TINJAUAN PUSTAKA
Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah dan struktur
atas. Struktur bawah yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang
berada di bawah permukaan tanah, sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas
adalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah seperti kolom,
balok, plat, dan tangga. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang berbeda-
beda di dalam sebuah struktur. Suatu bangunan gedung beton bertulang yang
dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan struktur yang tepat
(Hartono, 1999).
Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (dead load),
beban hidup (live load), beban gempa (earthquake), dan beban angin (wind load)
besar dan arah gaya-gaya yang bekerja pada setiap komponen struktur, kemudian
dan tulangan yang dibutuhkan oleh masing-masing struktur (Gideon dan Takim,
1993).
7
2.1. Kolom
2.1.1 PengertianKolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Struktur dalam kolom dibuat dari baja dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Baja adalah material
yang mampu menahan gaya tarik dan tekan, sedangkan beton adalah material
yang mampu menahan gaya tekan. Gabungan kedua material ini dalam struktur
beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok
bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.
8
2.1.2 Jenis – Jenis Kolom
Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga:
1. Kolom ikat (tie column)
2. Kolom spiral (spiral column)
3. Kolom komposit (composite column)
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga
jenis kolom beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan
kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang,
yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah
lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok
memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang
pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah
tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di
sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi
kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum
runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh
struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.
3. Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang
diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, atau
tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.
9
Gambar 2.2 Kurva Tegangan – Regangan Beton
Sumber :W.C.Vis 1993
Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu
kolom utama dan kolom praktis.
1. Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya
menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal
disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk
menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom
dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung.
Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2
biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d
8-10cm (8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8–10
cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
10
Gambar 2.3 Contoh Penulangan pada Kolom
Sumber :Ali Asroni 2010
2. Kolom Praktis
Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 6 meter, atau
pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 40/40
dengan tulangan beton 4 D 19 begel D10-100.
Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus
dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak
boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat
kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom
portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke
atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya
makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan
pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang
sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok portal
merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh
beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan
balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat
menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah
11
kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom,
boleh ditambah tebalnya.
2.2 Balok
2.2.1 Pengertian Balok
Balok adalah bagian dari struktural sebuah bangunan yang kaku dan
dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-elemen
kolom penopang. Selain itu ring balok juga berfungsi sebagai pengikat kolom-
kolom apabila terjadi pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu
mempertahankan bentuk dan posisinya semula. Ring balok dibuat dari bahan yang
sama dengan kolomnya sehingga hubungan ring balok dengan kolomnya bersifat
kaku tidak mudah berubah bentuk. Pola gaya yang tidak seragam dapat
mengakibatkan balok melengkung atau defleksi yang harus ditahan oleh kekuatan
internal material.
12
lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus dengan panjang dan
beban yang sama.
2. Balok baja
Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok dapat
ditopang oleh balok induk (girder), kolom, atau dinding penopang beban.
3. Balok Beton
Pelat beton yang dicor di tempat dikategorikan menurut bentangan dan
bentuk cetakannya.
4. Balok Komposit (Composite Beam)
Balok komposit yang digunakan pada konstruksi gedung dan
jembatanadalah berupa baja dengan lantai beton. Antara baja dan beton
pada balokkomposit diikat dengan suatu penghubung (shear connectors),
sehingga beton dan baja dapat bekerja bersama-sama membentuk suatu
kesatuan seperti Balok T.
1. Balok Kayu
Dalam pemilihan balok kayu, faktor berikut harus dipertimbangkan : jenis
kayu, kualitas struktural, modulus elastisitas, nilai tegangan tekuk,nilai
tegangan geser yang diizinkan dan defleksi minimal yang diizinkan untuk
penggunaan tertentu. Sebagai tambahan , perhatikan kondisi pembebanan yang
akurat dan jenis koneksi yang digunakan.
a. Balok kayu laminasi lem
Kayu laminasi lem dibuat dengan melaminasi kayu kualitas tegang (
stress grade ) dengan bahan adhesive di bawah kondisi yang terkontrol,
biasanya parallel terhadap urat kayu semua lembaran. Kelebihan kayu
laminasi lem dibandingkan kayu utuh secara umum yaitu batas tegangan
yang lebih besar, penampilan yang lebih menarik dan ketersediaan
13
bentuk penampang yang beragam. Kayu laminasi lem dapat disatukan
ujung-ujungnya dengan sambungan scarf dan finger sesuai panjang yang
diinginkan, atau dilem ujung-ujungnya untuk lebar atau kedalaman yang
lebih besar.
2. Balok Baja
14
secara drastis karena api, pelapis anti api dibutuhkan untuk memenuhi
kualifikasi sebagai konstruksi tahan api.
Balok baja berbentuk Wide Flange (WF)yang lebih efisien secara
struktural telah menggantikan bentuk klasik I beam (S). Balok juga dapat
berbentuk channel (C), tube structural.
