Anda di halaman 1dari 14

Intan Jaya Novita

Selasa, 01 November 2016

TEORI AKUNTANSI SAP 9 2016


PSAK 14 PERSEDIAAN
Tujuan Pernyataan ini adalah untuk merumuskan perlakuan akuntansi untuk persediaan
menurut sistem biaya historis. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah
jumlah biaya yang harus diakui sebagai aktiva dan konversi selanjutnya sampai pendapatan
yang bersangkutan diakui. Pernyataan ini menyediakan pedoman praktis dalam penentuan
biaya dan pengakuan selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunannya menjadi
nilai realisasi bersih (net realisable value). Pernyataan ini juga menyediakan pedoman
rumus biaya yang digunakan untuk membebankan biaya pada persediaan.
Ruang Lingkup
1. Pernyataan ini harus diaplikasikan dalam penyusunan laporan keuangan dalam konteks
sistem biaya historis tentang akuntansi persediaan selain:
a. pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak konstruksi (construction contracts)
(lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34 tentang Kontrak Konstruksi);
b. instrumen keuangan; dan
c. persediaan yang dimiliki oleh produsen peternakan, produk pertanian dan kehutanan, dan
hasil tambang sepanjang persediaan tersebut dinilai berdasarkan nilai realisasi bersih
sesuai dengan kelaziman praktek yang berlaku dalam industri tertentu.

2. Persediaan yang dirujuk dalam paragraf 1 (c) diukur dengan nilai realisasi bersih pada
tahap produksi tertentu. Hal tersebut terjadi, misalnya, ketika hasil pertanian telah dipanen
atau hasil tambang telah ditambang dan penjualan telah dijamin berdasarkan kontrak
berjangka atau jaminan pemerintah, atau bila terdapat suatu pasar homogen dan risiko
kegagalan pemasaran tidak berarti. Persediaan tersebut tidak termasuk dalam lingkup
Pernyataan ini.
Definisi
3. Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Persediaan adalah aktiva:

a. tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;


b. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
c. dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan usaha normal
dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan penjualan.
4. Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual lsembali, misalnya,
barang dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan
properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang telah
diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan
termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi
perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa seperti diuraikan dalam paragraf 16, di
mana pendapatan yang bersangkutan belum diakui perusahaan.(lihat Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 23 tentang Pendapatan).
Pengukuran Persediaan
5. Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih
rendah (the lower of cost and net realizable value).
Biaya persediaan
6. Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain
yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau
dipakai (present location and condition).
Biaya pembelian
7. Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya
(kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan kepada kantor pajak), dan
biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat
diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang (trade discount),
rabat dan pos lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.
8. Dalam keadaan yang jarang terjadi, biaya pembelian yang meliputi selisih valuta asing
yang timbul secara langsung dalam perolehan persediaan yang ditagih dalam valuta asing,
diperkenankan sebagai perlakuan alternatif seperti yang diuraikan dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 10 tentang Transaksi Dalam Mata Uang Asing. Selisih
valuta asing tersebut terbatas pada yang ditimbulkan dari devaluasi atau depresiasi suatu
mata uang yang cukup besar dan terhadap peristiwa tersebut tidak mungkin dilakukan
hedging, dan membawa dampak pada hutang yang tidak dapat diselesaikan dan timbul dari
perolehan persediaan yang baru saja dilakukan.(Namun, apabila tersedia kesempatan
hedging sebelum devaluasi terjadi akan tetapi kesempatan tersebut tidak dimanfaatkan
maka selisih kurs yang timbul akibat devaluasi tidak boleh diperhitungkan sebagai bagian
dari biaya pembelian).
Biaya konversi
9. Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang
diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variabel yang dialokasikan secara
sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi barang jadi. Biaya overhead
produksi tetap adalah biaya produksi tak langsung yang relatif konstan, tanpa
memperhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan
bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Biaya
overhead produksi variabel adalah biaya yang beruhah secara langsung, atau hampir
secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tak langsung dan
upah tak langsung.
10. Pengalokasian biaya overhead produksi tetap ke biaya konversi didasarkan pada
kapasitas normal fasilitas produksi. Kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang
diharapkan akan tercapai selama suatu periode atau musim dalam keadaan normal, dengan
memperhitungkan hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana. Tingkat produksi
aktual dapat digunakan bila mendekati kapasitas normal. Pembebanan biaya overhead
produksi tetap pada setiap unit produk tidak bertambah sebagai akibat dari rendahnya
produksi atau tidak terpakainya kapasitas pabrik. Biaya overhead yang tidak teralokasi
diakui sebagai beban pada ,periode terjadinya. Dalam periode produksi luar biasa tinggi,
biaya overhead yang dialokasikan pada unit produk diturunkan, agar persediaan tidak dinilai
di atas biaya. Biaya overhead produksi variabel dialokasikan pada unit produk atas dasar
penggunaan fasilitas produksi yang sebenarnya.
11. Proses produksi mungkin menghasilkan lebih dari satu jenis produk secara serentak. Hal
tersebut terjadi, misalnya, bila dihasilkan produk bersama (joint product) atau bila terdapat
produk utama dan produk sampingan. Bila biaya konversi tidak dapat diidentifikasikan
secara terpisah, biaya tersebut dialokasi kan antar produk secara rasional dan konsisten.
Pengalokasian misalnya dapat dilakukan berdasarkan perbandingan harga jual untuk
masing masing produk, baik pada tahap proses produksi pada waktu produk telah dapat
diidentifikasikan secara terpisah, atau pada saat produksi telah selesai. Sebagian besar
produk sampingan, pada hakekatnya tidak material. Kalau kasusnya demikian, produk
sampingan sering kali dinilai berdasarkan nilai realisasi bersih dan nilai tersebut dapat
dikurangkan pada biaya produk utama. Dengan demikian, nilai produk utama tidak berbeda
secara material dari biayanya.
Biaya lain-lain
12. Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul
agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai.
Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk membebankan biaya overhead non
produksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan khusus sebagai biaya
persediaan.
13. Beberapa contoh biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai
beban dalam periode terjadinya adalah:
a. jumlah pemborosan bahan, upah, atau biaya produksi lainnya yang tidak normal;
b. biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum
dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya;
c. biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan sumbangan untuk membuat
persediaan berada dalam lokasi dan kondisi sekarang; dan
d. biaya penjualan.

