Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

TB Paru BTA (+)

Diajukan Oleh :
Dwinkha Agita Putri
17360099

Pembimbing :
dr. Silman Hadori , Sp.Rad , MH.Kes

BAGIAN ILMU RADIOLOGI RS PERTAMINA BINTANG AMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2018

0
BAB I
PENDAHULUAN

1
BAB II
LAPORAN KASUS
No. RM 11.54.40

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Z Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 01-02-1984 (34 tahun) Bangsa : WNI
Agama : Islam Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Alamat : Pesawaran

I. ANAMNESIS

Diambil dari : Autoanamnesis dan Alloanamnesa

Tanggal : 29 September 2018

Pukul : 10.00 WIB

1. Keluhan Utama

Sesak memberat 2 hari SMRS

2. Keluhan Tambahan
Batuk berdarah , berdahak , pusing , mual muntah , keringat malam , penurunan
nafsu makan , demam , nyeri dada , BB .

3. Riwayat Penyakit Sekarang

± 7 bulan sebelum masuk rumah sakit OS mengeluh batuk yang tidak


sembuh-sembuh , mulanya batuk biasa hilang timbul lalu lama kelamaan
menjadi batuk berdahak berwarna putih lama kelamaan menjadi kehijauan .
Keluhan disertai sesak nafas yang hilang timbul disetai demam pada saat
tertentu .
± 1 bulan yang lalu OS mengalami batuk berdarah disertai dahak, batuk
memberat pada malam hari disertai sesak , demam dan nafsu makan menurun .
± 3 minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan sesak dirasa semakin
sering terlebih menurut suaminya pasien selalu masak dengan kayu bakar

2
dirumahnya . sesak dirasa terus-terusan yang memberat saat malam hari , sesak
tidak dipengaruhi cuaca maupun aktivitas . Gejala lain yang dirasa OS selama 3
minggu terakhir adalah batuk berdahak , disertai demam naik turun terutama
malam hari disertai keringat malam . OS juga mengeluhkan mual , muntah dan
kepala pusing , nafsu makan OS menurun sehingga BB OS juga ikut turun
drastis. Kadang-kadang sesak juga disertai nyeri dada bagian kanan dan nyeri
saat BAK .
2 hari SMRS OS merasa sesak semakin hebat sehingga OS dibawa ke
IGD RS Pertamina Bintang Amin pada tanggal 28 September 2018 pukul 23.00
WIB .

4. Riwayat Keluarga : (-)

5. Riwayat Alergi Obat : (-)

6. Riwayat Lingkungan : OS tinggal didaerah perumahan padat penduduk

7. Riwayat masa lampau


a. Penyakit terdahulu : Bronkitis
b. Trauma terdahulu : (-)
c. Operasi : (-)
d. Sistem saraf : (-)
e. Sistem Kardiovaskular : (-)
f. Sistem gastrointestinal : (-)
g. Sistem urinarius : (-)
h. Sistem genitalis : (-)
i. Sistem muskuloskeletal : (-)

II. GENERAL STATUS

A. STATUS UMUM

Kesadaran : Compos Mentis


Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kulit : cokelat sawo
BB :35 kg [awalnya 48 kg]
TB : 156 cm
IMT : 14,4 [severe thinness underweight]

3
PEMERIKSAAN FISIK

 TANDA VITAL
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 68x/menit, reguler, isi cukup
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 38 C
 KEPALA DAN WAJAH
o Bentuk dan ukuran
normocephali , massa (-) , rambut (+)
o Mata
Konjungtiva : Anemis (+/+)
Sklera : putih , ikterik (-)
Pupil : isokhor , reflek pupil baik, diameter 3 mm
Eksoftalmus (-) , Strabismus (-) , Ptosis (-/+) , Nistagmus (-)
Nyeri tekan (-) , benjolan (-)