3. Balok komposit
Sebuah balok komposit (composite beam) adalah sebuah balok
yang kekuatannya bergantung pada interaksi mekanis diantara dua atau lebih
bahan (Bowles,1980). Beberapa jenis
balok komposit antara lain :
a. Balok komposit penuh
Untuk balok komposit penuh, penghubung geser harus disediakan dalam
jumlah yang memadai
sehingga balok mampu mencapai kuat lentur maksimumnya. Pada
penentuan distribusi tegangan
elastis, slip antara baja dan beton dianggap tidak terjadi (SNI 03-1729-
2002 Ps.12.2.6).
b. Balok komposit parsial
Pada balok komposit parsial, kekuatan balok dalam memikul lentur
dibatasi oleh kekuatan
penghubung geser.Perhitungan elastis untuk balok seperti ini, seperti pada
penentuan defleksi
atau tegangan akibat beban layan, harus mempertimbangkan pengaruh
adanya slip antara baja
dan beton (SNI 03-1729-2002 Ps. 12.2.7
Struktur komposit merupakan suatu struktur yang terdiri dari dua elemen
struktur dengan
bahan/material yang berbeda dan bekerja bersama-sama membentuk suatu
kesatuan, dimana
masing-masing bahan/material ter-sebut mempunyai kekuatan sendiri-
sendiri.
15
Contoh :
– baja dengan beton
– kayu dengan beton
– beton prategang yang terdiri dari beton biasa dan kabel prategang
16
Pelat lantai dari baja umumnya hanya untuk bangunan gudang, bengkel,
atau bangunan khusus yang dapat dipesan dari suatu perusahaan baja atau bengkel
besi.
2.3.3TipePelat lantai
2.3.3.1 Sistem Flat Slab
Sistem flat slab merupakan pelat beton bertulang yang langsung ditumpu
oleh kolom-kolom tanpa adanya balok-balok. Biasanya digunakan untuk
intensitas beban yang tidak terlalu besar dan bentang yang kecil. Pada daerah
kritis disekitar kolom penumpu, biasanya diberi penebalan (droppanel) untuk
memperkuat pelat terhadap gaya geser, pons dan lentur. Flat slab tanpa diberi
kepala kolom(drop panel) disebut flatplate.
17
2.3.3.3 Sistem Pelat dan Balok
Sistem pelat lantai ini terdiri dari lantai (slab) menerus yang ditumpu oleh
balok-balok monolit, yang umumnya ditempatkan pada jarak 3,0m hingga 6,0m.
Sistem ini banyak dipakai, kokoh dan sering dipakai untuk menunjang system
pelat lantai yang tidak beraturan.
18
2.5Pekerjaan Konstruksi
2.5.1Pekerjaan Beton
Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang
setara dengan agregat halus, agregat kasar, dan air atau tanpa bahan tambah
membentuk massa padat. Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini harus mencakup
pelaksanaan seluruh struktur beton bertulang, beton tanpa tulangan, beton
prategang, beton pencetak dan beton untuk struktur baja komposit, sesuai dengan
spesifikasi dan gambar rencana atau sebagaimana yang disetujui oleh direksi
pekerjaan.
19
Jenis Fc’ σbk’
Uraian
Beton (MPa) (Kg/cm²)
20
memiliki sifatmampu mengikat bahan–bahan padat menjadi satu kesatuan
yang kompakdan kuat.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 15-2049-
2004,semen Portland adalah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan
caramenggiling terak (Clinker) portland terutama yang terdiri dari kalsium
silikat(xCaO.SiO2) yang bersifat hidrolis dan digiling bersama – sama
denganbahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa
kalsium sulfat(CaSO4.xH2O) dan boleh ditambah dengan bahan tambahan
lain (Mineral incomponent).Hidrolis berarti sangat senang bereaksi dengan
air, senyawa yang bersifathidrolis akan bereaksi dengan air secara cepat.
Semen portland bersifat hidroliskarena di dalamnya terkandung kalsium
silikat (xCaO.SiO2) dan kalsiumsulfat (CaSO4.xH2O) yang bersifat hidrolis
dan sangat cepat bereaksi denganair. Reaksi semen dengan air berlangsung
secara irreversibel, artinya hanyadapat terjadi satu kali dan tidak bisa
kembali lagi ke kondisi semula.
2. Agregat
Agregat adalah beton dalam butiran (batu alami/batu pecah, pasir,
abubatu) yang tidak bereaksi secara kimia dengan semen dan air.Agregat
dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Agregat Halus
Agregat halus adalah bahan pengisis beton yang berupa butiran
lebihkecil dari 4,75 mm yang bereaksi kimia dengan semen dan air.
Fungsiagregat adalah sebagai bahan pengisi ( mengisi paling sedikit
volumebeton).
b. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah bahan pengisi dalam bentuk butiran yang
lebihbesar dari 4,75 mm. Fungsi dan pengaruhnya tidak jauh beda
denganagregat halus. Persaratan Agregat kasar (koral/batu pecah).
Jumlah butirbutir pipih max 20% dari berat agregat total. Tidak
pecah/hancur olehcuaca. Kadar lumpur max 1%. Tidak mengandung zat
relative alkali.Kekerasan butiran di periksa dengan mesin penghalus los
angles(kehilangan berat max 50%).