14. Dalam keadaan tertentu, biaya pinjaman (borrowing costs) dimasukkan sebagai biaya
persediaan sesuai dengan Pernyataan akuntansi keuangan tentang hal tersebut.
Biaya Persediaan Pemberian Jasa
15. Biaya persediaan perusahaan jasa terutama meliputi upah dan biaya personalia lainnya
yang secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk tenaga penyelia, dan overhead
yang diatribusikan. Upah dan biaya lainnya yang menyangkut personalia penjualan serta
administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan, tapi diakui sebagai beban
pada periode terjadinya .
Teknik Pengukuran Biaya
16. Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar atau metode eceran
(retail method), demi kemudahan, dapat digunakan bila hasilnya mendekati biaya historis.
Biaya standar memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan perlengkapan
(supplies), upah, efisiensi dan pemanfaatan kapasitas. Biaya standar ditelaah secara
berkala dan, bila perlu, direvisi sesuai dengan kondisi terakhir.
17. Metode eceran sering kali digunakan dalam perdagangan eceran untuk menilai
persediaan sejumlah besar barang yang berubah dengan cepat, dan memiliki margin yang
tidak jauh berbeda sehingga tidak praktis kalau digunakan metode penetapan biaya lainnya.
Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi harga jual persediaan dengan persentase
margin bruto yang sesuai. Persentase tersebut digunakan dengan memperhatikan
persediaan yang telah diturunkan nilainya (marked down) di bawah harga jual normal.
Persentasi rata-rata sering digunakan untuk setiap departemen penjualan eceran yang
menjual kelompok barang yang berbeda.
Rumus Biaya
18. Biaya persediaan untuk barang yang lazimnya tidak dapat diganti dengan barang lain
(not ordinary interchangeable) dan barang serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk
proyek khusus harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya
masing masing.
19. Yang dimaksud dengan identifikasi khusus biaya adalah atribusi biaya ke barang
tertentu yang dapat diidentifikasikan dalam persediaan. Cara ini merupakan perlakuan yang
sesuai bagi barang yang dipisahkan untuk proyek khusus, baik yang dibeli maupun yang
dihasilkan. Namun demikian identifikasi khusus biaya tidak tepat bagi sejumlah besar
barang homogen yang dapat menggantikan satu sama lain (ordinarily interchangeable).
Dalam keadaan demikian, metode pemilihan barang yang masih berada dalam persediaan
dapat digunakan untuk menentukan di muka dampaknya terhadap laba rugi periode
berjalan.
20. Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 19, harus dihitung dengan
menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP atau FIF0), rata-rata
tertimbang (weighted average cost method), atau masuk terakhir keluar pertama (MTKP
atau LIF0).
21. Formula MPKP/FIF0 mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli
akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir
adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dengan rumus biaya ratarata tertimbang,
biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari barang serupa
pada awa! periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama periode.
Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala, atau pada setiap penerimaan kiriman,
tergantung pada keadaan perusahaan. Rumus MTKP/LIF0 mengasumsikan barang yang
dibeli atau diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk
dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terdahulu.
Nilai Realisasi Bersih
22. Biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali (recoverable) bila barang rusak,
seluruh atau sebagian barang telah usang atau bila harga penjualan menurun. Biaya
persediaan juga tidak akan diperoleh kembali jika estimasi biaya penyelesaian atau estimasi
biaya penjualan meningkat. Praktek penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai
realisasi bersih konsisten dengan pandangan bahwa aktiva seharusnya tidak dinyatakan
melebihi jumlah yang mungkin dapat direalisasi melalui penjualan atau penggunaan.
23. Nilai persediaan biasanya diturunkan ke nilai realisasi bersih secara terpisah untuk
setiap barang dalam persediaan. Namun demikian, dalam beberapa kondisi, penurunan nilai
persediaan mungkin lebih sesuai jika dihitung terhadap kelompok barang serupa atau yang
berkaitan. Misalnya barang-barang yang termasuk dalam lini produk dengan tujuan atau
penggunaan akhir yang serupa, diproduksi dan dipasarkan di wilayah yang sama, dan tidak
dapat dievaluasi terpisah dari barang-barang lain dalam lini produk tersebut. Penurunan nilai
persediaan tidak tepat jika dihitung berdasarkan klasifikasi persediaan, misalnya, barang
jadi, atau seluruh persediaan dalam suatu industri atau segmen geografis tertentu.
Perusahaan jasa pada umumnya mengakumulasikan biaya dalam hubungannya dengan
setiap jasa agar dapat menetapkan harga jual jasa tersebut. Dengan demikian, masing-
masing jenis jasa tersebut dibukukan tersendiri.
24. Estimasi nilai realisasi bersih didasarkan pada bukti paling andal yang tersedia pada
saat estimasi dilakukan terhadap jumlah persediaan yang diharapkan dapat direalisasi.
