Anda di halaman 1dari 12

Tugas Individu

“BUDIDAYA TANAMAN
KENTANG”
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada
Mata Pelajaran Prakarya

DISUSUN OLEH

NAMA : TRIAS PRABAWATI


KELAS : X. MIA.3
SMA NEGERI 1
PEKALONGAN
LAMPUNG TIMUR
TP. 2017/2018
BUDIDAYA KENTANG

A. Perencanaan Budidaya Kentang


Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk tanaman berkeping dua
(dikotil) dari keluarga Solanaceae. Tanaman ini merupakan tanaman semusim
dan mempunyai kemampuan berkembang biak secara vegetatif melalui umbi.
Budidaya kentang akan tumbuh subur pada daerah beriklim dingin, suhu udara
yang tinggi menyebabkan tanaman tidak dapat membentuk umbi.
Ketinggian yang baik untuk budidaya kentang berada pada kisaran 1000-
2000 meter dari permukaan laut dengan suhu 14-22 derajat celcius. Curah
hujan yang baik selama periode pertumbuhan tanaman kentang adalah 1000-
1500 mm. Apabila curah hujan terlalu tinggi bisa menyebabkan kebusukan
pada umbi.
Budidaya kentang di Indonesia, pertamakali dilakukan pada abad ke-18
di Cibodas, Lembang, Pangalengan dan Tengger. Kemudian menyebar ke
wilayah Sumatera tepatnya di dataran tinggi kerinci. Saat ini banyak tempat di
Indonesia menjadi sentra budidaya kentang. Prospek usaha budidaya kentang
sangat menjanjikan.

B. Syarat Pertumbuhan
1. Iklim
Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10
jam/hari, suhu optimal 18-21 °C, kelembaban 80-90% dan ketinggian
antara 1.000-3.000 m dpl.

2. Media Tanam
Struktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik,
berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam dan pH antara 5,8-
7,0.
C. Pedoman Teknis Budidaya
1. Pembibitan
Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram, umur
150-180 hari, tidak cacat, dan varitas unggul. Pilih umbi berukuran
sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai generasi keempat saja.
Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam.
Bila bibit membeli (usahakan bibit yang bersertifikat), berat antara
30-45 gram dengan 3-5 mata tunas. Penanaman dapat dilakukan
tanpa/dengan pembelahan. Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4
potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi direndam dulu
menggunakan POC NASA selama 1-3 jam (2-4 cc/lt air).

2. Pengolahan Media Tanam


Lahan dibajak sedalam 30-40 cm dan biarkan selama 2 minggu
sebelum dibuat bedengan dengan lebar 70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2
jalur tanaman), tinggi 30 cm dan buat saluran pembuangan air sedalam 50
cm dan lebar 50 cm.
Natural Glio yang sudah terlebih dahulu dikembangbiakkan dalam
pupuk kandang + 1 minggu, ditebarkan merata pada bedengan (dosis : 1-2
kemasan Natural Glio dicampur 50-100 kg pupuk kandang/1000 m2).

3. Teknik Penanaman
a. Pemupukan Dasar
1) Pupuk anorganik berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200 kg/ha), dan
KCl (75 kg/ha).
2) Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secukupnya
secara merata di atas bedengan, dosis 1-2 botol/ 1000 m². Hasil
akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA dengan cara :
A) Alternatif 1 : Satu botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air
dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc
larutan induk tadi untuk menyiram bedengan. B) Alternatif 2 :
setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa
untuk menyiram 10 meter bedengan.
3) Penyiraman POC NASA / SUPER NASA dilakukan sebelum
pemberian pupuk kandang.
4) Berikan pupuk kandang 5-6 ton/ha (dicampur pada tanah bedengan
atau diberikan pada lubang tanam) satu minggu sebelum tanam,

b. Cara Penanaman
Jarak tanaman tergantung varietas, 80 cm x 40 cm atau 70 x 30
cm dengan kebutuhan bibit + 1.300-1.700 kg/ha (bobot umbi 30-45
gr). Waktu tanam diakhir musim hujan (April-Juni).

4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyulaman
Penyulaman untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh/tumbuhnya
jelek dilakukan 15 hari semenjak tumbuh.

b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman 2-3
hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan
penggemburan.

c. Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk
mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi
perebutan unsur hara.

d. Pemupukan Susulan
1) Pupuk Makro
Urea/ZA: 21 hari setelah tanam (hst) 300 kg/ha dan 45 hst 150
kg/ha.
SP-36: 21 hst 250 kg/ha.
KCl: 21 hst 150 kg/ha dan 45 hst 75 kg/ha.
Pupuk makro diberikan jarak 10 cm dari batang tanaman.
2) POC NASA: mulai umur 1 minggu s/d 10 atau 11 minggu.
Alternatif I : 8-10 kali (interval 1 minggu sekali dengan dosis 4
tutup/tangki atau 1 botol (500 cc)/ drum 200 lt air.
Alternatif II : 5 - 6 kali (interval 2 mingu sekali dengan dosis 6
tutup/tangki atau 1,5 botol (750 cc)/ drum 200 lt air.
3) HORMONIK : penyemprotan POC NASA akan lebih optimal jika
dicampur HORMONIK (dosis 1-2 tutup/tangki atau + 2-3
botol/drum 200 liter air).

