Anda di halaman 1dari 16

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia saat ini masih sangat
rendah jika dibandingkan dengan negara lain dan salah satu faktor utama
rendahnya kualitas sumber daya manusia ini tentu berhubungan dengan dunia
pendidikan nasional. Program pendidikan nasional yang dirancang diyakini
belum berhasil menjawab harapan dan tantangan masa kini maupun di masa
depan. Dunia pendidikan nasional perlu dirancang agar mampu melahirkan
generasi atau sumber daya manusia yang memiliki keunggulan pada era
globalisasi.
Pengembangan kurikulum penting untuk meningkatkan keberhasilan
sistem pendidikan secara menyeluruh. Sekolah yang tidak kreatif dan inovatif
dalam mengembangkan kurikulum akan semakin tertinggal dan ditinggal oleh
peserta didik dan masyarakat dunia kerja. Kurikulum merupakan jantungnya
dunia pendidikan. Untuk itu, kurikulum perlu dimanage, dirancang, dan
disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan
meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia, sehingga bangsa
Indonesia memiliki daya saing dengan negara lain dalam berbagai bidang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Saja Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum?
2. Apa Saja Model Pengembangan Kurikulum?
3. Bagaimana Kurikulum Model Ralph Tyler?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum?
2. Menjelaskan Model Pengembangan Kurikulum?
3. Menjelaskan Kurikulum Model Ralph Tyler?

1
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum


Nana Syaodih S membagi dua prinsip pengembangan kurikulum, yaitu
prinsip umum dan prinsip khusus.
1. Prinsip Umum
Pertama, prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki
kurikulum, yaitu relevansi ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri.
Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup
dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan
perkembangan masyrakat. Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam
yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum,
yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. Relevansi internal
ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.1
Kedua prinsip fleksibilitas. Kurikulum hendaknya memilih sifat lentur atau
fleksibel. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal
yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun
kemampuan, dan latar belakang anak.
Ketiga prinsip kontinuitas yaitu kesinambungan. Perkembangan dan proses
belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau
berhenti-henti. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan serempak bersama-
sama, perlu selalu ada komunikasi dan kerja sama antara para pengembang
kurikulum SD dengan SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.
Keempat prinsip praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat
sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi.

2
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

Kelima prinsip efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus murah,


sederhana, dan murah tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan.

2. Prinsip Khusus
Pertama, prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan.Tujuan pendidikan
mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka
menengah, dan jangka pendek (tujuan khusus). Perumusan tujuan
pendidikan bersumber pada:
a. Ketentuan dan kebijakasanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam
dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan strategi
pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan;
b. Survai mengenai persepsi orang tua/masyarakat tentang kebutuhan
mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka;
c. Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu,
dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media
massa;
d. Survai tentang manpower;
e. Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama;
f. Penelitian.

Kedua,prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan. Dalam memilih isi


pendidikan maka perlu mempertimbangkan beberapa hal.
a. Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk perbuatan
hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil
belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar;
b. Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan;
c. Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.

Ketiga, Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar (PBM).


Pemilihan PBM hendaknya memperhatikan beberapa hal.

3
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

a. Apakah metode/teknik belajar-mengajar yang digunakan cocok untuk


mengajarkan bahan pelajaran?
b. Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga
dapat melayani perbedaan individual siswa?
c. Apakah metode/teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-
tingkat?
d. Apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai
tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
e. Apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa, atau mengaktifkan
guru atau kedua-duanya?
f. Apakah metode/teknik dapat mendorong berkembangnya kemampuan baru?
g. Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar di
sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber yang ada di rumah
dan di masyarakat?
Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang
menekankan ”learning by doing” di samping ”learning by seeing and knowing”.

Keempat,prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran.


a. Alat/media pengajaran apa yang diperlukan.
b. Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan: bagaimana
pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaannya, waktu pembuatan?
c. Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk
modul, paket belajar, dan lain-lain?
d. Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
e. Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.

Kelima, prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.


Dalam penyusunan alat penilaian (tes) hendaknya diikuti langkah-langkah
sebagai berikut: Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Uraikan ke dalam bentuk tingkah-tingkah

4
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

laku murid yang dapat diamati. Hubungkan dengan bahan pelajaran. Tuliskan
butir-butir tes.
Dalam merencanakan suatu penilaian perlu diperhatikan beberapa hal:
Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan di tes?
Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan tes? Apakah tes tersebut
berbentuk uraian atau obyektif? Berapa banyak butir tes perlu disusun? Apakah
tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau oleh murid?
Dalam pengolahan suatu hasil penialain hendaknya diperhatikan hal-hal
sebagai berikut: Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil tes?
Apakah digunakan formula quessing? Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor
masak? Skor standar apa yang digunakan? Untuk apakah hasil-hasil tes
digunakan?