Estimasi ini mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang langsung terkait dengan
peristiwa yang terjadi setelah akhir periode sepanjang peristiwa tersebut menegaskan
(confirm) kondisi yang ada pada akhir periode.
25. Estimasi nilai realisasi bersih juga mempertimbangkan tujuan pengadaan persediaan
yang bersangkutan. Misalnya, nilai realisasi bersih kuantitas persediaan yang dimiliki untuk
memenuhi kontrak penjualan produk atau jasa didasarkan pada harga kontrak. Bila kontrak
penjualan adalah untuk kuantitas barang yang lebih kecil daripada persediaan, nilai realisasi
bersih untuk kelebihannya harus didasarkan pada harga penjualan umum. Kerugian
kontinjen dari kontrak penjualan yang melebihi kuantitas persediaan yang dimiliki dan
kerugian kontinjen dari kontrak pembelian diperlakukan sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca.
26. Nilai bahan baku dan perlengkapan (supplies) lain yang diadakan untuk digunakan
dalam produksi persediaan tidak diturunkan di bawah biaya bila barang jadi yang dihasilkan
diharapkan dapat dijual sebesar atau di atas biaya. Namun demikian, bila penurunan harga
bahan baku mengindikasikan biaya barang jadi yang dihasilkan akan melebihi nilai realisasi
bersih, maka nilai bahan diturunkan ke nilai realisasi bersih. Dalam kondisi semacam itu,
biaya ganti (replacement cost) merupakan tolak ukur terbaik yang tersedia bagi nilai realisasi
bersih.
27. Nilai realisasi bersih yang telah ditentukan harus ditinjau kembali pada setiap periode
berikutnya. Apabila kondisi yang semula mengakibatkan penurunan nilai persediaan di
bawah biaya ternyata tidak lagi berlaku, maka jumlah penurunan nilai harus dieliminasi balik
(reversed) sedemikian rupa sehingga jumlah tercatat baru persediaan adalah yang terendah
dari biaya atau nilai realisasi bersih yang telah direvisi. Hal ini timbul, misalnya, jika suatu
barang dalam persediaan, yang dicantumkan sebesar nilai realisasi bersih karena harga
jualnya teiah turun, masih dimiliki pada periode berikutnya dan harga jualnya telah
meningkat.
Pengakuan sebagai Beban
28. Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus
diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap
penurunan niiai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh
kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau
kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena
peningkatan kembali nilai realisasi bersih, harus diakui sebagai pengurangan terhadap
jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut.
29. Proses pengakuan nilai tercatat persediaan yang telah dijual sebagai beban
menghasilkan pengaitan (matching) beban dengan pendapatan.
30. Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke rekening aktiva lainnya seperti misalnya
persediaan yang digunakan sebagai komponen aktiva tetap yang dibangun sendiri, pabrik
atau peralatan. Persediaan yang dialokasikan ke aktiva lain dengan cara ini diakui sebagai
beban selama masa manfaat aktiva tersebut.
Pengungkapan
31. Laporan keuangan harus mengungkapkan:
a. kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus
biaya yang dipakai;
b. total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang sesuai
bagi perusahaan;
c. jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih
d. jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai penghasilan
selama periode sebagaimana dijelaskan pada paragraf 28;
e. kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan
sebagaimana dijelaskan pada paragraf 28; dan
f. nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.
32. Informasi tentang jumlah tercatat yang disajikan dalam berbagai klasifikasi persediaan
dan tingkat perubahannya masing-masing berguna bagi para pemakai laporan keuangan.
Klasifikasi persediaan yang biasa digunakan adalah barang dagang, perlengkapan produksi,
bahan baku, pekerjaan dalam penyelesaian dan barang jadi. Persediaan dalam perusahaan
jasa biasanya disebut pekerjaan dalam penyelesaian.
33. Laporan keuangan harus mengungkapkan salah satu informasi berikut ini:
a. biaya persediaan yang diakul sebagai beban selama periode tertentu, atau
b. biaya operasi, yang dapat diaplikasikan pada pendapatan, diakui sebagai beban selama
periode laporan keuangan, diklasifikasikan sesuai dengan hakekatnya.
34. Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode meliputi biaya yang
sebelumnya temasuk dalam pengukuran barang dalam persediaan yang telah dijual dan
biaya overhead produksi yang tidak teralokasikan serta jumlah abnormal biaya produksi
persediaan. Kondisi perusahaan juga membuka peluang untuk memasukkan biaya lainnya,
seperti biaya distribusi.
35. Beberapa perusahaan menggunakan format laporan laba rugi yang berbeda, yang
mengakibatkan diungkapkannya berbagai jumlah sebagai pengganti biaya persediaan yang
diakui sebagai beban selama periode yang bersangkutan. Dengan format yang berbeda ini,
perusahaan mengungkapkan jumlah biaya operasi yang dapat diaplikasikan pada
pendapatan periode tersebut, dan diklasifikasikan menurut hakekatnya. Dalam kasus ini,
perusahaan mengungkapkan biaya yang diakui sebagai beban untuk bahan baku dan
barang-barang habis terpakai (consumables), tenaga kerja dan biaya operasi lainnya
