Anda di halaman 1dari 6

Gangguan hama dan penyakit pada tumbuhan dapat dialami oleh berbagai sistem organ pada

tumbuhan. Gangguan ini dapat disebabkan karena kelainan genetis, kondisi lingkungan yang tidak
sesuai, atau karena serangan hama dan penyakit. Gangguan hama dan penyakit dalam skala besar pada
tanaman budidaya dapat mengganggu persediaan bahan pangan bagi manusia. Tumbuhan tidak
selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau
organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu
tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan
beberapa contoh binatang yang sering menjadi hamatanaman.Gangguan terhadap tumbuhan yang
disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan
tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses – proses dalam tubuh
tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit,
umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan
kematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia menggunakan oat – obatan anti
hama. Pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang
digunakan untuk membasmi jamur disebut fungsida.

Serangan hama pada tanaman adalah masalah yang selalu dihadapi. Serangannya bahkan bisa mencapai
90% dari keseluruhan tanaman yang berada pada suatu lahan. Karena itu, pengetahuan tentang hama
dan penyakit ini sangat penting artinya bagi orang-orang yang berkecimpung dibidang ini.

Serangan hama terhadap tanaman terutama disebabkan oleh hewan dari filum Arthopoda. Di antaranya
golongan serangga. Jenis ini merupakan musuh utama terbesar pada tanaman buah-buahan. Hampir
75% dari jumlah binatang yang hidup berasal dari golongan ini. Dari jumlah tersebut sebagian
merupakan hama pada banyak tanaman buah-buahan di Indonesia. Selain serangga, hama lainnya yang
juga sangat mengganggu adalah dad filum Chordata, seperti kera, babi hutan, tikus, burung, dan kalong;
Annelids, seperti nematoda, dan filum Molluscs, yakni keluarga siput.

Penyakit pada tanaman, biasanya disebabkan oleh gangguan jasad hidup yang bersifat parasit, seperti
cendawan, bakteri, dan virus, atau karena gangguan fisiologis. Bila terjangkit penyakit, maka terjadi
perubahan pada seluruh atau sebagian organ tanaman. Dan hal ini akan mengganggu kegiatan fisiologis
sehari-hari.

Akar menjadi busuk

Gejala :
Mula-mula daun-daun paling ujung berukuran lebih kecil, berwarna kuning, clan tunas kurang segar.
Cabangcabang yang terserang menjadi kering clan biasanya tidak terjadi pertumbuhan baru. Bila akar
terserang parah, seluruh tanaman menjadi kering dengan cepat. Pada perakaran utama, luka
memanjang tampak sangat jelas dengan pusat cokelat gelap dan cokelat muda. Pada akar sekunder,
luka-luka terlihat kurang jelas cenderung tumbuh rootlet baru pada bagian tersebut. Akar-akar muda
kulitnya mudah mengelupas sehingga terlihat noda abu-abu gelap pada kayu.

Tanaman yang diserang :Alpukat, jeruk, apel.

Penyebab :
Cendawan Phytophthora sp, seperti PP cactorum (cendawan pada akar apel clan alpukat); PP
nicotianae (cendawan pada jeruk).

Pengendalian :
Pengolahan clan pengairan yang baik, menghindari penggunaan batang bawah yang peka terhadap
penyakit ini, mensterilkan tanah pembibitan dengan fungisida yang sesuai, clan pada kulit akar yang
terserang dilakukan pengelupasan dengan pisau.

hama

Kutu putih (kutu kebul), kutu ini sering menyerang aglaonema di dataran rendah dibanding di dataran
tinggi. Kutu putih menyerang batang dan daun bagian bawah, kutu tersebut mengisap cairan daun dan
meninggalkan jelaga pada daun. Cara penanggulangannya yaitu membersihkan dengan kapas yang telah
dicelupkan insektisida encer. Setelah itu, daun disemprotkan kembali dengan insektisida. Insektisida
kontak atau sistemik yang bisa digunakan, seperti mitac 200 EC dosis 1-2 ml/l, Decis 1 cc/l, dan Cofidor
200 SL dosisi 1 ml/l.

Kutu sisik, hama ini menyerang daun, pelepah, batang dan bunga, bentuknya seperti lintah dengan
ukuran yang lebih kecil, kutu sisik ini dapat menyebabkan daun mengerut, kuning, layu dan akhirnya
mati. Cara penanggulangannya yaitu bersihkan kutu sisik dengan cara dikerik. Anda juga dapat
menyemprotkan insektisida Confidor 200-SL atau Agrimex 18 EC dosis 1 ml/l dengan frekuensi 1 minggu
sekali.

