Anda di halaman 1dari 14

BAB III

PROSES KERJA

3.1 PROSES KERJA PRAKTIKUM

3.1.1 Proses Pemotongan Benda

Proses pemotongan benda kerja merupakan suatu proses yang digunakan


untuk mengubah bentuk benda kerja dengan cara memotong. Saat melakukan
proses pemotongan. Sebelum melakukan pemotongan benda kerja, diharapkan
memahami perintah yang akan dilakukan. Potong besi pelat dengan panjang 70
cm x 40 cm dengan ketebalan pelat 4 mm, potong pelat besi sebanyak 3 bagian.
Memotong benda kerja dengan menggunakan alat gergaji sebagai alat pemotong,
penggaris untuk mengukur panjang benda kerja, dan ragum sebagai penjepit atau
penahan benda kerja.

Benda kerja diletakan pada rahang ragum, kemudian kencangkan dengan


menggunakan tangkai pemutar dan batang berulir akan bergerak dan benda kerja
akan terjepit oleh rahang penjepit. Ukur benda kerja sebelum proses pemotongan
benda kerja agar panjang benda kerja sesuai dengan perintah yang diberikan.

Gambar 1.66 Ragum

Proses pemotongan benda kerja menggunakan gergaji adalah proses


pemotongan benda kerja yang sederhana. Pada proses pemotongan posisi tangan
kiri memegang ujung sengkang dan sedikit memberi tekanan serta mengarahkan

94
95

daun gergaji pada ukuran yang ditentukan, sedangkan tangan kanan membantu
mendorong ke depan. Pada gerakan mundur tidak ada tekanan karena bila ada
tekanan gigi gergaji akan mudah tumpul.

Gambar 1.67 Gergaji

3.1.2 Proses Gerinda


Mesin gerinda merupakan salah satu jenis mesin perkakas dengan mata
potong jamak, dimana mata potongnya berjumlah sangat banyak yang mana
digunakan untuk kemapuan dalam penggunaan untuk mengasah maupun sebagai
alat potong benda kerja. Prinsip kerja mesin gerinda adalah batu gerinda berputar
bersentuhan dengan benda kerja sehingga terjadi pengikisan, penajaman,
pengasahan, pemolesan, maupun pemotongan. Dalam praktikum benda kerja yang
sudah dipotong maka melakukan proses penggerindaan untuk mengilangkan
permukaan yang tajam dan membuat sudut pada benda kerja hingga membentuk
45 derajat untuk dua benda kerja yang akan diteruskan pada proses pengelasan las
alur. Dan benda kerja yang satunya membentuk V yang akan diteruskan pada
proses las jalur.

Gambar 1.68 Mesin gerinda batu


96

3.1.3 Proses Pengelasan


pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat
panas tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga difinisikan sebagai ikatan metalurgi
yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom.

Jenis- jenis pengelasan:

a. Las jalur(fillet weld) digunakan untuk mengisi tepi pelat pada sambugan
sudut, sambungan tumpang, dan sambungan T
b. Las alur (groove welds) digunakan untuk penyambungan alur dalam
bentuk persegi, serong(behel), V, U dan J
c. Las sumbu dan las slot(plug and slot welds) digunakan untuk
menyambungkan pelat datar
d. Las titik dan las kampuh(spot and seam welds)digunakan untuk
sambungan tumpang
e. Las lekuk digunakan untuk sambungan las-an lekuk

Proses awal pengelasan adalah menyiapkan peralatan dan bahan. Mula-


mula dua benda kerja dijepitkan ditang penjepit. Posisikan benda kerja sejajar
vertikal dan rapat, pastikan benda kerja terjepit dengan kencang.karena jika benda
kerja terjepit dengan longgar maka benda kerja akan bergeser dan yang akan
terjadi pada benda kerja tidak akan menyambung satu sama lain.

Gambar 1.69 Mesin las


97

Pemasangan alat las dengan cara pasang clam massa pada terminal
negatif(-) dan tang pemegang elektrodanya pada terminal (+). Tentukan ampere
sesuai benda kerja yag akan dilas, semakin besar ampere maka semakin besar juga
panas yang dihasilkan. Jepit elektroda pada penjepit (+) dan colokan stop kontak
dari mesin las listrik ke arus listrik. Nyalakan las listrik dan jepitkan massa pada
meja las. Saat meletakan penjepit elektroda posisikan eletroda tidak menempel
dengan meja atau massa, karena jika meletakannnya sembarang dan terhubung
dengan arus negatif maka akan menimbulkan percikan bunga api pada elektroda.
Jenis-jenis pengelasan dalam praktikum teknik mesin dasar yang telah
diajarkan yaitu:

