PROGRAM HIBRIDISASI
Disusun oleh:
Kelompok 10 Perikanan C
Satya Krismatama 230110150168
M. Qiyamuddin 230110150169
Fadhiilah 230110150170
Sri Astuti Prasetia 230110150189
Sri Fitriyah R 230110150218
2016
1
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat
rahmat taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan praktikum dan laporan
praktikum yang berjudul “Eksploitasi Varian Genetik Dominan Dengan Program
Hibridisasi”
Kami juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Fisiologi Hewan Air, serta asisten laboratorium yang selalu membimbing dan
mengajari kami dalam melaksanakan praktikum juga dalam menyusun laporan ini.
Serta semua pihak yang membantu kami dalam hal penyusunan laporan ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan
untuk dapat memperbaikinya. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan pada
penyusunan maupun kesalahan lainnya.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini kami ucapkan
terimakasih. Semoga Laporan ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Penyusun
i
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... iv
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................... 2
1.4 Kegunaan ..................................................................................... 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Koi ...................................................................................... 3
2.1.1 Klasifikasi Ikan Koi ................................................................. 3
2.1.2 Morfologi Ikan Koi .................................................................. 4
2.1.3 Habitat Ikan Koi ....................................................................... 4
2.1.4 Reproduksi Ikan Koi ................................................................ 5
2.1.5Siklus Hidup Ikan Koi ............................................................... 6
2.2 Ikan Komet ................................................................................. 6
2.2.1 Klasifikasi Ikan Koi ................................................................. 7
2.2.2 Morfologi Ikan Komet ............................................................. 7
2.2.3 Habitat Ikan Komet .................................................................. 8
2.2.4 Reproduksi Ikan Komet ........................................................... 9
2.2.5 Siklus Hidup Ikan Koi .............................................................. 9
2.3 Hibridisasi ................................................................................. 10
2.4 Penyuntikan induk ..................................................................... 11
2.5 Ovaprim ..................................................................................... 12
2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemijahan ............. 12
III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................... 16
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat ......................................................................................... 16
3.2.2 Bahan ...................................................................................... 16
3.3 Tahapan Praktikum .................................................................. 17
3.2. l Persiapan Praktikum................................................................ 17
3.2.2 Pelaksanaan Praktikum .......................................................... 17
3.4 Metode ........................................................................................ 18
3.5 Parameter Yang Diamati ............................................................ 18
ii
iii
iii
iv
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Data hasil pengamatan Kelas…........................................................ 22
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Ikan Koi .............................................................................................. 3
2. Morfologi Ikan Koi ............................................................................. 4
3. Ikan Komet ......................................................................................... 7
4. Morfologi Ikan Komet ........................................................................ 8
5. Diagram Alir Prosedur Praktikum .................................................... 32
6. Alat-alat yang digunakan pada praktikum ....................................... 34
7. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ................................ 35
8. Kegiatan praktikum ......................................................................... 35
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menerapkan program
hibridisasi yang mengumpulkan varian genetik dominan apabila program seleksi
induk tidak mencapai hasil yang diharapkan karena nilai SD dan CV suatu trait relatif
kecil.
1.4 Kegunaan
Manfaat dari pelaksaan praktikum ini adalah dapat menambah wawasan
praktikan dalam bidang budidaya dengan menggunakan teknik hibridisasi hingga
dapat mengetahui faktor keberhasilan teknik hibridisasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
4
termakan dan penyebaran algae yang terlampau padat bias membawa persoalan serius
bagi ikan, misalnya warna menjadi pucat, keracunan atau kekurangan oksigen dan
bias menjadi penyebab berkembangnya berbagai penyakit pada koi. Semua jenis ikan
termasuk koi adalah hewan yang berdarah dingin.
