Anda di halaman 1dari 34

Antibodi monoklonal

I. Pengertian Antibodi Monoklonal


adalah antibodi sejenis yang diproduksi oleh sel plasma klon sel-sel positif sejenis. Antibodi ini dibuat oleh sel-sel hibridoma
(hasil fusi 2 sel berbeda; penghasil sel positif Limpa danselmieloma)yangdikultur.Bertindak sebagai antigen yang akan
menghasilkan anti bodi adalah limpa. Fungsi antara lain diagnosis penyakit dan kehamilan.Antibodi monoklonal adalah zat
yang diproduksi oleh sel gabungan tipe tunggal yang memiliki kekhususan tambahan. Ini adalah komponen penting dari
sistem kekebalan tubuh. Mereka dapat mengenali dan mengikat ke antigen yang spesifik. Pada teknologi antibodi
monklonal, sel tumor yang dapat mereplikasi tanpa henti digabungkan dengan sel mamalia yang memproduksi antibodi.
Hasil penggabungan sel ini adalah hybridoma, yang akan terus memproduksi antibodi. Antibodi monoklonal mengenali
setiap determinan yang antigen (bagian dari makromolekul yang dikenali oleh sistem kekepalan tubuh / epitope). Mereka
menyerang molekul targetnya dan mereka bisa memilah antara epitope yang sama. Selain sangat spesifik, mereka
memberikan landasan untuk perlindungan melawan patogen. Antibodi monoklonal sekarang telah digunakan untuk banyak
masalah diagnostik seperti : mengidentifikasi agen infeksi, mengidentifikasi tumor, antigen dan antibodi auto, mengukur
protein dan level drug pada serum, mengenali darah dan jaringan, mengidentifikasi sel spesifik yang terlibat dalam respon
kekebalan dan mengidentifikasi serta mengkuantifikasi hormon.

II.Cara Memproduksi Antibodi Monoklonal (Hibridoma)

PENERAPAN ANTIBODI MONOKLONAL

Makrofag telah mengidentifikasikan sel kanker. Ketika melampaui batas menyatukan dengan sel kanker, makrofag (sel putih
yang lebih kecil) akan menyuntikan toksin yang akan membunuh sel tumor. Imunoterapi untuk perawatan kanker
merupakan salah satu hal yang diteliti oleh penelitian medis.
Peran penting imunitas lainnya adalah untuk menemukan dan menghancurkan tumor. Sel tumor menunjukan antigen yang
tidak ditemukan pada sel normal. Untuk sistem imun, antigen tersebut muncul sebagai antigen asing dan kehadiran mereka
menyebabkan sel imun menyerang sel tumor. Antigen yang ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa sumber; beberapa
berasal dari virus onkogenik seperti papillomavirus, yang menyebabkan kanker leher rahim, sementara lainnya adalah
protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat rendah pada sel normal tetapi mencapai tingkat tinggi pada sel tumor.
Salah satu contoh adalah enzim yang disebut tirosinase yang ketika ditunjukan pada tingkat tinggi, merubah beberapa sel
kulit (seperti melanosit) menjadi tumor yang disebut melanoma.Kemungkinan sumber ketiga antigen tumor adalah protein
yang secara normal penting untuk mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang umumnya bermutasi
menjadi kanker membujuk molekul sehingga sel termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor. Sel yang
termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor disebut onkogen.
Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel abnormal menggunakan sel T pembunuh,
terkadang dengan bantuan sel T pembantu. Antigen tumor ada pada molekul MHC kelas I pada cara yang mirip dengan
antigen virus. Hal ini menyebabkan sel T pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel abnormal Sel NK juga membunuh sel
tumor dengan cara yang mirip, terutama jika sel tumor memiliki molekul MHC kelas I lebih sedikit pada permukaan mereka
daripada keadaan normal; hal ini merupakan fenomena umum dengan tumor. Terkadang antibodi dihasilkan melawan sel
tumor yang menyebabkan kehancuran mereka oleh sistem komplemen.
Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus berkembang sampai menjadi kanker.Sel tumor sering memiliki jumlah
molekul MHC kelas I yang berkurang pada permukaan mereka, sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel T pembunuh.
Beberapa sel tumor juga mengeluarkan produk yang mencegah respon imun; contohnya dengan mengsekresikan sitokin
TGF-β, yang menekan aktivitas makrofag dan limfosit. Toleransi imunologikal dapat berkembang terhadap antigen tumor,
sehingga sistem imun tidak lagi menyerang sel tumor.
Makrofag dapat meningkatkan perkembangan tumor ketika sel tumor mengirim sitokin yang menarik makrofag yang
menyebabkan dihasilkannya sitokin dan faktor pertumbuhan yang memelihara perkembangan tumor. Kombinasi hipoksia
pada tumor dan sitokin diproduksi oleh makrofag menyebabkan sel tumor mengurangi produksi protein yang menghalangi
metastasis dan selanjutnya membantu penyebaran sel kanker.
Antibodi monoklonal adalah kelompok obat yang relatif baru, dan pengembangan terapi ini merupakan salah satu kemajuan
terbesar untuk pengobatan limfoma non Hodgkin dalam beberapa tahun belakangan. Antibodi monoklonal yang paling
umum dipakai dalam pengobatan limfoma non Hodgkin adalah rituximab. Rituximab efektif dalam pengobatan beberapa
tipe limfoma non Hodgkin yang paling umum. Rituximab umumnya diberikan dalam kombinasi dengan kemoterapi,
meskipun pada beberapa keadaan diberikan tunggal.

Pada banyak pasien, rituximab meningkatkan efektivitas dari pengobatan lain (umumnya kemoterapi). Pada limfoma non
Hodgkin indolen, rituximab dapat meningkatkan lamanya masa remisi karena pengobatan. Pada limfoma non Hodgkin
agresif, tambahan rituximab pada kemoterapi standar (CHOP) telah terbukti meningkatkan kemungkinan pasien untuk
sembuh dan meningkatkan harapan hidup dibanding kemoterapi saja.
Juga penting bahwa efek samping terkait infus rituximab umumnya hanya terjadi saat obat diberikan dan berkurang pada
dosis berikutnya, serta pemberian bersamaan dengan kemoterapi tidak menyebabkan peningkatan efek samping karena
kemoterapi yang bermakna. Efek samping yang berlanjut lebih lama dari beberapa menit atau jam sangat jarang dan
umumnya tidak ada makna klinisnya .
CARA KERJA ANTIBODI MONOKLONAL
Tidak seperti kemoterapi dan radioterapi, yang bekerja secara kurang spesifik, tujuan pengobatan antibodi monoklonal
adalah untuk menghancurkan sel-sel limfoma non Hodgkin secara khusus dan tidak mengganggu jenis-jenis sel lainnya.
Semua sel memiliki penanda protein pada permukaannya, yang dikenal sebagai antigen. Antibodi monoklonal dirancang di
laboratorium untuk secara spesifik mengenali penanda protein tertentu di permukaan sel kanker. Antibodi monoklonal
kemudian berikatan dengan protein ini. Hal ini memicu sel untuk menghancurkan diri sendiri atau memberi tanda pada
siinduk kekebalan tubuh untuk menyerang dan membunuh sel kanker.
Sebagai contoh, rituximab, antibodi monoklonal yang dipakai dalam pengobatan limfoma non Hodgkin, mengenali penanda
protein CD20. CD20 ditemukan di permukaan Sel B abnormal yang ditemukan pada jenis-jenis limfoma non Hodgkin yang
paling umum.
Saat rituximab berikatan dengan CD20 di permukaan suatu sel-B, sel mungkin dihancurkan langsung, tetapi pertahanan
alami tubuh juga disiagakan. Rituximab secara efektif menyerang sel limfoma agar dapat dihancurkan siinduk kekebalan
tubuh dan membunuh sel-sel kanker.
CD20 juga ditemukan di permukaan sel-B normal, salah satu jenis sel darah putih yang beredar di tubuh. Ini berarti
mungkin sel-B normal ini juga dihancurkan saat rituximab digunakan. Akan tetapi, sel induk dalam sumsum tulang yang
berkembang menjadi sel-B tidak memiliki CD20 pada permukaannya.
Oleh karena itu sel induk tidak dihancurkan oleh rituximab dan dapat terus menyediakan sel-B sehat untuk tubuh. Meskipun
jumlah sel-B normal yang matang berkurang untuk sementara karena pengobatan, mereka akan kembali ke kadar semula
setelah pengobatan.

DOSIS DAN PEMBERIAN ANTIBODI


Dosis dan pemberian bervariasi untuk setiap antibodi yang diberikan. Sebagai contoh, rituximab, antibodi monoklonal yang
umum digunakan dalam pengobatan NHL diberikan intravena, melalui jarum yang masuk ke dalam pembuluh darah ,
biasanya di lengan. Rituximab diberikan sebagai ‘tetesan’ yang berarti obat dimasukkan dulu ke dalam kantong infus,
kemudian cairan menetes perlahan ke dalam pembuluh darah dengan mengandalkan kekuatan gravitasi. Jika antibodi
monoklonal digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, rituximab biasanya diberikan sesaat sebelum kemoterapi pada
awal setiap siklus pengobatan.
Sebelum tetesan infus diberikan, obat lain untuk mencegah beberapa efek samping antibodi monoklonal diberikan –
contohnya parasetamol untuk mengurangi demam dan anti-histamin untuk mengurangi kemungkinan reaksi alergi. Meski
demikian, efek samping antibodi monoklonal umumnya ringan dan sementara serta dapat diatasi dengan mudah.
Jika terjadi efek samping saat obat diberikan, tetesan infus dapat diperlambat atau bahkan dihentikan hingga efek samping
berakhir.
Untuk pengobatan pertama, pasien menginap di rumah sakit atau sementara tinggal di sana sebelum pulang ke rumah.
Pengobatan lanjutan biasanya lebih cepat dan efek sampingnya lebih sedikit. Kebanyakan orang dapat mendapat
pengobatan lanjutan ini sebagai rawat-jalan dan pulang ke rumah pada hari itu juga.
EFEK SAMPING ANTIBODI MONOKLONAL
Seperti semua obat, antibodi monoklonal dapat menyebabkan efek samping. Contohnya untuk rituximab, efek samping
umumnya ringan dan bersifat sementara, hanya berlangsung selama pengobatan atau beberapa jam setelahnya. Efek
samping terjadi paling sering selama masa pengobatan mingguan pertama, dan biasanya berkurang dengan dosis
selanjutnya. Hal ini disebabkan lebih banyak sel limfoma selama pengobatan pertama yang harus diserang oleh antibodi
monoklonal dan dihancurkan oleh si induk kekebalan tubuh.
Efek samping yang paling umum adalah demam, menggigil dan gejala mirip flu lainnya, seperti nyeri otot, nyeri kepala dan
rasa letih. Umumnya cepat berakhir setelah masa pengobatan berakhir. Kadang-kadang, pasien merasakan flushing
mendadak dan merasa panas di wajah. Hal ini biasanya berlangsung amat singkat.
Beberapa pasien mengalami mual (mual) atau muntah. Obat anti muntah (anti-muntah) umumnya sangat efektif dalam
mencegah maupun meringankan gejala-gejala ini sehingga lebih dapat ditoleransi.
Kadang-kadang, pasien merasakan nyeri pada bagian tubuh yang merupakan lokasi limfoma. Nyeri biasanya ringan dan
dapat diatasi dengan obat anti-nyeri biasa.
Rituximab dapat menyebabkan reaksi alergi. Gejalanya dapat berupa:
• Gatal atau mendadak muncul warna kemerahan
• Batuk, mengi atau sesak napas
• Lidah bengkak atau rasa bengkak di tenggorokan
• Edema, atau pembengkakan karena kelebihan cairan dalam jaringan tubuh
Reaksi alergi berat terhadap rituximab jarang ditemukan dan pasien diamati selama masa pengobatan akan munculnya
gejala-gejala ini. Pasien harus melaporkan gejala yang dialaminya begitu muncul. Seringkali, yang perlu dilakukan hanyalah
memperlambat atau menghentikan sementara tetesan intravena sampai reaksi alergi berakhir. Pasien umumnya diberikan
anti-histamin sebelum mulai pengobatan untuk membantu mencegah atau mengurangi masalah ini.

MATERI

Terapi antibodi monoklonal merupakan bentuk pasif dari imunoterapi, karena antibodi dibuat dalam kuantitas besar di luar
tubuh (di laboratorium). Jadi terapi ini tidak membutuhkan sistem imun pasien untuk bersikap aktif melawan kanker.
Antibodi diproduksi secara masal dalam laboratorium dengan menggabungkan sel myeloma (tipe kanker sumsum tulang)
dari sel B mencit yang menghasilkan antibodi spesifik. Sel hasil penggabungan ini disebut hybridoma.
Kombinasi sel B yang bisa mengenali antigen khusus dan sel myeloma yang hidup akan membuat sel hibridoma menjadi
semacam pabrik produksi antibodi yang tidak ada habisnya. Karena semua antibodi yang dihasilkan identik, berasal dari
satu (mono) sel hibridoma, mereka disebut antibodi monoklonal (kadang disingkat MoAbs atau Mabs).
Nama MAb Nama Dagang Digunakan pada kanker Disetujui
Rituximab Rituxan Non-Hodgkin lymphoma 1997
Trastuzumab Herceptin Breast cancer 1998
Gemtuzumab ozogamicin* Mylotarg Acute myelogenous leukemia (AML) 2000
Alemtuzumab Campath Chronic lymphocytic leukemia (CLL) 2001
Ibritumomab tiuxetan* Zevalin Non-Hodgkin lymphoma 2002
Tositumomab* Bexxar Non-Hodgkin lymphoma 2003
Cetuximab Erbitux Colorectal cancer
Head & neck cancers 2004
2006
Bevacizumab Avastin Colorectal cancer 2004

Dua tipe antibodi monoklonal yang digunakan untuk terapi kanker, adalah :
1. Naked monoclonal antibodies
Naked monoclonal antibodies atau antibodi monoklonal murni adalah antibodi yang penggunaanya tanpa dikombinasikan
dengan obat lain atau material radioaktif. Antibodi murni mengikatkan diri mereka pada antigen spesifik milik sel-sel kanker
dengan berbagai cara. Misalnya, memberi tanda pada sel kanker agar bisa dikenali dan dirusak oleh sistem imun tubuh.
Cara lain dengan mengikatkan diri pada antigen tertentu yang disebut reseptor, tempat di mana molekul-molekul yang
berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel kanker juga akan mengikatkan diri.
Dengan menghambat molekul-molekul pertumbuhan untuk tidak mengikatkan diri, maka antibodi monoklonal ini sama saja
mencegah sel kanker untuk tumbuh dengan cepat. Trastuzumab (Herceptin), yang merupakan MAb murni dan digunakan
untuk kanker payudara stadium lanjut, adalah contoh antibodi monoklonal yang bekerja dengan cara ini.