5. Pengairan
Pengairan 7 hari sekali secara rutin dengan di gembor, Power Sprayer atau
dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20 menit).

D. Hama dan Penyakit


1. Hama
Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat menyerang daun hingga habis daunnya. Pengendalian: (1)
memangkas daun yang telah ditempeli telur; (2) penyemprotan Natural
Vitura dan sanitasi lingkungan.
a. Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga
dapat menularkan virus. Pengendalian: memotong dan membakar daun
yang terinfeksi, serta penyemprotan Pestona atau BVR.

b. Orong-orong (Gryllotalpa Sp)


Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman
muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri.
Pengendalian: Pengocoran Pestona.

c. Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)


Gejala: daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti benang
berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang
terserang bila dibelah, terlihat lubang-lubang karena sebagian umbi telah
dimakan. Pengendalian : Pengocoran Pestona.

d. Hama trip ( Thrips tabaci )


Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, berubah
menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujung-ujung
daun yang masih muda. Pengendalian: (1) memangkas bagian daun yang
terserang; (2) mengunakan Pestona atau BVR.

2. Penyakit
a. Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala: timbul bercak-
bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah hingga warnanya
berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna
putih yang merupakan sporangium dan daun membusuk/mati.
Pengendalian: sanitasi kebun. Pencegahan dengan penggunaan Natural
Glio pada sebelum atau awal tanam.

b. Penyakit layu bakteri


Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala: beberapa
daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah
menguning. Pengendalian: sanitasi kebun, pergiliran tanaman.
Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal
tanam.

c. Penyakit busuk umbi


Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes. Gejala: daun
menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian tanaman
yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna coklat.
Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk. Pengendalian:
pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik.
Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal
tanam
d. Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala: busuk umbi yang
menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang kentang di
gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka yang
disebabkan nematoda/faktor mekanis. Pengendalian: menghindari
terjadinya luka pada saat penyiangan dan pendangiran. Pencegahan
dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

e. Penyakit bercak kering (Early Blight)


Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman
sakit dan berkembang di daerah kering. Gejala: daun berbercak kecil
tersebar tidak teratur, warna coklat tua, meluas ke daun muda.
Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan, kering,
berkerut dan keras. Pengendalian: pergiliran tanaman. Pencegahan :
Natural Glio sebelum/awal tanam

f. Penyakit karena virus


Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV)
menyebabkan daun menggulung; (2) Potato Virus X (PVX)
menyebabkan mosaik laten pada daun; (3) Potato Virus Y (PVY)
menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4) Potato Virus A (PVA)
menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan
mosaik menggulung; (6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik
lemas. Gejala: akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan
pucat dengan umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun
menguning dan jaringan mati. Penyebaran virus dilakukan oleh
peralatan pertanian, kutu daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan
Myzus persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan nematoda.
Pengendalian: tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus,
pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas
virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman
sakit, mengendalikan vektor dengan Pestona atau BVR dan melakukan
pergiliran tanaman.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan


pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia
yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan
tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO
810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

E. Panen
Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari,
tergantung varietas tanaman. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat
dipanen jika daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan
disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna kekuningan
(agak mengering) dan kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit
tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari.
Panen adalah proses pengambilan umbi kentang yang sudah
menunjukkan ciri (sifat khusus) untuk digali (masak panen optimal).
Tujuannya adalah menggali dan mengambil umbi dari dalam tanah.
Saat panen umbi kentang yang tepat , tergantung dari varietas kentang
yang ditanam karena setiap varietas kentang mempunyai umur panen berbeda-
beda. Untuk varietas Cipanas misalnya, umbi bisa dipanen setelah berumur 95
-105 hari, Varietas Cosima 100 - 110 hari, varietas Segunung ± 100 hari,
varietas Granola sekitar 100 - 115 hari dan varietas Merbabu-17 baru bisa
dipanen setelah tanaman berumur 90 -100 hari.
Sebagai tanda bahwa kentang sudah dapat dipanen sebenarnya cukup
mudah. Lihat saja daunnya. Jika daun kentang yang tadinya berwarna hijau
segar kemudian berubah menjadi kekuningan, tetapi warna kekuningan ini
bukan karena penyakit dan kulit umbinya tidak mudah lecet atau terkelupas,
umbi kentang tersebut sudah siap dipanen.
Sebelum umbi dipanen, pangkas bagian tanaman yang ada di permukaan
tanah. Setelah itu, bongkar umbi kentang secara hati-hati, terutama sewaktu
membongkar guludan. Waktu panennya jangan dilakukan pada saat turun
hujan atau menjelang hujan, tetapi dilakukan pada saat cuaca cerah.
Cara panennya, bongkar guludan dengan mencangkul tanah di sekitar
umbi yang dilakukan secara hati-hati, jangan sampai melukai umbi yang
dipanen, lalu mengangkatnya sehingga umbi kentang keluar dari dalam tanah.
Umbi yang baru dipanen itu ditaruh di permukaan tanah agar terjemur sinar
matahari.
Umbi yang sudah dipanen itu selanjutnya dikumpulkan dan dilakukan
sortasi (pemilihan) awal sesuai kualitasnya. Masukan umbi yang sudah dipilih
ke dalam keranjang/waring, kemudian dibawa ke tempat pengumpulan hasil
panen kentang untuk penanganan lebih lanjut (pasca panen)