B. Model Pengembangan Kurikulum


Ella Yulaelawati membagi lima model pengembangan kurikulum yang
berlaku sejak tahun 1950-an sampai tahun 2000-an berdasarkan kerangka
pendekatan sistemik dan pendekatan kontekstual, yaitu: model Tyler, Taba,
teknik saintifik, nonteknik-nonsaintifik, dan Pendidikan Berbasis Hasil Belajar
(PBHB).

C. Model Kurikulum Ralph Tyler


Pengembangan kurikulum model Tyler yang dapat ditemukan dalam buku
klasik yang sampai sekarang banyak dijadikan rujukan dalam proses
pengembangan kurikulum berjudul Basic PrinciplesOf Curriculum and
Instruction. Sesuai dengan judul bukunya, model pengembangan kurikulum
Tyler ini lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum sesuai dengan
tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Dengan demikian, model ini tidak
menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah-langkah konkrit
atau tahapan-tahapan secara rinci. Tyler hanya memberikan dasar-dasar
pengembangannya saja. Proses pengembangan kurikulum model Tyler
digambarkan pada gambar berikut (lampiran)

5
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan


kurikulum.Pertama, berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai,
kedua, berhubungan dengan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, ketiga,
pengorganisasian pengalaman belajar, dan keempat berhubungan dengan
evaluasi.Model Ralp Tyler menekankan pada empat pertanyaan, yaitu:
1. What educational purposes should the school seek to attain? (objectives).
2. What educational experiences are likely to attain these objectives?
(instructional strategic and content).
3. How can these educational experiences be organized effectively?
(organizing learning experiences).
4. How can we determine whether these purposes are being attain?
(assessment and evaluation).2
1. Menentukan Tujuan
Dalam penyususnan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan
langkah pertama dan utama yang harus dikerjakan. Sebab, tujuan merupakan
arah atau sasaran pendidikan. Hendak diabawa kemana anak didik ?
Kemampuan apa yang harus dimiliki anak didik setelah mengikuti program
pendidikan ? Semuanya bermuara pada tujuan. Lalu sebenarnya dari mana dan
bagaimana kita menentukan tujuan pendidikan ?
Tyler memang tidak menjelaskan secara detail tentang sumber tujuan.
“Similarly, some writers have argued that Tyler doesn’t adequately explain the
source of objectives” (Skilbeck, 1976: Kliebard, 1970). Namun demikian,
Tyler menjelaskan bahwa sumber perumusan tujuan berasal dari siswa, studi
kehidupan masa kini, disiplin ilmu, filosofis, dan psikologi belajar.
Merumuskan tujuan kurikulum sebenarnya sangat tergantung dari teori
dan filsafat pendidikan serta model kurikulum apa yang dianut. Bagi
pengembang kurikulum subjek akademis, maka penguasaan berbagai konsep
dan toeri seperti yang tergambar dalam disiplin ilmu merupakan sumber tujuan

6
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

utama. Kurikulum yang bersifat “discipline oriented” berbeda dengan


pengembang kurikulum model humanistik yang lebih bersifat “childish
centered”, yaitu kurikulum yang lebih berpusat pada pengembangan pribadi
siswa, maka yang menjadi sumber utama dalam perumusan tujuan tentu saja
siswa itu sendiri, baik yang berhubungan dengan pengembangan minat dan
bakat serta kebutuhan untuk membekali hidupnya. Lain lagi dengan kurikulum
rekonstruksi sosial. Kurikulum yang lebih bersifat “society centered” ini
memposisikan kurikulum sekolah sebagai alat untuk memperbaiki kehidupan
masyarakat, maka kebutuhan dan masalah-masalah sosial kemasyarakatan
merupakan seumber tujuan utama kurikulum.
Walaupun secara teoritis tampak begitu tajam pertentangan antara
kurikulum yang bersumber dari displin akademik, kurikulum yang bersumber
dari kebutuhan pribadi dan kebutuhan masyarakat, akan tetapi dalam
praktiknya tidak setajam apa yang ada dalam teori. Anak adalah organisme
yang unik, yang memiliki berbagai perbedaan. Ia juga adalah makhluk sosial
yang berasal dan akan kembali pada masyarakat, oleh karena itulah tujuan
kurikulum apa pun bentuk dan modelnya pada dasarnya harus
mempertimbangkan berbagai sumber untuk kepentingan individu dan
kepentingan masyarakat.
2. Menentukan Pengalaman Belajar
Langkah kedua dalam proses pengembangan kurikulum adalah menentukan
pengalaman belajar (learning experiences) sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan. Pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar bukanlah isi atau materi
pelajaran dan bukan pula aktivitas guru memberikan pelajaran. Tyler (1990:
41) mengemukakan : “ The term “ Learning Experience” is not the same as
the content with which a course deals nor activities performed by the teacher.
The term “Learning Experience” refers to the interaction between the learner
and the external conditions in the environment to which he can react. Learning
takes place through the active behavior of the student, it is what he does that he
learns not what the teacher does.