Beberapa MAbs murni yang sudah disetujui FDA antara lain :


• Rituximab (Rituxan): Rituximab digunakan untuk terapi sel B pada non-Hodgkin lymphoma. Agen ini merupakan antibodi
monoklonal dengan sasaran antigen CD20, yang ditemukan pada sel B.
• Trastuzumab (Herceptin): Trastuzumab adalah antibodi yang menyerang protein HER2. Protein ini terlihat dalam jumlah
besar pada sel-sel beberapa kasus kanker payudara.
• Alemtuzumab (Campath): Alemtuzumab merupakan antibodi yang menyerang antigen CD52, yang terlihat pada sel B
maupun sel T. Agen ini digunakan untuk terapi B cell lymphocytic leukemia (B-CLL) kronik yang sudah mendapat
kemoterapi.
• Cetuximab (Erbitux): Cetuximab, antibodi dengan sasaran protein EGFR (epidermal growth factor receptors). EFGR
nampak dalam jumlah besar pada beberapa sel kanker. Agen ini digunakan berbarengan dengan obat kemoterapi irinotecan
untuk kanker kolorektal stadium lanjut.
• Bevacizumab (Avastin): Bevacizumab bekerja melawan protein VEGF (Vascular Endhotelial Growth Factor) yang normalnya
membantu tumor membangun jaringan pembuluh darah baru (proses angiogenesis) sebagai satu cara mendapatkan
oksigen dan nutrisi.
Efek Samping
Antibodi monoklonal diberikan intravena. Dibandingkan dengan efek samping kemoterapi, efek samping naked MAbs atau
MAbs murni biasanya lebih ringan dan sering dikaitkan dengan reaksi “alergi”. Efek ini terlihat biasanya di awal terapi,
misalnya demam, menggigil, lemah, nyeri kepala, mual, muntah, diare, tekanan darah turun, dan rashes. Beberapa MAbs
juga bisa berimbas pada sumsum tulang seperti halnya pada pemberian obat kemoterapi. Hal ini sebagai akibat rendahnya
kadar sel darah. Efek samping ini bisa memicu peningkatan risiko pendarahan dan infeksi pada pasien.
` 2. Conjugated Monoclonal Antibodies
Conjugated monoclonal antibodies adalahantibodi yang dikombinasikan dengan berbagai jenis obat, toksin, dan materi-
materi radioaktif. Antibodi monoklonal jenis ini akan berkeliling ke seluruh bagian tubuh sampai ia berhasil menemukan sel
kanker yang cocok dengan antigen yang ia bawa. Agen ini kemudian akan menghantarkan racun di tempat paling krusial,
namun hebatnya, ia bisa meminimalkan dosis pada sel normal untuk menghindari kerusakan di seluruh bagian tubuh.
Conjugated MAbs kadang dikenal juga sebagai "tagged," "labeled," atau "loaded" antibodies. Perbedaannya sebagai
berikut:
• MAbs yang dikombinasikan dengan obat-obat kemoterapi disebut chemolabeled. Saat ini agen ini hanya tersedia di
Amerika Serikat, itupun hanya dalam rangka uji klinis.
• MAbs yang dikombinasikan dengan partikel radioaktif disebut radiolabeled, dan tipe terapi ini sering juga disebut
radioimmunotherapy (RIT). Pada 2002, FDA menyetujui radiolabeled pertama yang boleh digunakan untuk terapi kanker
(tak hanya untuk uji klinis) yakni Ibritumomab tiuxetan (Zevalin). Obat ini digunakan untuk terapi kanker B lymphocytes. Di
samping untuk kanker, antibodi radiolabeled juga digunakan bersamaan dengan kamera khusus untuk mendeteksi
penyebaran sel kanker dalam tubuh. Penggunaannya sudah disetujui FDA yakni OncoScint (untuk deteksi kanker kolorektal
dan kanker ovarium) serta ProstaScint (deteksi kanker prostat).
• MAbs yang melekat dengan racun disebut immunotoxins. Imunotoksin dibuat dengan menempelkan racun-racun (berasal
dari tanaman maupun bakteri) ke antibodi monoklonal. Berbagai racun dibuat untuk ditempelkan pada antibosi monoklonal
seperti diphtherial toxin (DT), pseudomonal exotoxin (PE40), atau yang dibuat dari tanaman yakni ricin A atau saporin.
Imunotoksin lain yakni BL22, juga cukup menjanjikan melalui studi awal untuk terapi hairy cell leukemia, bahkan pada
pasien yang tidak menunjukkan respon sama sekali dengan kemoterapi. Uji klinis imunotoksin juga tengah berlangsung
untuk jenis leukemia tertentu, limfoma, kanker otak, dan kanker lainnya.
1. Kombinasi Growth Factors/Toksin
Ilmuwan juga melakukan eksperimen dengan racun yang ada kaitannya dengan substansi serupa hormon, yang sering
disebut growth factors. Banyak sel-sel kanker memiliki reseptor growth factor dalam jumlah besar di permukaan sel yang
akan menstimulasi sel untuk reproduksi dan tumbuh dengan cepat.
Peneliti lantas mengupayakan kombinasi gen sehingga growth factor bisa menempel pada toksin. Saat kombinasi growth
factors/toksin mencapai reseptor growth factor pada permukaan sel kanker, dia akan menyalurkan muatan racun ke dalam
sel kanker dan membunuhnya. Konsep di belakang obat gabungan growth factors/toksin ini mirip dengan imunotoksin.
Namun karena kombinasi growth factors/toksin ini tidak mengandung antibodi, obat ini tidak bisa diklasifikasikan sebagai
imunotoksin.
2. Chimeric, Langkah Maju Terapi Antibodi Monoklonal
Hingga kini, keefektifan terapi MAb masih terbatas mengingat fakta bahwa antibodi diproduksi oleh sel-sel hibridoma
mencit. Di awal terapi, antibodi ini seringkali bekerja baik. Namun pada beberapa kasus, sistem imun mulai mengenali
antibodi mencit ini sebagai “benda asing” setelah pemberian beberapa kali, dan mulai merusaknya saat “musuh” ini masuk
ke dalam tubuh.
Karena alasan ini, ilmuwan mengkombinasikan antibodi mencit yang bertanggungjawab untuk mengenali antigen tumor
spesifik dengan bagian gen antibodi manusia. Produk gabungan antara gen antibodi manusia dan mencit ini disebut
“chimeric” atau "humanized" monoclonal antibody.
3. Anti-angiogenesis
Anti-angiogenesis adalah proses penghentian pembentukan pembuluh darah baru. Pada jaringan normal, pembuluh darah
baru terbentuk selama pertumbuhan dan perbaikan jaringan (misalnya ketika proses penyembuhan luka), dan selama
perkembangan janin di masa kehamilan. Pembuluh darah membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan bertahan hidup. Demikian juga pada kanker. Tumor membutuhkan pembuluh darah untuk tumbuh dan
bertahan hidup. Melalui proses yang kompleks, sel-sel endotel (yang membentuk pembuluh darah) bisa membelah diri dan
tumbuh membentuk pembuluh darah baru. Proses ini disebut angiogenesis. Proses ini terjadi baik pada jaringan sehat
maupun pada jaringan kanker.
Beberapa agen anti-angiogenesis yang sudah dikenal seperti dilansir American Association For Cancer Research, antara
lain:
Bevacizumab
Seperti dipaparkan di atas, bevacizumab adalah antibodi monoklonal dengan target sasaran protein vascular endothelial
growth factor (VEGF). Mei 2003, dari hasil penelitian fase III menunjukkan bahwa bevacizumab secara bermakna bisa
meningkatkan harapan hidup hingga hampir 5 bulan pada pasien kanker kolorektal stadium lanjut. Agen ini dikombinasikan
dengan kemoterapi berbasis IFL (irinotecan, 5-fluorouracil, dan leucovorin). Selain itu, risiko kematian dapat dikurangi lebih
dari sepertiga (34%) pada kelompok pasien penerima kombinasi bevacizumab dan IFL dibandingkan pasien yang hanya
menerima kemoterapi.
Thalidomide
Efek angiogenesis thalidomide pertama kali dibuktikan pada tahun 50-an, ketika perempuan hamil yang mengonsumsi obat
ini mengalami phicomelia, atau deformitas kaki akibat penghambatan pembentukan pembuluh darah. Meskipun mekanisme
persisnya belum diketahui, para ahli menjelaskan efek ini didapat dengan menghambat aksi faktor penting angiogenesis
seperti basic fibroblast growth factor dan vascular endothelial growth factor (VEGF).
α-IFN
α-IFN, merupakan sitokin yang memiliki properti anti-angiogenesis yang sangat berperan dalam aktivitas penyakit seperti
hemangioma, melanoma, renal cell carcinoma, dan Kaposi’s sarcoma. Beberapa laporan mengindikasikan, kombinasi α-IFN
dengan agen lain seperti thalidomide atau cis-retinoic acid akan menghadirkan efek anti-angiogenesis yang lebih kuat.
MMP Inhibitors
Matrix metalloproteinases (MMPs) termasuk keluarga zinc-dependent endopeptidases yang bertanggungjawab menurunkan
dan merombak dasar membran dan matriks ektraseluler. MMPs memegang peran penting dalam tahap perkembangan
metastatik dan juga memfasilitasi neo-angiogenesis. Overekspresi dari MMPs oleh tumor atau stroma yang berkaitan
dengan tumor berdampak pada prognosis yang memburuk pada beberpa jenis kanker termasuk kanker esofagus, kolon,
dan pankreas.
Tyrosine Kinase Inhibitors
Kabanyakan sel, tremasuk sel kanker, memiliki resptor di permukaan mereka sebagai epidermal growth factor (EGF), yakni
protein yang normalnya diproduksi oleh tubuh untuk pertumbuhan sel. Jika EGF berikatan dengan epidermal growth factor
receptors (EGFRs), menyebabkan enzim tyrosine kinase menjadi aktif di dalam sel. Tyrosine kinase adalah enzim yang
berada di dalam sel yang berfungsi mengikat fosfat dengan tirosin asam amino. Tyrosine kinase memicu proses kimia yang
menyebabkan sel –termasuk sel kanker—tumbuh, berlipat ganda, dan menyebar. Penghambat tyrosin kinase (tyrosine
kinase inhibitors) dikembangkan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker. Dari berbagai studi yang sudah dilakukan
menunjukkan penghambat ini menyebabkan kematian sel dengan cepat, karena mekanisme bertahan hidup ala kanker di-
deaktivasi.

Pengembangan Teknik Produksi dan Aplikasi Antibodi

Monoklonal Ralstonia Solanacearum (RS)