a. Las alur
Pengelasan las alur pada praktikum dilakukan dengan cara benda kerja
dijepit dengan vertiker, dalam pengelasannya harus mempunyai alur yang
terhubung atau tidak putus. Untuk menghasilkan pengelasan alur adalah
memercikan elektrodanya terlebih dahulu agar menghasilkan element
panas pada ujung elektroda. Selanjutnya mempertemukan elektroda yang
berelement panas tersebut dengan benda. Pergerakan las alur disuaikan
pergerakan alur gerakan tangan pengguna. Dalam pengelasan jarak
eletroda dengan benda kerja sangat berpengaruh. Jika eletroda terlalu
dekat elektroda akan menempel dengan benda kerja, dan jika elektroda
terlalu jauh maka mesin las tidak akan bekerja.

Gambar 1.70 Las alur


b. Las jalur
98

Las jalur pada praktikum dilakukan dengan cara penggabungan


benda kerja hingga membentuk T. Benda kerja yang telah melakukan
proses pengelasan las alur selanjutnya melakukan proses las jalur. Dalam
proses las jalur benda kerja diposisikan membentuk T. Benda kerja yang
akan dilas posisikan tegak lurus dan sejajar agar membentuk las jalur.
Prosesnya hampir sama dengan las alur bedanya hanya las jalur
pengelasannya pada bagian sisi-sisi benda kerja.

Gambar 1.71 Las jalur

c. Las titik
Las titik dalam praktikum dilakukan untuk menentukan benda
kerja sejajar atau membentuk T.

3.1.4 Elektroda
Elektroda adalah suatu material yang digunakan dalam melakukan proses
pengelasan. Elektroda selalu memiliki standarisasi yang berbeda-beda, jadi
dengan kata lain elektroda yang di gunakan selalu berbeda-beda tergantung pada
jenis pengelasannya. elektroda ini merupakan jenis elektroda hidrogen rendah
(low hydrogen). Salutannya mengandung sejumlah kalium silikat tertentu dan
garam kalium yang lain, yang membuat elektroda ini dapat dipakai pada mesin las
AC ataupun DC+. Elektroda yang digunakan Elektroda E 7016.
99

Gambar 1.72 Eletroda

3.1.5 Proses Penghalusan

Setelah proses pengelasan benda kerja dilakukan proses penghalusan


dengan cara penggerindaan yang bertujuan untuk membuang sisa-sisa pengelasan
pada benda kerja dan meratakan permukanaan benda kerja agar terlihat rata dan
rapi. Prinsip mesin gerinda adalah batu gerinda yang berputar bersentuhan dengan
benda kerja sehingga terbentuk pengikisan.

Gambar 1.73 Benda kerja

3.1.6 Proses Pemotongan Benda 2


Potong besi pelat dengan panjang 100 cm x 40 cm dengan ketebalan pelat
4 mm, dan pelat besi yang kedua dengan ukuran 70 cm x 40 cm . Memotong
benda kerja dengan menggunakan alat gergaji sebagai alat pemotong, penggaris
untuk mengukur panjang benda kerja, dan ragum sebagai penjepit atau penahan
benda kerja.
100

Benda kerja diletakan pada rahang ragum, kemudian kencangkan dengan


menggunakan tangkai pemutar dan batang berulir akan bergerak dan benda kerja
akan terjepit oleh rahang penjepit. Ukur benda kerja sebelum proses pemotongan
benda kerja agar panjang benda kerja sesuai dengan perintah yang diberikan.

Proses pemotongan benda kerja menggunakan gergaji adalah proses


pemotongan benda kerja yang sederhana. Pada proses pemotongan posisi tangan
kiri memegang ujung sengkang dan sedikit memberi tekanan serta mengarahkan
daun gergaji pada ukuran yang ditentukan, sedangkan tangan kanan membantu
mendorong ke depan. Pada gerakan mundur tidak ada tekanan karena bila ada
tekanan gigi gergaji akan mudah tumpul.

Setelah proses pemotongan benda kerja dilakukan proses penghalusan


dengan cara penggerindaan yang bertujuan untuk mengilangkan sisi-sisa
pemotongan. Benda kerja dilakukan proses penggerindaan dengan membentuk
sudut 45 derajat dari kedua benda kerja yang telah dipotong.

3.1.7 Proses Bending Pelat


Bending adalah proses deformasi secara plastik dari logam terhadap
sumbu linier dengan hanya sedikit atau hampir tidak mengalami perubahan luas
permukaan dengan bantuan tekanan piston pembentuk dan cetakan (die).
Sepotong besi dapat menjadi bengkok akibat tekanan mesin sederhana dengan
menggunakan pres yang disebut bending. Biasanya pekerjaan bending
menggunakan sepotong besi panjang, lembaran logam ataupun piring.