F. Pasca Panen
Kegiatan pasca panen kentang yang perlu dilakukan supaya diperoleh
umbi kentang yang bermutu baik pada dasarnya meliputi pembersihan, sortasi
dan grading, penyimpanan dan pengemasan. Ada pun masing-masing
pelaksanaan pasca panen tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Pembersihan
Pembersihan adalah proses menghilangkan kotoran yang menempel
pada umbi. Tujuannya untuk menghilangkan kotoran yang masih
menempel pada umbi supaya umbi terlihat menarik.
Selama pembersihan , usahakan umbi kentang bebas dari segala
kotoran yang menempel pada umbi seperti tanah, sisa tanaman atau akar
tanaman dengan cara dipangkas, setelah itu dicuci dengan air bersih secara
hati-hati. Untuk mencucinya dapat dilakukan dengan cara memasukkan
umbi ke dalam bak air atau disemprot dengan air bersih.Umbi-umbi yang
sudah dibersihkan tersebut ditaruh pada terpal atau bahan lain untuk
dikeringanginkan. Dalam pengeringan umbi yang baru dicuci itu jangan
dikeringkan langsung pada sinar matahari.
2. Sortasi dan Grading
Adalah proses pemilihan dan pemisahan umbi berdasarkan kualitas
dan ukuran. Tujuannya untuk memisahkan umbi yang baik dengan yang
jelek untuk memperoleh umbi yang seragam dalam ukuran dan
kualitasnya..
Caranya, pilih umbi yang sudah dibersihkan itu antara umbi yang
baik dan umbi yang jelek berdasarkan : (1) Ada tidaknya cacat pada umbi;
(2) Normal tidaknya bentuk dan ukuran umbi; dan (3) Ada tidaknya
serangan hama atau penyakit pada umbi. Umbi yang sudah dipilih itu
dipilah-pilah lagi berdasarkan kualitas dan ukuran (grading/pengkelasan).
Grading/pengkelasan umbi kentang itu digolongkan menjadi : (1)
Kelas AL (> 200 gram/umbi); (2) Kelas A (120 - 200 gram/umbi); (3)
Kelas B (80 - 120 gram/umbi); dan (4) Kelas C (50 - 80 gram/umbi).

3. Penyimpanan
Adalah proses menyimpan umbi hasil panen sebelum dipasarkan.
Tujuannya untuk menunggu saat pemasaran yang tepat.
Cara menyimpannya, umbi kentang dimasukkan ke dalam wadah
berupa kotak kayu/krat/keranjang/ waringkemudian wadah itu dimasukkan
ke dalam ruang penyimpanan yang disusun secara rapih. Jika wadah berisi
kentang itu disimpan dalam gudang, usahakan gudang penyimpanan
mempunyai ventilasi udara yang cukup supaya sirkulasi udara lancar dan
kelembabannya sekitar 65 - 75%. Selain itu, gudxang mencapat sinar
matahari yang cukup dan keadaannya selalu bersih.

4. Pengemasan
Pengemasan adalah proses mengemas umbi kentang yang dilakukan
dengan menggunakan bahan pengemas sesuai dengan tujuan pasar.
Tujuannya, untuk memudahkan distribusi dan melindungi umbi dari
kerusakan mekanis dan fisiologis serta memperbaiki penampilan sehingga
disukai konsumen.
Caranya, umbi yang sudah dipilih sesuai kualitasnya dikemas dalam
wadah tertentu, misalnya dengan karung, jaring plastik/waring/poli net
yang bersih dan tidak ada sisa bahan lainnya. Wadah berisi kentang itu
ujungnya ditutup rapat-rapat, misalnya dijahit dengan jarum karung atau
tali plastik.
Jika kentang itu akan langsung dijual ke pasar, kentang dapat
dikemas langsung dalam waring dengan kapasitgas ± 40 kg, tetapi apabila
akan dijual ke pasar khusus, misalnya Supermarket, kemasannya
disesuaikan dengan permintaan Supermarket tersebut.

Anda mungkin juga menyukai