bersama-sama dengan jumlah perubahan bersih persediaan pada periode tersebut.
36. Skala, insiden dan hakekat penurunan nilai persediaan menjadi nilai realisasi bersih
mungkin sedemikian materialnya sehingga memerlukan pengungkapan sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No .25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk
Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.
PERNYATAAN
Pernyataan Standar Akuntansl Keuangan No. 14 terdirl darl paragraf 37 - 45. Pemyataan ini
harus dibaca dalam konteks paragraf 1 - 36.
37. Pernyataan ini harus diaplikasikan dalam penyusunan laporan keuangan dalam konteks
sistem biaya historis tentang akuntansi persediaan selain:
a. pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak konstruksi (construction contracts)
(lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34 tentang Kontrak Konstruksi);
b. instrumen keuangan; dan
c. persediaan produsen peternakan, produk pertanian dan kehutanan, dan hasil tambang
sepanjang persediaan tersebut dinilai berdasarkan nilai realisasi bersih sesuai dengan
kelaziman praktek yang berlaku dalam industri tertentu.
38. Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih
rendah (the lower of cost and net realizable value).
39. Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain
yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau
dipakai (present location and condition).
40. Biaya persediaan untuk barang yang lazimnya tidak dapat diganti dengan barang lain
(not ordinary interchangeable) dan barang serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk
projek khusus harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya
masing masing.
41. Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 40, harus dihitung dengan
menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP atau FIFO), rata-rata
tertimbang (weighted average cost method), atau masuk terakhir keluar pertama (MTKP
atau LIFO).
42. Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus
diakui sebagai beban pada periode di mana pendapatan atas penjualan tersebut
diakui.Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan
seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan
atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena
peningkatan kembali nilai realisasi bersih, harus diakui sebagai pengurangan terhadap
43. Laporan keuangan harus mengungkapkan:
a. kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus
biaya yang dipakai;
b. total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi
perusahaan;
c. jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih
d. jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai penghasilan
selama periode sesuai dengan paragraf 42;
e. kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan
sesuai dengan paragraf 42; dan
f. nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.
44. Laporan keuangan harus mengungkapkan salah satu informasi berikut ini:
a. biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode tertentu, atau
b. biaya operasi, yang dapat diaplikasikan pada pendapatan, diakui sebagai beban selama
periode laporan keuangan, diklasifikasikan sesuai dengan hakekatnya.
Tanggal Efektif
45. Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode laporan yang
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini dianjurkan.
PSAK 16 ASET TETAP
A. Pengertian Aset Tetap
Aset tetap seringkali merupakan komponen yang signifikan dalam Neraca Perusahaan.
Aset Tetap bersifat tangible dan digunakan dalam jangka panjang.
Dalam PSAK 16 definisi Aset tetap adalah aset berwujud yang:
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Berdasarkan definisi di atas, pengertian aset tetap mencakup :Tujuan penggunaan dan
Lama digunakan.
B. Pengakuan
Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika :
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut
akan mengalir ke entitas; dan
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Suku cadang dan peralatan pemeliharaan (service equipment) biasanya dicatat sebagai
persediaan dan diakui dalam laba rugi pada saat dikonsumsi. Namun demikian, suku
cadang utama dan peralatan siap pakai memenuhi kriteria aset tetap ketika entitas
memperkirakan akan menggunakan aset tersebut selama lebih dari satu periode. Sama
halnya jika suku cadang dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk
suatu aset tetap tertentu, hal ini juga dicatat sebagai aset tetap.
Pernyataan ini tidak menentukan unit ukuran dalam pengakuan suatu aset tetap. Oleh
karena itu, diperlukan pertimbangan dalam penerapan kriteria pengakuan yang sesuai
dengan kondisi tertentu entitas. Pertimbangan tersebut tepat terhadap agregasi unit-unit
yang secara individual tidak signifikan, seperti cetakan dan perkakas, kemudian
menerapkan kriteria atas nilai agregrat tersebut.
Entitas harus mengevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan ini terhadap semua biaya
perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya awal untuk
memperoleh atau mengkonstruksi aset tetap dan biaya-biaya selanjutnya yang timbul untuk
menambah, mengganti, atau memperbaikinya.

