Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH KADAR GARAM DALAM PEMBUATAN TERASI IKAN TERI

(Stolephorus sp) TERHADAP KUALITAS UJI ORGANOLEPTIK TERASI MELALUI


PROSES FERMENTASI

Winda May Purwanti, Mu’arikha, Eka Widiastutik

Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Biologi


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya
Email : windapurwanti16030204003@mhs.unesa.co.id

ABSTRAK
Terasi merupakan produk fermentasi yang hanya mengalami perlakuan penggaraman
dan dibiarkan beberapa waktu hingga proses fermentasi dapat terjadi. Proses fermentasi dapat
berlangsung karena adanya enzim yang berasal dari bahan baku yakni ikan. Peran garam
dalam pembuatan terasi ikan teri ialah sebagai bahan pengawet. Perbedaan perlakuan
pemberian kadar garam akan memberi hasil yang berbeda pula pada produksi terasi ikan teri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian berbagai kadar garam
pada pembuatan terasi ikan teri terhadap kualitas organoleptik yang dihasilkan melalui proses
fermentasi. Bahan dasar yang digunakan ialah ikan teri (Stolephorus sp) sebanyak 1500 g
yang dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing sebanyak 500 g dengan kadar garam
masing-masing yakni 250 g, 500 g, dan 750 g. Metode pengambilan data yang digunakan
ialah dengan melakukan uji organoleptik pada lima orang subjek uji coba dengan parameter
warna, aroma, rasa, dan tekstur. Rata-rata hasil uji organoleptik terkait warna menunjukkan
warna abu-abu, dan rata-rata hasil uji organoleptik terkait tekstur, aroma, serta rasa yang
paling menonjol ialah pada terasi dengan kadar garam 250 g. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa kualitas terbaik dari ketiga jenis terasi tersebut ialah pada terasi dengan kadar garam
250 g.

Kata kunci: kualitas terasi, fermentasi, garam, ikan teri

ABSTRACT
Terasi is a fermented product that only undergoes salting treatment and is left for
some time until the fermentation process can occur. The fermentation process can take place
because of the presence of enzymes derived from raw materials, namely fish. The role of salt
in the production of teri terasi is as a preservative. The difference in the treatment of giving
salt levels will give different results in anchovy shrimp paste production. This study aims to
determine the effect of various levels of salt in making anchovy paste on the quality of
organoleptic produced through the fermentation process. The base material used is 1500 g of
Stolephorus sp, divided into 3 groups of 500 g each with salt content of 250 g, 500 g, and 750
g respectively. The data retrieval method used was organoleptic testing on five test subjects
with color, aroma, taste and texture parameters. The average result of organoleptic test
related to color shows gray color, and the average result of organoleptic test related to
texture, aroma, and the most prominent taste is in shrimp paste with 250 g salt content. These
results indicate that the best quality of the three types of shrimp paste is in shrimp paste with
a salt content of 250 g.

