Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No.

1, April 2014

PERBANDINGAN PEMBERIAN TERAPI PENURUNAN BERAT BADAN


ANTARA OBESITAS DAN OVER WEIGHT

Agus Riyanto, Mona Megasari

ABSTRAK

Prevalensi obesitas telah meningkat secara substansial dalam tiga dekade terakhir.
Peningkatan prevalensi obesitas, terutama obesitas sentral berdampak pada munculnya
berbagai penyakit degeneratif seperti sindrom metabolik, aterosklerosis, penyakit
kardiovaskuler, diabetes tipe 2, batu empedu, gangguan fungsi pulmonal, hipertensi dan
dyslipidemia. Pencegahan dan pengobatan obesitas dapat dicegah melalui perubahan gaya
hidup, terutama pembatasan asupan energi (diit rendah energi) dan peningkatan
pengeluaran energi melalui aktivitas fisik (Astrup, 2005; Wadden et all, 2006). Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan terapi penurunan berat badan antara
obesitas dan over weight. Jenis penelitian ini eksperimen menggunakan desain Pretest-
posttest with Control Group. dimana menggunakan pre test dan post test antara obesitas
dan over weight dengan pemberian terapi penurunan berat badan (olah raga, diit rendah
energi, dan olah raga beserta diit rendah energi), pada mahasiswa Stikes A.Yani Cimahi.
Analisis data dilakukan dengan univariat dan análisis bivariat untuk mengetahui
perbedaan menggunakan uji t dependen dan uji t independen. Hasil penelitian didapatkan
ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas, over weight
sebelum dan setelah terapi olah raga (p=0,025,p=0,033). Ada perbedaan yang bermakna
rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit (p=0,015).
Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan
setelah terapi diit dan olah raga (p=0,001). Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata
penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi olah raga,
setelah terapi diit, dan setelah terapi diit dan olah raga (p=0,102, p=0,822, p=0,427).
Disarankan bagi penderita over weight terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan
berat badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi
keduanya. Bagi penderita obesitas terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan berat
badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi
keduanya, tetapi diit harus dilakukan selama lebih dari satu bulan.

Kata kunci: Obesitas, over weight, dan terapi penurunan berat badan.

23
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

A. PENDAHULUAN

Kegemukan atau obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan


akumulasi lemak dalam jaringan adiposa. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT),
kegemukan dibagi menjadi dua kategori, yakni: kegemukan tingkat ringan (overweight)
dan kegemukan tingkat berat (obesitas) (Depkes RI, 2003).
Berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
obesitas sentral dan obesitas umum. Untuk penduduk barat, seseorang dikatakan obesitas
apabila IMT 30 kg/m2 atau lingkar perut 102 cm pada pria dan 88 cm pada wanita,
sedangkan untuk penduduk Asia, IMT> 25 kg/m2 atau lingkar perut 90 cm pada pria dan
80 cm pada wanita (WHO 2000).
Penentuan diagnosa obesitas dapat pula dilakukan dengan pengukuran lemak
subkutan.Hasil pengukuran lemak subkutan dapat dijadikan indikator obesitas.Lipat kulit
triseps 18.6 mm untuk laki-laki atau 25.1 mm untuk wanita telah digunakan sebagai
indikator obesitas (Moore, 1997).
Menurut WHO (2000), obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut atau
lemak pusat. Obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibandingkan
dengan obesitas umum.
Prevalensi obesitas telah meningkat secara substansial dalam tiga dekade
terakhir, diperkirakan akan lebih meningkat di tahun-tahun mendatang. Peningkatan
prevalensi obesitas, terutama obesitas sentral berdampak pada munculnya berbagai
penyakit degeneratif seperti sindrom metabolik, aterosklerosis, penyakit kardiovaskuler,
diabetes tipe 2, batu empedu, gangguan fungsi pulmonal, hipertensi dan dyslipidemia.
Kondisi tersebut menyebabkan obesitas telah menjadi masalah kesehatan dan gizi
masyarakat dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang.Kegemukan
banyak ditemukan baik di negara maju maupun di Negara berkembang, dan menyerang
baik anak-anak maupun orang dewasa. Adanya peningkatan jumlah penduduk yang
menderita kegemukan di hampir seluruh negara di dunia maka masalah kegemukan kini
merupakan masalah global, WHO 1998 menyebutnya sebagai wabah global (the global
epidemic) (Mark, 2013).
World Health Organization (WHO) memperkirakan, di dunia ada sekitar 1.6
milyar orang dewasa berumur 15 tahun kelebihan berat dan setidak-tidaknya sebanyak
400 juta orang dewasa obesitas pada tahun 2005, dan diperkirakan lebih dari 700 juta
orang dewasa akan obesitas pada tahun 2015 (WHO 2000). Di Indonesia, Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa 8.8% orang dewasa berumur 15
tahun overweight dan 10.3% obesitas dan prevalensi obesitas sentral sebesar 18.8%

