Anda di halaman 1dari 36

PANDUAN

PEDOMAN PELAYANAN
PADA INTENSIVE UNIT CARE (ICU)
RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN

Ditulis Untuk

Memenuhi Standart Akreditasi

Jl. Jend. T.B. Simatupang (Jl. Pinang Baris) Gg Mesjid No.31

KP. LALANG – MEDAN 20127

Medan 20 September 2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Instalasi Rawat Intensif (IRI) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi
dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang
ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,
cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa
dengan prognosis dubia. IRI menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan
khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medic,
perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keaadaan tersebut.
Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul pada saat pasca
bedah.Pada sekitar tahun 1860, Florence Nightingale mengusulkan anestesi sampai ke masa
pasca bedah.Dimulai sekitar tahun 1942, Mayo Clinic membuat suatu ruangan khusus dimana
pasien-pasien pasca bedah dikumpulkan dan diawasi sampai sadar dan stabil fungsi vitalnya,
serta bebas dari pengaruh sisa obat anestesi.Keberhasilan unit pulih sadar merupakan awal
dipandang perlunya untuk melanjutkan pelayanan serupa tidak pada masa pulih sadar saja,
namun juga pada masa pasca bedah.
Evolusi IRI bermula dari timbulnya wabah poliomelytis di Scandinavia pada sekitar awal
tahun 1950, dijumpai kematian yang disebabkan kelumpuhan otot-otot pernafasan.Dokter
spesialis antologi yang dipelopori oleh BjØrn Ibsen pada waktu itu, melakukan intubasi dan
memeberikan bantuan napas secara manual mirip yang dilakukan selama anestesi. Dengan
bantuan para mahasiswa kedokteran dan sekelompok sukarelawan mereka mempertahankan
pasien poliomelytis bulbar dan bahkan menurunkan mortalitas menjadi sebanyak 40%,
disbanding dengan cara sebelumnya yakni penggunaan iron lung yang mortalitasnya sebesar
90%. Pada tahun 1952 Engstrom membuat ventilasi mekanik bertekanan positif yang ternyata
sangat efektif member pernafasanjangka panjang. Sejak saat itulah Icu dengan perawatan
pernapasan mulai terbantuk dan tersebar luas.
Pada saat ini, intensif modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah atau ventilasi
mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu intensive care medicine. Ruang
lingkup pelayanan meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti pernapasan,
kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya, baik pada pasien dewasa ataupun
pasien anak.
Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan mempunyai fungsi rujukan harus
dapat memberikan pelayanan Intensif yang professional dan berkualitas.Dengan
mengedepankan keselamatan pasien. Pada instalasi rawat intensif, perawatan untuk pasien
dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri dari multidisiplin
ilmu yang bekerja sama dalam tim. Pengembangan tim mulitidisplin yang kuat sangat penting
2
dalam meningkatkan keselamatan pasien. Selain dukungan itu sarana, prasarana serta
peralatan juga diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan IRI.Oleh karena itu,
mengingat diperlukanya tenaga khusus, terbatasnya sarana dan prasarana, serta mahalnya
peralatan, maka demi efisiensi, keberadaan IRI perlu dikonsentrasikan.

B. Tujuan Pedoman.
1. Tujuan Umum.
Meningkatkan Pelayanan yang bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien.
2. Tujuan Khusus.
a. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan IRI di RSU Sundari Medan.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien IRI RSU Sundari
Medan.
c. Menjadi acuan pengembangan pelayanan IRI di RSU Sundari Medan.
3. Ruang Lingkup Pelayanan.
Pelayanan di Instalasi Rawat Intensif RSU Sundari Medan meliputi rawat inap, rawat
jalan, UGD.
4. Batasan Operasional.
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan RS dan
Standar Prosedur Operasional.
a. Pelayanan IRI
Pelayanan IRI meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti pernapasan,
kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya, baik pada pasien
dewasa ataupun pasien anak.
b. Pelayanan Burn Unit
Pelayanan Burn unit diberikan pada pasien dengan luka bakar yang membutuhkan
pelayanan dan pengobatan khusus sesuai grade dan luas luka bakar.