Jadi suhu yang ideal untuk koi adalah 25-30oC. Air yang bagus untuk koi
derajat keasaman airnya rendah (agak basa), hidup pada pH antara 7,2-7,4. sementara
itu nilai kesadahan yang toleran terhadap koi antara 5-7 ppm. Kecerahan kolam yang
baik adalah sekitar 45 cm. Untuk koi yang hidupnya di perairan yang mengalir maka
debit airnya agak deras yaitu 1-4 liter/det/m2 dengan padat tebar untuk ukuran benih
25.000 ekor/m2 atau debit airnya deras yaitu 5-10 liter/det/m2 dengan padat tebar 100-
200 ekor/m2 untuk ukuran 1 ekor sama dengan 100 gram (Anonymous B 2004).
dengan perbandingan 1 induk betina dan 3-4 ekor jantan. Selanjutnya telur akan
dilepaskan oleh induk.
tahun tergantung pemeliharaan. Dari banyaknya varietas ikan mas hias yang
dihasilkan di dunia oleh Cina dan Jepang, ikan komet ini merupakan satu-satunya
hasil seleksi dari ikan common goldfish pada abad 19 di Philadelpia Amerika Serikat
oleh Hugo Murket dan secara masal di terjunkan ke pasaran (Skomal 2007).
tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan Komet
sering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah
kering yang tergenang air (Anonim, 2009).
2.3 Hibridisasi
Pemijahan ikan secara buatan adalah pemijahan yang terjadi dengan
memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses
ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping atau pengurutan.
Langkah kerja yang harus dilakukan dalam pemijahan buatan adalah penyuntikan,
pengambilan sperma dan pengeluaran telur. Pada pemijahan buatan, pembuahan telur
oleh sperma dilakukan dengan bantuan manusia. Telur dipaksa keluar dari tubuh
induk ikan betina dengan teknik stripping atau pengurutan kemudian ditampung
dalam suatu wadah. Selanjutnya melakukan stripping pada induk jantan untuk
mengluarkan sperma secara paksa. Telur dan sperma kemudian disatukan dalam satu
wadah sehingga terjadi fertilisasi atau pembuahan. Dalam hal ini beberapa kegiatan
rekayasa genetika dalam pemijahan buatan dalam bidang perikanan diantaranya yaitu
ginogenesis, triploidisasi dan hibridisasi.
Hibridisasi atau persilangan dalam pengembangbiakan ikan telah lama dikenal
dan dilakukan orang untuk memperoleh ikan yang bersifat genetik tertentu.
Hibridisasi ini merupakan pembuahan antara ikan-ikan yang berlainan jenis, varietas,
ras ataupun strain (Hardjamulia dan Suseno 1976). Dalam pada itu Sumantadinata
(1992) menyatakan bahwa hibridisasi secara luas diartikan sebagai pembuahan
heterospesifik yang dapat terjadi secara alami atau buatan.
Hibridisasi pada ikan dapat dilakukan antara strain dalam satu spesies
(intraspesifik), antara spesies dalam satu genus (interspesifik), antara genus dalam
satu famili (intergenerik) atau beda famili (Hickling 1968 dalam Sumantadinata
1992). Keberhasilan hibridisasi intraspesifik, interspesifik dan intergenerik biasanya
ditentukan oleh jauh dekatnya taksa. Semakin dekat tingkat taksa semakin tinggi
kemungkinan keberhasilannya (Suzuki 1968 dalam Sumantadinata 1992).
11
maka proses penyuntikkan tidak akan memacu kelenjar hipofisa untuk mengeluarkan
hormon GnRH dalam proses pemijahan (tidak terjadinya proses pemijahan).
Teknik penyuntikan hormon pada ikan diantaranya yaitu, intra muscular
(penyuntikan kedalam otot), intra peritorial (penyuntikan pada rongga perut) dan intra
cranial (penyuntikan di kepala) (Susanto 1999). Dari ketiga teknik penyuntikkan yang
paling umum dan mudah dilakukan adalah intra muscular, karena pada bagian ini
tidak merusak organ yang penting bagi ikan dalam melakukan proses metabolisme
seperti biasanya dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya.
Menurut Muhammad dkk (2001) secara intra muscular yaitu pada 5 sisik ke belakang
dan 2 sisik ke bawah bagian sirip punggung ikan.
2.5 Ovaprim
Ovaprim adalah merek dagang bagi hormon analog yang mengandung 20µg
analog salmon gonadotropin releasing hormon (sGnRH) LHRH dan 10µg
domperidone sejenis anti dopamin per milliliter (Nandeesha et al 1990). Ovaprim
biasanya dibuat dari campuran ekstra kelenjar hipofisa dan hormon mamalia.
