Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang efektif yang digunakan oleh
manusia untuk memperoleh dan menukar informasi dengan manusia lainnya. Tanpa adanya
bahasa kita tidak dapat berinteraksi dengan manusia lainnya. Bahasa telah digunakan oleh
manusia di seluruh penjuru dunia, oleh karena itu terdapat banyak sekali bahasa di dunia ini.

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Bahasa
Indonesia itu sendiri merupakan bahasa pokok warga Negara Indonesia .

Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang
digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan
modern. Selain itu bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia yang memiliki
banyak perbedaan, baik dari segi suku, agama, ras, adat istiadat dan budaya yang masing-masing
memiliki bahasa daerah tersendiri. Oleh karena itu, keberadaan bahasa Indonesia sangatlah
penting bagi masyarakat Indonesia itu sendiri. Bahasa Indonesia merupakan penunjang aktivitas
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

B. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

a. Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Merdeka

Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya,
bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara, di tempat orang
belajar filsafat, dan di pusat keagamaan (Budha), serta sebagai bahasa yang digunakan dalam
perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara. Berdasarkan catatan
sejarah, bahasa Melayu tidak saja berfungsi sebagai bahasa perhubungan. Namun, juga
digunakan sebagai bahasa pengantar, bahasa resmi, bahasa agama, dan bahasa dalam
penyampaian ilmu pengetahuan. Sebagai bahasa pengantar dan alat untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan, bahasa melayu digunakan pada perguruan tinggi “Dharma Phala”. Selain itu,
bahasa melayu juga digunakan sebagai bahasa penerjemah buku-buku keaagamaan misalnya
buku keagaaman yang diterjemahkan ke bahasa Melayu oleh I Tsing. Perkembangan dan
pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan
misalnya:

· Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380

· Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.

· Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.

· Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.

· Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.

· Inskripsi Gandasuli di Kedu, Jawa Tengah tahun 832 M.

· Prasasti Bogor, di Bogor tahun 942 M.

Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:

1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra.

2. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia

3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang berasal
dari luar Indonesia.

4. Bahasa resmi kerajaan.

Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama


Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya
karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan
antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Para pembawa ajaran
Islam memanfaatkan bahasa Melayu sebagai sarana komunikasi. Di samping itu, pembawa
ajaran Islam ikut memperkaya khasanah kosa kata dalam bahasa Melayu.

Abad XVIII, bangsa-bangsa Barat (Belanda) memasuki kepulauan Nusantara. Dalam


mendirikan lembaga pendidikan, pemerintah Belanda mengalami kegagalan sehingga
menyebabkan dikeluarkannya SK No. 104/1631 yang antara lain berisi: “…Pengajaran di
sekolah-sekolah bumi putera diberikan dalam bahasa Melayu.” Selain itu, juga tersusunnya
Ejaan Van Ophyusen (tahun 1901) yang merupakan ejaan resmi bahasa Melayu dan diterbitkan
dalam Kitab logat Melajoe. Buku ini disusun oleh Charles Andrianus van Ophuysen dengan
dibantu oleh Soetan Makmoer dan Mohammad Taib Soetan Ibrahim. Ciri-ciri dari ejaan ini
yaitu:

1. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.

2. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.

3. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata
ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dinamai’, dsb.

Perkembangan bahasa Melayu berikutnya, tampak pada masa kebangkitan pergerakan


bangsa Indonesia yang dimulai sejak berdirinya Boedi Oetomo (1908) yang telah menggunakan
bahasa Melayu sebagai alat bertukar informasi dan komunikasi antar pergerakan. Hal ini
dianggap penting dan perlu, karena dengan itu akan mudah dalam mencapai persatuan dan
kesatuan.

Pada tahun 1908 Pemerintah Belanda mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku
bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang
kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku
novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun
memelihara kesehatan, yang banyak membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan
masyarakat luas. Dalam Kongres II Jong di Sumatera, diputuskan pemakaian bahasa Melayu
sebagai bahasa persatuan antar Jong. Tindak lanjut dari keputusan tersebut adalah dengan
menerbitkan surat kabar Neratja, Bianglala dan Kaoem Moeda.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong


tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai puncak keberadaan
bahasa Melayu seperti yang diuraikan di atas, maka pada tanggal 28 Oktober 1928
diselenggarakan Kongres Pemuda di Jakarta oleh berbagai Jong. Salah satu hasil gemilang dari
Kongres pemuda yaitu dengan dicetuskannya ikrar Sumpah Pemuda.
Sumpah Pemuda itu berisi:

(1) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia;

(2) Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku bertanah air yang satu tanah air Indonesia;

(3) Kami putera dan puteri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Dengan ikrar Sumpah Pemuda terutama pada unsur yang ketiga, maka para pemuda
indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan (Jong) secara sadar mengangkat
bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
indonesia dan bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.

b. Perkembangan Bahasa Indonesia Sesudah Merdeka

Cetusan ikrar Sumpah Pemuda menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah berubah
menjadi bahasa Indonesia. Perkembangan berikutnya dapat dilihat dengan berdirinya Angkatan
Pujangga Baru tahun 1933. Para pelopornya antara lain: Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane,
dan Amir Hamzah. Angkatan ini tampil dengan tema : “Pembinaan bahasa dan kesusastraan
Indonesia”. Pada masa itu terjadi krisis terhadap keberadaan bahasa Indonesia. Kaum penjajah
(Belanda), berusaha mengganggu keberadaan bahasa Indonesia. Sehingga sejumlah pakar bahasa
Indonesia sepakat untuk mengadakan Kongres I Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di
Surakarta (Solo) pada tanggal 25-28 Juni 1938. Sejumlah pakar yang ikut ambil bagian dalam
kongres tersebut antara lain: K. St Pamoentjak; Ki Hadjar Dewantoro; Sanoesi Pane; Sultan
Takdir Alisjahbana; Dr. Poerbatjaraka; Adinegoro; Soekrdjo Wirjopranoto; R. P. Soeroso; Mr.
Moh. Yamin; dan Mr. Amir Sjarifudin. Kongres ini membahas bidang-bidang peristilahan, ejaan,
tata bahasa, dan bahasa persuratkabaran. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan
dan budayawan Indonesia saat itu. Kongres ini berarti pula sebagai cetusan kesadaran akan
perlunya pembinaan yang lebih mantap terhadap bahasa Indonesia.

Pada masa Jepang berkuasa di Indonesia (1 Mei 1942), pemakaian bahasa Indonesia
ditetapkan sebagai bahasa perhubungan antar penduduk, disamping bahasa Jepang dan
pelarangan tegas penggunaan bahasa Belanda. Keputusan itu sangat menggembirakan bagi
pemekaran bahasa Indonesia dalam rangka bangkitnya. Hal ini terlihat dari munculnya sebuah
Angkatan kesusastraan yang dipelopori Chairul Anwar, Idrus, Asrul Sani. Angkatan ini dikenal
sebagai Angkatan 45. Pada tanggal 20 Oktober 1942, dibentuk Komisi Bahasa Indonesia oleh
Jepang. Tugas komisi ini adalah menyusun istilah dan tata bahasa normatif serta kosa kata umum
bahasa Indonesia. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara tidak langsung
semakin mantap dan memperoleh tempat di hati penduduk.

Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18


Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 Pasal 36 di sebutkan bahwa
“Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan
masyarakat indonesia.

c. Peresmian Nama Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa
indonesia. Bahasa indonesia di resmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerekaan
Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor
Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja. Dari sudut pandang Linguistik, bahasa
indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa
Melayu-Riau dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat
penggunaannya sebagi bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses
pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan “Bahasa Indonesia” di awali sejak di
canangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan “Imperialisme
bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap di gunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya
Bahasa indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang di gunakan di Riau maupun
Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang
terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa
daerah dan bahasa asing. Meskipun di pahami dan di tuturkan oleh lebih dari 90% warga
indonesia, bahasa indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar
warga indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di indonesia sebagai bahasa
Ibu. Penutur Bahasa indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau
mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.

Meskipun demikian , bahasa indonesia di gunakan sangat luas di perguruan-perguruan.


Di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik
lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa indonesia di gunakan oleh semua warga
indonesia. Bahasa Melayu dipakai dimana-mana diwilayah nusantara serta makin berkembang
dengan dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai didaerah-daerah
diwilayah nusantara dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu
menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa sanskerta, bahasa Persia, bahasa
Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.

Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu diwilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya
rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komikasi rasa persaudaraan dan persatuan
bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Untuk memperoleh bahasa nasionalnya,
Bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang cukup panjang dan penuh dengan tantangan.
Perjuagan demikian harus dilakukan karena adanya kesadaran bahwa di samping fungsinya
sebagai alat komunikasi tunggal, bahasa nasional sebagai salah satu ciri cultural, yang ke dalam
menunjukkan sesatuan dan keluar menyatakan perbedaan dengan bangsa lain.

Ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia,
yaitu:

1. Bahasa melayu adalah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan
bahasa perdagangan.

2. Sistem bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa melayu tidak di
kenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).

3. Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku2 yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa melayu
menjadi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa kebudayaan dalam
arti yang luas.

C. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia memeliki peran yang sangat menentukan dalam perkembangan


kehidupan bangsa Indonesia. Dalam masa perjuangan kemerdekaan, bahasa Indonesia berhasil
membangkitkan diri menggalang semangat kebangsaan dan semangat perjuangan dalam
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan” sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945. Kenyataan sejarah itu berarti bahwa bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan telah berfungsi secara efektif sebagai alat komunikasi antarsuku, antardaerah,
dan bahkan antarbudaya.

Fungsi utama bahasa Indonesia seperti yang disebutkan di atas adalah sebagai alat
komunikasi, atau sarana untuk menyampaikan informasi (fungsi informatif). Tetapi, bahasa pada
dasarnya lebih dari sekadar alat untuk menyampaikan informasi, atau mengutarakan pikiran,
perasaan, atau gagasan, karena bahasa juga berfungsi sebagai :

a) Untuk tujuan praktis: melakukan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.

b) Untuk tujuan artistik: manusia mengolah dan menggunakan bahasa dengan seindah-indahnya
guna pemuasan rasa estetis manusia.

c) Sebagai kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, di luar pengetahuan kebahasaan.

d) Untuk mempelajari naskah-naskah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah manusia,
selama kebudayaan dan adat-istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri (tujuan filologis).

Dikatakan oleh para ahli budaya, bahwa bahasalah yang memungkinkan kita membentuk
diri sebagai makhluk bernalar, berbudaya, dan berperadaban. Dengan bahasa, kita membina
hubungan dan kerja sama, mengadakan transaksi, dan melaksanakan kegiatan sosial dengan
bidang dan peran kita masing-masing. Jika dikatakan bahwa setiap orang membutuhkan
informasi itu benar. Kita ambil contoh, misalnya seorang manager yang mengoperasikan,
mengontrol, atau mengawasi perusahaan tanpa informasi tidak mungkin dapat mengambil
keputusan atau menentukan kebijakan. Karena setiap orang membutuhkan informasi, komunikasi
sebagai proses tukar-menukar informasi, dengan sendirinya bahasa juga mutlak menjadi
kebutuhan setiap orang.

Dari uraian diatas kita dapat mengetahui bahwa sesuai dengan ikrar ketigaSumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang berbunyi: “Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuaan, bahasa indonesia” , dengan begitu bahasa Indonesia diangkat
sebagai bahasa nasional, dan sesuai dengan bunyi UUD 1945 BAB XV Pasal 36 bahasa
Indonesia juga dinyatakan sebagai Bahasa negara. Hal ini menyatakan bahwa bahasa Indonesia
memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Fungsi bahasa Indonesia sesuai
kedudukannya:

1. Bahasa Nasional

Sesuai kedudukan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional, maka bahasa Indonesia
memiliki empat fungsi, antara lain:

a. Lambang identitas nasional

b. Lambang kebanggaan nasional

c. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial budaya dan
bahasa yang berbeda-beda.

d. Alat enghubung antarbudaya dan daerah

2. Bahasa Negara

Fungsi bahasa indonesia yang memiliki berkedudukan sebagai bahasa negara, antara
lain:

a. Bahasa resmi negara

b. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan

c. Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan

d. Bahasa resmi didalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi.
D. Peran Generasi Muda dalam Melestarikan Bahasa Indonesia

Ditengah derasnya arus globalisasi, eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa tahan air
perlahan-lahan mulai terancam. Masyarakat saat ini cenderung lebih memilih untuk belajar dan
menggunakan bahasa asing dibanding menggunakan bahasa Indonesia. Pemakaian berbagai
macam singkatan yang tidak lazim digunakan oleh generasi muda dalam berkomunikasi dan
percakapan mereka. Dalam setahun terakhir kata-kata yang dipakai pun seolah-olah berubah
drastis dari sebelumnya. Ada beberapa bahasa yang mereka sebut bahasa alay atau bahasa lain
yang sebenarnya tidak lazim untuk mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari, bahasa
tersebut sangat menyimpang dari bahasa Indonesia yang baik dan benar. Contoh bahasa yang
menyimpang dari bahasa Indonesia yang kerap digunakan oleh generasi saat ini antara lain: kata
“ciyus” untuk menggantikan kata “serius”, kata “miapa” untuk mengganti kata “demi apa”, dan
sebagainya. Pada kenyataannya kondisi seperti ini bisa dianggap mengancam tata bahas
Indonesia. Selain itu pemakaian bahasa yang tidak lazim tersebut dapat mengingkari unsur ketiga
ikrar Sumpah Pemuda.