Keywords: shrimp paste quality, fermentation, salt, anchovy


PENDAHULUAN pertumbuhan mikroorganisme yang
Terasi merupakan salah satu diinginkan dan menghambat pertumbuhan
produk hasil fermentasi ikan yang hanya mikroorganisme pembusuk dan patogen.
mengalami perlakuan penggaraman (tanpa Indonesia merupakan negara
diikuti dengan penambahan asam), kelautan dengan kekayaan hasil laut yang
kemudian dibiarkan beberapa waktu agar sangat melimpah. Teri mempunyai arti
terjadi proses fermentasi. Proses penting sebagai bahan makanan yang
fermentasi dapat berlangsung karena dapat dimanfaatkan baik sebagai ikan
adanya aktivitas enzim yang berasal dari segar, ikan kering, ataupun produk olahan
tubuh ikan itu sendiri (Martasuganda et.al. lain. Sumberdaya ikan teri yang melimpah
2004). Terasi sangat disukai masyarakat di Indonesia merupakan suatu peluang
Asia Tenggara termasuk Indonesia karena untuk mengembangkan usaha terasi ikan
harganya terjangkau, mudah didapat dan teri.
memiliki cita rasa dan aroma yang khas.
Terasi mempunyai kandungan gizi TUJUAN
yang cukup lengkap. Di dalam terasi Tujuan dari penelitian ini adalah
terkandung protein, lemak, karbohidrat, untuk mengetahui pengaruh dari
mineral, kalsium, fosfor, besi dan air. Di pemberian berbagai kadar garam pada
samping itu, terasi mengandung vitamin pembuatan terasi ikan teri terhadap
B12 dan asam amino. Kualitas terasi kualitas organoleptik yang dihasilkan
berupa aroma dan cita rasa dapat melalui proses fermentasi.
dipengaruhi oleh lamanya waktu
fermentasi. Semakin lama waktu METODE PENELITIAN
fermentasi maka semakin tinggi kualitas Proses pembuatan terasi ikan teri
terasi tersebut. Selain itu cita rasa terasi dilakukan di daerah Benowo Kota
dipengaruhi juga oleh bahan baku yang Surabaya pada tanggal 2-11 September
dipergunakan. Cita rasa terasi dari bahan 2018. Sedangkan, uji organoleptik
baku rebon/udang akan berbeda dengan dilakukan Jurusan Biologi Universitas
terasi dari bahan baku ikan (Suprapti, Negeri Surabaya pada tanggal 16-17
2002). Garam dapat digunakan sebagai September 2018.
pengontrol proses fermentasi. Bahan yang digunakan untuk
Garam berfungsi juga sebagai membuat terasi antara lain ikan teri
bahan pengawet pada ikan karena sebanyak 1500 g, garam sebanyak 1500 g,
mempunyai tekanan osmotik yang tinggi, dan air bersih secukupnya. Sedangkan, alat
sehingga dapat menyebabkan terjadinya yang digunakan dalam pembuatan terasi
proses penyerapan air bebas dalam daging meliputi 3 buah timba, 1 buah timbangan,
ikan dan pada sel-sel mikroorganisme dan 3 buah sendok/pengaduk.
yang menyebabkan plasmolisis sehingga Adapun tahapan dalam pembuatan
air sel mikroorganisme tertarik keluar dan terasi ikan teri yang pertama ialah
mikroorganisme kemudian mati membersihkan ikan teri dengan air bersih.
(Adawyah, 2008). Garam dalam proses Kedua, menimbang ikan teri masing-
fermentasi disamping berfungsi untuk masing dengan berat 500 gr dan
meningkatkan cita rasa, juga berperan memasukkannya ke dalam timba. Ketiga,
sebagai pembentuk tekstur dan mengontrol memberi label A, B, dan C pada timba.
Keempat, menambahkan garam pada uji organoleptik terhadap lima orang
timba A sebanyak 250 gr, pada timba B subjek ujicoba. Pengolahan data dijadikan
sebanyak 500 gr dan pada timba C 750 gr. dalam bentuk tabel dan analisis data dapat
Kelima, merendam ikan selama ± 7 hari. dilakukan dengan membaca tabel.
Keenam, menjemur ikan teri sampai
setengah kering ± 2 hari. Ketujuh, HASIL DAN PEMBAHASAN
menghaluskan ikan teri dan menguleninya Berdasarkan uji organoleptik
hingga menjadi adonan terasi. Terakhir, terhadap lima orang subjek uji coba terkait
menetak adonan terasi sesuai dengan warna, aroma, rasa, dan tekstur terasi ikan
keinginan. teri dengan kadar garam yang berbeda
Metode yang digunakan untuk menunjukkan hasil sebagai berikut :
memperoleh data ialah dengan melakukan

Tabel.1 Hasil Uji Organoleptik Terasi Ikan Teri Terkait Warna

No. Subjek Uji Coba Hasil

250 g 500 g 750 g

1. Sintha Abu-abu Abu-abu Abu-abu

2. Majidah Abu-abu Abu-abu Abu-abu

3. Regi Abu-abu Abu-abu Abu-abu

4. Erlisa Abu-abu Abu-abu Abu-abu

5. Dina Abu-abu Abu-abu Abu-abu

Rata-rata Abu-abu

Tabel 2. Hasil Uji Organoleptik Terasi Ikan Teri Terkait Tekstur


No. Subjek Uji Coba Hasil

250 g 500 g 750 g

1. Sintha Kasar (+++) Kasar (++) Kasar (+)

2. Majidah Kasar (+++) Kasar (++) Kasar (+)

3. Regi Kasar (+++) Kasar (++) Kasar (+)

4. Erlisa Kasar (+) Kasar (++) Kasar (+++)

5. Dina Kasar (+) Kasar (++) Kasar (+++)

Rata-rata Kasar (+++) Kasar (++) Kasar (+)


Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik Terasi Ikan Teri Terkait Aroma
No. Subjek Uji Coba Hasil

250 g 500 g 750 g

1. Sintha Aroma ikan Aroma ikan Aroma ikan (+)


(++) (+++)

2. Majidah Aroma ikan Aroma ikan Aroma ikan (+)


(+++) (++)

3. Regi Aroma ikan Aroma ikan Aroma ikan (+)


(+++) (++)