24
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

(Balitbangkes Depkes2008). Berdasarkan Riskesdas 2010 persentase berat badan lebih


menurut IMT di Jawa Barat pada laki-laki sebesar 8,1% dan perempuan sebesar 11,8%.
Melihat risiko dari obesitas, maka upaya pencegahan dan pengobatan obesitas
menjadi tantangan yang dihadapi kesehatan masyarakat. Pencegahan dan pengobatan
obesitas sebagian besar dapat dicegahmelalui perubahan gaya hidup, terutama pola makan
dan pola aktivitas. Upaya pencegahan dan pengobatan ini dapat dilakukan dengan
pembatasan asupan energi (diit rendah energi) dan peningkatan pengeluaran energi
melalui aktivitas fisik (Astrup, 2005; Wadden et all, 2006).
Hasil studi terdahulu menunjukkan bahwa untuk mencapai penurunan berat
badan diperlukan pengurangan asupan energi dan perubahan komposisi diit, serta
diperlukan peningkatan aktivitas fisik sehari-hari 30-60 menit untuk pemeliharaan berat
badan selanjutnya (Astrup, 2005). Untuk menurunkan berat badan sebanyak 0.5 sampai
dengan 1 kg per minggu diperlukan asupan energi dikurangi sebanyak 500 – 1000 kkal/
hari dari kebutuhan normal(Instalasi Gizi Perjan RSCM dan ASDI, 2005).
Diit ini disebut diit seimbang rendah energi dengan komposisi zat gizi
diharapkan tetap seimbang mengikuti anjuran dalam piramida makanan. Studi
menunjukkan diit ini efektif menurunkan berat badan pada wanita dan pria obesitas
sebesar 0.5–1.0 kg minggu. Studi lain menunjukkan bahwa terapi aktivitas fisik tanpa
disertai diit seimbang rendah energi memberikan hasil penurunan berat badan minimal.
Penelitian Wing (1999) menunjukkan bahwa berjalan kaki empat kali seminggu dengan
durasi 45-60 menit memberikan hasil penurunan berat badan 2 – 3 kg selama 16 – 52
minggu (Wadden, 2006). Penelitian ini bermaksud menganalisis perbandingan terapi
penurunan berat badan antara obesitas dan over weight.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat eksperimental, berupa pemberian terapi penurunan berat


badan (olah raga, diit rendah energi, dan olah raga beserta diit rendah energi) terhadap
penderita obesitas dan over weight. Desain penelitian ini menggunakan Pretest-posttest
with Control Group, dimana menggunakan pre test dan post test antara obesitas dan over
weight dengan pemberian terapi penurunan berat badan (olah raga, diit rendah energi, dan
olah raga beserta diit rendah energi), pada mahasiswa Stikes A.Yani Cimahi.
Sampel penelitian diambil dari mahasiswi Stikes A.Yani Cimahi, yang berjumlah
16 orang, kriteria inklusi: mahasiswa yang mengalami obesitas dan over weight di Stikes
A.Yani Cimahi, kriteria eksklusi: aktivitas subjek penelitian yang tidak bisa diganggu
pada saat penelitian.

25
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

Prosedur penelitian sebelum diberikan terapi penurunan berat badan dan diit
rendah energi, sujek penelitian dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar
perut, kadar lemak tubuh. Subjek penelitian A (penderita obesitas) dalam dua minggu ada
yang melakukan olah raga, diit rendah energi, dan olah raga beserta diit rendah energi.
Subjek penelitian B (penderita over weight) dalam dua minggu ada yang melakukan olah
raga, diit rendah energi, dan olah raga beserta diit rendah energi.
Data yang terkumpul akan dianalisis secara statistik, setelah itu dilakukan uji
normalitas data untuk mengetahui distribusi datanya normal atau tidak. Jika data
distribusi normal dilanjutkan dengan uji T berpasangan (dependen t test). Untuk
mengetahui perbedaan berat badan sebelum dan sesudah pemberian terapi penurunan
berat badan pada penderita obesitas dan over weight. Sedangkan untuk mengetahui
perbedaan penurunan berat dan antara penderita obesitas dan over weight, menggunakan
uji t independen (independen t test)

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Tabel 1
Perbedaan Berat Badan Penderita Obesitas Sebelum dan Sesudah Diberikan
Terapi Olah Raga

Berat badan mahasiswa obesitas Mean SD SE p value N


Sebelum terapi olah raga 75,7 12,4 7,2
0,025 3
Setelah terapi olah raga 74,4 12,4 7,2

Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa obesitas
sebelum terapi olah raga adalah 75,7 Kg, sedangkan rata-rata berat badan
mahasiswa obesitas setelah terapi olah raga adalah 74,4 Kg. Hasil uji statistik
didapatkan p value= 0,025 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan
yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah
terapi olah raga.