Jati diri bahasa Indonesia harus lebih dikembangkan dan dipertagas keberadaanya oleh
setiap warga negara Indonesia. Selain itu rasa
nasionalis memangharus dipupukan sedini mungkin terhadap generasi muda,
terutama dalam masalahbahasa, bahasa Indonesia tidak boleh di abaikan begitu
saja karena belakangan inibanyak munculnya bahasa-bahasa yang dibuat-buat yang
tidak jelas apa tujuannya.

Bahasa Indonesia yang tidak baik, akan menjadi ancaman sekaligus previor (pengingat)
bagi budaya dan masyarakat Indonesia yang tidak kukuh. Tantangan untuk generasi penerus,
khususnya yang berkecimpung di dunia pendidikan adalah membuat generasi muda di era
globalisasi ini memiliki disiplin dalam berbahasa. Bahasa Indonesia yang senantiasa berkembang
perlu diimbangi dengan visi dan karakter yang kokoh sebagai bahasa yang mencerminkan jati
diri bangsa Indonesia. Sebagai generasi muda sebaiknya menumbuhkan sikap bangga dan
kesetiaan kepada bahasa Indonesia dengan menanamkan nilai-nilai lokal maupun nasional agar
tidak terbawa arus budaya luar yang kurang sejalan dengan jati diri bangsa yang sesungguhnya.
Salah cara untuk melestarikan bahasa Indonesia di kalangan generasi muda saat ini antara
lain dengan membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia dalamdiskusi kuliah, membuat
karya ilmiah yang mengharuskan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
berkomunikasi dalam dunia pendidikan dengan bahasa Indonesia, dll. Generasi muda boleh
belajar bahasa asing. Namun dalam melestarikan bahasa Indonesia sebagai sarana pemersatu
bagi bahasa Indonesia dalam menghadapi dan hidup berdampingan dengan damai di lingkungan
yang saat ini penuh dengan globalisasi, dengan tetap berpegang teguh pada nasionalisme bahasa
Indonesia
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia yang memiliki banyak
perbedaan, baik dari segi suku, agama, ras, adat istiadat dan budaya yang masing-masing
memiliki bahasa daerah tersendiri. Oleh karena itu, keberadaan bahasa Indonesia sangatlah
penting bagi masyarakat Indonesia itu sendiri. Bahasa Indonesia merupakan penunjang aktivitas
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa Indonesia itu sendiri dalam perkembangannya berasal dari bahasa


melayu. Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama
Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya
karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan
antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Para pembawa ajaran
Islam memanfaatkan bahasa Melayu sebagai sarana komunikasi.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong


tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai puncak keberadaan
bahasa Melayu seperti yang diuraikan di atas, maka pada tanggal 28 Oktober 1928
diselenggarakan Kongres Pemuda di Jakarta oleh berbagai Jong.

Dengan ikrar Sumpah Pemuda terutama pada unsur yang ketiga, maka para pemuda
indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan (Jong) secara sadar mengangkat
bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
indonesia dan bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
DAFTAR PUSTAKA

Muslich Masnur. 2010. Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi. Jakarta: BUMI AKSARA

Dr. H. Parji, M.Pd. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Bahan Ajar Perguruan Tinggi. Magetan:
LE-swastika press

http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia 9.22 hari rabu tgl 5 des 2012

http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/25/bahasa-indonesia-sebagai-bahasa-persatuan-dan-
bahasa-negara-496632.html (diakses pukul 09.19 WIB hari Rabu tanggal 5 Desember 2012)

http://sugiartha26.wordpress.com/2012/10/06/fungsi-dan-peranan-bahasa-indonesia-dalam-
kegiatan-sehari-hari/ (diakses pukul 09.30 WIB hari Rabu tanggal 5 Desember 2012)

http://vebvebbry.wordpress.com/2012/10/07/peranan-dan-fungsi-bahasa-
indonesia/http://bangnesdotcom.blogspot.com/2012/01/sejarah-bahasa-indonesia-sebagai-
bahasa.html 09.35tanggal 5 des 12

jam 9.23 tgl 5 des 2012 rabu

http://bangnesdotcom.blogspot.com/2012/01/sejarah-bahasa-indonesia-sebagai-bahasa.html
09.35tanggal 5 des 12

Anda mungkin juga menyukai