Kultur jaringan merupakan pengembangan dari teori sel, yaitu dengan menumbuhkan sel atau
sekumpulan sel (jaringan) pada medium yang mengandung zat hara yang sesuai dengan
kebutuhan sel atau jaringan tanaman. Jaringan yang ditumbuhkan pada medium padat akan
membentuk kalus, yaitu massa atau kumpulan sel yang tidak beraturan. Kalus yang terbentuk
dicacah menjadi bagian kecil-kecil kemudian dipindahkan ke medium baru, dengan susunan
hara yang tepat supaya kalus dapat tumbuh menjadi tunas dan tanaman baru yang sempurna.
Beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dan dipenuhi dalam rangka mendapatkan
kultur jaringan/sel tanaman yang bersih dan tumbuh dengan baik antara lain:
1. Prinsip sterilitas yang meliputi peralatan dan medium harus aseptik dan steril,
2. Prinsip ketersediaan nutrisi; medium harus menyediakan semua nutrien yang diperlukan
oleh sel tanaman dalam jumlah yang cukup dan seimbang.
3. Preservasi sel.
Oleh karena itu, penguasaan pengetahuan dasar merupakan syarat pokok dan keterampilan
seseorang sangat menunjang kesuksesan di dalam melakukan kultur sel tanaman. Penanganan
kultur sel tanaman hendaknya dijalankan dalam kondisi benarbenar aseptik, karena
sel/jaringan hewan tumbuh dan berkembang lebih lambat dari kontaminan umum seperti
bakteri, yeast (jamur), dan mycoplasma.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Kultur jaringan
(tissue culture) adalah suatu teknik mengisolasi bagian-bagian tanaman (sel, sekelompok sel,
jaringan, organ, protoplasma, tepung sari, ovari dan sebagainya), dan ditumbuhkan secara
tersendiri, dipacu untuk memperbanyak diri, akhirnya diregenerasikan kembali menjadi
tanaman lengkap yang mempunyai sifat sama seperti induknya dalam suatu lingkungan yang
aseptik (bebas hama dan penyakit). Teknik kultur jaringan juga disebut kultur in vitro (in
vitro culture) yang artinya kultur di dalam wadah gelas (Wattimena, 1992).
Perkembangan teknik jaringan telah menghasilkan teknik kutur jaringan baru dengan
tujuan yang berbeda-beda. Selain itu, jenis eksplan (sel atau jaringan asal) yang digunakan
juga berbeda. Berbagai teknik kultur jaringan tersebut di antaranya sebagai berikut
(Hendaryono dan Wijayani, 1994) :
a) Meristem culture, yaitu teknik kultur jaringan dengan menggunakan eksplan (bagian
tanaman) dari jaringan muda atau meristem.
b) Pollen atau anther culture, yaitu teknik kultur jaringan dengan menggunakan eksplan
dari serbuk sari atau benang sari.
c) Protoplast culture, yaitu teknik kultur jaringan dengan menggunakan eksplan dari
protoplasma (sel hidup yang telah dihilangkan dinding selnya).
e) Somatic cross atau silangan protoplasma, yaitu penyilangan dua macam protoplasma
menjadi satu, kemudian dibudidayakan hingga menjadi tanaman yang mempunyai
sifat baru.
Pemilihan eksplan
Semua tahapan yang dilakukan dalam kultur jaringan harus dilakukan secara
aseptik. Hal ini untuk menghindari kontaminasi oleh jamur maupun bakteri. Oleh
karena itu, sterilisasi eksplan ke dalam medium dilakukan di dalam laminar air flow
untuk mencegah kontaminasi. Penyimpanan kultur juga harus di dalam ruangan
dengan suhu, pencahayaan, dan pengaturan udara yang baik.
a) Pembuatan media
b) Inisiasi
c) Sterilisasi
d) Multiplikasi
f) Aklimatisasi.
Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Media
yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Media yang sudah
jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol kaca. Media yang digunakan harus disterilkan
dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan.
Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas
Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di
tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat yang juga steril. Sterilisasi
juga dilakukan terhadap peralatan dan teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus
steril.
Multiplikasi
Pengakaran
Aklimatisasi
Seragam atau sama dengan induknya, tetapi dapat juga menimbulkan keberagaman.
Produksi bahan-bahan sekunder dapat melalui kultur sel, jaringan, dan organ,
misalnya produksi papain dari pepaya.
Plasma nutfah bisa disimpan dalam bentuk sel-sel yang kompeten dalam regenerasi
Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara
Hendaryono, D.P.S. dan A. Wijayani. 1994. Kultur Jaringan (Pengenalan dan Petunjuk
Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Media).Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Kumar, K.G., dkk. 2011. High Frequency Regeneration of Plantlets from Immature Male
Floral Explants of Musa paradisiaca Cv. Puttabale-AB Genome. Plant Tissue Cult. &
Biotech, 21(2):199-205