Anda di halaman 1dari 5

8 Pengertian Konflik Menurut Para Ahli

Advertisement

Gagasan tentang konflik pada dasarnya adalah untuk mengalahkan yang lain – configere. Namun, dalam
perkembangannya, konflik tidak hanya dimanifestasikan sebagai suatu bentuk perselisihan secara fisik
belaka. Konflik dapat terjadi karena adanya beberapa perbedaan yang sulit untuk mencapai titik temu
seperti pengetahuan, keyakinan, kebudayaan serta adat istiadat.

Dalam Negara demokrasi yang memiliki kemajemukan seperti Indonesia, potensi terjadinya konflik
sangatlah besar. Dari berbagai contoh konflik sosial dalam masyarakat yang pernah terjadi di Indonesia
menunjukkan bahwa konflik sangat identik dengan kekerasan yang berujung kerusuhan. Kemajemukan
yang seharusnya menjadi salah satu kelebihan Indonesia di mata dunia internasional justru menjadi bibit
perpecahan. Dampak akibat konflik sosial yang begitu besar sejatinya menjadi semacam pemicu bagi
setiap anak bangsa untuk meramu kembali cara merawat kemajemukan bangsa Indonesia menjadi
sebuah kekuatan.

Adanya berbagai peristiwa konflik sosial yang berakhir dengan kekerasan atau kerusuhan membuat kita
bertanya-tanya, benarkah konflik selalu berdampak negatif?

Untuk mengetahuinya, ada baiknya kita memahami beberapa pengertian konflik menurut para ahli :

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996 : 518)

Konflik adalah ‘percekcokan, perselisihan, atau pertentangan’.

2. Soerjono Soekanto

Dalam rangka mencapai tujuannya, setiap individu atau kelompok akan menggunakan segala cara
termasuk ancaman atau kekerasan sebagai bentuk pertentangan terhadap lawannya. Proses inilah yang
disebut dengan konflik.
3. R.E. Park

Ia memandang konflik sebagai salah satu bentuk interaksi.

4. Simmel (1955) menulis:

‘Bila setiap hubungan antara manusia berarti adalah sebuah sosiasi, maka konflik juga wajib dianggap
sebagai sosiasi.’

5. Taman dan Burgess (1921)

Keduanya memandang konflik sebagai bentuk yang berbeda dari kompetisi atau persaingan. Mereka
menulis :

‘Keduanya merupakan bentuk interaksi. Kompetisi atau persaingan adalah perjuangan antara individu
atau kelompok individu yang dilakukan tanpa melalui kontak dan komunikasi. Di lain pihak konflik adalah
sebuah perlombaan di mana terjadi kontak sebagai kondisi yang sangat diperlukan.’

6. Max Weber (1968),

‘Hubungan sosial disebut sebagai konflik apabila sepanjang tindakan yang ada di dalamnya secara
sengaja ditujukan untuk melaksanakan kehendak satu pihak untuk melawan pihak lain’. Dengan
demikian, konflik merupakan suatu hubungan sosial yang dimaknai sebagai keinginan untuk
memaksakan kehendaknya pada pihak lain.

7. A.W. Hijau (1956)


Konflik didefinisikan sebagai ‘upaya yang disengaja untuk melawan atau memaksa kehendak lain atau
orang lain. Sebagai sebuah proses, konflik adalah kebalikan dari kerjasama di mana usaha sengaja
dilakukan untuk menggagalkan kehendak orang lain.

8. Gillin dan Gillin (1948)

‘Konflik adalah proses sosial dimana individu atau kelompok mencapai tujuan mereka secara langsung
menantang pihak lain dengan cara kekerasan atau ancaman kekerasan’ Singkatnya, dapat dikatakan
bahwa konflik mengacu pada perjuangan di antara pihak yang bersaing, berusaha untuk mencapai
tujuan, berusaha untuk menghilangkan lawan dengan membuat pihak lain tidak berdaya.

Itulah beberapa pengertian tentang konflik yang dikemukakan oleh para ahli sosiologi.