Penyakit layu bakteri yang disebabkan Ralstonia solanacearum (Rs) masih menjadi kendala produksi tanaman pertanian,
misalnya pada kacang tanah, kentang, tomat, tembakau, pisang dan jahe. Bakteri RS bersifat soil born dan polifaga ini
mempunyai variasi strain yang tinggi, baik berdasarkan kisaran inangnya, tingkat virulensinya, maupun kemampuan
memanfaatkan karbohidrat sebagai nutrisinya (Machmud 1996). Beberapa mikroba patogen penting lainnya pada tanaman
pangan dan hortikultura juga telah dikoleksi dalam plasma nutfah mikroba di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika Pertanian Bogor. Komponen antigenik dari mikroba tersebut akan digunakan untuk
produksi antibodi bagi pengembangan kit ELISA untuk deteksi dini dan identifikasi serangan penyakit.
Teknik serologi dan model perangkatnya dengan menggunakan antibodi poliklonal (PAb)dan monoklonal telah banyak
dikembangkan untuk deteksi dan identifikasi virus dan bakteri patogen utama tanaman. Meskipun teknik ini cukup efektif,
namun penggunaannya dianggap masihsangat mahal karena perangkat kit ELISA-nya masih tergantung pada produk impor.
Di samping itu juga tidak mampu untuk mendeteksi adanya variasi strain patogen yang ada di lapang yang berkembang
dengan sangat cepat dan bersifat spesifik lokasi. Melalui pembuatan perangkat kit
ELISA sendiri, permasalahan tersebut dapat teratasi. Teknik dan perangkat yang akan dikembangkandiharapkan dapat
dimanfaatkan oleh peneliti dan pengguna lainnya, baik untuk keperluanpenelitian maupun untuk penggunaan secara rutin
dan praktis, misalnya deteksi dini patogen di lapang dan deteksi patogen dari benih untuk keperluan karantina dan
sertifikasi benih (Machmudet al. 1999).
Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) merupakan salah satu teknik serologi yang dapat digunakan untuk
mendeteksi patogen tanaman secara efektif dan efisien (Halk dan De Boer 1985). Teknik ELISA dan perangkat deteksinya
menggunakan antibodi poliklonal (PAb) atau McAb telah dikembangkan.secara komersial untuk deteksi virus dan bakteri
patogen tanaman(Martin 1985; Van Regenmortel 1986). Teknik ELISA juga telah diadopsi di Indonesia, tetapi perangkatnya
masih harus diimpor dengan harga mahal. menggunakan PAb (Machmud et al.1999).
Penggunaan PAb untuk uji ELISA memiliki beberapa kelemahan, sehingga sejak tahun1975, teknologi produksi antibodi
monoklonal (monoclonal antibody, McAb) telah dikembangkan (Kohler dan Milsten 1975; Carter dan Ter Meulen 1984;
Gigerli dan Fries 1983). McAb dari PAb diantaranya (1) reaksi McAb dapat dibuat spesifik strain, dari satu patogen dapat
dibuat beberapa McAb dengan spesifikasi tertentu sesuai kebutuhan; (2) antibodi yang dihasilkan mempunyai kualitas yang
stabil serta berkesinambungan; (3) pasokan antibodi dalam jumlah besar mudah dilakukan, dan (4) teknologi McAb hanya
modal awal yang relatif mahal, tetapi selanjutnya menjadi murah (Jordan 1990). McAb telah diproduksi untuk berbagai
patogen tanaman termasuk virus, fitoplasma, dan bakteri (Converse dan Martin 1990; McLaughlin dan Chen 1990).
Pada tahun 1975 Kohler dan Milsten (dalam Jordan 1990a) memperkenalkan teknik pembiakan sel penghasil antibodi
melalui fusi dengan sel mieloma, sehingga dapat menghasilkan antibodi yang homogen secara terus menerus, bereaksi
serologi yang spesifik serta memiliki ciriciri biokomia tertentu pula. Hibridisasi sel-sel limposit penghasil antibodi dengan sel
miolema (malignant myeloma cells) menghasilkan sel-sel hibridoma yang menggabungkan sifat-sifat parental dan
kemampuan menghasilkan (mensekresi) antibodi yang spesifik dan terus tumbuh berkembangbiak. Kloning dan seleksi lebih
lanjut sel-sel hibridoma memberi peluang diproduksinya mAb dengan spesifisitas yang sama (identik) dan efektifitas sesuai
dengan yang diinginkan terhadap epitop tertentu pada antigen yang digunakan untuk imunisasi (Jordan 1990b). Akhirakhir
ini teknik produksi mAb telah diadopsi untuk produksi mAb patogen tanaman. MAb telah digunakan untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi patogen tumbuhan termasuk virus, fitoplasma,dan bakteri (Converse dan Martin 1990; McLaughlin dan
Chen 1990).
Kelebihan teknik produksi mAb dari teknik pAb di antaranya (1) mampu menghasilkan antibodi dalam jumlah relatif tidak
terbatas, (2) kemampuan melestarikan produksi Ab yang spesisik melalui penyimpanan kriogenik hibridoma untuk waktu
tidak terbatas, (3) kemampuan memproduksi dan menyeleksi mAb untuk hampir semua determinan antigenik meskipun
antigen yang digunakan untuk imunisasi tidak murni atau merupakan campuran (Jordan 1990a dan 1990b; De Boer 1990).
Teknologi hibridoma untuk produksi mAb telah diterapkan pada virologi dan bakteriologi tumbuhan. McAb sangat
bermanfaat untuk identifikasi esei kualitatif bakteri dan virus tanaman, membedakan tingkat kesamaan antara anggota
berbagai kelompok virus dan bakteri, serta mempelajari struktur dan fungsi produk gen (Converse dan Martin 1990).
Metodologi yang mencakup pembuatan galur sel (cell lines) yang menghasilkan mAb secara permanen relatif sederhana,
tetapi memerlukan tahapan yang panjang dan seringkali sulit (crucial). Keberhasilan produksi mAb tidak hanya bergantung
pada produksi galur sel hibridoma dalam jumlah banyak, tetapi juga pada keberhasilan imunisasi hewan donornya,
pengetahuan dan pengalaman dasar tentang kultur sel (termasuk pembuatan medium, pemeliharaan, dan penyimpanan
galur sel), dan pengembangan teknik serologi yang relatif sederhana, cepat, dan akurat untuk mengkarakterisasi dan
mengidentifikasi antibodi. Penyediaan dan karakterisasi mAb untuk berbagai antigen tanaman dan patogen dapat dilakukan.
Berbagai publikasi tentang teknik produksi mAb dapat digunakan sebagai bahan acuan (Jordan 1990a).
Hibridoma merupakan sel yang mudah rusak, memerlukan pengamatan mikroskopik untuk mengetahui viabilitas dan laju
pertumbuhannya. Persyaratan lain untuk produksi McAb adalah antigen dan esei serologis yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan karakterisasi antibodi hibridoma. Sistem esei yang digunakan sangat tergantung pada jenis antigen
dan rencana penggunaan McAb (Jordan 1990a).
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kelti Biokimia, BB-Biogen, Bogor. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam
penelitian di antaranya ialah ruang isolasi (laminar air flow), inkubator CO2 bersuhu 37oC, mikroskop (inverted microscope),
sentrifus meja, otoklaf, waterbath 37- 56oC, alat penyimpanan kriogenik, alat kering beku (freeze dryer), pendingin
(freezer) -15oC dan -80oC, hemasitometer, spektrofotometer, mikropipet 0-200 μl, mikropipet 1000 μl, multipipettor 8
lubang, filter milllipore ukuran 0,22 μm. Peralatan dan bahan untuk membiakkan sel hibridoma adalah cawan kultur sel
(microplate) bertutup dengan 96 lubang; botol kultur sel berdiameter 25, 75, dan 150 cm; pipet gelas atau pipet plastik
berukuran 1, 5, 10, dan 25 ml; ampul berukuran 1 ml; tabung sentrifus bertutup ukuran 5, 15, dan 50 ml; cawan petri bulat
dan persegi, pipet pastur, sarung tangan plastik, spuit plastik berukuran 1, 10, dan 50 ml; jarum suntik berukuran 26G dan
16G, serta gunting operasi. Di samping peralatan laboratorium, mencit (tikus putih) hibrida Balb/c, serta ruangan dan
kandang untuk pemeliharaannya juga diperlukan. Mencit sebagai hewan untuk diimunisasi dan sumber limposit. Bahan-
bahan untuk pembuatan sediaan limposit, biakan sel mieloma, dan biakan sel hibridoma adalah Dulbecco’s Modified Eagle’s
Medium (DMEM), medium Hypoxanthine Aminopterine Thymidine (HAT), antibiotik kanamisin, serum albumin anak sapi
yang baru lahir (Newly-borne Calf Serum, NBS), dan medium Hypoxanthine Thymidine (HT).
Penyediaan Antigen Contoh tanaman padi terinfeksi RTV dan RS diperoleh dari koleksi yang ada di Kelti Biokimia, BB-
Biogen, yang semula berasal dari lapang di Sukamandi, Subang dan Serang.Pemurnian RTV dan RS dilakukan menggunakan
teknik pemurnian menurut Saito (1983) yang dimodifikasi.
Imunisasi Mencit Mencit hibrida Balb/c yang diperoleh dari IPB, Bogor, digunakan untuk diimunisasi. Sediaan murni RS yang
digunakan sebagai antigen diperoleh dari hasil pemurnian yang telah dilakukan sebelumnya. Antigen RS dilarutkan dalam
bufer fosfat salin (Phosphate Buffered Saline, PBS), pH 7,2, dengan kepekatan 100 ug/ml. Sebelum imunisasi, antigen
dicampur dengan Ajuvan Freund Inkomplit (Incomplete Freund’s Ajuvant, Sigma) dengan perbandingan 1 : 1. Imunisasi
danbooster dilakukan sesuai dengan metode Harlow dan Lane (1988) dengan cara sebagai berikut: antigen RS diberikan
secara intraperitonial (i.p) dengan dosis yang dilaporkan tidak mematikan tetapi imunogen (Dewanti-Hariyadi et al. 1998),
yaitu 25 μg patogen/mencit. Mencit yang digunakan berumur 4-6 minggu dengan menyuntikkan 100 μl (10-20 ug) larutan
antigen RS setiap kali secara intravenal, melalui vena ekor mencit, secara berkala dengan tenggang waktu satu
minggu.Pada minggu 2, 3, 4, 5, dan 6 setelah imunisasi diberikan booster, yaitu penyuntikan dengan IFA (incomplete
Freund’s adjuvant) secara intraperitonial (i.p). Tiga hari sebelum mencit disakritifikasi untuk diambil limfanya diberikan
booster akhir secara intravena (IV) dengan konsentrasi 10 μg antigen/mencit.
Persiapan Sel Limposit dari Sel Limpa Mencit Hiperimun Persiapan sel limfosit dilakukan dengan metode Harlow dan Lane
(1988) yang dimodifikasi.Mencit Balb/c yang sudah diinjeksi antigen RS serta sudah dibooster 4 kali dan diberi booster akhir
secara i.v (umur 6 minggu setelah imunisasi) dimatikan dan direndam dalam alkohol 70%. Limpa diambil secara aseptik dan
dicuci 3 kali dengan media DMEM tanpa serum. Cara lain yang juga dilakukan untuk mendapatkan sel limfosit adalah empat
hari setelah imunisasi terakhir, 1 ml contoh darah diambil dari mencit yang telah diimunisasi, dipisahkan dan diuji
kandungan (titer) antiserumnya menggunakan teknik mikropresipitasi. Apabila hasilnya positif dan titernya cukup tinggi,
maka mencit dimatikan dan limpanya (spleen) diambil secara aseptik dan ditempatkan dalam cawan petri steril berisi 20 ml
medium DMEM tanpa serum NBS (DMEM-NBS). Selanjutnya, secara aseptik pula, limpa yang masih utuh dan segar dipotong
kecil-kecil untuk mengeluarkan sel limpa (limposit). Potongan-potongan limpa di tekan-tekan (diurut) menggunakan pinset
untuk mengeluarkan limpositnya ke dalam medium. Suspensi limposit disentrifugasi dengan kecepatan 1000 rpm selama 7
menit dan peletnya dicuci dengan DMEM-NBS empat kali. Selanjutnya limposit disuspensikan kembali dengan 20 ml DMEM-
NBS dan dihitung kerapatannya menggunakan hemasitometer. Pada percobaan ini digunakan lima ekor yang masing-
masing diimunisasi dengan 100 ug antigen RS/injeksi.
Persiapan Sel Mieloma Pada hari ke-2 inkubasi, kondisi pertumbuhan, dan kerapatan sel biakan mieloma SP2 diperiksa.
Diperkirakan dua hari ini sel mieloma tumbuh pada fase log. Contoh biakan diambil dari masing-masing cawan petri dan
jumlah selnya dihitung menggunakan hemositometer. Bila jumlah sel yang dibutuhkan belum mencukupi, maka disediakan
biakan baru dengan menumbuhkan sel mieloma yang telah ada dalam cawan petri yang berisi media baru. Pada hari ke-3
inkubasi, populasi sel mieloma diperiksa kembali dan dihitung kerapatannya, dan pada hari ke-4 inkubasi dilakukan fusi sel.
Selanjutnya sel mieloma yang telah ditumbuhkan hingga fase pertumbuhan logaritmik disentrifusi dengan kecepatan 1000
rpm selama 5 menit dan disuspensikan kembali dalam 20 ml medium DMEM-serum free dengan volume tertentu dan
kerapatan selnya dihitung dengan hemasitometer.
Fusi Limfosit dengan Mieloma Fusi dilakukan dengan cara mencampurkan sel mieloma dengan sel limfosit mencit, dengan
perbandingan 10 : 1. Campuran sel disentrifusi dengan kecepatan 1000 rpm pada suhu kamar selama 7 menit. Selanjutnya
supernatan dibuang. Ke dalam tabung berisi pelet sel fusan ditambahkan 1 ml larutan 50% polietilen glikol (PEG 4000)
dalam DMEM-NBS, setetes demi setetes menggunakan pipet ukur 1 ml sambil digoyang. Penambahan tersebut, mulai dari
tetesan pertama hingga tetesan terakhir, harus dilakukan dalam rentang waktu 60 detik. Tahapan pemberian PEG adalah
sebagai berikut: detik ke-1 diteteskan satu tetes PEG, detik ke-10 satu tetes
PEG, detik ke-20 satu tetes PEG, detik ke-30 satu tetes PEG, dan detik ke-60 satu tetes PEG lagi, sehingga jumlah volume
PEG yang diteteskan dalam satu menit adalah 1 ml. Penetesan PEG dilakukan sambil menggoyang tabung fusan. Pengaruh
PEG 4000 dikurangi dengan menambahkan 9 ml medium DMEM-NBS sedikit demi sedikit menggunakan pipet ukur 10 ml
dengan rentang waktu 5 menit. Pada menit ke-1.30 ke dalam tabung ditambahkan 1 tetes medium; menit ke-1.40 1 tetes;
menit ke-1.50 1 tetes; dan menit ke-2 1 tetes. Selanjutnya, pada menit ke-2.40 ditambahkan lagi medium DMEM-NBS
hingga pada pipet menunjukkan angka 1; pada menit ke-3.20 ditambahkan medium hingga angka 2; pada menit ke 4.00
ditambah 2 ml medium hingga angka 4; pada menit ke-4.40 ditambahkan medium 4 ml hingga angka 8, dan pada menit ke-
5 ditambahkan sisa medium hingga angka 10. Selanjutnya suspensi sel fusan disentrifusi dengan kecepatan 1000 rpm
selama 7 menit, supernatannya dibuang dan pelet dalam tabung konus disuspensikan kembali dengan menambahkan
medium HAT (sesuai dengan hasil perhitungan). Kemudian suspensi didistribusikan ke dalam lubang cawan mikro
(microplate) steril dan bertutup, 100 ml setiap lubang, dan cawan mikro diinkubasikan di dalam inkubator CO2 bersuhu
37oC.
Pada hari ke-2 dan selanjutnya hingga hari ke1-10 inkubasi, selang dua hari, ke dalam setiap lubang biakan ditambahkan
100 ml medium HAT. Kemudian pada hari ke-11 hingga ke-30 pertumbuhan sel hibridoma di setiap lubang cawan diamati
dengan melihat koloni yang tumbuh di dasar lubang, dan lubang yang ditumbuhi sel hibridoma diberi tanda. Apabila koloni
sel hibridoma sudah tumbuh kurang lebih 1/5 luasan dasar lubang, maka skring (seleksi) hibridoma penghasil McAb
dilakukan.
Perawatan Sel Hibridoma Hasil Fusi Medium sel hibridoma diganti untuk pertama kalinya pada hari ke-5 setelah fusi dengan
cara menganbil media sebanyak 100 ul/sumur dan digantikan dengan medium HAT baru sebanyak 100 ul/sumur.
Penggantian medium selanjutnya dilakukan setiap 3 hari dengan medium HT (HAT tanpa Aminopterin). Sel hibridoma yang
sudah terlalu banyak dalam pelat mikro 96 sumur harus segera dipindahkan ke dalam pelat mikro 24 sumur yang sudah
berisi medium sebanyak 1 ml/sumur. Begitu pula jika sel dalam pelat mikro 24 sumur sudah penuh juga harus segera
dipindahkan kedalam pelat mikro 6 sumur yang sudah berisi medium kultur sebanyak 2 ml/sumur.
Skrining Sel Hibridoma Hibridoma yang tumbuh diharapkan mensekresikan antibodi ke dalam medium, sehingga cairan
medium tempat hibridoma tumbuh mengandung antibodi. Keberhasilan memperoleh hibridoma penghasil antibodi diperiksa
dengan menguji dengan antigen yang bersangkutan menggunakan teknik Antigen Adsorption Indirect (AAI)-ELISA dan
Indirect Double Antibody Sandwich (IDAS)-ELISA (Jumanto 1998; tidak dipublikasi). Sebagai antigen digunakan ekstrak
daun padi terinfeksi RTV dan sediaan murni RS. Hasil reaksi ELISA diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 415 nm. Reaksi positif (>0) berarti hibridoma menghasilkan McAb. Akhirnya, lubang cawan biakan hibridoma
yang menghasilkan McAb diberi tanda. Skrining hibridoma penghasil McAb dilakukan dua kali. Skrining I dilakukan untuk
memperoleh hibridoma yang dapat menghasilkan McAb. Skrining II dilakukan dengan cara yang sama dengan skrining I,
tetapi untuk memilih kembali sel hibridoma penghasil McAb yang potensial menghasilkan McAb tinggi dan stabil, dari koloni
hibridoma penghasil McAb yang diperoleh pada seleksi I.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi, Seleksi, dan Karakterisasi Sel Hibridoma Penghasil McAb RS
Hasil yang dicapai pada dua kegiatan, di mana antara kegiatan yang ke satu dengan kegiatan kedua diharapkan memiliki
capaian yang sama, yaitu antibodi monoklonal yang spesifik terhadap RTV dan RS. Pada penelitian ini tahapan kegiatan
yang dilakukan ada 6 enam tahapan, yaitu purifikasi antigen, immunisasi, penyediaan dan perbanyakan mieloma, fusi sel
limposit dan sel mieloma, hibridisasi, skrining hibridoma. Hanya saja pada tahapan untuk mendapatkan antigen yang
berbeda.
Pada kegiatan 2, antigen RS diperoleh dari hasil isolasi bakteri Ralstonia solanacearum dari tanaman kacang tanah yang
berasal dari Bogor dan sekitarnya. Kemudian dilakukan seleksi terhadap ras patogen yang ada. Isolat ini diperbanyak
dengan membiakkan pada cawan petri berisi medium Sukrose Pepton Agar (SPA) (Lelliot dan Stead 1987). Biakan R.
solanacearum (Gambar3) umur 48 jam dipanen dengan menambahkan 10 ml akuades steril kedalam tiap cawan biakan.
Suspensi biakan ini diamati dengan menggunakan standart Mc. Farlan sampai diperoleh biakan dengan optikal densiti 107.
Biakan dikeruk dengan jarum ose sambil diaduk, kemudian suspensi bakteri dipindahkan ke tabung sentrifus steril dan
diaduk menggunakan vortex mixer hingga menjadi suspensi yang homogen. Selanjutnya suspensi bakteri ini dicuci tiga kali
dengan larutan 0,1 N bufer fospat salin (Phosphate Buffered Saline, PBS) dengan pH 7,2 melalui sentrifugasi dengan
kecepatan 1000 rpm masing-masing selama 10 menit. Akhirnya pelet bakteri disuspensikan kembali dalam PBS steril hingga
kepekatannya +1010 sel/ml dan disimpan pada suhu -15oC untuk digunakan sebagai stok antigen. Sebelum imunisasi
mencit, larutan stok antigen dicairkan, diambil sebagian untuk diencerkan dengan PBS steril sehingga kerapatan selnya
+106-108 sel/ml. Enceran antigen ini digunakan untuk imunisasi mencit.
Imunisasi Mencit. Mencit (tikus putih) hibrida Balb/c yang diperoleh dari IPB, Bogor, digunakan imunisasi dengan sediaan
murni RTV dan RS. Untuk RTV menggunakan enam ekor mencit dan untuk RS menggunakan 4 ekor mencit. Sediaan murni
RTV dan RS yang digunakan sebagai antigen diperoleh dari hasil pemurnian yang telah dilakukan pada penelitian
sebelumnya dan penelitian tahun 2004. Antigen RTV dan RS dilarutkan dalam bufer fosfat salin (Phosphate Buffered Saline,
PBS), pH 7.2. Sebelum imunisasi, antigen dicampur dengan Ajuvan Freund Inkomplit (Incomplete Freund’s Ajuvant, Sigma)
dengan perbandingan 1 : 1. Imunisasi dilakukan pada mencit umur 4 minggu dengan menyuntikkan 100 μl (10-20 ug)
larutan antigen RTV dan RS setiap kali secara intraperitonial, melalui vena ekor mencit, secara berkala dengan tenggang
waktu satu minggu. Imunisasi dilakukan empat kali. Pada saat imunisasi RTV kedua sebanyak tiga ekor mencit mati yang
sisa 4 ekor (Tabel 1). Keadaan ini memicu untuk dilakukan modifikasi mengenai konsentrasi antigen yang akan diinjeksikan.
Injeksi dilakukan dengan konsentrasi antigen RTV 5, 10, 15, dan 20 ug. Dari hasil optimasi konsentrasi antigen RTV yang
baik untuk disuntikan adalah konsentrasi 10 ug.
Perbanyakan mieloma. Sel-sel mieloma diperbanyak dengan membiakkan dalam media RPMI 1640 yang mengandung
NBS/FSC dan L-glutamine. Dari hasil beberapa optimasi diperoleh sel mieloma yang cukup banyak dan baik (Gambar 4).
Pada fase pertumbuhan dihitung populasi sel nya. Saat ini sebanyak 57 ampul sel mieloma disimpan dalam kondisi kriogenik
dalam tabung nitrgen cair, namun dalam proses mengaktifkan kembali sel dari ampul tersebut masih mengalami kendala di
mana selnya banyak mengalami kematian. Sel yang tersisa sedang ditumbuhkan kembali untuk bahan fusi sel dalam
medium DMEM. Saat ini bersamaan dengan pertumbuhan sel mieloma diupayakan juga perbanyakan mencit BALB C baru
untuk bahan produksi sel limposit.
Sel Hibridoma Setelah dilakukan pencampuran sel mieloma dengan limposit mencit (fusi) diperoleh sel hibridoma (Gambar
5). Memasuki hari ke-15 pertumbuhan sel baru mencapai 1/10 luasan cawan. Hasil ini belum maksimal. Memasuki hari ke
20 pertumbuhan sel mengalami hambatan, hal inidikarenakan terjadi penurunan konsentrasi gas CO2 yang disebabkan
terjadi kebocoran alat.Tahapan fusi sel perlu diulang kembali.
Skrining Sel Hibridoma Sel hibridoma yang tumbuh pada saat ini belum banyak sehingga skrining hibridoma penghasil MCAb
RTV dan RS perlu diulang. Hal ini disebabkan karena jumlah sel hibridoma yang diharapkan sebanyak 1/5 dari luasan cawan
petri belum didapat. Sel yang ada masih sedikit pertumbuhannya belum optimal dan terkendala dengan alat yang ada. Akan
tetapi teknik perbanyakannya
sudah diperoleh hanya saja masih perlu dilakukan modifikasi. Proliferasi sel hasil fusi masih rendah sehingga belum
memungkinkan untuk dilakukan skrining sel hibridoma. Skrining dilakukan untuk mengetahui titer antibodi sel hibridoma
yang diperoleh dari hasil fusi mencit Balb/c dengan sel mieloma SP2. Pengujian spesifisitas antibodi merupakan hal penting
pada produkasi antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal yang spesifik menurut Morris dan Clifford (1985) hanya akan
bereaksi dengan antigen pembentuknya. Antigen yang benar-benar spesifik sangat jarang ditemukan dikatakan pula bahwa
sebagian besar antibodi bereaksi silang dengan metabolit, fragmen atau molekul-molekul lain yang memiliki kesamaan
urutan asam amino. Reaksi silang terjadi karena kesamaan epitop antara bakteri maupun
virus. Sesama golongan masih dimungkinkan terjadi reaksi silang.
Sumber : http://hayatipelita.blogspot.com/2009/11/sistem-peredaran-darah.html