5. Landasan Hukum.
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah sebagai berikut :
1. KMK No. 129//MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal RS
2. PMK No. 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan Kedokteran
3. Kepmenkes RI No 004/Menkes/SK/I/2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi
Desentralisasi Bidang Kesehatan.
4. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
5. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya manusia.


Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di IRI harus mempunyai pengetahuan yang
memadai, mempunyai ketrampilan yang sesuai dan mempunyai komitmen terhadap waktu.

B. Tenaga Medis.
Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi standar kompetensi
berikut :
1. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis anastesiologi melalui program
pelatihan dan pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi yang terkait.
2. Menunjang kualitas pelayanan IRI dan menggunakan sumber daya IRI secara
efesien
3. Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan IRI
4. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24 jam/hari,
7 hari/minggu
5. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain :
a. Sampel darah arteri
b. Memasang dan mempertahankan jalan napas termasuk intubasi trakeal,
trakeostomi perkutan dan ventilasi mekanis
c. Mengambil kateter intravaskuler untk monitoring invasive maupun terapi
invasif misalnya; peralatan monitoring, termasuk :
a. Kateter vena central (CVP)
d. Resusitasi jantung paru
e. Pipa torakostomi
6. Melaksanakan dua peran utama :
a. Pengelolaan pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayanan di IRI,
menggabungkan dan melakukan titrasi pelayanan pada pasien penyakit kompleks atau
cedera termasuk gagal organ multi-sistem. Dalam mengelola pasien, dokter intensivis
dapat mengelola sendiri atau berkolaborasi dengan dokter lain. Seorang dokter intensivis
mampu mengelola pasien sakit kritis dalam kondisi seperti :
1. Hemodinamik tidak stabil
2. Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan ventilasi
mekanis
3. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi intracranial
4. Gangguan atau gagal ginjal akut
5. Gangguan endokrin dan/ atau metabolic akut yang mengancam nyawa
4
6. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
b. Manajemen Unit.
Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas manajemen unit yang
diperlukan untuk memberi pelayanan-pelayanan IRI yang efisien, tepat waktu dan
konsisten. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi antara lain :
1. Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien
2. Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit
3. Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang berkelanjutan
termasuksupervisi koleksi data
4. Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk menjamin kelancaran
pelayanan di IRI
5. Mempertahankan pendidikan berkelanjutan tentang critical care medicine :
6. Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literature kedokteran
7. Berpartisipasi dalam program-program pendidikan dokter berkelanjutan
8. Menguasai standar-standar untuk unit critical care. Ada dan bersedia untuk
berpartisipasi pada perbaikan kualitas interdisipliner.

C. Tenaga Keperawatan.
IRI harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagaian besar terlatih. (diganti)
menjadi : jumlah perawat di IRI ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur dan ketersediaan
ventilasi mekanik. Perbandingan perawat : pasien 1:1, sedangkan perbandingan perawat :
pasien yang tidak menggunakan ventilasi mekanik adalah 1:2.

D. Distribusi Ketenagaan.
NAMA JABATAN KUALIFIKASI FORMAL FUNGSI JML
& INFORMAL SDM
Ka. Instalasi IRI Spesialis anastesiologi Managerial 1
Pelatihan ACLS dan BLS
Ka. Perawat IRI D3 keperawatan Manajerial 1
Pelatihan ICU
Pelatihan PPGD
Penanggung jawab D3 keperawatan ( masa kerja Melakukan Administrasi 4
shift 5 – 10 tahun ) Bantuan hidup keperawatan&
dasar dan bantuan hidup bertanggung jawab
lanjut terhadap kelancaran
tugas dalam shift
Perawat Pelaksana D3 keperawatan Bantuan Melakukan tindakan- 4

5
hidup dasar dan bantuan tindakan keperawatan
hidup lanjut sesuai SPO

E. Pengaturan Jaga / Dinas.


Jam dinas:
1. Dinas Pagi : 08.00-15.00 WIB
2. Dinas Siang : 15.00-21.00 WIB
3. Dinas Malam: 21.00-08.00 WIB
4. Dokter spesialis Anestesiologi siap 24 jam menangani kasus kegawatan IRI
5. Tenaga perawat siap 24 jam melayani kasus IRI (terjadwal).