o Telinga : tidak ada kelainan


Lesi (-) , Cerumen fisiologis (+) , Massa (-) , Bengkak (-)
Nyeri tekan tragus (-)
Membran timpani : warna putih mengkilat , datar dan utuh

o Hidung : tidak ada kelainan


Bentuk simetris (+) , benjolan (-) , tanda radang (-) , Septum nasi
(+) Polip (-) , Nyeri tekan (-) , PCH (-)
Nyeri tekan sinus (frontalis,maxillaris,etmoidal,spenoidal) (-)

o Mulut , Gigi dan Tenggorokan : stomatitis dan gigi


berlubang
Bibir : Cyanosis (-) , lesi (-) , kering (-) , massa/benjolan (-) ,
sumbing (-) , lesi mukosa (+)
Gigi : karies gigi (-) , gigi berlubang M3 (+) , gigi palsu (-)
Uvula simetris (+) , tanda radang (-) , tonsil T2/T2 ,
hiperemis (-) , kripta melebar (-)

 LEHER
o Kelenjar getah bening : pembesaran KGB (+) , nyeri tekan (-)
o Kelenjar thyroid : pembesaran kelenjar tiroid (-) , benjolan (-) ,
nyeri (-) , bising (-)
o JVP : tidak terlihat
o Trakea : tanda deviasi (+)

4
 DADA (Thorax : Jantung dan paru)

Paru-Paru
o Inspeksi :
PD statis : simetris , tanda radang (-) , massa (-) ,
, gerak tertinggal (-) PD kanan = PD kiri
PD dinamis : simetris , PD kanan = PD kiri , penggunaan
otot bantu nafas (+)
o Palpasi : ketinggalan gerak lapang paru (-), nyeri
tekan sela iga (+) , fremitus meningkat (+)
o Perkusi : Redup di paru kanan atas sampai tengah lapang
paru
Redup di paru kiri tengah lapang paru
o Auskultasi : Tracheabronkial ditrakea (+) ,
Bronkhovesikuler didaerah bronkus (+) ,
Bronkial (+/+) , Ronkhi Basah (+) , wheezing (-)
Jantung
o Inspeksi : Jantung terkompensasi
gerakan tertinggal (-) , ictus cordis (tidak tampak)
o Palpasi : Pulsasi (-) , nyeri tekan (-) , letak IC (tidak
bergeser)
o Perkusi : Kesan tidak melebar
Batas jantung kiri :
o atas : ICS II parasternal sinistra
o bawah : ICS V medial linea midklavikula sinistra
Batas jantung kanan:
o atas : ICS II parasternal dextra
o bawah : ICS III-IV parasternal dextra
o Auskultasi : interval : normal , keteraturan : ritmis (+)

 ABDOMEN
o Inspeksi : tanda radang (-) , Dinding dada//Dinding
perut , distensi (-) , asites (-),
mengempis saat ekspirasi dan
menggembung saat inspirasi .
umbilikus = normal .
o Auskultasi : peristaltik (+), bising usus (+) 14 x/mt ,
metallic sound (-)
o Palpasi : nyeri tekan (-), supel (+) , distensi (-),
opistotonus (-) , massa (-) , tidak teraba hati
dan lien . nyeri ketok CVA (-)

5
o Perkusi : timpani pada lapang perut

o GENITALIA
o Inspeksi : edema (-) , tanda radang (-) ,
o Palpasi : benjolan (-) , nyeri tekan (-) , hidrokel (-)

 EKSTREMITAS
o Superior :
simetris, kekuatan otot 5/5, gerakan bebas . nyeri tekan (-) , tanda
radang (-) , benjolan/massa (-) , nyeri sendi (-) , oedem pitting (-) ,
ptekie (-) . Refleks biceps (+) , triceps (+) , contusio (-)

o Inferior :
kaki kanan dan kiri DBN, kekuatan otot 5/5 , benjolan/massa (-) ,
nyeri sendi (-) , oedem pitting (-) , ptekie (-) , contusio (-) , akral
angat (+) , CRT <2 detik

 PERIANAL
Tidak dilakukan

 MUSKULOSKELETAL
Deformitas (-) , nyeri tekan (-) , tulang belakang : DBN .