Sponsors Link

Bentuk-bentuk Konflik

Konflik dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis. Berikut bentuk-bentuk konflik yang dikemukakan oleh
Simmel, Gillin dan Gillin, serta Suhardi

1. Simmel (1955) membedakan empat jenis konflik yaitu :

‘Perang;

perseteruan atau perselisihan;

litigasi; dan

konflik cita-cita impersonal.’

2. Gillin dan Gillin (1948) mengklasifikasikan konflik ke dalam lima kelompok yaitu :
‘konflik pribadi

konflik rasial,

konflik kelas,

konflik politik, dan

konflik internasional’.

3. Sebagai bentuk hubungan sosial, konflik dapat dibedakan ke dalam beberapa bagian, yaitu :

Konflik Individual. Karena setiap orang memiliki kepentingan dan kebutuhan yang berbeda satu sama
lain, maka ketika keduanya bertemu akan timbul benturan atau sengketa. Contoh : Seorang anak
berebut mainan dengan temannya.

Konflik antarkelas sosial. Disebut juga dengan konflik vertikal. Karena setiap kelas-kelas sosial memiliki
kepentingan dan kebutuhan yang berbeda satu sama lain, maka ketika keduanya bertemu akan timbul
benturan atau sengketa. Contoh : Konflik antara asisten rumah tangga dan majikan.

Konflik antarkelompok sosial. Disebut juga dengan konflik horizontal. Karena setiap kelompok-
kelompok sosial memiliki kepentingan dan kebutuhan yang berbeda satu sama lain, maka ketika
keduanya bertemu akan timbul benturan atau sengketa.

Konflik rasial. Konflik yang mengatasnamakan rasial terjadi karena adanya sengketa antara dua ras
yang berbeda tentang isu tertentu. Yang menjadi pemicunya adalah adanya ketimpangan kondisi
ekonomi dan memiliki dampak ketimpangan sosial di masyarakat.

Konflik politik. Konflik yang terjadi sebagai karena adanya kepentingan dalam urusan kenegaraan dan
kekuasaan.

Konflik internasional. Karena masing-masing Negara memiliki kepentingan masing-masing maka ketika
kedua bertemu maka akan terjadi sengketa. Contoh : Sengketa Laut Cina Selatan

Faktor-Faktor Penyebab Konflik

Terjadinya konflik sosial disebabkan oleh adanya :


Pendirian dan keyakinan yang berbeda. Setiap orang berbeda dalam hal sifat, sikap, cita-cita,
pendapat dan kepentingan. Perbedaan ini dapat menggiring mereka ke arah konflik untuk memenuhi
kepentingan mereka masing-masing. Karena adanya perbedaan ini, mereka gagal untuk dapat
menyesuaikan diri satu sama lain.

Kebudayaan yang berbeda. Kebudayaan yang dimiliki oleh masing-masing kelompok masyarakat
berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini kadang-kadang menyebabkan ketegangan dan
menimbulkan konflik. Bahkan perbedaan agama sering menyebabkan terjadinya perang dan
penganiayaan. Contoh : Konflik Poso

Kepentingan yang berbeda. Kepentingan yang dimiliki oleh setiap orang atau kelompok tidaklah sama.
Perbedaan ini dapat menimbulkan konflik. Misalnya, konflik dalam partai politik. (baca : Fungsi Partai
Politik)

Perubahan sosial. Pengaruh globalisasi ditambah tidak meratanya proses perubahan sosial yang
terjadi dalam masyarakat dapat mengakibatkan konflik. Konflik antar generasi adalah hasil dari
perubahan sosial tersebut. Contoh : Anak yang tidak sepakat beberapa tradisi leluhur karena
menganggapnya sudah tidak relevan dengan masa kini. (baca : Proses Terbentuknya Masyarakat
Berdasarkan Pendekatan Interaksi Sosial)

Dampak Konflik

Sebagai bentuk lain dari suatu interaksi sosial, konflik dapat berdampak positif maupun negatif. Pada
umumnya konflik dipandang memiliki dampak yang negatif karena akibat yang ditimbulkan terkadang
merusak tatanan hidup bermasyarakat yang telah ada sebelumnya.

Sponsors Link

Anda mungkin juga menyukai