Kriteria pengakuan
untuk : Biaya Perolehan Awal Biaya setelah Perolehan Awal
Lama Kriteria
Berbeda
Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut kan
mengalir ke entitas
Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Menambah masa manfaat
Menambah kapasitas

Sekarang Kriteria Sama


Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut kan
mengalir ke entitas
Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
Biaya yang tidak memenuhi kriteria masuk ke laporan laba rugi

C. Pengukuran Awal
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset tetap pada awalnya
harus diukur sebesar biaya perolehan.
Biaya perolehan aset tetap terdiri dari:
a. Purchase Price Harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain;
b. Directly Attributable Cost
Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud
manajemen
c. Dismantling Cost
Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.
Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh, atau karena entitas
menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan
persediaan.
d. Administrasi dan biaya overhead umum lainnya.
Pengakuan terhadap biaya-biaya dalam jumlah tercatat suatu aset tetap dihentikan ketika
aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan
sesuai dengan intensi manajemen. Oleh karena itu, biaya pemakaian dan pengembangan
aset tidak dimasukkan ke dalam jumlah tercatat aset tersebut. Sebagai contoh, biaya-biaya
berikut ini tidak termasuk di dalam jumlah tercatat suatu aset tetap:
• Biaya-biaya yang terjadi ketika suatu aset telah mampu beroperasi sesuai dengan intensi
manajemen namun belum dipakai atau masih beroperasi di bawah kapasitas penuhnya;
• Kerugian awal operasi, seperti ketika permintaan terhadap keluaran (output) masih rendah;
dan
• Biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas.
Pengukuran Biaya Perolehan
Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat
terjadinya. Jika pembayaran suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit
normal, perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga
selama periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26 (revisi 2008): Biaya
Pinjaman.
Biaya perolehan aset tetap dari suatu pertukaran diukur sebesar nilai wajar kecuali:
Commercial Substance Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau
Fair Value of Exchanged Asset Nilai wajar aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat
diukur secara andal
Aset yang diperoleh diukur dengan cara seperti di atas bahkan jika entitas tidak dapat
dengan segera menghentikan pengakuan asset yang diserahkan. Jika aset yang diperoleh
tidak dapat diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah
tercatat dari aset yang diserahkan.