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
(Terlampir)

B. Standar Fasilitas
1. Standar Fasilitas Peralatan IRI.
No Jenis Kelengkapan Standar IRI Jumlah Yg Dimiliki
1 Ventilasi mekanik Sederhana 2
2 Alat hisap Ada 2
3 Alat ventilasi manual dan alat Ada 4
penunjang jalan napas
4 Peralatan monitor
a. Invasive
b. Monitor tekanan darah invasive Tidak ada Tidak ada
c. Tekanan vena sentral Ada Ada
d. Tekanan baji arteri pulmonalis Tidak ada Tidak ada
e. Non invasive
1) Tekanan darah Ada 4
2) EKG dan laju jantung Ada 1
3) Saturasi oksigen Ada 4
4) Kapnograf Tidak ada -
5 Suhu Ada 4
6 EEG Tidak ada -
7 Defibrilator dan alat pacu jantung Ada 1
8 Alat pengatur suhu pasien Ada 1
9 Peralatan drain thoraks Ada 1
10 Pompa infus dan pompa syringe Ada 2/1
11 Bronchoscopy Tidak ada -
12 Peralatan portable untuk transportasi Ada -
13 Tempat tidur khusus Ada 4
14 Lampu untuk tindakan Ada -
15 Hemodialisa Ada 2
16 CRRT Ada -
17 Oksigen sentral Ada 4
18 Emergency trolly (Airway, Ada 1
laringoscop, ambu bag, O2, adrenalin,
7
dll )

2. Standar Alat Keperawatan Di Ruang IRI Dengan Kapasitas 4 Pasien.

No NAMA BARANG RATIO PASIEN : ALAT RSU Sundari


1 Tensi meter 1/ruangan 1/ruangan
2 Stetoskop 1/ruangan Lebih dari 2
3 Timbangan berat 1 / ruangan 1 / ruangan
badan/tinggi badan
4 Tabung oksigen + 2 / ruangan Lebih dari 2
flowmeter
5 Suction 2 / ruangan Lebih dari 2
6 Vena Sectie set 2 / ruangan Tidak ada
7 Gunting verband 2 / ruangan Lebih dari 2
8 Korentang dan tempat 2 / ruangan Tidak ada
9 Bak instrument besar 2 / ruangan Tidak ada
10 Bak instrument 2 / ruangan Tidak ada
sedang
11 Bak instrument kecil 2 / ruangan Tidak ada
12 Bengkok 2 / ruangan Lebih dari 2
13 Pispot 1 : 1/2 1/pasien
14 Intensifinal 1 : 1/2 1/pasien
15 Set angkat jahitan 1 : 1/2 2/ruangan
16 Set debridement 5/Ruangan 1/ruangan
17 Termometer digital 1/Ruangan 1/ruangan
18 Standar infuse 1:1 1:1
19 Masker O2 2 / Ruangan 1/pasien
20 Nasal kateter 2 / Ruangan 1/pasien
21 Reflek hamer 1 / Ruangan 1 / Ruangan
22 Ambubag 1 / Ruangan 1 / Ruangan

8
3. Standar Linen Bidang Keperawatan Di Ruang IRI.

No Nama Barang Ratio RSU Sundari


1 Baju Pasien 1:5 1:4
2 Sprei besar 1:5 1:4
3 Manset dewasa 1:¼ 1/ ruangan
4 Selimut wool 1:1 1:1
5 Selimut biasa 1:5 1:4
6 Sprei kecil 1 : 6-8 1:4
7 Sarung bantal 1:6 1:4
8 Sarung kasur 1:1 1:1
9 Sarung O2 1 : 1/3 1:1
10 Handuk 1:3 1 x pakai
11 Skoret 1:½ 1:2
12 Duk Lobang 1 : 1/3 1:3