6
B. STATUS LOKALIS

Status Lokalis :

7
III. LABORATORIUM RUTIN

 Darah rutin

Hemoglobin : 9,9 gr%


Leukosit : 3900 uL
Eritrosit : 3,7 juta/uL
Hematokrit : 29 %
Trombosit : 203.000 uL
MCV : 75 fl
MCH : 26 pg
MCHC : 35 g/dl

 Pemeriksaan Seroimunologi
Anti-HIV : non reaktif

Tes Kehamilan : non reaktif

 Pemeriksaan Radiologis
 Pemeriksaan Rontgen Thorax PA : cor, pulmo, tulang . Hasil :
- Posisi trakea tertarik kekanan atas
- Mediastinum superior tidak melebar
- Jantung tidak membesar
- Aorta masih tampak normal
- Sinus costophrenicus normal bilateral
- Sinus cardiophrenicus normal bilateral
- Diafragma bilateral tenting
Pulmo :
- Hilus kanan tertarik ke atas , kiri normal
- Corakan bronkovaskular meningkat
- Tampak perbercakan lunak disertai garis garis keras dilapang apex
sampai tengah paru kanan yang menarik hilus dan trakea ke atas
- Tampak perbercakan lunak di lapang tengah paru kiri
- Tramline sign (+) , Tubular sign (+) , Cuffing sign (+)
- Kranialisasi (-)

8
 Kesan :
- KP lama duplex aktif dengan gambaran bronkitis kronik

 Pemeriksaan Sputum

BTA (+)

IV. RESUME

.
Pada pemeriksaan fisik , didapatkan tanda vital DBN , pada pemeriksaan
wajah ditemukan konjungtiva mata anemis +/+ , ptosis mata kiri . Pada
pemeriksaan fisik paru , ditemukan adaya penggunaan otot bantu nafas , disertai

9
nyeri tekan sela iga dengan vokal fremitus meningkat . Pada perkusi ditemukan
redup terutama pada lapang paru atas sampai tengah pada kanan dan lapang paru
tengan pada paru kiri disertai bunyi nafas bronkial dengan ronkhi basah (+)

Pada pemeriksaan penunjang , Lab rutin ditemukan adanya Hb : 9,9 gr%,


leukosit 3900 uL , pemeriksaan seroimunologi DBN , pemeriksaan radiologi
didapatkan adanya diafragma tenting disertai gambaran hilus kanan tertarik
keatas dengan corakan bronkovaskuler meningkat dan adanya perbercakan lunak
disertai garis-garis keras ke atas diapex sampai tengah lapang paru kanan dan
ditengah lapang paru kiri disertai tramline sign , tubular sign dan cuffing sign
yang (+) menunjukkan kesan adanya KP duplex lama aktif dengan bronkitis
kronik .

V. DIAGNOSIS KERJA

TB Paru BTA (+)

VI. DIAGNOSIS BANDING


a. Bronkitis Kronik
b. Pneumonia
c.
VII. USULAN PEMERIKSAAN
- Lab darah , sputum dan radiologi

VIII. RENCANA TERAPI

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : dubia ad bonam

X. FOLLOW UP

10
XI. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

11
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama

menyerang penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang

berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun

tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara

khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb

paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru

batuk, bersin atau bicara .

1.2 Etiologi

Penyakit TB paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dengan ukuran panjang

1-4 nm dan tebal 0,3-0,6 nm dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai

Basil Tahan Asam (BTA). Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA

positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk droplet (percikan dahak).

1.3 Epidemiologi

A. Personal

1. Umur

12
Tb Paru menyerang siapa saja tua , muda bahkan anak-anak. Sebagian

besar penderita Tb Paru di negara berkembang berumur dibawah 50 tahun. Data

WHO menunjukkan bahwa kasus Tb paru di negara berkembang banyak

terdapat pada umur produktif 15-29 tahun.