Ovaprim digunakan sebagai agen perangsang bagi ikan untuk memijah,
kandungan sGnRHa akan menstimulus pituatari untuk mensekresikan GtH I dan GtH
II. Sedangkan anti dopamin menghambat hipotalamus dalam mensekresi dopamin
yang memerintahkan pituatari menghentikan sekresi GtH I dan GtH II (Gusrina
2008).
faktor dari lingkungan luar. Faktor dari dalam diantaranya umur ikan, ukuran, dan
kemampuan ikan beradaptasi dengan lingkungan. Sedangkan faktor dari luar meliputi
kondisi fisik-kimia dan media biologi, ketersedian makanan, kompetisi antar ikan
dalam mendapatkan makanan apabila jumlah makanan dalam media pemeliharaan
kurang mencukupi, serta proses penanganan ikan yang kurang baik (Royce 1972).
Kualitas air berupa parameter fisik dan kimia yang tidak stabil akan mempengaruhi
kelangsungan hidup organisme akuatik dalam melakukan aktivitas (Zonneveld et al.
1991).
Kelangsungan hidup ikan sangat bergantung pada kondisi perairan tempat
hidupnya. Mengingat besarnya potensi pencemaran perairan akibat racun yang
ditimbulkan dari sisa pakan dan kotoran sisa metabolisme yang mengendap di dasar
perairan (Alex 2011).
BAB III
METODOLOGI
3.2.2 Bahan
1. Ikan komet betina berfungsi sebagai sampel ikan yang akan diuji
2. Ikan koi jantan berfungsi sebagai sampel ikan yang akan diuji
16
17
B. Pemijahan Buatan
1. Diseleksi indukan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Dipisahkan indukan jantan dan indukan betina
3. Disuntikan ovaprim pada indukan betina dan jantan dengan dosis 0,4 ml/kg
induk betina dan 0,1 ml/kg induk jantan
4. Dilakukan stripping sperma pada indukan jantan
5. Dilakukan stripping telur pada indukan betina setelah ovulasi
3. Dilakukan streaping pada ikan komet betina dan menyimpanya pada cawan
petri (dilakukan asisten)
4. Dilakukan fertilisasi atau penyatuan telur ikan komet dengan sperma ikan koi.
5. Ditebarkan telur yang sudah dibuahi pada akuarium yang telah disediakan
C. Pengamatan
1. Diamati FR (Fertilization Rate), derajat pembuahan telur
2. Diamati HR (Hatching Rate), derajat penetesan telur
3. Diamati SR (Survival Rate), derajat kelangsungan hidup
3.4 Metode
Metode yang digunakan adalah cross breeding. Cross breeding adalah
program breeding yang mencoba untuk menemukan kombinasi antara populasi yang
berbeda untuk menghasilkan superioritas pertumbuhan terhadap keturunan sehingga
keturunan akan menampakkan hybrid vigour.
𝐏𝐨
FR (%) = x 100 %
𝐏
Keterangan :
FR : Derajat fertilisasi telur (%)
19
3.4.2 HR
HR atau hatching rate adalah derajat penetasan telur. Pengamatan derajat
penetasan telur dilakukan ketika embrio menetas menjadi larva. HR yang di hitung
adalah telur yang menetas dalam akuarium.
Effendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui derajat penetasan telur
ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
𝐏𝐭
HR (%) = x 100 %
𝐏𝐨
Keterangan :
HR : Derajat penetasan telur
Pt : Jumlah telur yang menetas
Po : Jumlah telur yang dibuahi
3.5.2 SR
SR atau survival rate adalah derajat kelangsungan hidup ikan. Pengamatan
derjat kelangsungan hidup ikan dilakukan hanya untuk proses ginogenesis,
hibridisasi, dan triploidisasi setelah larva ikan berumur tujuh hari.
Effendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui derajat kelangsungan
hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
𝐍𝐭
SR (%) = x 100 %
𝐍𝐨
Keterangan :
SR : Kelangsungan hidup ikan selama praktikum
20
𝐏𝐨
FR (%) = x 100 %
𝐏
Keterangan :
FR : Derajat fertilisasi telur (%)
P : Jumlah telur sampel
Po : jumlah telur yang dibuahi
2. Perhitungan HR
Effendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui derajat penetasan
telur ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
𝐏𝐭
HR (%) = x 100 %
𝐏𝐨
Keterangan :
HR : Derajat penetasan telur
Pt : Jumlah telur yang menetas
Po : Jumlah telur yang dibuahi
21
3. Perhitungan SR
Effendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui derajat kelangsungan
hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
𝐍𝐭
SR (%) = x 100 %
𝐍𝐨
Keterangan :
SR : Kelangsungan hidup ikan selama praktikum
Nt : Jumlah ikan pada akhir praktikum
No : Jumlah ikan pada awal praktikum
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
23
4.2.1 Perhitungan FR
𝐏𝐨
FR (%) = x 100 %
𝐏
𝟖𝟒
= x 100 %
𝟐𝟕𝟕
= 𝟎, 𝟑𝟎𝟑𝟐 x 100 %
= 30,32 %
4.2.2 Perhitungan HR
𝐏𝐭
HR (%) = x 100 %
𝐏𝐨
𝟎
= x 100 %
𝟖𝟒
= 0 x 100 %
= 0%
4.2.3 Perhitungan SR
𝐍𝐭
SR (%) = x 100 %
𝐍𝐨
𝟎
= x 100 %
𝟎
= 0 x 100 %
= 𝟎%
4.3.1 FR
FR atau fertilization rate adalah derajat pembuahan telur. Pengamatan derajat
pembuahan telur (FR) dilakukan setelah pembuahan telur pada proses hibridisasi
selesai dilakukan. Untuk mengetahui jumlah telur yang telah terbuahi maka
digunakan rumus yang telah tercantum diatas. Dari rumus tersebut kita dapat
melakukan perhitungan dalam bentuk persentase. Dimana setelah kita melakukan
perhitungan tersebut kita dapat mengetahui berapa persen jumlah telur yang terbuahi
dari jumlah keseluruhan saat melakukan fertilisasi.
Dilihat dari hasil tabel pengamatan kelas diatas terdapat perbedaan hasil dari
setiap kelompok. Hasil tersebut menunjukkan perbedaan atau selisih yang tidak
begitu banyak dan menunjukkan persentase yang tinggi pula. Namun ada beberapa
kelompok yang menghasilkan persentase yang kecil. Berdasarkan tabel data FR kelas
Perikanan C, dapat dilihat bahwa kelompok 8 memiliki nilai FR paling besar diantara
kelompok lainnya, yaitu sebesar 99,82 %. Artinya, hampir semua telur yang ada di
dalam cawan petri kelompok 8 terbuahi semua. Sedangkan yang memiliki nilai FR
terkecil adalah kelompok 7 yaitu sebesar 27,6 %. Artinya hanya sekitar ¼ dari
keseluruhan jumlah telur yang ada di dalam cawan petri kelompok 7 terbuahi.
Keberhasilan pemijahan sangat ditentukan oleh penemuan sel sperma dengan
sel telur. Kalau pertemuan itu tak terjadi, telur ikan tidak bisa menetas karena tidak
terjadi pembuahan. Pembuahan tidak sempurna, seperti misalnya akibat ikan jantan
yang terlalu muda sehingga tidak dapat menghasilkan kualitas sperma yang baik
untuk membuahi telur.
Salah satu faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pembuahan adalah
suhu. Suhu merupakan salah saru faktor eksternal lingkungan yang mempengaruhi
proses pembuahan (Heming & Buddington 1988). Suhu yang terlalu rendah atau
melebihi titik maksimum toleransi pada pembuahan ikan mengakibatkan telur tidak
dapat dibuahi dan dapat mengakibatkan kematian. Proses pembuahan merupakan fase
yang rentan terhadap perubahan suhu yang ekstrim karena derajat pembuahan terjadi
25
pada fase blastulasi, dimana fase awal perkembangan embrio ini sangat sensitive
terhadap gangguan luar, yaitu suhu (Woynarovich dan Hovarth 1980).
4.3.2 HR
HR atau hatching rate adalah derajat penetasan telur. Pengamatan derajat
penetasan telur dilakukan ketika embrio menetas menjadi larva. Untuk mengetahui
jumlah telur yang menetas maka digunakan rumus yang telah tercantum diatas. Dari
rumus tersebut kita dapat melakukan perhitungan dalam bentuk persentase. Dimana
setelah kita melakukan perhitungan tersebut kita dapat mengetahui berapa persen
jumlah telur yang menetas dari jumlah telur yang terbuahi.