4. Standar Alat Rumah Tangga Bidang Keperawatan Dengan Kapasitas 4 Pasien

No Nama barang Ratio RSU Sundari


1 Kursi roda 2-3/ruangan 1/ruangan
2 Lemari obat Emergency 1/ruangan 1/ruangan
3 Emergency Lamp 1/ruangan 1/ruangan
4 Meja pasien 1:1 1:1
5 Tempat tidur 1:1 1:1
6 Tempat sampah pasien 1:1 1:1
7 Tempat sampah besar tertutup 4/ ruangan 1:1
8 Waskom mandi 8-12 / ruangan 1:1
9 Dorongan O2 1/ruangan 2 / ruangan
10 Lampu senter 1-2/ruangan 1/ruangan
11 Baki 5/ ruangan 5/ ruangan
12 Timbangan BB/TB 1/ruangan 1/ruangan

5. Standar Alat Pencatatan Dan Pelaporan Di Ruang IRI Dengan Kapasitas 4 Pasien.

No Nama barang Ratio RSU Sundari


1 Formulir pengkajian awal 1:1
2 Formulir 1:5
3 Formulir perkembangan 1 : 10

9
4 Formulir observasi 1 : 10
5 Formulir resume 1:1
6 Formulir catatan pengobatan 1 : 10
7 Formulir Medik lengkap 1:1
8 Formulir Laboratorium 1:3
9 Formulir Rontgen 1:2
10 Formulir permintaan darah 1:1
11 Formulir keterangan 5 lembar/bulan
12 Resep 10 buku / bulan
13 Formulir konsul 1:5
14 Formulir permintaan 1:1
15 Formulir permintaan obat 1:1
16 Buku Ekspidisi 10/ ruangan
17 Buku Register pasien 4/ ruangan/ tahun
18 Buku Folio 4/ ruangan/ tahun
19 White Board 1 / ruangan
20 Perforator 1/ruangan
21 Staples 1/ruangan
22 Pensil 5/ruangan
23 Spidol White Board 6/ruangan

10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Kriteria Masuk Dan Keluar IRI

Sebelum pasien masuk ke IRI, pasien dan/atau keluarganya harus mendapatkan


penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa pasien harus mendapat
perawatan di IRI, serta tindakan kedokteran yang mungkin selama pasien dirawat di
IRI.Penjelasan tersebut diberikan oleh kepala IRI atau dokter yang bertugas.Atas penjelasan
tersebut pasien dan /atau keluarganya dapat menerima/menyatakan persetujuan untuk dirawat
di IRI. Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani formulir informed consent.
Pada keadaan sarana dan prasarana IRI yang terbatas pada suatu Rumah Sakit,
diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau permintaan akan
pelayanan IRI lebih tinggi dari kemampuan pelayanan yang dapat diberikan. Kepala IRI
bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di IRI.Bila kebutuhan pasien
masuk IRI melebihi tempat tidur yang tersedia, kepala IRI menetukan kondisi berdasarkan
prioritas kondisi medik, pasien mana yang akandirawat di IRI.

B. Kriteria Masuk.

1. Pasien Dengan Prioritas.

PRIORITAS 1

a. Pasien sakit kritis, kondisi tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan monitoring
yang tidak bias dilakukan di ruang rawat ianap yang lain
1) Pasien yang memerlukan bantuan ventilator, obat vasoactive kontinu, terapi tidak
terbatas.
2) ARDS, Syok, hemodinamik tidak stabil

PRIORITAS 2

b. Pasien yang memerlukan monitoring ketat dan berpotensi memerlukan


Chronic comorbid disease eksaserbasi akut yang berat secara medis atau bedah

PRIORITAS 3

c. Pasien kritis kronik yang cenderung masuk tahap recovery, menjalani terapi untuk
kasus akutnya tetapi tidak memerlukan intubasi atau resusitasi jantung paru
Keganasan dengan metastase komplikasi dengan infeksi, tamponade jantung atau
obstruksi jalan nafas

11
PRIORITAS 4

d. Pasien yang secara umum tidak perlu masuk ke IRI


a. Tidak banyak keuntungannya di rawat di IRI.
Misal : bedah vaskuler perifer, hemodinamik stabil pada ketoasidosis diabetikum,
gagal jantung ringan
b. Pasien stase terminal dan irreversible illness.
Misal : pada keganasan dengan metastase disertai multi organ failure.