KULTUR JARINGAN TUMBUHAN


Senin, Agustus 15, 2011 Bioteknologi No comments

Kultur dapat didefinisikan sebagai teknik membudidayakan jaringan agar menjadi organisme yang utuh dan
mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman
secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman
seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang
kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh
(sempurna) dikondisi in vitro (didalam gelas).

Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang diperbanyak dengan kultur
jaringan mempunyai sifat sama atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak
secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu
memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang
dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan
induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas,
mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin,
kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.

Dasar teknik kultur jaringan adalah bahwa sel tanaman mempunyai sifat totipotensi yaitu kemampuan sel untuk
tumbuh dan berkembang membentuk tanaman lengkap dalam medium aseptik yangmengandung unsur hara dan zat
pengatur tumbuh yang sesuai.

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:

1. Pembuatan media.
2. Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering
digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
3. Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di
laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu
menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan
kultur jaringan juga harus steril.
4. Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini
dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan
eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang
steril dengan suhu kamar.
5. Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa
proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk
melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun
jamur.
6. Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan
dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup.

Prinsip Dasar Kultur Jaringan

Kultur jaringan mengandung dua prinsip dasar yang jelas, yaitu :

a. Bahan tanam yang totipotensi


Konsep dasar ini mutlak ada dalam pelaksanaan kegiatan kultur jaringan karena hanya dengan adanya sifat
totipotensi ini sel jaringan organ yang digunakan akan mampu tumbuh dan berkembang sesuai arah dan tujuan
budidaya in vitro yang dilakukan. Namun, sifat totipotensi lebih besar dimilki oleh bagian yang masih muda dan
banyak dijumpai pada daerah meristem. Bahan tanam yang sementara ini digunakan dalam kegiatan kultur jaringan
dan sering terbukti dapat tumbuh dan berkembang adalah:

1. Sel, sel biasanya ditanam dalam bentuk suspensi dengan kepadatan yang telah ditentukan.
2. Protoplast, biasanya juga ditanam dalam bentuk yang telah ditentukan.
3. Jaringan meristem, jaringan yang ditanam biasanya dalam bentuk potongan organ yang terdapat pada derah-
daerah pertumbuhan.
4. Kalus, kalus ditanam dalam bentuk massa sel yang belum terdeferensiasi dan biasanya ditanam daam media
induksi untuk pertumbuhan kalus.
5. Organ, bahan yang paling umum dalam kegiatan kultur jaringan.

b. Budidaya yang terkendali


Sifat bahan yang totipotensi saja tidak cukup untuk kesuksesan kegiatan kultur jaringan. Prinsip dasar budidaya yang
terkendali ini meliputi :

1. Keadaan media tempat tumbuh


2. Lingkungan yang mempengaruhi
3. Keharusan sterilisasi

Teknik kuljar secara in vitro, beberapa syarat sesuai dengan prinsip dasar kuljar yang harus diketahui antara lain :