Kelas Perikanan C merupakan kelas yang termasuk derajat penetasan ikannya
buruk. Nilai HR pada semua kelompok terjadi persamaan, dimana hasil dari semua
kelompok menunjukkan 0%. Hal tersebut terjadi karena terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkat keberhasilan penetasan telur diantaranya suhu. Suhu
mempengaruhi perkembangan embrio dan proses penetasan embrio, jika suhu rendah embrio akan
lebih lama tertahan dalam cangkangnya, sebaliknya jika suhu tinggi akan menyebabkan embrio
menetas secara prematur. Faktor cahaya juga mempengaruhi masa pengeraman ikan. Jika dalam
masa pengeraman ditaruh tempat yang gelap, maka kan menetas lebih lambat. Faktor luar
lainnya yang dapat mempengaruhi masa pengeraman ialah gas terlarut dalam air terutama 𝑪𝑶𝟐 dan
amonia dapat menyebabkan kematian embrio dalam masa pengeraman. Selain itu,
kekurangan oksigen tidak hanya memperlambat laju perkembangan embrio tetapi juga dapat
menimbulkan kematian embrio (Sedjati, 2002).
Selama oogenesis kuning telur mengakumulasi sejumlah besar yolk granules
dan lipid yang terisi pada bagian tengah. Diameter granula berkisar antara 6-24μm.
Jumlah dan distribusi dari lemak (butir lemak) sangat bervariasi dengan diameter 1-
1.5μm (Linhart et al. 1995 dalam Utiah 2006). Distribusi dari butir-butir lemak ini
juga menjadi parameter kualitas telur.
Menurut Kjorsvik et al. (1990) dalam Utiah (2006), morfologi sel juga sering
digunakan untuk meneliti kualitas telur dan parameter morfologi ini lebih sensitif
26
4.3.3 SR
SR atau survival rate adalah derajat kelangsungan hidup ikan. Pengamatan
derajat kelangsungan hidup ikan dilakukan hanya untuk proses ginogenesis,
hibridisasi dan triploidisasi setelah larva ikan berumur tujuh hari. Untuk mengetahui
jumlah ikan yang hidup hingga akhir praktikum maka digunakan rumus yang telah
tercantum diatas. Dari rumus tersebut kita dapat melakukan perhitungan dalam
bentuk persentase. Dimana setelah kita melakukan perhitungan tersebut kita dapat
mengetahui berapa persen jumlah ikan yang hidup hingga akhir dari jumlah ikan yang
hidup pada waktu awal.
Berdasarkan nilai SR yang terdapat pada tabel hasil pengamatan kelas, kelas
perikanan C merupakan kelas yang termasuk derajat kelangsungan hidup ikannya
buruk. Nilai HR pada semua kelompok terjadi persamaan, dimana hasil dari semua
kelompok menunjukkan 0% karena sebagaimana kita tahu nilai HR yang didapat pun
0 %.
hal tersebut hampir sama seperti pada pembahasan kelas yaitu kualitas pertemuan sel
telur dan sperma pada saat fertilisasi, suhu lingkungan serta adanya kemungkinan
kesalahan dari praktikan pada saat perhitungan jumlah telurnya yang kurang tepat
atau terjadi kekeliruan.
4.4.2 HR
Untuk mengetahui nilai HR maka dilakukan pengamatan selama kurang lebih
48 jam atau selama dua hari. Dimana kita mengharapkan mendapat hasil dari
penetasan telur setelah menunggu selama itu tetapi pada faktanya tidak. Berdasarkan
pengamatan dan perhitungan nilai HR kelompok 10 mendapatkan jumlah nilai HR
sebesar 0 %. Sama seperti kelompok lainnya, tidak ada satu butir telur pun yang
berhasil menetas. Hal tersebut tidak memungkinkan untuk pemeliharaan, hal tersebut
terjadi karena diakibatkan oleh beberapa faktor seperti halnya yang telah dibahas di
pembahasan HR kelompok.