7
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

Pengalaman belajar menunjuk pada aktivitas siswa didalam proses


pembelajaran. Dengan demikian yang harus dipertanyakan dalam pengalaman
ini adalah “apa yang akan atau telah dikerjakan oleh siswa” bukan “ apa yang
akan atau telah diperbuat guru”. Untuk itulah guruguru sebagai pengembang
kurikulum mestinya memahami apa minat siswa, serta bagaimana latar
belakangnya. Dengan pemahaman tersebut, akan memudahkan bagi guru
dalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan siswa memperoleh
pengalaman belajar.
Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa.
Pertama, pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Setiap tujuan akan menetukan pengalaman pembelajaran. Kedua, setiap
pengalaman belajar harus memuaskan siswa. Ketiga, setiap rancangan
pengalaman siswa sebaiknya melibatkan siswa. Keempat, mungkin dalam satu
pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda.
Tedapat beberapa bentuk pengalaman belajar yang dapat dikembangkan,
misalkan pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir
siswa, pengalaman belajaruntuk membantu siswa dalam mengumpulkan
sejumlah informasi, pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan
sikap sosial, dan pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan minat.
3. Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Langkah yang ketiga dalam merancang suatu kurikulum adalah
mengorganisasikan pengalaman belajar baik dalam bentuk unit mata pelajaran,
maupun dalam bentuk program. Langkah pengorganisasian ini sangatlah
penting, sebab dengan pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi
pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang
nyata bagi siswa.
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar. Pertama
pengorganisasian secara vertikal dan yang kedua secara horizontal.
Pengorganisasian seecara vertikal apabila menghubungkan pengalaman belajar
dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda. Misalkan,
pengorganisasian pengalaman belajar yang menguhungkan antara bidang

8
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

goegrafi di kelas lima dan geografi kelas enam. Sedangkan pengorganisasian


secara horizontal jika kita menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang
geografi dan sejarah pada tingkat yang sama. Kedua hubungan ini sangat
penting dalam proses mengorganisasikan pengalaman belajar. Misalkan,
hubungan vertikal akan memungkinkan siswa memiliki pengalaman belajar
yang semakin luasdalam kajian yang sama, sedangkan hubungan horizontal
antara pengalaman belajar yang satu dan yang lain akan saling mengisi dan
memberikan penguatan. Ada tiga prinsip menurut Tyler (1950: 55) dalam
mengorganisasi pengalaman belajar, yaitu sebagai berikut.
Prinsip kontinuitas ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Bersifat
vertikal artinya bahwa pengalaman belajar yang diberikan harus memiliki
kesinambungan yang diperlukan untuk pengembangan pengalaman belajar
selanjutnya. Contohnya, apabila anak diberikan pengalaman belajar tentang
pengembangan kemampuan membaca bahan-bahan pelajaran studi sosial,
maka harus diyakini bahwa pengalaman belajar tersebut akan dibutuhkan untuk
mengembangkan keterampilan berikutnya, contohnya ketermapilan
memecahkan masalah-masalah sosial. Prinsip kontinuitas yang bersifat
horizontal artinya abahwa suatu pengalaman yang diberikan pada siswa harus
memiliki fungsi dan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman belajar dalam
bidang lain. Contohnya pengalaman belajar dalam bidang aritmetika harus
dapat membantu untuk memperoleh pengalaman belajar dalam bidang ekonomi
ataupun dalam bidang IPA.
Prinsip urutan isi sebenarnya erat hubungannya dengan kontinuitas,
perbedaaannya terletak pada tingkat kesulitan dan keluasan bahasan. Artinya
setiap pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa harus memerhatikan
tingkat perkembangan siswa. Pengalaman belajar yang diberikan dikelas lima
harus berbeda dengan pengalaman pada tingkat selanjutnya.
4. Evaluasi
Proses evaluasi merupakan lanhgkah yang sangat penting untuk
mendapatkan informasi tentang ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi memegang peranan yang cukup penting, sebab dengan evaluasi dapat