2. Diagnosis Penyakit Yang Layak Untuk Rawat Di IRI.


a. Cardiac System
1) Acute myocard infarction with complications
2) Cardiogenic shok
3) Complex arrhythmia
4) Acute congestive heart failure with respiratory failure
5) Hypertensi emergensi
6) Unstable angina, dysrhytmia, hemodinamik instability, persistent chest pain
7) Cardiac arrest
8) Cardiac tamponade or constriction with hemodynamic instability
9) Dissecting aortic aneurysms
10) Complete heart block

b. Pulmonary System
1) Acute respiratory failure requiring ventilator support
2) Pulmonary emboli with hemodynamic instability
3) Patient inan intermediate care unit who are demonstrating respiratory deterioration
4) Massive hemoptysis
5) Respiratory failure with imminent intubation

c. Neurologic Disorders
1) Acute stroke with altered mental status
2) Coma metabolic, toxic or antoxic
3) Intracranial hemorrhage with potential for herniation
4) Acute subarachnoid hemorrhage
5) Meningitis with altered mental satatus or respiratory compromise
6) Central nervous system or neuromuscular disorder with deteriorating pulmonary
function
7) Status epilepticus

12
8) Brain dead or potentially brain dead, managed while determining organ donation
status
9) Vasospasm
10) Severe head injury

d. Drug Ingestion and drug overdose


1) Hemodinamically unstable drug ingestion
2) Drug ingestion with significantlyaltered mental status with inadequate airway
protection
3) Seizures following drug ingestion

e. Gastrointestinal Disorder
1) Life threatening gastrointestinal bleeding
2) Fulminant hepatic failure
3) Severe pancreatitis
4) Esophageal perforation

f. Endocrine
1) Diabestic ketoacidosis complicated by hemodynamic instability, altered mental
status, respiratory insufficiency, or severe acidosis
2) Thyroid storm. Mix oedem with hemodynamic instability
3) Coma hyperosmolar state
4) Hypo or hypernatremia with seizure
5) Hypo or hyperkalemia with dysrhytmia or muscular weakness
6) Hypo or hypermagnesemia with hemodynamic compromise or dysrhytmias
7) Hypophosphatemia with muscular weakness
g. Surgical
Post operative patients requiring hemodynamic monitoring/ventilator support or
extensive nursing care .
h. Miscellaneous
1) Septic shock with hemodynamic instability
2) Hemodinamic monitoring
3) Environment injuries
4) New/ experiment therapies with potensial complication

C. Kriteria Keluar.
Prioritas pasien dipindahkan dari IRI berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala IRI
dan tim yang merawat pasien.
a. Bila status fisik pasien sudah stabil dan tidak perlu monitoring ketat lebih lama

13
b. Bila status fisik telah menurun jauh tetapi tidak ada rencana intervensi aktif.

D. Persiapan Penerimaan Pasien.


1. Monitoring Pasien.
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan
pelayanan IRI yang aman dan mengutamakan keselamatan pasien.Monitoring dan evaluasi
dimaksud harus ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh
agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif.Indikator pelayanan IRI yang digunakan
adalah system skor prognosis dan keluaran dari IRI. Sistem skor prognosis dibuat dalam 24
jam pasien masuk ke IRI. Contoh system skor prognosis yang dapat digunakan adalah
APACHE II, SOFA skor.Rerata nilai skoring prognosis dalam periode tertentu dibandingkan
dengan keluaran aktualnya. Pencapaian yang diharapkan adalah angka mortalitas yang sama
atau lebih rendah dari angka mortalitas terhadap rerata nilai scoring prognosis.

E. Prosedur Medik (Terlampir Di SPO).


1) Pemasangan CVP
2) Intubasi dan perawatannya
3) Ekstubasi
4) Balance cairan
5) Penilaian kematian batang otak
6) Indikasi penggunaan dan penghentian ventilator mekanik
7) Penggunaan ventilator mekanik

F. Pengunaan Alat Medik (Terlampir Di SPO)


1) Syringe pump
2) Infusion pump
3) Suction
4) Defibrilator

G. Pencacatan Dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan.

Catatan IRI diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan pelayanan di
IRI dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut. Pencatatan menggunakan status
khusus IRI yang meliputi pencatatan lengkap terhadap diagnosis yang menyebabkan dirawat
di IRI, data tanda vital, pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal dan
sebagainya) secara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian
obat serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.