 Root mealy bugs, menyerang bagian akar tanaman, bentuknya seperti kutu putih,
tanaman menjadi kurus, kerdil, daunya mengecil dan layu. Cara penanggulangannya yaitu
dengan mengganti media tanam. Selain itu, gunakan insektisida Confidor 200 SL dosis 0,5-0,75
ml/l atau Supracide 25 WP dosis 1-2 g/l dengan frekuensi 2 minggu sekali.

Penyakit

 Layu Bakteri, layu bakteri ditandai dengan daun dan batang yang melunak serta bau
yang tak sedap. Untuk mencegahnya, media tanam harus tetap dijaga agar tidak terlalu basah dan
lingkungan sekitar tidak terlalui lembap. Cara penaggulangannya yaitu dengan menyemprotkan
bakterisida Agrept dosis 1-2 ml/l atau Starner dosis 1 g/l setiap 2 minggu sekali.

Hama adalah semua herbivora yang dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan manusia
secara ekonomis. Akibat serangan hama produktivitas tanaman menjadi menurun, baik kualitas
maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen. Oleh karena itu kehadirannya
perlu dikendalikan, apabila populasinya di lahan telah melebihi batas Ambang Ekonomik. Dalam
kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama umum, siklus hidup,
dan karakteristik) serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan
kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian.

Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi,
demikian juga penyakit tanamannya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat
menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan
oleh karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan
terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian
tersebut. Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh pathogen (parasit)
atau dipengaruhi oleh agensia abiotik (fisiopath). Oleh karena itu, untuk terjadinya penyakit
tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interaksi antara dua komponen (tumbuhan
dan patogen). Interaksi ketiga komponen tersebut telah umum digambarkan sebagai suatu
segitiga, umumnya disebut segitiga penyakit (disease triangle). Setiap sisi sebanding dengan total
jumlah sifat-sifat tiap komponen yang memungkinkan terjadinya penyakit. Sebagai contoh, jika
tumbuhan bersifat tahan, umumnya pada tingkat yang tidak menguntungkan atau dengan jarak
tanam yang lebar maka segitiga penyakit – dan jumlah penyakit – akan kecil atau tidak ada,
sedangkan jika tumbuhan rentan, pada tingkat pertumbuhan yang rentan atau dengan jarak tanam
rapat, maka sisi inangnya akan panjang dan jumlah potensial penyakit akan bertambah besar.
Dengan cara yang sama, patogen lebih virulen, dalam jumlah berlimpah dan dalam keadaan
aktif, maka sisi patogen akan bertambah panjang dan jumlah potensial penyakitnya lebih besar.
Juga keadaan lebih menguntungkan yang membantu patogen, sebagai contoh suhu, kelembaban
dan angin yang dapat menurunkan tingkat ketahanan inang, maka sisi lingkungan akan menjadi
lebih panjang dan jumlah potensial penyakit lebih besar.

Gejala-gejala yang timbul pada tanaman yang sakit adalah terdapat bercak-bercak yang khas berwarna
coklat muda atau kelabu pada daun, dengan tepi coklat ungu atau coklat kemerahan. Di sekitar bercak
tedapat jaringan klorotik, dan terdapat juga lobang-lobang besar memanjang pada daun.

ada batang yang digerek oleh hama akan memiliki tanda pada daun tanaman yang terserang terdapat
bercak-bercak putih bekas gerekan yang tidak teratur. Bercak putih ini menembus kulit luar daun. Gejala
serangan pada batang ubi ditandai adanya lobang gerek pada permukaan batang. Apabila ruas-ruas
batang tersebut dibelah membujur maka akan terlihat lorong-lorong gerek yang memanjang. Gerekan
ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering. Biasanya dalam satu
batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek. Telur penggerek batang diletakkan pada permukaan atas
maupun bawah daun. Biasanya dalam kumpulan yang terdiri dari 7 – 30 telur yang tersusun seperti
genting, dalam 2 – 3 baris atau 3 – 5 baris. Larva yang baru menetas panjangnya + 2,5 mm, dan
berwarna kelabu. Semakin tua umur larva, warna badan berubah menjadi kuning coklat dan kemudian
kuning putih, disamping itu warna garis-garis hitam membujur pada permukaan abdomen sebelah atas
juga semakin jelas. Larva muda yang baru menetas hidup dan menggerek jaringan dalam pupus daun
yang masih menggulung, sehingga apabila gulungan daun ini nantinya membuka maka akan terlihat
luka-luka berupa lobang grekan yang tidak teratur pada permukaan daun. Setelah beberapa hari hidup
dalam pupus daun, larva kemudian akan keluar dan menuju ke bawah serta menggerek pelepah daun
hingga menembus masuk ke dalam ruas batang. Selanjutnya larva hidup dalam ruas-ruas batang tebu. Di
sebelah luar ruas-ruas muda yang digerek akan didapati tepung gerek. Apabila ruas terserang dibelah
secara membujur, maka terlihat lorong-lorong gerek yang lebar dan jalannya tidak teratur. Pada satu
ruas dapat ditemukan lebih dari satu ekor larva. Kepompong penggerek batang agak keras dan berwarna
coklat kehitaman. Kepompong betina biasanya mempunyai badan lebih besar daripada yang jantan.
Imago mempunyai sayap dan dada berwarna kecoklatan. Abdomen imago betina biasanya juga lebih
besar daripada yang jantan.