Gambar 1.74 Bending pelat


101

bending pelat benda kerja dilakukan benda kerja yang berukuran 100 cm x
40 cm. cari titik tengahnya terlebih dahulu dan beri tanda garis sebagai patokan
titik tengah. Letakan pelat besi pada ragum bending. Kencangkan pencepit, dan
lakukan proses bending degan putaran 90 derajat.

3.1.8 Proses Pengeboran


Proses pengeboran benda kerja adalah proses pembuatan lubang pada
benda kerja. Proses pengeboran dengan benda kerja yang telah dibending, maka
langkah selanjutnya adalah proses pengeboran. Sebelum melakukan proses
pengeboran bagian yang akan dibor pada benda kerja diposisikan segaris atau
senter dengan mata bor. Selanjutnya menghitung atau mengatur putaran mesin
bor. Bor dipasang pada kepala lepas dan atur posisi mata bor agar posisi mata bor
tidak terpasang dengan sependek-pendeknya. Hal ini dikarenakan kedudukan
poros tersebut maupun mata bor tetap stabil tidak goyang karena adanya getaran
mesin maupun penyayatan.

Langkah selanjutnya adalah dekatkan mata bor dengan benda kerja.


Kemudian nyalakan mesin bor dan mulai pengeboran dengan penekanan ringan.
Pada praktikum laboratorium teknik mesin dasar proses pengeboran dilalakukan
dengan berukuran panjang kedalaman 4 mm yang berdiameter 20 mm.

Gambar 1.75 Mesin Bor


102

3.2 PROSES KERJA PRODUK

3.2.1 Benda Kerja

Benda kerja adalah suatu bahan yang akan dijadikan suatu produk dengan
melalui proses pengerjaannya. Dalam pembuatan projek laboraratorium teknik
mesin dasar, bahan yang digunakan adalah jenis besi galvanis (galvanise) dan besi
plat. Yang akan dijadikan sebuah produk kerja bangku sebagai tugas akhir
praktikum teknik mesin dasar.

Besi galvanis adalah proses pelapisan logam anti karat atau non corrosive
metal pada besi. Untuk tingkat ketebalanya, galvanis punya tingkat ketebalan
yang beragam, mulai dari 1 micron sampai 9 micron juga bahkan lebih. Bahan
galvanise dipergunakan untuk bahan rangka besi hollow dan bahan rangka atap
baja ringan yang dijadikan sebagai bahan utama pada proses pembuatan keranjang
barang ada mubil. Dalam pembuatan praktikum teknik mesin dasar jenis besi
galvanis yang mempunyai tingakat ketebalan 2 micron.

Gambar 1.76 Besi galvanis

Besi pelat adalah suatu proses membuat benda kerja dari lempengan pelat
yang dibentuk sedemikian juga agar dapat membentuk suatu benda yang dapat
digunakan. Lempengan pelat yang kita gunakan dalam pembuatan benda kerja
memiliki ketebalan 2 mm. Besi pelat yang digunakan dengan ketetebalan 2 mm,
yang mempunyai panjang 80 cm dan lebar 15 cm. Yang berfungsi sebagai
103

penahan air saat berkendara agar barang-barang bawaan yang diletakan dikerja
bangku tidak terbawa oleh arah angin.

3.2.2 Proses Bending


Bending adalah proses deformasi secara plastik dari logam terhadap
sumbu linier dengan hanya sedikit atau hampir tidak mengalami perubahan luas
permukaan dengan bantuan tekanan piston pembentuk dan cetakan (die).
Sepotong besi dapat menjadi bengkok akibat tekanan mesin sederhana dengan
menggunakan pres yang disebut bending. Biasanya pekerjaan bending
menggunakan sepotong besi panjang, lembaran logam ataupun piring. Bending
biasanya memakai die berbentuk V, U, W atau yang lainnya. Bending
menyebabkan logam pada sisi luar sumbu netral mengalami tarikan, sedangkan
pada sisi lainnya mengalami tekanan. Dalam praktikum teknik mesin dasar besi
galvanis dibending 90 derajat yang membentuk persegi panjang yang berukuran
panjang 111 cm dan lebar 79cm.

Gambar 1.77 Bending

3.2.3 Proses Pemotongan


Mesin gerinda merupakan salah satu jenis mesin perkakas dengan mata
potong jamak, dimana mata potongnya berjumlah sangat banyak yang mana
digunakan untuk kemapuan dalam penggunaan untuk mengasah maupun sebagai
alat potong benda kerja. Prinsip kerja mesin gerinda adalah batu gerinda berputar
104

bersentuhan dengan benda kerja sehingga terjadi pengikisan, penajaman,


pengasahan, pemolesan, maupun pemotongan.