2. Jenis Kelamin

Penyakit Tb Paru menyerang orang dewasa dan anak-anak, laki laki dan

perempuan. Tb paru menyerang sebagian besar laki-laki usia produktif

3. Stasus gizi

Status nutrisi merupakan salah satu faktor yang menetukan fungsi

seluruh sistem tubuh termasuk sistem imun.Sistem kekebalan dibutuhkan

manusia untuk memproteksi tubuh terutama mencegah terjadinya infeksi yang

disebabkan oleh `mikroorganisme . Bila daya tahan tubuh sedang rendah, kuman

Tb paru akan mudah masuk ke dalam tubuh. Kuman ini akan berkumpul dalam

paru paru kemudian berkembang biak .Tetapi, orang yang terinfeksi kuman TB

Paru belum tentu menderita Tb paru. Hal ini bergantung pada daya tahan tubuh

orang tersebut. Apabila, daya tahan tubuh kuat maka kuman akan terus tertidur

di dalam tubuh (dormant) dan tidak berkembang menjadi penyakit , namun

apabila daya tahan tubuh lemah makan kuman Tb akan berkembang menjadi

penyakit. Penyakit Tb paru lebih dominan terjadi pada masyarakat yang status

gizi rendah karena sistem imun yang lemah sehingga memudahkan kuman Tb

Masuk dan berkembang .

B. Tempat

1. Lingkungan

13
TB paru merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang

ditularkan melalui udara. Keadaan berbagai lingkungan yang dapat

mempengaruhi penyebaran Tb paru salah satunya adalah lingkungan yang

kumuh , kotor , padat . Penderita Tb Paru lebih banyak terdapat pada masyarakat

yang menetap pada lingkungan yang kumuh dan kotor

2. Kondisi sosial ekonomi

Sebagai penderita Tb paru adalah dari kalangan miskin. Data WHO pada

tahun 2011 yang menyatakan bahwa angka kematian akibat Tb paru sebagian

besar berada di negara yang relatif miskin .

1.4 Patogenesis

Sumber penularan Tb Paru adalah penderita Tb BTA+ , pada waktu

batuk/bersin,penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk dropler

(percikan dahak)

 Infeksi Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di

jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut

sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian

mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer

akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).

Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus

(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional

dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah

satu nasib sebagai berikut :

14
a. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad

integrum)

b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon,

garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus)

c. Menyebar dengan cara perkontinuitatum menyebar kesekitarnya. 1)

Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan

bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang

membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas

bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan

menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis

dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang

dikenal sebagai epituberkulosis.

2) Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke

paru sebelahnya atau tertelan.

3) Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan

dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman.

Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila

tidak terdapat imunitas yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan

keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis,

typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis

pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan

sebagainya.

 Infeksi Post Primer

15
Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah

tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post

primer mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk

dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk

tuberkulosis inilah yang terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat,

karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai

dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior

maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang

pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai

berikut12:

a. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat . Sarang

tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan

penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan

akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi

aktif kembali dengan membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti

bila jaringan keju dibatukkan keluar.

b. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).

Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti

awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal

(kaviti sklerotik).

Kaviti tersebut akan menjadi:

16
- Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang

pneumoni ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan di

atas.

- Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut

tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi

mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi.

- Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti

menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil.

Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut

sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped)

1.5 Klasifikasi TB

 Berdasarkan pembagian secara patologis

- Tuberkulosis primer

- Tuberkulosis post-primer (sekunder)

 Berdasarkan pembagian secara aktivitas radiologis

- TB paru aktif

- TB paru non aktif

- Quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)

 Pembagian secara radiologis :

- Tuberkulosis minimal : terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu

maupun kedua paru tetapi jumlahnya tidak mlebihi satu lobus .