21
3. Baja Tulangan
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu
tanpamengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan
baikdalam suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya
perkuatanpenulangan yang terutama akan mengemban tugas menahan
gaya tarik yangbakal timbul di dalam sistem. Untuk keperluan penulangan
tersebutdigunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis menguntungkan,
dan bajatulangan yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran
ataupun kawatrangkai (wire mesh) yang berupa batang kawat baja yang
dirangkai (dianyam)dengan teknik pengelasan. Yang terakhir tersebut,
terutama dipakai untuk platdan cangkang tipis atau struktur lain yang
tidak mempunyai tempat cukupbebas untuk pemasangan tulangan, jarak
spasi, dan selimut beton sesuaidengan persyaratan pada umumnya.
Bahan batang baja rangkai denganpengelasan yang dimaksud, didapat
dari hasil penarikan baja pada suhudingin dan dibentuk dengan pola
ortogonal, bujur sangkar, atau persegi empatdengan di las pada setiap titik
pertemuannya.Agar dapat berlangsung lekatan erat antara baja tulangan
dengan beton,selain batang polos berpenampang bulat (BJTP) juga
digunakan batangdeform (BJTD), yaitu batang tulangan baja yang
permukaannyadikasarkan secara khusus, diberi sirip yang teratur dengan
pola tertentu, ataubatang tulangan yang dipilin pada proses produksinya.
Pola permukaan yangdikasarkan atau pola sirip sangat beragam
tergantung pada mesin giling ataucetak yang dimiliki oleh produsen, asal
masih dalam batas-batas spesifikasi.
Baja tulangan polos (BJTP) hanyadigunakan untuk tulangan pengikat
sengkang atau spiral, umumnya diberikait pada ujungnya.Di banyak
negara termasuk di negara kita, telah dilaksanakan banyakpercobaan serta
pengujian untuk melakukan pendekatan dan penelitian yangberhubungan
dengan ekonomis untuk penulangan beton. Di antaranya percobaan
penulangan dengan cara ferro cement dimana digunakan bahankayu,
bambu, atau bahan lain untuk penulangan beton. Ataupun beton
denganperkuatan fiber (serat) dimana sebagian bahan imbuhan perkuatan
22
digunakanserat-serat baja atau serat dengan serbuk bahan lain, demikian
pula usahamemperbaiki mutu bahan betonnya sendiri dengan
menggunakan abu terbang(fly ash) dan sebagainya.
Sifat fisik tulangan baja yang paling penting untuk digunakan
dalamperhitungan perencanaan beton bertulang ialah tegangan luluh (fy)
danmodulus elastisitas (Es). Tegangan luluh (titik luluh) baja ditentukan
melaluiprosedur pengujian standar sesuai SII 0136-84 dengan ketentuan
bahwategangan luluh adalah tegangan baja pada saat meningkatnya
tegangan tidakdisertai dengan peningkatan regangannya. Di dalam
perencanaan atau analisisbeton bertulang umumnya nilai tegangan luluh
baja tulangan diketahui atauditentukan pada awal perhitungan.
4. Air
Tujuan utama dari penggunaan air adalah agar terjadi hidrasi yaitu
reaksikimia antara semen dan air yang menyebabkan campuran ini
menjadi kerassetelah lewat beberapa waktu tertentu. Air yang dibutuhkan
agar terjadiproses hidrasi tidak banyak, kira - kira 30% dari berat semen.
Denganmenambah lebih benyak air harus dibatasi sebab penggunaan air
yang terlalubanyak dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan beton.
Keadaan kandungan air secara nyata dari pasta dipengaruhi
olehkandungan kelembaban dalam agregat. Bila kondisi udara kering,
pasta akanmenyerap air. Dengan cara demikian secara efektif
menurunkan faktor airsemen dan mengurangi workability. Pada sisi yang
lain jika agregat terlalubasah, pasta akan mengkontribusi air
kepermukaan pasta, keduanyameningkatkan kadar air semen dan
workability tetapi menurunkan kekuatan.Oleh karena itu agregat yang
digunakan dalam pencampuran beton diusahakandalam keadaan SSD
(Saturated Surface Dry), yaitu butir-butir agregat yangjenuh air, artinya
semua pori-pori yang tembus air terisi penuh oleh air
sedangpermukaannya kering.
23
2.5.2 Pelaksanaan Pembesian
Untuk pekerjaan pembesian harus sesuai dengan gambar kerja yang dibuat
oleh konsultan perencana yaitu dari pihak PT. Fortunindoartaperkasadan juga
harus sesuai dengan ukuran-ukuran maupun dimensi, posisi penulangan serta
denganperlengkapannya.
Pekerjaan pembesian yang terjadi dilapangan harus mengacu pada
gambarrencana yang telah disetujui oleh pihak pemilik atau Owner.Dalam
pelaksanaan pekerjaan pembesian yang terlibat adalah orang-orang yang harus
benar-benar mempunyai keahlian dibidang itu sendiri, dan juga bisa membaca
ataupun memahami gambar rencana.
24