga suka memakan makanan yang
bersantan dan berminyak
Sakit :
Pada saat sakit klien diberi diit ML yaitu nasi lunak, ikan,tahu, sayur
tapi hanya habis ¼ porsi saja.
b. Minum
Sehat :
Pada saat sehat klien banyak minum kurang lebih 6 gelas sehari, dan
sekali kali minum teh
Sakit :
pada saat sakit klien minum hanya 3 gelas air putih.
c. Aktivitas pasien
Pola akitivitas pada saat sehat Ny. S jarang berolahraga, klien sebagai
ibu rumah tangga, pada saat sakit aktivitas dibantu oleh keluarga.
d. Tidur
Sehat :
Pola tidur pada saat Ny. S sehat tidur pada jam 21.00 WIB, dan
bangun pada jam 04.00 WIB, Ny. S sekali kali tidur siang
Sakit :
Pada saat sakit klien susah tidur, tidur hanya 5 jam dan sering
terbangun.
e. Eliminasi
Sehat :
pada saat sehat klien BAB 2x sehari tidak keras, bewarna kuning, pada
saat sehat klien sering BAK, warna kuning,tidak ada masalah.
Sakit :
Pada saat sakit klien BAB 1 kali dalam sehari tidak keras bewarna
kuning, BAK saat sakit klien memakai pempers, dalam sehari ganti 3-
4 kali, warna kuning tidak ada keluhan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Compos Mentis
b. Tingkat kesadaran : (GCS 14)
c. TTV :
TD : 160/90 mmHg
N : 63 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36.80c
d. kepala : Normal
e. rambut :
Berwarna putih , beruban, rambut berminyak dan kusam
f. wajah : pucat
g. Mata :
mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
penglihatan masih baik, reflek pupil baikh.
h. Mulut / bibir :
Mulut kurang bersih, ada plak di gigi, mukosa bibir sedikit kering,
reflek menguyah baik, reflek menelan baik, bibir simetris kiri dan
kanan
i. hidung :
Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping hidung,
penciuman baik bisa membedakan bau
j. telinga :
Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, pendengaran
masih baik
k. leher :
leher tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, reflek menelan
baik.
l. Thoraks
1) Paru – Paru
I : simetris kiri dan kanan
Pa : fremitus kiri dan kanan
Per : terdengar sonor
A : vesikuler
2) Jantung
I : iktus tidak terlihat
Pa : iktus teraba di RIC 4
Per : batas jantung normaL
A : suara jantung normal
m. Abdomen
I : simetris kiri dan kanan
Pa : tidak ada nyeri tekan
Pe : thympani
A : bising usus normal
n. Genitalia :
Tidak ada pemasangan kateter, klien memakai pempers
o. Ekstremitas / kekuatan otot
1. Atas :
Kekuatan otot anggota gerak sebelah kanan 1 sebelah kiri 5, CRT
kembali cepat < 2 detik, teraba dingin, terasang infus
2. Bawah :
Kekuatan otot kaki sebelah kanan 1 sebelah kiri 5, CRT kembali
cepat < 2 detik, teraba dingin, tidak ada edema.
7. Program Pengobatan
1. O2 nasal kanul 2 liter
2. IVFD Nacl 0,9 % 10 tetes
3. Ranitidin 2x1
4. Pct 2x1200
5. Neuridex 1x1
6. Simuastatin 1x20
7. Capcam 2x1
ANALISA DATA
NAMA PASIEN :
NO. MR :
1. DS : Penurunan Gangguan
- pasien mengatakan anggota kekuatan otot mobilitas fisik
geraknya lemah sebelah
kanan.
DO :
- kekuatan otot pada
ekstermitas atas dekstra
pasien 1, kekuatan otot
ekstermitas bawah dekstra 1,
kekuatan otot ekstermitas
atas sinistra 5, kekuatan otot
ekstermitas bawah sinistra 5
- kebutuhan pasien tampak
dibantu oleh keluarga dan
perawat
- semua aktifitas pasien
dilakukan ditempat tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Ditemukan Dipecahkan
DiagnosaKeperawatan
Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan 20 Mei 20 Mei
dengan penurunan kekuatan otot 2017 2017
2. Defisit Perawatan Diri berhubungan 20 Mei 20 Mei
dengan kelemahan 2017 2017
3. Resiko Jatuh 20 Mei 20 Mei
2017 2017
RENCANA KEPERAWATAN
NO Diagnosa Intervensi
keperawatan NOC NIC
Gangguan Mobilitas Kriteria Hasil Exercise therapy: ambulation
1. Fisik berhubungan g. Meningkat dalam a. Monitoring vital sign
dengan penurunan aktivitas fisik sebelum/sesudah latihan
kekuatan otot h. Pasien mengerti dan lihat respon pasien
tujuan dari saat latihan
peningkatan b. Kaji kemampuan pasien
mobilisasi dalam mobilisasi
i. Pasien mampu c. Ajarkan pasien tentang
memperagakan teknik mobilisasi
penggunaan alat d. Latih pasien dalam
bantu pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
e. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan
ADLs pasien
f. Ajarkan klien latihan
ROM
g. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan jika
diperlukan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
O:
- Kekuataan otot anggota gerak sebelah kanan
masih 1
- Klien tampak sudah mulai bisa
menggerakkan anggota gerak yang lemah
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dan implementasi di lanjutkan
Defisit Perawatan S :
Diri berhubungan - Klien mengatakan kegiatan mandi dan
kelemahan menggosok gigi masih dibantu oleh keluarga
dan perawat
O:
- Pasien tampak dimandikan perawat dan
keluarga
- Anggota gerak sebelah kanan masih lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dan implementasi di lanjutkan
Resiko Jatuh S:
- Klien menngatakan anggota gerak sebelah
kanan masih lemah
O:
- pasien tampak tidak lagi gelisah
- keluarga sudah memasang rel bed ketika
pasien sendiri
- tanda resiko jatuh masih terpasang dibed
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dan implementasi di lanjutkan