9
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

ditentukan apakah kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai oelh sekolah atau belum. Ada dua aspek yang perlu diperhatikan
sehubungan dengan evaluasi. Pertama, evaluasi harus menilai apakah telah
terjadi perubahan tingakah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang
telah dirumuskan. Kedua, evalusi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat
penilaian dalam suatu waktu tertentu. Dengan demikian , penilaian suatu
program tidak mungkin hanya dapat mengandalkan hasil tes siswa setelsh akhir
proses pembelajaran. Penilaian mestinya membandingkan antara penilaian
awal sebelum siswa melakukan suatu program dengan setelah siswa melakukan
program tersebut. Dari perbandingan itulah akan tampak ada atau tidak adanya
perubahan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Ada dua fungsi evaluasi, pertama evaluasi digunakan untuk memperoleh
data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik. Denga kata lain, bagaimana
tingkat pencapaian tujuan atau tingkat penguasaan isi kurikulum oleh setiap
siswa. Fungsi ini dinamakan fungsi sumatif. Kedua, untuk melihat efektivitas
proses pembelajaran. Dengan kata lain, apakah program yang disusun telah
dianggap sempurna atau perlu perbaikan. Fungsi ini dinamakan fungsi
formatif.
Model Objectives Tyler memandang evaluasi kurikulum sebagai
pengukuran performa siswa terhadap tujuan perilaku yang sudah dirumuskan,
masih ada beberapa model lainnya yang mengacu pada evaluasi terhadap
ketercapaian goal, yaitu :
a. Hammond, lebih mengkonsentrasikan pada pengaruh faktor institusional
dan instruksional di dalam mencapai tujuan;
b. Provus , mengkonsentrasikan pada apakah terdapat perbedaan antara
pengamatan kurikulum dan standar atau tujuan yang sudah disepakati.

D. Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum


1. Fase pengembangan program tingkat lembaga

10
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

Pengembangan tingkat lembaga ini mencakup perumusan tujuan institusional,


penetapan isidan struktur program dan penyusunan strategi pelaksanaan
kurikulum.
a. Perumusan tujuan lembaga (institusional)
Rumusan tujuan pendidikan yang terdiri dari rumusan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diharpkan dicapai anak setelah menyelesaikan
keseluruhan program pendidikan pada suatu sekolah tertentu
Ciri-ciri tujuan institusional suatu sekolah dapat ditinjau dari segi
kategori,aspek yang diukur dan ditingkat kekhususannya, adalah sebagai
berikut
1) Tujuan institusional umum menggambarkan aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang bersifat umum. Sedangkan tujuan institusional
khusus merupakan penjabaran dari tujuan institusional umum, yang berisi
rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap pula, yang walaupun
rumusan masih bersifat umum
2) Aspek yang dicakup dalam rumusan tujuan institusional adalah
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap
3) Tingkat kekhususa
Tujuan institusional merupakan penjabaran tujuan nasional yang
kemudiandijabarkan lagi kepada tuyjuan kurikuler dan tujuan instruksional.
b. Penetapan isi dan struktur program
Adalah penetapan bidang-bidang studi yang akan diajarkan dalam kurikulum
tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan penetapan struktur program
mencakup :
1) Jenis program pendidikan (umum, akademis, keguruan, kejuruan,
spesialisasi, dsb).
2) Sistem dan jumlah kelas serta unit waktu yang digunakan.
3) Jumlah bidang studi yang diajarkan perminggu/perhari.
4) Jumlah jam pelajaran untuk setiap bidang studi perminggu atau perhari.
c. Penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum

11
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

Langkah menyusun strategi pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan,


yang meliputi :
1) Melaksanakan pengajaran.
2) Mengadakan penilaian
3) Mengadakan bimbingan dan penyuluhan,
4) Melaksanakan administrasi dan supervisi

2. Fase pengembangan program setiap bidang studi


Langkah-langkah untuk melaksanakan pengembangan program setiap bidang
studi :
a. Merumuskan tujuan kurikulum
Rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dimiliki
murid dalam setiap bidang studi, setelah murid menyelesaikan program
pendidikan di sekolahsecara keseluruhan.
b. Merumuskan tujuan instruksionalAdalah rumusan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang merupakan perincian daritujuan kurikuler,
sebagai dasar untuk menetapkan pokok bahasan/sub pokok bahasandalam
setiap bidang studi.
c. Menetapkan pokok bahasan/sub pokok bahasan
Atas dasar tujuan instruksional di atas, maka langkah selanjutnya
menetapkan pokok bahasan/sub pokok bahasan untuk setiap bidang studi.
Contoh pokok bahasan/sub pokok bahasan IPA sbb :
No Tujuan Instruksional Pokok bahasan/sub pokok bahasan
1. Murid dapat 1. Benda-benda hidup dan tak
menggolongkan benda- hidup
benda hidup dan tak hidup a. Ciri-ciri benda hidup
b. Ciri-ciri benda tak hidup
2. Benda-benda padat, cair dan
ciri-cirinya
a. Benda padat dan ciri-cirinya
b. Benda cair dan ciri-cirinya
c. Benda gas dan ciri-cirinya

Dst.