 Memilih eksplan yang baik


 Untuk mendapatkan eksplan yang baik dan mudah tumbuh, dipilih bagian organ yang masih bersifat meristematik
 Penggunaan medium yang cocok. Media yang biasa digunakan untuk pembuatan kuljar murni adalah PDA.
 Keadaan yang aseptik. Keadaan yang aseptik ini meliputi sterilisasi eksplan, media, alat-alat, ruang steril dan
ruang kultur (entkas / tempat khusus untuk menanam eksplan ke dalam medium).
 Pengaturan udara yang baik
 TEORI ABIOGENESIS
1. Pengertian
Teori Abiogenesis menyatakan bahwa kehidupan berasal dari materi yang tidak hidup atau benda
mati dan terjadi secara spontan.
2. Pendukung Teori Abiogenesis
Teori Abiogenesis dipelopori oleh Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah seorang filosof dan tokoh
ilmu pengetahuan Yunani kuno. Aristoteles berpendapat bahwa makhluk hidup berasal dari benda
mati. Misalnya ia mengemukakan bahwa kunang-kunang berasal dari embun pagi dan lahirnya tikus
barasal dari tanah basah. Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan adalah hasil
perkawinan akan menetas menghasilkan ikan yang sama dengan induknya, tapi ia yakin bahwa ada
ikan yang berasal dari lumpur.
Pendukung yang lain adalah John Needham (1700) seorang berkebangsaan Inggris. Dia melakukan
penelitian dengan merebus sepotong daging dalam wadah selama beberapa menit (tidak sampai
steril). Air rebusan daging tersebut disimpan dan ditutup dengan tutup botol disebabkan oleh
adanya mikroba. Needham berkesimpulan bahwa mikroba berasal dari air kaldu.
Menurut penganut paham abiogenesis, makhluk hidup terjadi secara spontan atau disebut juga
paham generatio spontanea. Contoh paham “generatio spontanea” :
- Cacing tanah berasal dari tanah basah.
- - Belatung berasal dari daging busuk.
- _ Tikus berasal dari sekam dan air kotor.
Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani kuno (ratusan tahun
sebelum masehi) hingga pertengahan abad ke-17.
Pada pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang
dapat digunakan untuk mengamati benda-benda yang sangat kecil dalam setetes air rendaman
jerami. Benda-benda kecil tersebut dinamakn mikroorganisme/animalkulus yang artinya binatang
renik. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leuwenhoek ini
seolah-olah memperkuat pendapat mereka.
 TEORI BIOGENESIS
1. Pengertian
Teori biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup (omne vivum ex
vivo, omne ovum ex vivo).
2. Pendukung Teori Biogenesis
2.1 Fransisco Redi (1626-1697)
Ia melakukan percobaan sebagai berikut :
Tabung I : diisi sekerat daging, lalu ditutup.
Tabung II : diisi sekerat daging dan ditutup dengan kain kasa.
Tabung III : diisi sekerat daging dan dibiarkan terbuka.
 Hasil percobaan beberapa hari kemudian.
Pada tabung I : tidak terdapat seekor pun belatung dalam daging.
Pada tabung II : ditemukan beberapa ekor belatung.
Pada tabung III : daging pada tabung ini membusuk dan di dalamnya banyak terdapat belatung.
Kesimpulan yang diambil dari percobaan ini adalah belatung bukan berasal dari daging yang
membusuk, tetapi berasal dari lalat yang menjatuhkan telurnya di atas daging. Namun teori ini
tidak dapat diterima oleh pendukung teori abiogenesis.
2.2 Lazzaro spalanzani (1729-1799)
Spalanzani melakukan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Fransisco Redi.
Tetapi langkah percobaan Spalanzani lebih sempurna. Adapun percobaan yang dilakukun
spallanzani adalah sebagai berikut :
Labu I : diisi 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15 derajat celcius selama beberapa menit dan
dibiarkan terbuka.
Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus.
Selanjutnya kedua labu itu dipanaskan dan kemudian didinginkan. Setelah dingin keduanya
diletakkan di tempat terbuka yang bebas dari gangguan orang dan hewan. Setelah kurang lebih
satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai berikut :
Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya
menjadi tidak enak.
Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula, baunya
juga tidak mengandung mikroba.
 Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spalanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada
di dalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan di
udara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba dari udara ke dalam air
kaldu tersebut. Namun teori ini juga tidak dapat diterima oleh pendukung teori abiogenesis.
2.3 Louis Pasteur
Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis, Pasteur melaksanakan percobaannya
untuk menyempurnakan percobaan Spallanzani. Dalam percobaannya, Pasteur menggunakan bahan
air kaldu dengan alat labu. Langkah-langkah percobaan Pasteur adalah sebagai berikut :
Langkah I : labu diisi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah antara
gabus dengan mulut labu diolesi parafin cair. Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca
berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan. Penutup leher angsa ini bertujuan
untuk membuktikan bahwa mikroorganisme terdapat di udara.
Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan di tempat aman. Setelah beberapa hari,
keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetap jernih dan tidak mengandung
mikroorganisme.
Langkah III : labu yang air kaldu di dalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu di
dalamnya mengalir ke permukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu
diletakkan kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu
diamati lagi. Ternyata air kaldu di dalam labu menjadi busuk dan banyak mengandung
mikroorganisme.
Melalui pemanasan perangkat percobaannya, seluruh mikroorganisme yang terdapat dalam air
kaldu akan mati. Di samping itu, akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipia
kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan, maka air pipa akan
mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher.
Pada saat pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam labu.
Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai ke permukaan pipa, air kaldu itu akan
bersentuhan dengan udara bebas. Ketika labu dikembalikan ke posisi semula (tegak),
mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa waktu air
kaldu menjadi keruh, karena adanya pembusukan oleh mikroorganisme tersebut. Dengan demikian
terbuktilah ketidakbenaran paham abiogenesisi, yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal
dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Hasil yang diperole Pasteur adalah :
a. Mikroorganisme yang tumbuh bukan berasal dari benda mati (cairan) tetapi dari mikroorganisme
yang terdapat di udara.
b. Mikroorganisme terdapat di udara bersama-sama dengan debu.
Berdasarkan hasil percobaan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham abiogenesis dan muncul
paham baru tentang asal-usul makhluk hidup yang dikenal dengan teori biogenesis. Teori itu
menyatakan :
1. Omne vivum ex ovo = setiap makhluk hidup berasal dari telur.
2. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
3. Omne vivum ex vivo= setiap makhluk hidup bersal dari makhluk hidup sebelumnya.
Walaupun Louis Pasteur dengan percobannya telah berhasil menumbangkan paham Abiogenesis
dan sekaligus mengukuhkan paham Biogenesis, belum berarti bahwa masalah bagaimana
terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali terjawab.
A. Teori Evolusi Kimia
Ahli biokimia berkebangsaan Rusia (1894) A.l. Oparin adalah orang pertama yang mengemukakan
bahwa evolusi zat-zat kimia telah terjadi jauh sebelum kehidupan ini ada. Dia mengemukakan
bahwa asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan evolusi terbentuknya bumi serta
atmosfirnya.
Atmosfir bumi mula-mula memiliki air, CO2, metan, dan amonia namun tidak memiliki oksigen.
Dengan adanya panas dari berbagai sumber energi maka zat-zat tersebut mengalami serangkaian
perubahan menjadi berbagai molekul organik sederhana. Senyawa – senyawa ini membentuk
semacam campuran yang kaya akan materi-materi, dalam lautan yang masih panas; yang disebut
primordial soup. Bahan campuran ini belum merupakan makhluk hidup tetapi bertingkah laku mirip
seperti sistem biologi. PrimodiaL soup ini melakukan sintesis dan berakumulasi membentuk
molekul. organik kecil atau monomer. misalnva asam amino dan nukleotida.
Monomer – monomer lalu bergabung membentuk polimer, misalnya protein dan asam nukleat.
Kemudian agregasi ini membentuk molekul dalam bentuk tetesan yang disebut protobion. Protobion
ini memiliki ciri kimia yang berbeda dengan lingkungannya.
Kondisi atmosfer masa kini tidak lagi memungkinkan untuk terbentuknya sintesis molekul organik
secara spontan karena oksigen di atmosfer akan memecair ikatan kimia dan mengekstraksi
elektron.
Polimerisasi atau penggabungan monomer ini dapat dibuktikan oleh sydney Fox.Sydney Fox
melakukan percobaan dengan memanaskan larutan kental monomer organik yang mengandung
asam amino, asam amino pada suhu titik leburnya. Saat air menguap, terbentuklah lapisan
monomer – monomer yang berpolimerisasi. Polimer ini oleh Sydney Fox disebut proteinoid.
Dalam penelitian di laboratorium bila proteinoid dicampur dengan air dingin akan membentuk
gabungan proteinoid yang menyusun tetesan kecil yang disebut mikrosfer. Mikrosfer diselubungi
oleh membran selektif permeabel.
Tahun lirna puluhan hipotesis tentang evolusi kimia rnendapat dukungan dari Stanley Miller dan
gurunya Harold Urey (1953). Teori Urey didasari atas pemikiran bahwa bahan orqanik merupakan
bahan dasar organism yang pada mulanya dibentuk sebagai reaksi gas yang ada di alam denqan
bantuan energi.
 Menurut Teori Urey, konsep tersebut dapat di jabarkan atas 4 fase:
________________________________________
________________________________________
Fase 1. Tersedianya molekul metan, ammonia, hidrogen . dan uap air yag sangat banyak didalam
atmosfer.
Fase 2. Energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar – sinar kosmis merupakan
energy pengikat dalam reaksi – reaksi molekul – molekul metan, ammonia, hydrogen dan uap air.
Fase 3. Terbentuknya zat hidup yang paling sederhana
Fase 4. Zat hidup yang terbentuk berkembang denqan waktu berjuta – juta tahun menjadi sejenis
organism yang lebih kompleks.
 Miller berhasil membuktikan teori Urey dalam laboratorium. dengan alat, seperti pada Gambar 8.2.
Alat ini disimpan pada suatu kondisi yang diperkirakan sama dengan kondisi pada waktu sebelum
ada kehidupan. Ke dalam alat tersebut dimasukkan bermacam-macarn gas seperti uap air yang
dihasilkan dari air yang dipanaskan, hidrogen, metan, dan amonia.
Selanjutnya pada alat tersebut diberikan aliran listrik 75.000 volt (sebagai pengganti kilatan
halilintar yang selalu terjadi di alam pada waktu tersebut). Setelal seminggu ternyata Miller
mendapatkan zat organik yang berupa asam amino. Asam amino merupakan komponen kehidupan.
Selain asam amino diperoleh tiga asam hidroksi. HCN, dan urea.
Pemikiran selanjutnya adalah bagaimana terbentuknva protein dari asam amino ini.
Melvin Calvin dari Universitas California menunjukkan bahwa radiasi sinar dapat mengubah metana,
amonia, hidrogen dan air menjadi molekul-rnolekul gula, dan asam amino. Dan juga pernbentukan
purin dan pirimidin, yang merupakan zat dasar pembentukan DNA, RNA, ATP dan ADP.
Kehidupan yang bersarna-sama dengan partikel debu alam disebarkan dari satu tempat ke tempat
lain, di bawah pengaruh sinar matahari. Tetapi teori ini tidak memperhitungkan adanya temperatur
yang begitu dingin dan juga sangat panas dan sinar – sinar yang mematikan yang terdapat di
angkasa luar, seperti sinar kosmis, sinar ultra violet dan sinar infra merah.
 B. Teori Evolusi Biologi