- Moderately advanced tuberculosis : ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari

4 cm . jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru.

17
- Far advanced tuberculosis : terdapat kavitas dan infiltrat melebihi moderately

advanced tuberculosis

 Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat :

Kategori 0 : tidak pernah terpajan , tidak terinfeksi , riwayat kontak negatif , tes

tuberkulin negatif .

Kategori 1 : terpajan tuberkulosis , tidak terbukti ada infeksi . riwayat kontak

positif , tes tuberkulin negatif .

Kategori II : terinfeksi tuberkulosis , tetapi tidak sakit . tes tuberkulin positif ,

radiologis dan sputum negatif .

Kategori III : terinfeksi tuberkulosis dan sakit .

 Di Indonesia klasifikasi yang banyak digunakan berdasarkan kelainan klinis ,

radiologis , mikrobiologis :

- Tuberkulosis paru

- Bekas tuberkulosis paru

- Tuberkulosis paru tersangka , yang terbagi dalam :

1. Tuberkulosis paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif , tanda-tanda

lain positif

2. Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA negatiftanda

lain meragukan)

Dalam 2-3 bulan, TB tersangka sudah harus dipastikan apakah termasuk TB

paru aktif atau bekas TB paru .

 WHO berdasarkan terapi membagi dalam 4 katgori :

Kategori I :

- Kasus baru dengan sputum positif

18
- Kasus baru dengan bentuk TB berat

Kategori II :

- Kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III :

- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

- Kasus TB ekstra paru selain yang disebut dalam kategori I

Katgeori IV :

- TB kronik

1.6 Gejala Klinis

 Demam

Biasanya subfebris menyerupai demam influenza . Kadang panas dapat

mencapai 40-41oC . Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar , tetapi

kemudian dapat timbul kembali . Sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas

dari serangan demam influenza . Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan

tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk

 Batuk/Batuk darah

Gejala ini banyak ditemukan . Batuk terjadi karena adanya iritasi pada

bronkus . Batuk diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar .

Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama , mungkin saja

batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah

berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula . Sifat batuk

dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan

19
menjadi produktif (menghasilkan sputum) . Keadaan berlanjut adalah berupa

batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah . Kebanyakan batuk

darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas , tetapi dapat juga terjadi pada ulkus

dinding bronkus .

 Sesak napas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas .

Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut , yang infiltrasinya

sudah meliputi setengah bagian paru-paru .

 Nyeri dada

Gejala ini agak jarang ditemukan . Nyeri dada timbul bila infiltrasi

radang sudah sampai kepleura sehingga menimbulkan pleuritis , terjadi gesekan

kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya .

 Malaise

Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia , tidak ada nafsu

makan , badan semakin kurus (berat badan turun) , sakit kepala , meriang , nyeri

otot , keringat malam , dll . Gejala malaise ini makin lama makin berat dan

terjadi hilang timbul secara tidak teratur .

1.7 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia , suhu demam , badan

kurus atau berat badan turun . Pada pemeriksaan fisik sering tidak menunjukkan

20
kelainan pun terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara

asimtomatis . Tempat kelainan lesi paru yang paling dicurigai adalah bagian

apeks paru , bila dicurigai infiltrat yang agak luas , maka didapatkan perkusi

redup dan auskultasi suara napas bronkial . Akan didapatkan juga suara napas

tambahan berupa ronkhi basah , kasar dan nyaring . Tetapi bila infiltrat diliputi

oleh penebalan pleura suara napasnya menjadi vesikuler melemah . Bila terdapat

kavitas yang cukup besar , perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani

dan auskultasi memberikan suara amforik .

Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosa yang luas sering

ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal .

1.8 Pemeriksaan Radiologis

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya didaerah apeks paru (segmen apikal

lobus atas atau segmen apikal lobus bawah) tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah atau didaerah hilus menyerupai tumor paru . Pada awal penyakit lesi

masih merupakan sarang-sarang pneumoni, gambaran radiologis berupa bercak-

bercak seperti awan dengan batas tidak tegas . Bila lesi sudah diliputi jaringan

ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan berbatas tegas . lesi ini dikenal

sebagai tuberkuloma .

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mual-mula berdidning

tipis , lama lama menjadi sklerotik dan menebal . Bila terjadi fibrosis terlihat

bayangan yang bergaris-garis . Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa

bercak-bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru

. Tuberkuloasis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh , terutama

21
gambaran radiologis sehingga dikatakan tuberculosis is the greater imitator .

Pemeriksaan lain yang lebih canggih adalah CT-Scan dan MRI .

1.9 Pemeriksaan Laboratorium

- Darah

- Sputum

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak

untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak

yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan sewaktu-pagi-

sewaktu (SPS)

1. S (sewaktu): Dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang

berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot

dahak untuk mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua

2. P (pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah

bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas.

3. S (sewaktu): Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak

pagi hari.

Pemeriksaan mikroskopisnya dapat dibagi menjadi dua yaitu

pemeriksaan mikroskopis biasa di mana pewarnaannya dilakukan dengan Ziehl

Nielsen dan pemeriksaan mikroskopis fluoresens di mana pewarnaannya

dilakukan dengan auramin-rhodamin (khususnya untuk penapisan) .

- Tes Tuberkulin

22
1.10 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan melalui pemeriksaan gejala

klinis, mikrobiologi, radiologi, dan patologi klinik. Pada program tuberkulosis

nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak/sputum mikroskopis

merupakan diagnosis utama . Pemeriksaan lain seperti radiologi, biakan dan uji

kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan

indikasinya . Tidak dibenarkan mendiagnosis tuberkulosis hanya berdasarkan

pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran

yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi over diagnosis. WHO

memberikan kriteria pasien tuberkulosis paru :

 Pasien dengan sputum BTA positif :

1. Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis

ditemukan BTA , sekurang-kurangnya pada 2 x pemeriksaan

2. Satu sediaan BTA positif disertai kelainan radiologis yang sesuai

dengan gambaran TB aktif

3. Satu sediaan sputumnya positif disertai biakan yang positif

 Pasien dengan sputum BTA negatif :

1. Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis tidak

ditemukan BTA sedikitnya pada 2 x pemeriksaan tetapi gambaran

radiologis sesuai dengan TB aktif

2. Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis tidak

ditemukan BTA sama sekali, tetapi pada biakannya positif .

1.11 Penatalaksanaan

23
Pengobatan Tb paru pada orang dewasa di bagi dalam beberapa kategori

yaitu :

1. Kategori I : 2HRZE/4H3R3

Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan

etambutol setiap hari (tahap intensif) , dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH

dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada:

a. Penderita baru TBC paru BTA positif.

b. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.

2. Kategori II : HRZE/5H3R3E3

Diberikan kepada :

a. Penderita kambuh

b. Penderita gagal terapi.

c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.

3. Kategori III : 2HRZ/4H3R3

Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif .

4. Kategori IV : RHZES

Diberikan pada kasus Tb kronik .

1.11 Komplikasi

 Komplikasi dini

Pleuritis , efusi pleura , empiema , laringitis ,

 Komplikasi pada stadium lanjut

Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut adalah

24
a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok

hipovolemik.

b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus

c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan

jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

d. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah.

e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan

sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Tuberculosis : Learn The Differences.


Depkes RI. 2013. Infodatin Tuberkulosis
WHO. 2010. Hepatitis A, B, and C. http://www.who.org. Diakses pada tanggal 20 April
2012.
Wilson, Walter R. And Merle A. Sande. 2001. Current Diagnosis & Tratment in
Infectious Disease. The mcGraw-hill Companies, United States of America.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . 2012 . Tuberkulosis Paru

25

Anda mungkin juga menyukai