14
15
BAB V
LOGISTIK
A. Pengadaan Operasional
1. Alat Tulis Kantor

16
17
18
2. Barang Cetakan

19
20
21
3. Barang Bengkel

22
23
4. Alat Kesehatan

24
5. Obat

25
6. Pengadaan Inventaris

26
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Definisi.

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

B. Tujuan.
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat. -
Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) di RS.
3. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.

C. Standar Patient Safety.


Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan IRI adalah :
1. Ketepatan identitas.
a. Target 100%. Label identitas tidak tepat apabila : Tidak terpasang, salah
pasang, salah penulisan nama, salah penulisan gelar (Tn/Ny/An), salah jenis
kelamin, salah alamat.
b. Target 100%. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap: Pasien yang
masuk ke rawat inap terpasang gelang identitas pasien.
2. Komunikasi SBAR.
Target 100%. Konsul ke dokter via telpon menggunakan metode SBAR
3. Medikasi.
a. Ketepatan pemberian obat.
Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah obat, salah dosis, salah
jenis, salah rute pemberian, salah identitas pada etiket, salah pasien.
b. Ketepatan Transfusi.
Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah identitas pada
permintaan, salah tulis jenis produk darah, salah pasien
4. Pasien jatuh :
Target 100%.Tidak ada kejadian pasien jatuh di IRI.

27
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian.
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat kerja /
aktifitas karyawan lebih aman.Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.

B. Tujuan.
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS.Putri Bidadari.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

C. Tata Laksana Keselamatan Karyawan.


Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi, yaitu :
1. Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan infeksi
2. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/alas kaki tertutup,
celemek, masker dll) terutama bila terdapat kontak dengan spesimen pasien yaitu:
urin, darah, muntah, sekret, dll.
3. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur yang ada,
mis: memasang kateter, menyuntik, menjahit luka, memasang infus, dll .
4. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani pasien.
5. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.
6. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu :
a. Dekontaminasi dengan larutan klorin
b. Pencucian dengan sabun
c. Pengeringan
7. Menggunakan baju kerja yang bersih.
8. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus :
a. HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi).
b. Flu burung
9. Kewaspadaan standar karyawan / petugas IRI dalam menghadapi penderita dengan
dugaan flu burung adalah :
a. Cuci tangan Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan menggunakan
sikat selama ± 5 menit, yaitu dengan menyikat selruh telapak tangan maupun
punggung tangan.
28
b. Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa penderita.
c. Memakai masker N95 atau minimal masker badan
d. Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle (bila diperlukan)
e. Menggunakan apron / gaun pelindung
f. Menggunakan sarung tangan
g. Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)
h. Hepatitis B / C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)

29
30
31
32
33
34
35
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan IRI di rumah sakit Putri Bidadari ini diharapkan dapat menjadi
panduan bagi seluruh petugas pemberi layanan yang menyelenggarakan pelayanan pada
pasien IRI. Berdasarkan klasifikasi sumber daya,sarana, prasarana dan peralatan pelayanan
IRI di rumah sakit Putri Bidadari dapat dikategorikan sebagai IRI primer.
Oleh karena itu, rumah sakit diharapkan akan terus mengembangkan pelayanan sesuai
dengan ketentuan pedoman standar IRI sesuai dengan situasi dan kondisi yang kondusif bagi
setiap program pengembangan layanan IRI di rumah sakit Putri Bidadari.
Sedangkan untuk kelancaran setiap pelaksanaan pelayanan di IRI perlu adanya
penjabaran dari pedoman pelayanan dengan penyusunan prosedur tetap di unit layanan IRI
sehingga hambatan dalam menjalankan pelaksanaan pelayanan bisa diminimalkan.

36

Anda mungkin juga menyukai