Entitas menentukan apakah suatu transaksi pertukaran memiliki substansi komersial atau
tidak dengan mempertimbangkan sejauh mana arus kas masa depan diharapkan dapat
berubah sebagai akibat dari transaksi tersebut. Suatu transaksi pertukaran memiliki
substansi komersial jika:
a. konfigurasi (contohnya risiko, waktu, dan jumlah) arus kas atas asset yang diterima
berbeda dari konfigurasi dari aset yang diserahkan; atau
b. nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh perubahan
transaksi sebagai akibat dari pertukaran; dan
c. selisih di (a) atau (b) adalah relatif signifikan terhadap nilai wajar dari asset yang
dipertukarkan.
Untuk tujuan menentukan apakah transaksi pertukaran memiliki substansi komersial, nilai
spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh transaksi mencerminkan
arus kas setelah pajak. Hasil analisis ini dapat menjadi jelas tanpa entitas melakukan
perhitungan lebih rinci.
Nilai wajar aset dapat diukur secara andal meskipun tidak ada transaksi pasar yang sejenis,
jika variabilitas rentang estimasi nilai wajar yang masuk akal (wajar) untuk asset tersebut
tidak signifikan;atau probabilitas dari berbagai estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai
secara rasional dan digunakan dalam mengestimasi nilai wajar.
Jika entitas dapat menentukan nilai wajar secara andal, baik dari aset yang diterima atau
diserahkan, maka nilai wajar dari aset yang diserahkan digunakan untuk mengukur biaya
perolehan dari aset yang diterima kecuali jika nilai wajar aset yang diterima lebih jelas.
D. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan
menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama.
1. Model Biaya (Cost Model)
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
2. Model Revaluasi (Revaluation Model)
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus
dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa
jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.

Nilai Wajar
Nilai di mana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak
yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length
transaction). Bukan nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi
yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan.
Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak
yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar
(arm’s length transaction).
Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai karena sifat aset yang
khusus dan jarang diperjualbelikan, maka entitas perlu mengestimasi nilai wajar
menggunakan pendekatan penghasilan atau depreciated replacement cost.
Penentuan Nilai Wajar
1. Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan
oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti pasar.
2. Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh
penilai.
3. Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat dari
aset tetap yang khusus dan jarang diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis yang
berkelanjutan, maka entitas mungkin perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan
pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated
replacement cost approach).
Frekuensi Penilaian
1. Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu asset tetap yang
direvaluasi.
2. Jika nilai wajar dari asset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah
tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan.
3. Beberapa asset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif,
sehingga perlu direvaluasi secara tahunan.
4. Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak
signifikan.
5. Namun demikian, asset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun
sekali.

Revaluation Model
Revaluasi harus dilakukan secara reguler untuk memastikan jumlah tercatat tidak berbeda
secara material dengan nilai wajar pada tanggal neraca.
Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi
diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini:
1. Disajikan kembali secara porposional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto aset
sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasiannya.
Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk
menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan.
2. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi
disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering
digunakan untuk bangunan.
Keterangan
Enteri Class Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok
yang sama harus direvaluasi.
To equity directly Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, maka kenaikan
tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada
bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laba rugi hingga
sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya
dalam laba rugi.
Negative to P/L Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, maka penurunan tersebut
diakui dalam laba rugi. Namun, penurunan nilai tercatat diakui dalam pendapatan
komprehensif lain selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi
untuk aset tersebut. Penurunan nilai yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain
mengurangi akumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi.