Gambar 1.78 Mesin gerinda

Besi galvanis dipotong menggunakan gerinda dengan ukuran 15 cm


sebagai penyangga atau kaki-kaki kerja bangku. Dan besi galvanis berikutnya
dengan ukuran 75 cm sebagai jaring atau penahan barang.

3.2.4 Proses Pengelasan


Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair,
demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada
ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari
sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua
logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua
logam tersebut.

Gambar 1.79 Mesin las


105

Proses pengelasan pada roof rack adalah bangian kaki-kaki besi galvanis
yang berukuran 15 cm yang disambungkan dengan kerangka roof rack, posisikan
kaki-kaki tersebut tegak lurus. Selanjutnya proses pengelasan pada kerangka roof
rack bagian atas dan penyambungan pelat pada bagian sisi lebarnya sebagai
patokan roff rack bagian depannya. Berikutnya adalah pengelasan besi yang
berukuran 75 cm yang berfungsi sebagai jaring atau penahan barang. Pada proses
pengelasan elektroda yang digunakan adalah jenis elektroda E 6010.

Gambar 1.80 Roof rack

3.2.5 Elektroda (E 6010)


Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai
untuk pengelesan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada segala
posisi dan terak yang tipis dapat dengan mudah dibersihkan. Deposit las biasanya
mempunyai sifat sifat mekanik yang baik dan dapat dipakai untuk pekerjaan
dengan pengujian Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan 5% pada waktu
pengelasan akan menghasilkan gas pelindung. E 6011 mengandung Kalium untuk
mambantu menstabilkan busur listrik bila dipakai arus AC.

Gambar 1.81 Elektroda E6010


106

3.2.6 Gerinda Tangan


Gerinda tangan adalah salah satu alat yang paling sering digunakan dalam
proses produksi metalworking. Mesin gerinda tangan akan sangat bermanfaat bila
digunakan sesuai dengan prosedur yang aman. Saat proses menggerinda,
posisikan badan dengan nyaman dan aman. Selalu gunakan kedua tangan untuk
memegang mesin. Jangan menekan mesin terlalu keras ke benda kerja, karena
akan mengakibatkan mesin bekerja dengan berat. Biasanya ini dikarenakan batu
gerinda yang tidak tajam. Dengan begitu daya listrik yang dipakai akan lebih
besar. Ini akan menjadi sebuah kerugian bagi Anda sebagai pengusaha.
Gunakanlah batu gerinda yang tajam, berkualitas prima dan anti selip. Maka
proses pengerjaan akan menjadi lebih efisien, hemat listrik, dan hemat waktu.
Perhatikan jarak aman material yang digerinda dengan tanah. Jadi saat material
dipotong tidak jatuh terlalu tinggi dari posisi pemotongan yang dapat
mengakibatkan cedera kaki. Arahkan percikan api dengan benar dan jauh dari
orang di sekitar.

Beberapa material mungkin tidak menghasilkan percikan api saat proses


menggerinda, namun sisa potongan kecilnya tetap berbahaya karena panas dan
dapat mencederai orang disekitar Anda. Setiap mesin gerinda pasti terdapat
petunjuk arah berupa tanda panah yang menunjukkan kemana arah buang
percikan api. Jangan ambil risiko menggunakan batu gerinda yang asal murah.
Perhatikan kualitasnya, karena ini sangat berpengaruh terhadap hasil kerja dan
efisiensi waktu dan daya. Gerinda tangan dilakukan untuk proses penghalusan dan
proses pembuangan kerak hasil dari pengelasan pada kerja bangku yang telah
melalui proses pengelasan.
107

Gambar 1.82 Mesin gerinda tangan

3.2.7 Proses Akhir(Finishing)


Proses finishing adalah pekerjaan tahap akhir dari suatu proses pembuatan
produk roof rack. Proses ini merupakan proses yang akan membentuk penampilan
dari suatu produk.

Furniture finishing adalah proses pengecatan pada benda kerja. Proses ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya karatan pada besi pelat. Furniture
finishing juga mempunyai fungsi sebagai fungsi keindahan dan fungsi
perlindungan. Yang dimaksud dengan fungsi keindahan adalah bahwa suatu
finishing harus dapat membuat suatu produk menjadi indah dan menarik.
Sedangkan fungsi perlindungan adalah bahwa suatu finishing yang dari suatu
produk harus dapat memberikan perlindungan. Proses furniture fhinishing pada
benda kerja dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan pilox. Pilox yang
digunakan adalah jenis pilox fireproof .

Gambar 1.83 Proses furniture finishing

Anda mungkin juga menyukai