4. Erlisa Aroma ikan Aroma ikan Aroma ikan (+)


(+++) (++)

5. Dina Aroma ikan Aroma ikan Aroma ikan (+)


(+++) (++)

Rata-rata Aroma ikan Aroma ikan Aroma ikan (+)


(+++) (++)

Tabel 4. Hasil Uji Organoleptik Terasi Ikan Teri Terkait Rasa


No. Subjek Uji Coba Hasil

250 g 500 g 750 g

1. Sintha Terasa ikan Terasa ikan Terasa ikan (+)


(+++) (++)

2. Majidah Terasa ikan Terasa ikan Terasa ikan (+)


(+++) (++)

3. Regi Terasa ikan Terasa ikan (+) Terasa ikan


(+++) (++)

4. Erlisa Terasa ikan Terasa ikan Terasa ikan (+)


(+++) (++)

5. Dina Terasa ikan Terasa ikan Terasa ikan (+)


(+++) (++)

Rata-rata Terasa ikan Terasa ikan Terasa ikan (+)


(+++) (++)
kadar garam tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap warna terasi.
Warna abu-abu pada terasi dihasilkan oleh
warna pigmen ikan tersebut. hal tersebut
sesuai dengan pendapat Sally dalam
Wallin, (2002) bahwa warna pada ikan
terjadi karena jumlah dan letak sel pigmen
(kromatofor) pada lapisan epidermis ikan.
Gambar 1. Terasi ikan teri dengan
Kromatofor dapat diklasifikasikan menjadi
kadar garam 750 gram.
5 kategori warna dasar, yaitu hitam
(melanofor), kuning (xanthofor), merah
atau oranye (erythrofor), sel refleksi
kemilau (iridofor), dan putih (leukofor)
(Anderson, 2000). Banyaknya warna yang
beragam pada ikan merupakan gabungan
dari warna-warna tersebut yang dikontrol
oleh sistem saraf dan hormonal (Satyani,
2005). Berdasarkan pernyataan tersebut,
Gambar 2. Terasi ikan teri dengan kadar dapat disimpulkan bahwa ikan teri
garam 500 gram. memiliki jumlah pigmen hitam
(melanofor) dan putih (leukofor) lebih
dominan dibandingkan pigmen yang lain
sehingga terasi terlihat berwarna abu-abu.
Organoleptik Tekstur
Perbedaan kadar garam
memberikan pengaruh terhadap tekstur
terasi. Berdasarkan Tabel 2., rata-rata
tekstur terasi dengan kadar garam 250
gram adalah kasar (+++), kadar garam 500
Gambar 3. Terasi ikan teri dengan kadar
gram kasar (++), dan kadar garam 750
garam 250 gram.
gram kasar (+). Hal tersebut menunjukkan
Berdasarkan hasil penelitian,
bahwa semakin rendah kadar garam maka
menunjukkan bahwa terasi dengan kadar
tekstur terasi akan semakin kasar. Hal
garam yang berbeda dapat mempengaruhi
tersebut terjadi karena duri ikan yang
sifat fisiknya. Berdasarkan hasil uji
terkandung dalam terasi tersebut. sehingga
organoleptik yang meliputi rasa, aroma,
semakin tingi kadar ikan teri dibandingkan
warna, dan tekstur masing-masing terasi
kadar garam maka duri ikan yang
memiliki nilai. Hal ini membuktikan
terkandung dalam tersi tersebut lebih
bahwa terasi tersebut layak untuk
banyak sehingga tekstur terasi semakin
dikonsumsi.
kasar. Hal ini sesuai dengan (Suwandi,
Organoleptik Warna
2017) dalam pengolahan terasi ikan sisik
Berdasarkan Tabel 1. Rata-rata
dan duri ikan tidak hancur dengan
warna terasi pada setiap perlakuan adalah
sempurna ketika digiling sehingga tekstur
abu-abu. Hal tersebut membuktikan bahwa
terasi ikan lebih kasar. Hal ini
menyebabkan terasi dengan kadar garam SIMPULAN
rendah kurang disukai oleh panelis. Berdasarkan penelitian yang telah
Organoleptik Aroma dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Perbedaan kadar garam perbedaan pemberian kadar garam pada
memberikan pengaruh terhadap aroma proses fermentasi ikan teri berpengaruh
terasi. Berdasarkan Tabel 3. rata-rata terhadap kualitas uji organoleptik produk
aroma terasi dengan kadar garam 250 gram terasi ikan teri antara lain pada uji
adalah aroma ikan (+++), kadar garam 500 organoleptik tekstur, organoleptik aroma
gram aroma ikan (++), dan kadar garam dan organoleptik rasa, tetapi tidak
750 gram aroma ikan (+). Hal tersebut memiliki pengaruh signifikan pada uji
menunjukkan bahwa semakin rendah kadar organoleptik warna. Pada uji organoleptik
garam maka akan semakin tinggi aroma tekstur didapatkan bahwa semakin rendah
ikan pada terasi tersebut. Hal tersebut kadar garam maka tekstur terasi akan
terjadi karena aroma khas yang dihasilkan semakin kasar yang disebabkan karena
oleh terasi berasal dari senyawa volatil duri ikan yang terkandung dalam terasi
hasil penguraian protein. Menurut tersebut, sehingga semakin tingi kadar
Winarno (2004) dalam Sari, et al. (2009), ikan teri dibandingkan kadar garam maka
timbulnya aroma yang khas disebabkan duri ikan yang terkandung dalam terasi
oleh pemecahan asam-asam amino dan tersebut lebih banyak sehingga tekstur
lemak dari terasi ikan.Semakin tinggi terasi semakin kasar. Pada uji
kadar garam dibandingkan kadar ikan teri organoleptik aroma menunjukkan bahwa
maka akan semakin rendah aroma khas semakin rendah kadar garam maka akan
yang tercium. semakin tinggi aroma ikan pada terasi
Organoleptik Rasa tersebut, hal tersebut terjadi karena aroma
Perbedaan kadar garam khas yang dihasilkan oleh terasi berasal
memberikan pengaruh terhadap rasa terasi. dari senyawa volatil hasil penguraian
Berdasarkan Tabel 4. Rata-rata rasa terasi protein. Pada uji organoleptik rasa
yang dihasilkan dengan kadar garam 250 menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar
gram adalah terasa ikan (+++), kadar garam dibandingkan kadar ikan teri maka
garam 500 gram terasa ikan (++), dan akan semakin rendah rasa ikan (gurih)
kadar garam 750 gram terasa ikan (+). yang terasa pada terasi disebabkan oleh
Rasa gurih pada ikan disebabkan oleh asam amino yang dihasilkan dari proses
asam amino yang dihasilkan dari proses penguraian protein yang terjadi pada ikan
penguraian protein yang terjadi pada ikan tersebut.
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Hadiwiyoto (1993) dalam Sari, UCAPAN TERIMAKASIH
et al. (2009), menyatakan rasa enak Ucapan terima kasih kami berikan
disebabkan adanya asam-asam amino pada kepada Ibu Dra. Isnawati M.Si selaku
protein serta lemak yang terkandung dalam dosen pembimbing pada penelitian
makanan. Hal tersebut menunjukkan pembuatan produk bioteknologi
bahwa semakin tinggi kadar garam konvensional terutama pembuatan terasi
dibandingkan kadar ikan teri maka akan dari bahan ikan teri ini dan kepada
semakin rendah rasa ikan (gurih) yang nelayan ikan teri Dusun Watu Gajah yang
terasa pada terasi tersebut.
telah bersedia menjadi pemasok bahan Konsumen terhadap Produk
baku ikan teri. Terasi Ikan dengan Penambahan
Ekstrak Rosela. Berkala Perikanan
DAFTAR PUSTAKA Terubuk. 37 (2) : 91-103. ISSN
Adawyah, R. 2008. Pengolahan dan 0126-6265
Pengawetan Ikan. PT Bumi Satyani, D. dan Sugito, S. 1997.
Aksara. Jakarta. Astaxanthin Sebagai Sumber Pakan
Anderson, S. 2000. Salmon Colour and Untuk Peningkatan Warna Ikan
Consumer. Hoffman-La Roche Hias. Warta Penelitian Perikanan
Limited. Ontario. Canada. Indonesia 3(1): 6 – 8.
Martasuganda, Agus O., dan Sudirman S. Suprapti, M. L. 2002. Membuat Terasi.
2004. Teknologi untuk Kanisius, Yogyakarta.
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Suwandi, E.A. 2017. Uji Komposisi Bahan
Departemen Kelautan dan Baku Terasi dengan Menggunakan
Perikanan. Jakarta. Alat Pencetak Terasi. Keteknikan
Sally, E. 1997. Pigment Granula Pertanian.
Transport in Cromatophores. Wallin, M. 2002. Nature’s Palette How
Department of Biology Buckell Animals, Including Humans,
University. Lewisbrug. Produce Colours. Departement of
Sari, N. I., Edison dan Mus, S. 2009. Zoology Goteborg University.
Kajian Tingkat Penerimaan Sweden.

Anda mungkin juga menyukai