3. Surplus revaluasi yang disajikan di ekuitas dapat dipindahkan langsung ke sado laba
pada saat aset tersebut dihentikan penggunaannya.
4. Namun, pemindahan ke saldo laba dapat dilakukan seiring dengan penggunaan aset oleh
entitas. (partially realized)
5. Dipindahkan sebesar perbedaan penyusutan dengan revaluasian dan penyusutan
dengan biaya perolehan. (atau nilai surplus revaluasi dibagi sisa manfaat ekonomis)
Pemindahan surplus revaluasi tidak dilakukan melalui Laporan Laba Rugi.
E. Penyusutan (Depresiasi)
Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount)
dari suatu aset selama umur manfaatnya (useful life).
Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total
biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Entitas mengalokasikan
jumlah pengakuan awal aset pada bagian aset tetap yang signifikan dan menyusutkan
secara terpisah setiap bagian tersebut. Misalnya, adalah tepat untuk menyusutkan secara
terpisah antara badan pesawat dan mesin pada pesawat terbang, baik yang dimiliki sendiri
maupun yang berasal dari sewa pembiayaan.
Suatu bagian yang signifikan dari aset tetap mungkin memiliki umur manfaat dan metode
penyusutan yang sama dengan umur manfaat dan metode penyusutan bagian signifikan
lainnya dari aset tersebut Bagian-bagian tersebut dapat dikelompokkan menjadi satu dalam
menentukan beban penyusutan.
Sepanjang entitas menyusutkan secara terpisah beberapa bagian dari aset tetap, maka
entitas juga menyusutkan secara terpisah bagian yang tersisa. Bagian yang tersisa terdiri
atas bagian yang tidak signifikan secara individual. Jika entitas memiliki ekspektasi
bervariasi untuk bagian tersebut, maka teknik penaksiran tertentu diperlukan untuk
menentukan penyusutan bagian yang tersisa sehingga mampu mencerminkan pola
penggunaan dan atau umur manfaat dari bagian tersebut. Entitas dapat juga memilih untuk
menyusutkan secara terpisah bagian dari aset yang biaya perolehannya tidak signifikan
terhadap total biaya perolehan aset tersebut. Beban penyusutan untuk setiap periode harus
diakui dalam laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset
lainnya.
Jumlah Tersusutkan dan Periode Penyusutan
1. Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur
manfaatnya.
2. Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap di-review minimum setiap akhir tahun
buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka
perbedaan tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan
PSAK 25 (revisi 2009):Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.
Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap digunakan pada saat aset berada di
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan
maksud manajemen.
Penyusutan aset dihentikan lebih awal ketika diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk
dijual; dan aset dihentikan pengakuannya. Implikasinya, penyusutan tidak dihentikan
sekalipun asset sedang tidak digunakan atau diberhentikan Tanah dan bangunan
diperlakukan sebagai aset terpisah walaupun diperoleh sekaligus.
Manfaat ekonomi masa depan melekat pada aset yang dikonsumsi oleh entitas terutama
melalui penggunaan aset itu sendiri. Namun, beberapa faktor lain seperti keusangan teknis,
keusangan komersial dan keausan selama aset tersebut tidak terpakai, sering
mengakibatkan menurunnya manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari aset tersebut.
Berkaitan dengan halhal tersebut di atas, seluruh faktor berikut ini diperhitungkan dalam
menentukan umur manfaat dari setiap aset:
a. ekspektasi daya pakai dari aset. Daya pakai atau daya guna tersebut dinilai dengan
merujuk pada ekspektasi kapasitas aset atau keluaran fisik dari aset;
b. ekspektasi tingkat keausan fisik, yang tergantung pada faktor pengoperasian aset
tersebut seperti jumlah penggiliran (shift) penggunaan aset dan program pemeliharaan aset
dan perawatannya, serta perawatan dan pemeliharaan aset pada saat aset tersebut tidak
digunakan (menganggur);
c. keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakibatkan oleh perubahan atau
peningkatan produksi, atau karena perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa yang
dihasilkan oleh aset tersebut; dan
d. pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum atau peraturan tertentu, seperti
berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa.
Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas.
Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang bersangkutan
setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemanfaatan sejumlah proporsi tertentu dari
manfaat ekonomik masa depan yang melekat pada aset. Oleh karena itu, umur manfaat dari
suatu aset dapat lebih pendek dari umur manfaat dari aset tersebut. Estimasi umur manfaat
suatu aset merupakan hal yang membutuhkan pertimbangan berdasarkan pengalaman
entitas terhadap aset yang serupa.
Metode Penyusutan
Metode penyusutan yang digunakan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Harus mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan atas aset
oleh entitas.
b. Harus di-review minimum setiap akhir tahun buku, dan
c. Perubahan metode diperlakukan sebagai perubahan estimasi.