Puru akar/umbi (gall)


Ada dua teori mengenai terbentuknya puru akar:
1. Terjadi akibat bergabungnya beberapa sel menjadi satu, kemudian dindingnya larut.
2. Terjadi sebagai akibat adanya pembelahan sel yang giat tetapi tidak diikuti oleh terbentuknya dinding
pemisah, sehingga dalam satu sel .

Tanaman kentang yang mengalami puru pada umbi dengan adanya bintil-bintil yang timbul di
permukaan umbi kentang, dan tanaman yang mengalami puru pada akar dengan adanya bintil-bintil
yang timbul pada akar tanaman.
Puru akar (root knot) akibat adanya nematoda endoparasit yg masuk ke dalam akar tanaman, sehingga
akar bereaksi membentuk puru/gall (Meloidogyne sp.). Tumbuhan yg terinfeksi nematoda puru akar,
luka akar, akar bercabang lebih lebat, ujung akar rusak, busuk akar, diikuti gejala tanpa ciri-ciri khas di
atas permukaan tanah. Efek infeksi nematoda yg paling menonjol mengurangi pertumbuhan. Tanda
utama serangan nematoda adanya tanaman dg pertumbuhan jelek pd tempat tertentu di antara
tanaman yg sehat.

 Batang digerek, disebabkan oleh hama penggerek batang yang memiliki tipe alat mulut
penggerek. Gejala kerusakannya terdapat lobang gerek pada permukaan batang dan bagian
tengah batang akan terdapat warna hitam memanjang.
 Gall pada buah dan akar, disebabkan oleh nemathoda. Gejala kerusakannya adanya bintil-
bintil yang timbul di permukaan umbi dan adanya bintil-bintil yang timbul pada akar
tanaman.

3. Bagian batang dan akar : Berlubang, bengkak, akar putus, dan retak.

a. Hama Tikus Tikus adalah binatang yang merusak biji-bijian dan mengerat kulit dari anakan dan
tanaman muda sampai mati. Bagian yang dirusak biasanya dekat dengan tanah terutama yang berada di
dalam tutupan serasah. Biji dalam persemaian atau tempattempat perkecambahan sering mendapat
gangguan dari tikus. b. Hama Babi Babi adalah binatang yang sering merusak biji, buah, akar-akar pohon,
anakan dan tanaman muda. Perlu diperhatikan dalam sistem penanaman tumpangsari terutama yang
menggunakan ubi jalar dan singkong, karena tanaman ini menarik datangnya babi hutan. Pencegahan
dan pengendalian yang dapat dilakukan ialah dengan :

Penyakit Cendawan Akar Putih Penyakit cendawan akar putih, pohon yang terserang oleh cendawan
akar ini terlihat pohon menjadi layu dan merana, Apabila serangan sudah lanjut maka pohon akan mati.
Biasanya penularan melalui tanah dengan cara kontak dengan akar. Pencegahan dan pengendaliannya
dapat dilakukan dengan cara: 1. Menebang pohon yang sakit, membongkar tunggak dan akarnya
kemudian dimusnahkan (dibakar) di tempat itu juga 2. Untuk mencegah penularan dengan membuat
selokan isolasi sedalam 1-1.5 m mengelilingi pohon yang sakit 3. Akar yang luka sebaiknya ditutup/dioles
dengan fungisida 4. Menggunakan fungisida pada bekas pohon yang diserang

DAFTAR PUSTAKA
Husaeni, E.A., Kasno, N.F. Haneda dan O. Rachmatsjah. 2006. Pengantar Hama Hutan di Indonesia: Bio-
ekologi dan Teknik Pengendalian. Departemen manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops In Indonesia. PT. Ichtiar Baru – Van Hoeve, Jakarta

Neergaard, P. 1977. Seed Pathology.

Anda mungkin juga menyukai