 1) Evolusi Dari Kelompok Awal


Dari sederetan peristiwa yang disebut di muka, pada akhirnya terbentuklah sel awal yang
selanjutnya merupakan bentuk permulaan dari makhluk bersel satu. Dalam kenyataan
menunjukkan bahwa perbedaan antara hewan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat rendah tidak
jelas. Sehingga
menuntun orang untuk berpendapat bahwa hewan maupun tumbuhan bersel satu berasal dari satu
bentuk asal yang juga merupakan bentuk asal dari flagelata yang kini dijumpai. Contoh flaqelata
yang dijumpai yang menunjukkan sifat seperti tumbuhan maupun hewan adalah Euglena dan
Voluox.
 2) Bentuk Pertama Tumbuhan
Ciri bentuk pertama dari tumbuhan adaIah menghilangnya flagela dan berkembangnya klorofil. Dari
bentuk awal ini kemudian berkembang alga, yaitu alga hijau, (yang diperkirakan berasal dari alga
hijau – biru), alga perang, alga merah dan sebagainya.
Semua alga mengandung klorofil di samping adanya pigmen lain. perubahan selanjutnya adalah
perkembangan alga bersel satu menjadi alga bersel banyak. Alga hijau dianggap sebagai asal – asul
dari lumut, yaitu suatu perubahan bentuk kehidupan dari air ke bentuk kehidupan di
darat. Bentuk kehidupan simbiosis terlihat pada lumut kerak, yaitu bentuk kehidupan simbiosis
antara alga hijau dan alga biru dengan jamur.
 3) Bentuk Awal dari Hewan
Dari bentuk awal yang rrrenyerupai flagelata kemudian timbul flagelata yang menyerupai flagelata
yang ada sekarang.
Organisme inilah yang kemudian mewakili kelompok protozoa, yang kemudian dari radiasi yang
bersifat adaptatif timbullah protozoa-protozoa yang lain, yaitu kelompok ameboid, kelompok yang
bersilia, dan protozoa
yang bersifat parasit.
Hewan ciliata cenderung untuk mempertahankan bentuknya dari masa ke masa, sedangkan hewan
protozoa mempunyai bentuk adaptasi antara lain yang hidup di air tawar dan yang hidup di daratan.
Dari hewan bersel satu, terjadi perubahan yang berupa hewan bersel banyak.
Diduga bahwa hewan bersel banyak mula – mula berbentuk bola yang berongga, terdiri dari sel-sel
yang hanya satu lapis saja.
Berdasarkan hipotesis, hewan tersebut disebut blastea. Nama ini diambil dari satu bentuk esensial
yang selalu dilalui oleh setiap makhluk hidup bersel banyak dalam perkembangan embriologinya.
Alga dan protozoa sekarang ini merupakan hasil radiasi yang pertama, sedangkan blastea tidak lagi
dijumpai, kecuali dalam bentuk blastula dalam perkembangan embrio makhluk hidup bersel banyak.
Bentuk blastea merupakan bentuk yang memungkinkan untuk berkembang lebih jauh yaitu pada
radiasi kedua dan ketiga.
 a. Radiasi yang kedua
Secara hipotesis perkembangan hewan dari bentuk blastea adalah sebagai berikut.
1. Dari tingkat blastula, embrio hewan berkembang ke arah tingkat gastrula, sehingga terjadi 2
lapisan, yaitu lapisan dalam (endoderma) dan lapisan luar (ektoderma). Dalam tingkat gastrula
hewan tersebut berkembang menjadi dewasa. Lihat Gambar 8.10. Contoh hewan diploblastik yang
kita jumpai sekarang adalah Porifera dan Coelenterata.
2. Kemungkinan lain adalah bahwa setelah melalui tingkat blastula dan gastrula, maka embrionya
tidak berkembang menjadi hewan dewasa, tetapi antara lapisan endoderma dan lapisan ektoderma,
terbentuklah lapisan mesoderma. Setelah terbentuk lapisan mesoderma
baru-lah berkembang menjadi hewan dewasa.
Hewan ini tidak lagi dijumpai, namun keturunannya yang terbentuk sebagai hasil evolutif (radiasi
ketiga), dijumpai dalam berbagai bentuk. Lihat Gambar 8.11.
 b. Radiasi Aang ketiga
Tipe-tipe triploblas dapat digolongkan dalam 4 kelompok besar hewan hewan berikut ini karena
meskipun mempunyai mesoderma tetapi berbeda asalnya (dari bagian mana) dan
perkembangannya menjadi embrio. Radiasi ketiga ini terbagi menjadi 4 kelompok berikut ini.
I ) Kelompok I
Pada kelompok I ini bagian di kanan dan kiri dari mesoderma membentuk
benjolan yang kemudian meluas sehingga mengisi ruangan di antara ektoderma dan endoderma.
Ruang yang terbentuk disebut coelom.
karena coelom bentuk asalnya dari endoderma maka disebut enterocoelmata.
Contohnya: Echinodermata dan Chordata.
 2) Kelompok ll
Pada kelompok II mesoderma berasal derri ektoderma. Ektoderma melepaskan keiompok-kelompok
sel dalam ruangan di antara endoderma dan ektoderma, sehingga mesodermanya kompak dan
tidak dijumpai coelom. Hewan yang tidak memiliki coelom termasuk dalam acoelomata. Contohnva:
cacing pipih dan cacing pita.
 3) Kelompok III
Pada kelompok III ini mesoderma terbentuk dari endoderma maupun ektoderma, hanya saja
setelah mesoderma terbentuk maka terjadi celah yang kemudian berkembang menjadi coelom.
Coelom tersebut
dinamakan schizocoel, hewan yang memiliki schizocoel disebut schizocoelomata. Contohnya,
Annelida, Mollusca, dan Arthropoda
(Crustacea, Insekta, labah-labah).
 4) Kelompok IV
Pada kelompok IV, mesoderma dibentuk oleh ektoderma, hanya saja mesoderma tak memenuhi
ruangan seluruhnya, sehingga dengan demikian ruangan tidak dibatasi oleh mesoderma tetapi oleh
ektoderma. Oleh karena itu, coelom tersebut dinamakan pseudocoel. Hewan yang memiliki
pseudocoel termasuk dalam pseudocoelomata.
Contohnya: Rotifera dan cacing gilik atau nematoda.
Pada masa embrio, Annelida yang hidup di laut dan Mollusca sangat serupa, sehingga sulit sekali
untuk dibedakan. Demikian juga antara insekta dan cacing tanah bentuk embrionya sulit sekali
dibedakan meskipun bentuk dewasa mereka berbeda sama sekali.
Hewan-hewan triploblastik pada dasarnya adalah simetri bilateral. Ada anggapan bahwa pada waktu
terjadi perubahan bentuk dari diploblastik ke triploblastik terjadi juga perubahan bentuk simetrinya,
yaitu dari
Simetri radial ke simetri bilateral.
c. Teori Kosmozoa
Arrhenius ( 191 I ) menyatakan bahwa kehidupan pertama dimulai dari spora-spora kehidupan yang
bersarna-sama dengan partikel debu alam disebarkan dari satu tempat ke tempat lain, di bawah
pengaruh sinar matahari. Tetapi teori ini tidak memperhitungkan adanya temperatur yang
begitu dingin dan juga sangat panas dan sinar – sinar yang mematikan yang terdapat di angkasa
luar, seperti sinar kosmis, sinar ultra violet dan sinar infra merah.
 D. Teori Evolusi pada Kelompok Modern
Evolusi invertebrata yang terdiri dari 30 filum dimulai dari nenek moyang berupa protista yang
hidup di laut. Protista bercabang tiga, dimulai dari filum Porifera, filum Cnidaria, dan filum
Plathyhelminthes. Filum Plathyhelminthes bercabang menjadi tiga.
Cabang pertama bercabang lagi menjadi tiga dimulai dari filum Mollusca, filum Annelida, dan filum
Arthropoda. Cabang kedua menjadi filum Nematoda. Sedang cabang ketiga menjadi dua, yaitu filum
Echinodermata
dan filum Chordata.
Dari evolusi invertebrata dapat kita ketahui bahwa evolusi vertebrata berasal dari nenek moyang
berupa Echinodermata. Echinodermata
akan berkembang menjadi Echinodermata modern contohnya bintang laut,
dan bulu babi, Hemichordata, Chordata primitif yang terdiri dari Tunicata dan Lancelets, vertebrata
modern yang terdiri dari tujuh kelas yaitu: Agnata, Chondrichtyes, Osteichthyes, Ampibia, Reptilia,
Aves, dan Mammalia.
 E. Asal – Usul Prokariotik
Organisme yang autotrof tidak mungkin mampu bertahan hidup karena saat itu belum terdapat
karbon dioksida di atmosfer dan organismenya pun belum memiliki organel untuk melakukan
fotosintesis. Jumlah bahan organik yang tersedia menipis maka cara makan pun berkembang
menjadi autotrof, yaitu dapat
merubah bahan anorganik menjadi bahan organik lewat fotosintesis.
Untuk berfotosintesis, organisme memerlukan pigmen tertentu. Maka berkembanglah bakteri
autrotrof yang juga menghasilkan oksigen sebagai hasil sampingan fotosintesis. Bakteri ini
kemungkinan sama dengan Cyanobacteria (ganggang hijau biru) yang ada dewasa ini.
Cyanobacteria ini menjadi sosok kunci (gambaran) evolusi kehidupan. Hasil fotosintesis bakteri di
masa lalu, secara bertahap menghasilkan oksigen yang dilepas ke atmosfer dan laut sekitar 2
milyar tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil Cyanobacteria di endapan
Archean dan Proterozoic yang berusia 3,5 milyar tahun. Cyanobacteria yang dapat menumbuhkan
Pilar Yang terbuat dari fosilnya dan materi dari sekitarnya. Gumpalan seperti tiang yang
terbuat dari fosil Cyanobacteria disebut stromatolit (lihat Gambar 8.7 di halaman142).
Stromatolit ini diperkirakan berumur 3,5 milyar tahun yang lalu. Seperti tampak pada gambar,
ujung stromatolit menyembul di atas permukaan air.
Seperti halnya gunung es, stromatolit memiliki bagian yang terbenam dalam air. Pertumbuhan
stromatolit yang masih aktif dapat disaksikan di perairan dangkal teluk California, Australia Barat,
San Salvador, dan
Bahama.
Yang menarik perhatian adalah, bahwa ukuran dan bentuk bakteri yang terdapat pada stromatolit
yang masih aktif saat ini, sama dengan bakteri yang ditemukan pada fosil stromatolit. Diperkirakan
stromatolit ini terdapat melimpah di seluruh perairan tawar dan laut sampai sekitar 1,6 milyar
tahun yang lalu.
F. Asal – Usul Ekukariota
Eukariotik diperkirakan mulai muncul 1,5 milyar tahun yang lalu. Para ilmuwan belum mengetahui
dengan pasti bagaimana organisme eukariotik ini berkembang.
Namun, para ilmuwan berspekulasi bahwa organisme eukariotik berasal dari organism prokariotik.
Menurut para ilmuwan, bakteri prokariotik yang autotrof dan heterotrof melakukan simbiosis
bersama. Simbiosis adalah hubungan yang erat antara organism yang seringkali menguntungkan.
Pada simbiosis ini, perlindungan diri mencari makanan dan energi dilakukan bersama. Hipotesis
endosimbiosis ini menyatakan bahwa nenek moyang sel hewan dan tumbuhan merupakan hasil
simbiosis antara organisme prokariotik anaerob yang besar dengan sel bakteri aerob yang kecil.
Organisme prokariotik berfungsi sebagai inang, dan sel bakteri aerob berada di dalam inang dan
berfungsi sebagai mitokondria.
Masing-masing organisme ini tetap tumbuh dan membelah diri. Saat inang membelah diri, bakteri
yang berada di dalamnya didistribusikan ke tiap sel anakan. Akhirnya, bakteri berbentuk spiral juga
ikut bergabung dengan simbiosis ini dan membentuk flagella dan silia. Hasilnya adalah protista
seperti yang ada dewasa ini.
Para biologiwan telah menemukan persamaan – persamaan antara organel dan bakteri yang
menjadi bukti hipotesis simbiosis.
Sebagai contohnya, mitokondria menyerupai bakteri dalam beberapa hal,
yaitu:
l. dapat bereproduksi sendiri,
2. memiliki asam nukleat yang sama,
3. kadang memiliki ukuran dan bentuk sama, dan
4. melaksanakan sintesis protein di ribosom.
Hipotesis lain tentang asal-usul eukariota menjelaskan bahwa organism eukariota berkembang
secara langsung dari organisme prokariota. Organel-organel dalam sel eukariota berasal dari
pelekukan
dan penjepitan bagian membran sel organisme prokariota

 Soal Evolusi - Make You Smarter Blog


 Posted by Education World on Jumat, 10 Agustus 2012
 PILIHLAH JAWABAN YANG TEPAT

1. Organ sisa tubuh manusia yang menunjukkan bukti peristiwa evolusi adalah ….
A. rambut di dada, rambut pada daun telinga, dan gigi taring
B. rambut pada daun telinga, gigi taring, dan usus halus
C. usus halus, limfa, otot penggerak telinga
D. otot penggerak telinga, tulang ekor, dan umbai cacing
E. tulang ekor, umbai cacing, dan rambut pada dada

Jawab : D

2. Organ-organ yang menunjukkan sifat analog adalah ....


A. kaki depan katak dan sayap kupu-kupu
B. kaki depan katak dan kaki depan kadal
C. sayap kupu-kupu dan sayap kelelawar
D. kaki depan kadal dan sayap kelelawar
E. sayap burung dan sayap kelelawar

Jawab : C
Pembahasan : Analog adalah struktur asal usul organ berbeda tapi punya kesamaan
pada fungsi.

3. Variasi merupakan salah satu petunjuk terjadinya evolusi sebab variasi ....
A. merupakan petunjuk adanya mutasi
B. selalu terjadi karena rekombinasi
C. terjadi karena persaingan hidup
D. terjadi karena proses adaptasi
E. mengarah pada terbentuknya spesies baru

Jawab : E
Pembahasan : Proses seleksi oleh lingkungan terhadap berbagai jenis hewan dan tumbuhan selama
bertahun-tahun akan menghasilkan varian yang makin jauh berbeda dengan moyangnya. Adanya
variasi menunjukkan evolusi menuju ke arah terbentuknya spesies-spesies baru.

4. Petunjuk tentang adanya evolusi tidak terlepas dari kenyataan-kenyataan berikut,


kecuali ....
A. homologi organ-organ tubuh pada berbagai makhluk hidup
B. terdapatnya variasi di antara individu dalam satu keturunan
C. peninggalan fosil di berbagai lapisan batuan bumi dari zaman ke zaman
D. ditemukannya alat-alat pernafasan tubuh yang di masa lampau digunakan
E. terjadinya perubahan dari bentuk sederhana dan tak sempurna ke bentuk yang
kompleks dan sempurna

Jawab : E
Pembahasan : Option A-D merupakan fakta di lapangan sedangkan yang option E
hanyalah teori.

5. Seri fosil paling lengkap yang pernah ditemukan adalah fosil ....
A. kuda
B. manusia
B. burung
D. reptil
E. gajah
Jawab : A

6. Bila 2 jenis hewan memiliki banyak organ yang homolog, maka ini dapat diartikan bahwa
kedua jenis hewan tersebut ....
A. dekat hubungan secara evolusi
B. besar kemampuan untuk beradaptasi
C. banyak persamaan habitatnya
D. tinggi tingkatan pertumbuhan evolusinya
E. besar kemungkinan untuk bersimbiosis
Jawab : A

7. Filogeni menjelaskan perkembangan makhluk hidup dalam evolusi, sedangkan ontogeni


mempersoalkan perkembangan zigot sampai dewasa, pernyataan berikut yang benar ....
A. filogeni sangat bertentangan dengan ontogeni
B. filogeni sangat erat hubungannya dengan evolusi
C. filogeni merupakan rekapitulasi dari ontogeni
D. ontogeni sangat erat hubungannya dengan evolusi
E. ontogeni merupakan rekapitulasi dari filogeni

Jawab : E
Pembahasan :
Ontogeni adalah perkembangan individu mulai dari sel telur yang dibuahi hingga individu tersebut
mati.
Filogeni adalah proses perkembangan organisme dari filum yang paling sederhana hingga yang paling
kompleks/ sempurna.
Ontogeni merupakan Filogeni yang dipersingkat atau Ontogeni merupakan ulangan (Rekapitulasi) dari
Filogeni(ORF)

8. Berikut merupakan petunjuk evolusi, kecuali ....


A. homologi
B. embriologi
C. fosil
D. domestikasi
E. vestigal
Jawab : E
HOMOLOGI

 9. Faktor utama yang menyebabkan penurunan populasi Biston betularia bersayap cerah
setelah revolusi industri adalah ....
A. seleksi alam
B. adaptasi terhadap lingkungan
C. persaingan dalam hal pangan
D. perubahan warna cerah menjadi gelap
E. warna gelap lebih adaptif dengan lingkungan

Jawab : E
Pembahasan : Saat terjadi revolusi industri, pepohonan di Inggris menjadi berwarna gelap akibat
polusi industri. Biston bersayap gelap lebih adaptif dengan pepohonan yang berwarna gelap sehingga
terhindar dari pemangsanya. Sedangkan yang berwarna cerah tidak dapat bersembunyi dari
pemangsanya sehingga mengalami
kepunahan.

10.Petunjuk evolusi dari golongan Reptilia menuju golongan Aves ditandai dengan adanya struktur
organ pada Aves berupa ....
A. cakar
B. sisik
C. paruh
D. bulu
E. kaki

Jawab : B
Pembahasan : Salah satu petunjuk adanya evolusi dari golongan reptil menuju golongan aves adalah
adanya sisik pada golongan aves. Sisik pada golongan aves
sudah tidak berguna lagi, karena merupakan alat tubuh yang tersisa (organ vestigial).

11.Fosil yang dianggap sebagai nenek moyang bersama antara manusia dengan kera adalah ....
A. Ramapithecus
B. Australopithecus
C. Egyptopithecus
D. Pithecantropus
E. Dryopithecus
Jawab : B
Pembahasan :
Australopithecus africanus , Plesiantropus transvalensis , Parantropus robustus adalah jenis fosil
manusia kera Afrika selatan.
Jadi dianggap satu nenek moyang manusia purba yang volume otaknya 600 CC.

12. Pembentukan senyawa amino secara alami di udara dari bahan dasar nitrogen, sesuai dengan teori
asal usul kehidupan yang dikemukakan oleh ....
A. Stanley Miller
B. Aristoteles
C. Harold Urey
D. Louis Pasteur
C. A.I Oparin
Jawab : C
Pembahasan :
Teori evolusi kimia dikemukakan oleh Harold Urey dan didukung oleh muridnya Stanley Miller.

13. Teori abiogenesis runtuh karena percobaan yang dilakukan oleh ....
A. Aristoteles
B. Alexander Oparin
C. Harold Urey
D. Anthonie van Leeuwenhoek
E. Louis Pasteur

Jawab : E
Pembahasan : Teori abiogenesis menganggap bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati.
Teori ini runtuh setelah percobaan yang dilakukan Louis Pasteur yang berhasil memperbaiki
percobaan Redy dan Spallanzani dengan menggunakan labu yang tutupnya berbentuk leher angsa.
Dengan labu itu maka air kaldu di dalam labu masih berhubungan dengan udara luar (gaya hidup).
Dengan demikian keberatan orang terhadap hasil percobaan Redy dan Spallanzani dapat dihilangkan.

14. Dasar proles evolusi menurut Darwin ialah bahwa :


A.nenek moyang manusia adalah kera
B.spesies yang kuat membunuh yang lemah
C.spesies bare timbul terus menerus
D.perubahan perlahan-lahan dalam waktu yang lama
E.perubahan yang bersifat menurun

Pembahasan :E

15. Omne vivum ex ovo, omve ovum ex vivo adalah pernyataan suatu yang menjelaskan bahwa :

A.kehidupan selalu berasal dari organisme yang bertelur


B.kehidupan dapat berasal dari benda mati
C.tak ada kehidupan tanpa telur
D.sebelum ada individu, harus ada telur terlebih dahulu
E.kehidupan ada karena telah ada kehidupan sebelumnya

Pembahasan :E

16. Teori asal usul kehidupan disusun berdasarkan ........


A.pengamatan peristiwa yang sedang terjadi
B.hipotesis terhadap kemungkinan yang akan terjadi
C.analisis data peristiwa masa lampau
D.kenyataan kehidupan yang ada sekarang
E.hipotesis terhadap keadaan bumi saat ini

Pembahasan :B

17. Dalam menjawab permasalahan tentang asal-usul, kehidupan, eksperimen siapakah yang cara
pelaksanaannya cermat jika ditinjau dari metode ilmiah ........
A.Harold Urey
B.Stanley Miller
C.Francesco Redi
D.Lazarro Spallanzani
E.Louis Pasteur

Pembahasan :B

18. Perkembangan evolusi kuda merupakan contoh terlengkap untuk menerangkan adanya evolusi.
Fosil yang paling tua di antara kuda-kuda tersebut di bawah ini adalah :
A.Plyohippus
B.Mesohippus
C.Merryhippus
D.Eohippus

19.Setelah mempelajari sejarah kehidupan di bumi, dapat diambil kesimpulan bahwa kehidupan
binatang dan tumbuhan tidak tergantung pada manusia.
SEBAB
Manusia baru muncul di bumi pada akhir era Pleistosin sedangkan binatang dan tumbuhan sudah
muncul pada era sebelumnya.

Pembahasan :C

20. Untuk membantah teori generatio spontanea dari Spallanzani, Louis Pasteur menggunakan pipa
berleher angsa yang bertujuan agar .....
1.tidak ada mikroorganisme di dalam pipa
2.mikroorganisme terperangkap dalam pipa
3.air kaldu tidak berhubungan dengan udara
4.air kaldu dapat berhubungan dengan udara luar

JAWAB A
Pembahasan : NO 1 2 DAN 3

21.teori tentang biogenesis didukung oleh ........


1.Francesco Redi
2.Robert Hooke
3.Lazzaro Spallanzani
4.Aristoteles

pembahasan:B
22.Menurut pendapat para ahli, biosfermerupakan tempat asal kejadian makhluk hidup.

SEBAB

Unsur-unsur pembentuk protoplasma makhluk hidup yang penting adalah karbon, hydrogen, oksigen,
dan nitrogen.

Pembahasan

JAWAB D

Biosfer adalah tempat organisme hidup, terdiri atas komponen biotik dan abiotik. Tempat asal
kejadian makhluk hidup adalah atmosfer.

23. Berikut ini organ vestigal/organ sisa yang dianggap bukti evolusi pada manusia adalah
1. apendiks
2. otot penggerak telinga
3. tulang ekor
4. rambut pada dada

Jawab : E

24. Tangan manusia dan tangan kera merupakan organ yang homolog
SEBAB
Manusia dan kera mempunyai tingkat kekerabatan terdekat dalam satu ordo yaitu
primata

Jawab : B

25.Bila ditinjau dari asal usulnya, bulu hewan aves dianggap sama dengan sisik hewan reptilia
SEBAB
Bulu hewan aves dan sisik hewan reptilian tersusun atas sel-sel epidermis
Jawab : A

26.Bila ditinjau dari struktur dan fungsinya, maka sayap burung dan sirip paus merupakan contoh
organ yang menunjukkan sifat homolog
SEBAB
Sayap burung dan sirip paus memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda namun
struktur dasarnya sama

Jawab : A

27. Berikut ini disajikan sejumlah organ vertebrata yaitu :


A sirip anjing laut D tangan manusia
B sayap kelelawar E kaki depan kadal
C kaki depan kuda F sirip dada ikan

Dari organ-organ tersebut, pasangan organ yang homolog adalah


1. a-b
2. e-f
3. c-d
4. a-f

Jawab : E
0Pembahasan : Homologi yaitu organ-organ yang asalnya sama, tapi karena arah
evolusi mengakibatkan terjadinya perubahan adaptif sehingga fungsinya jadi berbeda.

28.Homologi sayap burung sama dengan


1. tangan manusia
2. kaki depan kuda
3. sirip depan duyung
4. sayap belalang

Jawab : A

29. Homologi organ merupakan bukti yang konvergen


SEBAB
Homologi ditunjukkan oleh adanya persamaan fungsi dari sayap burung dan sayap
kelelawar

Jawab : E
Pembahasan : Homologi organ adalah struktur asal usul organ sama tapi punya fungsi
yang bervariasi (bisa sama/beda), merupakan bukti yang divergen (menyebar).

30. Dari sejumlah organ binatang berikut ini :


(a) sayap kupu-kupu
(b) sayap burung
(c) sayap kelelawar
(d) sirip anjing laut
(e) sirip dada ikan

Terdapat pasangan-pasangan organ yang analog yaitu


1. a-b
2. d-e
3. a-c
4. b-c

Jawab : A
Pembahasan : Analog adalah struktur asal usul organ berbeda tapi punya kesamaan
pada fungsi dapat ditunjukkan oleh sayap kupu-kupu & sayap burung, sayap kupu-kupu & sayap
kelelawar, sirip anjing laut & sirip dada ikan, sedangkan sayap burung
& sayap kelelawar merupakan organ yang homolog.

31. Evolusi manusia dapat dibuktikan dengan adanya


1. homologi organ
2. pola, sebaran geografi
3. variasi individu di satu keturunan
4. fosil di berbagai lapisan bumi

Jawab : E
Pembahasan : Beberapa bukti evolusi diantaranya homologi organ, pola sebaran geografi, variasi
individu dalam satu keturunan, adanya fosil, adanya persamaan
dalam perkembangan embrio dan adanya organ vestigal.

32. Usaha untuk membantah teori generatio spontanea, ilmuwan berikut yang percobaannya berkaitan
erat dengan proses sterilisasi yaitu ....
(1) Alexander Oparin
(2) Harold Urey
(3) Lazzaro Spallanzani
(4) Francesco Redi

Jawab : C
Pembahasan : Ilmuwan yang membantah teori generatio spontanea (abiogenesis) adalah para ilmuwan
yang menyatakan / mendukung teori biogenesis yaitu : Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, Loius
Pasteur.
Alexander Oparin adalah ilmuwan yang mengemukakan teori evolusi kimia dan Harold Urey adalah
pendukung teori Oparin dan membuktikan teorinya dengan
merancang suatu alat percobaan seperti keadaan atmosfer bumi purba

34. Teori-teori tentang biogenesis didukung oleh


1. Francesco Redi
2. Robert Hooke
3. Lazzaro Spallanzani
4. Aristoteles

Jawab : B
Pembahasan : Robert Hooke : penemu sel. Aristoteles : salah satu pendukung
abiogenesis yang mengemukakan teori “Generatio Spontanea”

36. Terbentuknya spesies baru dapat disebabkan oleh adanya isolasi reproduksi.
SEBAB
Isolasi reproduksi dapat terjadi akibat pemisahan populasi secara ekologis.

Jawab : B
Pernyataan benar : Terbentuknya spesies baru dapat disebabkan karena adanya isolasi reproduksi,
yaitu isolasi yang disebabkan ketidakmampuan melakukan interhibridisasi. Macam-macam isolasi
reproduksi : isolasi ekologi, isolasi musim, isolasi tingkah laku, isolasi mekanik, isolasi mandul.

37. Struktur morfologi dari organ-organ berikut pada burung dapat digunakan sebagai dasar klasifikasi
:
1.paruh
2.sayap
3.kaki
4.kepala
Pembahasan :A

38. Charles Laveran melihat adanya benda aneh berbentuk cincin pada eritrosit penderita malaria
setelah ia melakukan eksperimen.
SEBAB
Untuk mengetahui adanya plasmodium di dalam eritrosit seorang ilmuwan harus melakukan penelitian
dengan mengadakan eksperimen.
Pembahasan :A

39. Stainly Miller berhasil membuktikan bahwa kalau ke dalam tabung dialirkan uap air, amoniak dan
metana diberi bunga api listrik bertegangan tinggi, maka akan terbentuk :
1.letupan yang kuat
2.asam amino
3.karbohidrat
4.substansi dasar kehidupan

Pembahasan :D

40. Spesies baru dapat timbul karena terjadinya :


1.isolasi reproduksi
2.domestikasi
3.isolasi geografi
4.Hibridisasi
Pembahasan :C

41. Seleksi alam adalah suatu mekanisme yang memungkinkan terjadinya evolusi.
SEBAB
Seleksi alam terjadi sejak adanya kehidupan di bumi.
Pembahasan :A

42.Persamaan antara percobaan Spallanzani dengan percobaan Louis Pasteur adalah bahwa kedua
percobaan itu :
1.bertujuan membuktikan ketidakbenaran teori abiogenesis
2.menggunakan bentuk tabung yang sama
3.menggunakan kaldu
4.mencapai hasil yang sama

Pembahasan :C

Latihan Soal: Evolusi


‫الر ِحيم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ‫ْــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫ِبس‬

Standar Kompetensi : 4. Memahami teori evolusi serta implikasinya pada


Salingtemas.
Kompetensi Dasar: 4.1 Menjelaskan teori, prinsip,dan mekanisme evolusi biologi.

I. Pilihan Ganda
1. Cabang ilmu biologi yang mempelajari perubahan makhluk hidup secara perlahan dalam
waktu yang panjang adalah ….
a. ekologi d. arkeologi
b. evolusi e. antropologi
c. palaentologi
2. Perhatikan pernyataan berikut!
1) Lingkungan berpengaruh pada terhadap proses evolusi organisme.
2) Makhluk hidup beradaptasi melalui organ tubuhnya.
3) Perubahan organ tubuh diwariskan kepada keturunannya.
4) Seleksi alam memacu kepunahan organisme.
Pernyataan yang berkaitan dengan teori Lamarck adalah ….
a. 1), 2), dan 3) d. 2) dan 4)
b. 1) dan 3) e. 4) saja
c. 2) saja
3. Teori evolusi Darwin yang berkaitan dengan teori Charles Lyell adalah ….
a. Umur dan keadaan fosil tidak selalu sama dengan umur batuan di tempat fosil ditemukan
b. Umur fosil sesuai dengan umur lapisan batuan tempat fosil ditemukan.
c. Proses evolusi tidak selalu ditentukan berdasarkan umur fosil.
d. Evolusi dapat ditentukan berdasarkan perubahan pada berbagai jenis batuan.
e. Fosil batuan bukan satu-satunya petunjuk adanya evolusi.
4. “Suatu struktur diperoleh, membesar, tereduksi, atau hilang melalui penggunaan dan
penghentian penggunaan. Perubahan tersebut diturunkan pada generasi berikutnya.”
Pendapat tersebut diungkapkan oleh ….
a. Darwin d. Wallace
b. Mendel e. Oparin
c. Lamarck
5. Perhatikan pernyataan berikut!
1) Spesies sekarang berasal dari spesies dahulu.
2) Lingkungan berpengaruh pada sifat-sifat yang diwariskan.
3) Terbentuknya spesies karena seleksi alam.
4) Sifat-sifat yang didapat akan diwariskan pada keturunannya.
Pernyataan di atas yang merupakan pokok pikiran teori Darwin tentang seleksi alam yaitu
….
a. 1), 2), dan 3) d. 2) dan 4)
b. 3) saja e. 1) dan 3)
c. 4) saja

II. Isian
6. Seluruh makhluk hidup yang ada di alam merupakan hasil keturunan dari moyang yang
sama dan mengalami modifikasi akibat seleksi alam adalah pendapat dari ........
7. Penjinakan hewan atau tumbuhan yang telah dilakukan manusia selama ribuan tahun
untuk menghasilkan makanan lebih banyak atau lebih baik disebut ….
8. Mekanisme evolusi terjadi karena adanya ….
9. Munculnya spesies baru seperti burung finch yang ada di Kepulauan Galapagos dapat
terjadi karena adanya ……
10. Jika dalam suatu individu di dalam kromosomnya mempunyai gen yang berubah dari
aslinya, maka perubahan gen semacam ini disebut …..

KUNCI JAWABAN
1. Jawab : b
Evolusi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari perubahan makhluk hidup secara
perlahan dalam waktu yang panjang.
Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang lingkungan
Palaentologi cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
Arkeologi cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
Antropologi cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
2. Jawab : a
Seleksi alam memacu kepunahan organism merupakan teori yang dikemukakan oleh Darwin
3. Jawab : d
Teori Charles Lyell menyatakan bahwa proses-proses geologis ternyata mengikuti pola yang
seragam, sehingga kecepatan dan pengaruh perubahan selalu seimbang dalam kurun
waktu. Perubahan geologis ini dapat digunakan untuk mengukur usia fosil. Sementara itu,
fosil dapat digunakan untuk membantu merekonstruksi kehidupan masa lalu.
4. Jawab : c
Pendapat di atas merupakan pendapat Lamarck yang tertuang dalam buku Philosophie
Zoologique, dan berisi tentang sifat-sifat yang didapat akan diwariskan kepada
keturunannya, organ yang digunakan akan berkembang sedang yang tidak digunakan akan
mengalami kemunduran.
5. Jawab : e
Lingkungan berpengaruh pada sifat-sifat yang diwariskan (2) dan sifat-sifat yang didapat
akan diwariskan pada keturunannya (4) merupakan teori evolusi Lamarck. Dengan demikian
yang merupakan teori evolusi Darwin adalah nomor (1) dan (3).
6. Darwin
7. Domestikasi
8. Variasi genetika dan seleksi alam
9. Isolasi geografi
10. Mutasi

Kompetensi Dasar: 4.2 Mengomunikasikan hasil studi evolusi biologi.


I. Pilihan Ganda
1. Hal-hal berikut merupakan petunjuk evolusi, kecuali ….
a. fosil pada berbagai lapisan batuan
b. anatomi perbandingan yang bersifat analog
c. anatomi perbandingan yang bersifat homolog
d. embriologi perbandingan
e. perkawinan silang
2. Yang dimaksud struktur analog adalah …..
a. Struktur yang memiliki karakter anatomi dasar yang sama, asal evolusi yang sama,
tetapi dapat digunakan untuk fungsi yang sama.
b. Struktur yang memiliki karakter anatomi dasar yang sama, asal evolusi yang berbeda,
tetapi dapat digunakan untuk fungsi yang sama.
c. Struktur yang memiliki karakter anatomi dasar yang sama, asal evolusi yang berbeda,
tetapi dapat digunakan untuk fungsi yang berbeda.
d. Struktur yang memiliki karakter anatomi dasar yang berbeda, asal evolusi yang berbeda,
tetapi dapat digunakan untuk fungsi yang sama.
e. Struktur yang memiliki karakter anatomi dasar yang sama, asal evolusi yang sama,
tetapi dapat digunakan untuk fungsi yang berbeda.

3. Beberapa contoh tentang analogi dan homologi sebagai berikut.


i. Sayap kupu-kupu dan sayap burung.
ii. Sayap kupu-kupu dan tangan manusia.
iii. Sayap burung dan tangan manusia.
iv. Sayap kelelawar dan sayap burung.
v. Kaki manusia dan kaki belakang kuda.
Pasangan organ tubuh yang termasuk organ homolog adalah …..
a. 1), dan 2)
b. 1) dan 5)
c. 2) dan 3)
d. 2) dan 4)
e. 4) dan 5)
4. Organ – organ tubuh manusia yang digunakan sebagai bukti adanya evolusi adalah ….
a. Tulang ekor dan umbai cacing
b. Tulang ekor dan jakun
c. Umbai cacing dan tulang rusuk
d. Rambut dada pada laki-laki dan tulang rusuk
e. Tulang ekor dan rambut pada daun telinga
5. Filogeni menjelaskan perkembangan makhluk hidup dalam evolusi, sedangkan ontogeni
mempersoalkan perkembangan zigot sampai dewasa, pernyataan berikut yang benar …
a. filogeni sangat bertentangan dengan ontogeny
b. filogeni sangat erat hubungannya dengan evolusi
c. filogeni merupakan rekapitulasi dari ontogeny
d. ontogeni sangat erat hubungannya dengan evolusi
e. ontogeni merupakan rekapitulasi dari filogeni

II. Isian
6. Bila ditinjau dari struktur dan fungsinya, maka sayap burung dan sirip paus merupakan
contoh organ yang menunjukkan sifat …..
7. Urutan tahap perkembangan embrio hewan Vertebrata adalah ….
8. Fosil kuda yang paling tua yang ditemukan adalah ….
9. Organ yang ukuran dan kemunculannya tereduksi sehingga tidak berfungsi lagi disebut...
10. Bagian alat tubuh burung dan kelelawar yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya
evolusi adalah …..

KUNCI JAWABAN
1. Jawaban : e
Perkawinan silang bukan merupakan petunjuk evolusi, tetapi salah satu cara
pengembangan tanaman untuk meningkatkan kualitas tanaman sehingga akan diperoleh
varietas yang unggul.
2. Jawaban : d
Analog merupakan organ yang struktur dasarnya berlainan, tetapi mempunyai fungsi yang
sama. Jika struktur dasarnya berlainan, asal evolusinya berbeda. Akan tetapi, jika struktur
dasarnya sama menunjukkan asal evolusinya juga sama. Organ yang memiliki struktur
seperti ini disebut homolog.
3. Jawaban : c
Homolog merupakan organ-organ yang memiliki kesamaan struktur tetapi mempunyai
fungsi yang berbeda. Contoh: sayap kupu-kupu dan tangan manusia serta sayap burung
dan tangan manusia. Sementara itu, sayap kupu-kupu dan sayap burung, sayap kelelawar
dan sayap burung, dan kaki manusia dan kaki belakang kuda merupakan contoh analog.
4. Jawaban : a
Organ – organ tubuh manusia yang digunakan sebagai bukti adanya evolusi diantaranya
sebagai berikut.
a. Umbai cacing (appendix)
b. Selaput mata pada sudut mata sebelah dalam
c. Otot – otot pada sudut mata sebelah dalam
d. Otot – otot (penggerak) telinga
e. Tulang ekor
f. Gigi taring yang runcing
g. Rambut pada dada
h. Buah dada pada laki-laki
5. Jawab : e
Ontogeni adalah perkembangan individu mulai dari sel telur yang dibuahi hingga individu
tersebut mati. Filogeni adalah proses perkembangan organisme dari filum yang paling
sederhana hingga yang paling kompleks/ sempurna. Ontogeni merupakan filogeni yang
dipersingkat, ontogeni merupakan ulangan (rekapitulasi) dari filogeni.
6. homolog
7. zigot – morula – blastula – gastrula
8. equus
9. struktur vestigial
10. struktur anatomi sayapnya

Kompetensi Dasar: 4.3 Mendeskripsikan kecenderungan baru tentang teori evolusi.

I. Pilihan Ganda
1. Teori generatio spontanea merupakan teori klasik yang menjelaskan bahwa ….
a. makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
b. makhluk hidup berasal dari makhluk tak hidup
c. omne vivum ex ovo
d. omne ovum ex vivo
e. omne vivum ex vivo
2. Perhatikan beberapa tujuan tujuan berikut!
1) Mencegah air kaldu berhubungan dengan lingkungan.
2) Mencegah masuknya udara luar ke dalam labu.
3) Mencegah pertumbuhan bakteri di dalam labu.
4) Menghalangi mikroorganisme masuk ke dalam air kaldu.
Pada percobaannya, Pasteur menggunakan labu yang berbentuk leher angsa. Labu ini
dibuat demikian bertujuan untuk ….
a. 1), 2), dan 3)
b. 1) dan 3)
c. 2) dan 4)
d. 4) saja
e. Semua benar
3. Salah satu teori asal usul kehidupan adalah yaitu teori evolusi kimia.
Dasar yang digunakan untuk menyusun teori tersebut adalah ….
a. Keadaan atmosfer bumi kaya akan gas – gas H2, CH3, NH3, dan H2O yang kemudian
saling bereaksi membentuk asam amino.
b. Hasil pengamatan dan perhitungan yang dapat digunakan untuk menjelaskan suatu
gejala kehidupan muncul.
c. Aktivitas hidup pada hakikatnya merupakan gejala perubahan kimia yang terjadi di dalam
tubuh makhluk.
d. Asam amino merupakan bahan dasar protein dan protein merupakan bahan pokok
penyusun substansi kehidupan.
e. Makhluk berevolusi dari bentuk sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.
4. Perhatikan tokoh-tokoh berikut!
1) A. Oparin 3) Haroid Uray
2) L. Spallanzani 4) L. Pasteur
Dalam usaha untuk membantah teori generatio spontanea, ada beberapa ilmuwan yang
melakukan percobaan melalui proses sterilisasi. Ilmuwan tersebut yaitu …
a. 1), 2), dan 3)
b. 1) dan 3)
c. 2) dan 4)
d. 4) saja
e. Semua benar
5. Stanley Miller melakukan percobaan berdasarkan hipotesis dari Oparin. Percobaan
tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa ….
a. Reaksi zat-zat anorganik purba dapat menghasilkan sel prokariotik sederhana.
b. Zat organic jika direaksikan dalam kondisi purba dapat menghasilkan sel prokariotik
sederhana.
c. Mekanisme perubahan zat anorganik menjadi zat organic sebagai bahan dasar makhluk
hidup.
d. Reaksi zat organic purba dapat menghasilkan beberapa zat.
e. Reaksi zat anorganik purba dapat menghasilkan beberapa protein sederhana.

II. Isian
6. Kesimpulan dari Uji coba yang dilakukan oleh Francesco Redi yaitu ….
7. Stanlley Miller menggunakan campuran gas NH3, CH4, H2 dan H2O dalam percobaannya.
Dari hasil percobannya tersebut Stanlley Miller dapat membuktikan bahwa...
8. Menurut Harold Urey, zat organik terbentuk dari zat-zat anorganik. Zat organik yang
terbentuk adalah ….
9. Kesimpulan dari sebuah percobaan :” Larva bukan berasal dari daging yang membusuk
melainkan dari lalat yang hinggap di daging “. Ini merupakan kesimpulan dari percobaan
yang dilakukan oleh . . .
10. Sel yang pertama kali terbentuk adalah …..

KUNCI JAWABAN
1. Jawaban : b
Teori generatio spontanea atau teori abiogenesis klasik menjelaskan bahwa asal mula
makhluk hidup berasal dari benda mati. Sementara itu, makhluk hidup berasal dari makhluk
hidup merupakan teori biogenesis. Teori ini memiliki tiga semboyan yaitu omne vivum ex
ovo, omne ovum ex vivo, omne vivum ex vivo.
2. Jawaban : d
Penggunaan labu berbentuk leher angsa bertujuan untuk mencegah mikroorganisme yang
ada di udara masuk ke dalam air kaldu. Uap air hasil pemanasan air kaldu akan berada di
leher labu. Uap air ini menjadi penghalang mikroorganisme di udara masuk ke air kaldu.
3. Menurut Oparin dan Haldane, atmosfer bumi pada zaman purba memiliki kecenderungan
mensintesis senyawa organic dari molekul anorganik purba, yaitu metana (CH4), hydrogen
(H2), ammonia (NH3), dan air (H2O).
4. Jawaban : c
Proses sterilisasi atau pemanasan di atas api, bertujuan untuk mematikan mikroorganisme
dalam sediaan percobaan. Percobaan ini dilakukan oleh Lazzaro Spallanzani dan Louis
Pasteur untuk membantah teori generatio spontanea (makhluk hidup muncul secara tiba-
tiba dari benda mati). Sementara itu, Oparin dan Harold Urey merupakan tokoh abiogenesis
modern.
5. Jawaban : e
Percobaan Miller pada dasarnya menggunakan syarat-syarat kondisi atmosfer purba untuk
membentuk senyawa arganik sederhana dari zat – zat anorganik (molekul air, metana,
amoniak, hydrogen, serta sianida). Jadi, zat-zat yang digunakan bukan zat-zat organic. Zat-
zat organic sederhana yang terbentuk berupa asam amino yang merupakan precursor
protein.
6. Makhluk hidup bukan berasal dari benda mati, tetapi berasal dari makhluk hidup juga
7. Asam amino merupakan substansi dasar semua kehidupan
8. adenin , sitosin, guanin, dan timin
9. Francesco Redi
10. Sel prokariotik

Anda mungkin juga menyukai