Metode Penyusutan Keterangan


Garis Lurus Menghasilkan pembebanan yang tetap sepanjang umur manfaat selagi nilai
residu tidak berubah
Saldo Menurun Menghasilkan pembebanan yang menurun sepanjang umur manfaat
Jumlah Unit Menghasilkan pembebanan berdasarkan penggunaan

F. Penurunan Nilai
PSAK 48 menetapkan bahwa rugi penurunan nilai diakui jika jumlah tercatat aset melebihi
jumlah terpulihkan. Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih
nilai tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya.
Jumlah tercatat adalah jumlah yang diakui untuk suatu aset setelah dikurangi akumulasi
penyusutan (amortisasi) dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi antara
nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan dan nilai pakainya.
Kompensasi untuk Penurunan Nilai
Kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai,
hilang atau dihentikan dimasukkan dalam laba rugi pada saat kompensasi diakui menjadi
piutang.
Penurunan nilai atau kerugian aset tetap, klaim atas atau pembayaran kompensasi dari
pihak ketiga dan pembelian atau konstruksi selanjutnya atas penggantian aset adalah
peristiwa ekonomi yang terpisah dan dicatat secara terpisah dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. penurunan nilai aset tetap diakui sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai
Aset;
b. penghentian pengakuan aset tetap yang usang atau dilepas ditentukan sesuai dengan
Pernyataan ini;
c. kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang
atau dihentikan harus dimasukkan dalam penentuan laba rugi pada saat kompensasi diakui
pada saat menjadi piutang; dan
d. biaya perolehan aset tetap yang diperbaiki, dibeli atau dikonstruksi sebagai penggantian
ditentukan sesuai dengan Pernyataan ini.
G. Penghentian Pengakuan
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepas atau ketika tidak
terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau
pelepasannya.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dimasukkan
dalam laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali PSAK 30: Sewa
mengharuskan perlakuan yang berbeda dalam hal transaksi jual dan sewa-balik).
Keuntungan tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset tetap
ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada, dan jumlah
tercatat dari aset tersebut.
Penghentian pengakuan pada saat penggantian sebagian aset tetap
a. Sesuai dengan prinsip pengakuan
1. Entitas mengakui biaya perolehan dari penggantian dalam jumlah tercatat aset,
2. Kemudian menghentikan pengakuan jumlah tercatat bagian yang digantikan tanpa
memperhatikan bagian yang digantikan telah disusutkan secara terpisah. Jika tidak praktis,
biaya perolehan penggantian = biaya perolehan yang digantikan .
b. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset tetap harus ditentukan
sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan (jika ada) dan jumlah tercatat dari
aset.
H. Pengungkapan
Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset tetap:
1. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto;
2. Metode penyusutan yang digunakan;
3. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
4. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi
penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dan
5. rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
a. penambahan;
b. aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok lepasan
yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikandan pelepasan lainnya;
c. akuisisi melalui kombinasi bisnis;
d. peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39, dan 40 serta
dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik dalam pendapatan komprehensif lain
sesuai PSAK No. 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset;
e. penyusutan;
f. selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata uang
fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan
usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor; dan
g. perubahan lain.
Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapkan:
a. tanggal efektif revaluasi;
b. apakah penilai independen dilibatkan;
c. metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar aset;
d. penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasarkan
harga terobservasi (observable prices) dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terakhir
yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya;
e. untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat
dengan model biaya; dan
f. surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasan-
pembatasan distribusi kepada pemegang saham.
Transisi dan Tanggal Efektif
Transisi
Entitas menerapkan perubahan ruang lingkup terkait akuntansi properti yang dikonstruksi
atau dikembangkan untuk digunakan dimasa depan sebagai properti investasi secara
prospektif sesuai dengan perubahan dalam PSAK 13 (revisi 2011): Properti Investasi.
Tanggal Efektif setelah tanggal 1 Januari 2012.

DAFTAR PUSTAKA
http://muliaristy.blogspot.co.id/2015/03/resume-psak-14-tentang-persediaan.html

http://denricositorus.blogspot.co.id/2012/06/psak-14-persediaan.html

http://ekaksmart.blogspot.co.id/2012/03/psak-16-aset-tetap.html

PUTU INTAN JAYA NOVITASARI di 08.23


Berbagi

Tidak ada komentar:


Posting Komentar


Beranda

Lihat versi web


Mengenai Saya

PUTU INTAN JAYA NOVITASARI


setiap oang punya masalah, semakin banyak masalah membuat seseoang semakin
dewasa tetapi berdampak juga pada kedamaian hidup orang tersebut, jadi lebih baik
sedikit tau, sedikit salah sedikit ribet Ya inilah aku, dan segala tentang diriku
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai