Kesehatan Remaja
Kesehatan Remaja
INDONESIA
10.09.2013
Objektif
Pada masa remaja terjadi perubahan baik fisis maupun psikis yang
menyebabkan remaja dalam kondisi rawan pada proses pertumbuhan
dan perkembangannya. Masa ini merupakan masa terjadinya proses
awal pematangan organ reproduksi dan perubahan hormonal yang
nyata. Remaja menghadapi berbagai masalah yang kompleks terkait
dengan perubahan fisis, kecukupan gizi, perkembangan psikososial,
emosi dan kecerdasan yang akhirnya menimbulkan konflik dalam dirinya
yang kemudian memengaruhi kesehatannya. Remaja yang mengalami
gangguan kesehatan berupaya untuk melakukan reaksi menarik diri
karena alasan-alasan tersebut. Pencegahan terhadap terjadinya
gangguan kesehatan pada remaja memerlukan pengertian dan
perhatian dari lingkungan baik orangtua, guru, teman sebayanya, dan
juga pihak terkait agar mereka dapat melalui masa transisi dari kanak
menjadi dewasa dengan baik.
Ditinjau dari sisi bahwa remaja belum mampu menguasai fungsi fisis
dan psikisnya secara optimal, remaja termasuk golongan anak. Untuk
hal ini, remaja dikelompokkan menurut rentang usia sesuai dengan
sasaran pelayanan kesehatan anak. Disesuaikan dengan konvensi
tentang hak-hak anak dan UU RI no. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, remaja berusia antara 10-18 tahun.
Mengapa perlu memperhatikan kesehatan remaja?
1. Umur 5-14 tahun: asma: 1,2%; jantung: 0,2%; diabetes mellitus: 0%;
tumor 1,0%.
2. Umur 15-24 tahun: asma: 1,2%; jantung: 0,3%; diabetes mellitus:
0,1%; tumor: 2,4%.
3. Prevalensi penyakit asma, jantung, diabetes mellitus, dan tumor
menurut karakteristik responden yang didiagnosis oleh tenaga
kesehatan atau dengan gejala:
4. Umur 5-14 tahun: asma: 2%, jantung: 2,2%, diabetes mellitus: 0%.
5. Umur 15-24 tahun: asma 2,2%, jantung: 4,8%, diabetes mellitus:
0,4%.
3. Konseling
1.Pengambilan keputusan
Pada remaja keterampilan pengambilan keputusan ini berperan
konstruktif dalam menyelesaikan masalah berkaitan dengan hidupnya.
Keputusan yang salah tak jarang mengakibatkan masa depan menjadi
suram.
2.Pemecahan masalah
Masalah yang tak terselesaikan yang terjadi karena kurangnya
keterampilan pengambilan keputusan akan menyebabkan stres dan
ketegangan fisis.
3. Berpikir kreatif
Berfikir kreatif akan membantu pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah. Berpikir kreatif terealisasi karena adanya kesanggupan untuk
menggali alternatif yang ada dan mempertimbangkan sisi baik dan buruk
dari tindakan yang akan diambil. Meski tak menghasilkan suatu
keputusan, berpikir kreatif akan membantu remaja merespons secara
fleksibel segala situasi dalam keseharian hidup.
4. Berpikir kritis
Merupakan kesanggupan untuk menganalisa informasi dan pengalaman
secara objektif. Hal ini akan membantu mengenali dan menilai faktor
yang memengaruhi sikap dan perilaku, misalnya: tata-nilai, tekanan
teman sebaya, dan media.
5. Komunikasi efektif
Komunikasi ini akan membuat remaja dapat mengekspresikan dirinya
baik secara verbal maupun non-verbal. Harus disesuaikan antara
budaya dan situasi, dengan cara menyampaikan keinginan, pendapat,
kebutuhan dan kekhawatirannya. Hal ini akan mempermudah remaja
untuk meminta nasihat atau pertolongan bilamana mereka
membutuhkan.
6. Hubungan interpersonal
Membantu menjalin hubungan dengan cara positif dengan orang lain,
sehingga mereka dapat meciptakan persahabatan, meningkatkan
hubungan baik sesama anggota keluarga, untuk mendapatkan
dukungan sosial, dan yang terpenting adalah mereka dapat
mempertahankan hubungan tersebut; Hubungan interpersonal ini sangat
penting untuk kesejahteraan mental remaja itu sendiri. Keahlian ini
diperlukan juga agar terampil dalam mengakhiri hubungan yang tidak
sehat dengan cara yang positif.
7. Kesadaran diri
Merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri, sifat, kekuatan dan
kelemahan, serta pengenalan akan hal yang disukai dan dibenci.
Kesadaran diri akan mengembangkan kepekaan pengenalan dini akan
adanya stres dan tekanan yang harus dihadapi. Kesadaran diri ini harus
dimiliki untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan hubungan
interpersonal yang baik, serta mengembangkan empati terhadap orang
lain.
8. Empati
Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan
baik, remaja mampu membayangkan bagaimana kehidupan orang lain.
Empati melatih remaja untuk mengerti dan menerima orang lain yang
mungkin berbeda dengan dirinya, dan juga membantu menimbulkan
perilaku positif terhadap sesama yang mengalaminya.
9. Mengendalikan emosi
Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui
bagaimana emosi dapat memengaruhi perilaku, memudahkan menggali
kemampuan merespons emosi dengan benar. Mengendalikan dan
mengatasi emosi diperlukan karena luapan emosi kemarahan atau
kesedihan dapat merugikan kesehatan bila tidak disikapi secara benar.
Dalam menghindari diri dari tindak kekerasan baik fisis ataupun mental,
beberapa kompetensi dari life skills ini dapat membantu remaja
mengambil keputusan agar dapat merespons ancaman atau tindak
kekerasan tersebut. Kekerasan fisis termasuk kekerasan seksual dapat
dihindari dengan berpikir kritis dan kreatif serta menggunakan
komunikasi efektif untuk menghindari dan menyelamatkan diri dari
ancaman tersebut. Kekerasan mental (tekanan, pelecehan, penghinaan)
tidak menimbulkan akibat psikis apabila kompetensi life skills diterapkan
seperti berpikir kreatif, pengendalian emosi dan komunikasi efektif.
Kesimpulan
Objektif:
Telars Prematur
Klasifikasi
Etiologi
Patogenesis
Perjalanan alamiah
Diagnosis
Tata laksana
Telars prematur merupakan suatu keadaan yang self limited dan jarang
sekali menjadi pubertas prekoks sentral.10,15,16 Kebanyakan peneliti
berpendapat bahwa telars prematur yang terjadi pada usia kurang dari 3
tahun mempunyai prognosis yang baik, karena payudara umumnya
akan mengalami regresi spontan, sehingga disarankan untuk tidak
melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak perlu..
Penjelasan terhadap orangtua merupakan kunci, bertujuan memberikan
keyakinan bahwa sebagian besar telars prematur bersifat jinak dan tidak
perlu khawatir terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak
selanjutnya. Yang lebih penting pada kasus telars prematur adalah
pemantauan sedini mungkin kemungkinan terjadinya pubertas prekoks
senrtal yang dapat dilakukan baik secara klinis, laboratoris, maupun
dengan pemeriksaan penunjang radiologis. Hal ini sangat penting agar
terapi sedini mungkin dapat segera dilakukan pada pasien telars
prematur yang berkembang menjadi pubertas prekoks sentral.1,10,18
Ginekomastia
Etiologi
Manifestasi klinis
Ginekomastia fisiologis
Ginekomastia pada neonatus
A. Ginekomastia fisiologis
Ginekomastia pubertas
B. Ginekomastia patologis
Defisiensi testosteron
Obat-obatan
C. Gikenomastia idiopatik
Ginekomastia pubertas
Manifestasi klinis
Ginekomastia patologis
Kelainan endokrin
Ginekomastia idiopatik
Pada keadaan ini penyebabnya setelah dicari tetap tidak diketahui, dan
ginekomastia idiopatik tidak menyebabkan gangguan kesehatan yang
berarti.26
Pendekatan Diagnosis
under masculinized
Laboratorium
Terapi
Terapi ginekomastia tergantung pada penyebab dan lamanya menderita
ginekomastia. Pada ginekomastia pubertas biasanya hanya memerlukan
penentraman hati.24,25,29 dan dukungan psikososial 24,25 Pada 90% kasus
ginekomastia pubertas regresi spontan terjadi dalam 3 tahun dan dalam
6 bulan dengan terapi medis.27
Terapi medis
Terapi bedah
Gambaran Klinis
Diagnosis
Diagnosis Banding
Terapi
Kesimpulan
1. Pubertas adalah bagian dari proses pertumbuhan anak dan remaja
2. Status pubertas termasuk bagian pemeriksaan fisik yang harus
diperiksa pada anak dan remaja
3. Selain tanda seks sekunder, urutan timbulnya tanda seks sekunder
harus diperhatikan
4. Penyimpangan dari proses pubertas dapat terjadi pada semua umur
dari neonatus sampai remaja
5. Masalah pubertas sehari-hari yang sering dijumpai yaitu telars
prematur, telars pubarke, ginekomastia dan CDGP
6. Masalah sehari-hari tersebut harus bisa dikenali dan diketahui yang
mana yang fisiologis atau patologis
7. Untuk masalah yang patologis atau yang memerlukan terapi
hormonal dikonsultasikan ke konsultan endokrin anak
Daftar Pustaka
Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensencemempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992).
Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk
golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang
dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Ottorank (dalam
Hurlock, 1990) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan
yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri, bahkan Daradjat
(dalam Hurlock, 1990) mengatakan masa remaja adalah masa dimana
munculnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan
kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang matang. Erikson (dalam
Hurlock, 1990) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis identitas atau
masalah identitas-ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha
menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta usaha
mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus
memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan
ideal seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir. Dari
pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Empati, yaitu kemampuan untuk memposisikan perasaan orang lain pada diri
sendiri.
2. Kesadaran diri, adalah kemampuan untuk mengenal diri sendiri tentang
karakter, kekuatan, kelemahan, keinginan dan tidak keinginan
3. Pengambilan keputusan, adalah kemampuan yang dapat membantu kita
untuk mengambil keputusan secara konstruktif dengan membandingkan
pilihan alternatif dan efek samping yang menyertainya.
4. Pemecahan masalah, adalah kemampuan untuk memungkinkan kita dapat
menyelesaikan masalah secara konstruktif.
5. Berpikir kreatif, yaitu kemampuan unuk menggali alternatif yang ada dan
berbagai konsekuensinya dari apa yang kita lakukan.
6. Berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisa informasi dan pengalaman-
pengalaman secara objektif.
7. Komunikasi efektif, yaitu kemampuan untuk mengekspresikan diri secara
verbal maupun non verbal yang mengikuti budaya dan situasi
8. Hubungan interpersonal, yaitu kemampuan yang dapat menolong kita
beroteraksi dengan sesama secara positif dan harmonis.
9. Mengatasi emosi, yaitu kemampuan keterlibatan pengenalan emosi dalam
diri sendiri dan orang lain.
10. Mengatasi stres, yaitu kemampuan pengenalan sumber-sumber yang
menyebabkan stres dalam kehidupan, bagaimana efeknya dan cara
mengontrol terhadap derajat stres. keterampilan hidup sehat pada remaja
dilakukan dengan:
Gizi
Kesehatan gigi dan gusi
Puasa dan kesehatan
Kesehatan mata dan telinga
Higiene fisik dan lingkungan
Bahaya narkoba bagi fisik
Bahaya merokok
Kesehatan reproduksi remaja
Penyakit menular lewat hewan
Penyakit yang biasa dialami siswa
Penyakit Menular Seksual (PMS)- -
Psikologi remaja
Bahaya narkoba ditinjau dari aspek hukum dan psikososial
Pemahaman diri
Kepribadian dan konsep diri
Permasalahan yang biasa dialami remaja
Teknik konseling/terapi psikologis
Mengatur waktu
Pergaulan sehat
Penjaringan masalah
Pelaporan
Sistem angket dan kancing
Referral (Rujukan)
Kesimpulan
Dari semua hal yang perlu, harus, dan telah diterapkan, semuanya bermuara
pada pentingnya penerapan pola hidup sehat baik secara fisik dan psikis.
Penerapan hidup sehat dilakukan dengan prinsip seperti di bawah ini:
Menghargai waktu
Menjaga tujuan utama
Sederhana
Memiliki perencanaan
Keseimbangan pengelolaan uang.
Keseimbangan beraktivitas
Menghindari hal-hal yang berlebihan
Berpikir kritis sebelum bertindakUtamakan menjaga kehormatan dan
mematuhi etika.