4.4.3 SR
Dikarenakan nilai HRnya pun 0 % yang berarti tidak ada telur yang menetas,
maka tidak memungkinkan untuk pemeliharaan. Sehingga kegiatan praktikum juga
berhenti hingga pada kegiatan perhitungan HR.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hibridisasi merupakan salah satu teknik rekayasa genom yang dapat
dilaksanakan sebagai aplikasi bioteknologi dalam kegiatan seleksi. Hibridisasi
mempunyai tujuan memperbaiki kualitas benih, seperti tahapan perbaikan laju
pertumbuhan, penundaan kematangan gonad agar tercapai pertumbuhan maksimal
serta meningkatan ketahanan terhadap penyakit dan lingkungan yang kurang baik.
Beberapa metoda yang dapat digunakan pada program hibridisasi ini, yaitu
Interspecific Hybridization, Intraspecific Hybridization dan Intergeneric
Hybridization. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemijahan diantaranya
kualitas saat pemijahan dimana bertemunya sel telur dan sperma dan suhu
lingkungan.
Berdasarkan hasil yang didapatkan nilai FR kelompok 10 hanya sebesar
30,32%, termasuk pada persentase yang kecil. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh
kualitas pemijahan dan suhu. Dan mendapatkan nilai HR sebesar 0 %, hal tersebut
dikarenakan oleh suhu yang terlalu rendah, intensitas cahaya dan lainnya. Ketika nilai
HR saja mendapat nilai 0% maka SR pun akan 0% karena tidak ada kemungkinan
dalam kelangsungan hidup.
Dan pada praktikum hibridisasi ini kami tidak melakukan pengamatan
mengenai embriogenesis. Sehingga tidak ada pencantuman mengenai embriogenesis
pada baik pada metodologi maupun hasil.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, untuk mendapatkan informasi
seperti kemurnian genetika dari masing-masing genotipe dan fenotipe perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut. Praktikum hibridisasi ini yang harus diperhatikan adalah
indukan dari kedua ikan, harus dalam keadaan yang baik.
28
29
DAFTAR PUSTAKA
Matsui, Y. 1976. Goldfish. Hoikusha’s Color Books Series. Hoikusha Publishing Co.
Uchikyuhoji machi, Highashi-ku, Osaka, Japan 123.pp
Hickling, C. 1968. Fish hybridization. Proc. of world symp. On warm water pond fish
culture. FAO Fish Rep., 44:1-10.
Khairuman. 2008. Syarat Hidup lingkungan bagi lele dumbo. Agro Media Pustaka.
Jakarta.
Lingga, P., dan H. Susanto. 2003. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Skomal, G. 2007. Goldfish. Second edition. Wiley Publishing. USA.
Linhart, O., S. Kudo, R. Billard, V. Slechta, and E.V. Mikodina. 1995. Morphology,
composition and fertilization of carp eggs: A review. Aquaculture, 129: 75-
93
Royce, W.F. 1972. Introduction to The Fishery Sciences. Academic Press. New York.
351 p.
Alex. 2011. Budidaya Ikan Koi Ikan Eksotis Yang Menguntungkan. Pustaka Baru
Press. Yogyakarta.
31
32
1. Lampiran Tabel
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kelas
Perhitungan
KELOMPOK
FR (%) HR(%) SR(%)
1 82 0 0
Persiapan Praktikum
2 84,85 0 0
3 89,38 0 0
4 90,2 0 0
5 88 0 0
6 38,4 0 0
7 27,6 0 0
8 99,82 0 0
9 86 0 0
10 30,32 0 0
11 59,93 0 0
12 82,08 0 0
Dipasangkan instalasi aerasi agar berfungsi dengan baik dan mengisi akuarium
dengan air setengah dari volum akuarium.
33
B. Pemijahan Buatan
Disuntikan ovaprim pada indukan betina dan jantan dengan dosis 0,4
ml/kg induk betina dan 0,1 ml/kg induk jantan
2. Pelaksanaan Praktikum
A. Fertilisasi
Dilakukan streaping pada ikan komet betina dan menyimpanya pada cawan
petri (dilakukan asisten)
Dilakukan fertilisasi atau penyatuan telur ikan komet dengan sperma ikan koi.
Ditebarkan telur yang sudah dibuahi pada akuarium yang telah disediakan
34
B. Pengamatan
5. Kegiatan Praktikum