12
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

d. Menyusun garis-garis besar pengajaran, terdiri :


1) Atas dasar tujuan kurikuler, tujuan instruksional dan pokok bahasan/sub
pokok bahasan, maka disusunlah garis-garis besar pengajaran (GBPP)
yang berisikan tujuan pengajaran, bahan pengajaran (pokok/sub pokok
bahasan) yang telah disusun perkelas dan persemester yang disertai
keterangan jumlah jam dan sumber bahanyang dapat digunakan.
2) Setelah GBPP selesai disusun, maka dibuatlah pedoman khusus
melaksanakan pengajaran dari masing-masing bidang studi seperti
cara/metoda yang digunakan,alat yang digunakan, cara menilai dan
sebagainya

3. Fase pengembangan program pengajaran di kelas


Tugas guru dalam rangka mengembangkan program pengajaran adalah :
a. Menetapkan satuan bahasan dari bahan pengajaran yang tercantum
dalam GBPP
b. Mengembangkan program pengajaran untuk masing-masing satuan
bahasan yangnanti akan dilaksanakan di kelas
http://www.scribd.com/doc/28655207/MAKALAH-PENGEMBANGAN-KURIKULUM

Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :


Model Pengembangan Kurikulum
P MODEL TYLER MODEL TABA P
E Menurut Tyler, pengembangan Menurut Taba, pengembangan E
N kurikulum mencakup: kurikulum mencakup: N
D a. tujuan, a. diagnosis kebutuhan, D
E b. pengalaman belajar, b. rumusan tujuan, E
K b. pengelolaaan pengalaman c. seleksi dan organisasi K
A belajar, dan konten, A
T c. penilaian tujuan belajar. d. manifestasi pengalaman T
A belajar, serta A
N e. penilaian. N

13
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

PENDIDIKAN BERBASIS HASIL BELAJAR (PBHB)


(OUTCOMES BASED-EDUCATION/OBE)
S Pengembangan kurikulumnya mencakup: K
I a. menentukan hasil belajar; O
S b. menentukan pengetahuan, kompetensi, dan kinerja; serta N
T c. menentukan cara mendesain, menyampaikan, dan T
E mendokumentasikan pembelajaran. E
M MODEL PENDEKATAN MODEL NONTEKNIK- K
A TEKNIK-SAINTIFIK NONSAINTIFIK S
T Pengembangan kurikulumnya Pengembangan kurikulumnya T
I mencakup: mencakup: U
K a. menyusun perencanaan/blue a. berorientasi pada hal-hal A
print; yang subjektif, pribadi, L
b. menyusun struktur keindahan, penalaran, dan
lingkungan belajar; transaksi;
c. mengordinasikan sumber b. berorientasi pada peserta
daya manusia, bahan, dan didik melalui cara-cara aktif
peralatan; dalam belajar mengajar;
d. mempunyai derajat c. kurikulum berkembang
objektifitas, universalitas, dan daripada direncanakan; serta
logika yang tinggi; d. dunia merupakan suatu
e. dapat menjelaskan kenyataan benda hidup.
secara simbolis;
f. percaya pada efisiensi dan
efektifitas dari sistem; serta
g. dunia dilihat sebagai mesin
yang dapat digambar, dibuat,
dan diamati.

14
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya
mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum
adalah langkah awal membangunkurikulum ketika pekerja kurikulum membuat
keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang
akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulumatau biasa
disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan
kurikulum kedalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap
akhir dari pengembangankurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-
hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah
direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan
kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan
dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti :
politikus, pengusaha, orangtua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat
lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan

15
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

B. Saran
Pengembangan kurikulum merupakan proses perbaikan, peningkatan,
penyesuaian, pembaharuan tujuan, isi, dan bahan pembelajaran sesuai dengan
konteks zaman dan kebutuhan peserta didik. Agar pengembangan kurikulum
dapat terarah sesuai dengan rencana sekolah, maka perlu dimanage dengan
baik.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya
Nasution, S. 2003. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Syaodih S. Nana. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya

http://www.scribd.com/doc/28655207/MAKALAH-PENGEMBANGAN-
KURIKULUM (online)

16

Anda mungkin juga menyukai