Tabel 2
Perbedaan Berat Badan Penderita Obesitas Sebelum dan Sesudah Diberikan
Terapi Diit

Berat badan mahasiswa obesitas Mean SD SE p value N


Sebelum terapi diit 69,5 4,9 3,5
0,084 2
Setelah terapi diit 68 5,2 3,7

Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa obesitas
sebelum terapi diit adalah 69,5 Kg, sedangkan rata-rata berat badan mahasiswa
obesitas setelah terapi diit adalah 68 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=
0,084 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna
rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit.

26
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

Tabel 3
Perbedaan Berat Badan Penderita Obesitas Sebelum dan Sesudah Diberikan
Terapi Diit dan Olah Raga

Berat badan mahasiswa obesitas Mean SD SE p value N


Sebelum terapi diit dan olah raga 75,3 19,9 11,1
0,054 3
Setelah terapi diit dan olah raga 73,8 20,5 11,8

Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa


obesitas sebelum terapi diit dan olah raga adalah 75,3 Kg, sedangkan rata-rata
berat badan mahasiswa obesitas setelah terapi diit dan olah raga adalah 73,8 Kg.
Hasil uji statistik didapatkan p value=0,054 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas
sebelum dan setelah terapi diit dan olah raga.

Tabel 4
Perbedaan Berat Badan Penderita Over Weight Sebelum dan Sesudah Diberikan
Terapi Olah Raga

Berat badan mahasiswa


Mean SD SE p value N
over weight
Sebelum terapi olah raga 62 5,7 4
0,033 2
Setelah terapi olah raga 60,1 5,8 4,1

Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa


over weight sebelum terapi olah raga adalah 62 Kg, sedangkan rata-rata berat
badan mahasiswa over weight setelah terapi olah raga adalah 60,1 Kg. Hasil uji
statistik didapatkan p value=0,033 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan ada
perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum
dan setelah terapi olah raga.

Tabel 5
Perbedaan Berat Badan Penderita Over Weight Sebelum dan Sesudah Diberikan
Terapi Diit

Berat badan mahasiswa


Mean SD SE p value N
over weight
Sebelum terapi diit 61,7 3,8 2,2
0,015 3
Setelah terapi diit 60,2 3,5 2

Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa


over weight sebelum terapi diit adalah 61,7 Kg, sedangkan rata-rata berat badan
mahasiswa over weight setelah terapi diit adalah 60,2 Kg. Hasil uji statistik
didapatkan p value=0,015 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan
yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah
terapi diit.

27
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

Tabel 6
Perbedaan Berat Badan Penderita Over Weight Sebelum dan Sesudah Diberikan
Terapi Diit dan Olah Raga

Berat badan mahasiswa


Mean SD SE p value N
over weight
Sebelum terapi diit dan olah raga 67 2 1,2
0,001 3
Setelah terapi diit dan olah raga 65,1 2,1 1,2

Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa


over weight sebelum terapi diit dan olah raga adalah 67 Kg, sedangkan rata-rata
berat badan mahasiswa over weight setelah terapi diit dan olah raga adalah 65,1
Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=0,001 dengan aplha 0,05 dapat
disimpulkan ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over
weight sebelum dan setelah terapi diit beserta olah raga.

Tabel 7
Perbedaan Penurunan Berat Badan Antara Penderita Obesitas dan Over Weight
Sesudah Diberikan Terapi Olah Raga

Kondisi badan mahasiswa Mean SD SE p value N


Obesitas 1,3 0,4 0,2 3
0,102
Over weight 1,9 0,1 0,1 2

Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata penurunan badan


mahasiswa obesitas setelah terapi olah raga adalah 1,3 Kg, sedangkan rata-rata
penurunan badan mahasiswa over weight setelah terapi olah raga adalah 1,9 Kg.
Hasil uji statistik didapatkan p value=0,102 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa
obesitas dan over weight setelah terapi olah raga.

Tabel 8
Perbedaan Penurunan Berat Badan Antara Penderita Obesitas dan Over Weight
Sesudah Diberikan Terapi Diit

Kondisi badan mahasiswa Mean SD SE p value N


Obesitas 1,5 0,3 0,2 2
0,822
Over weight 1,4 0,3 0,2 3

Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata penurunan badan


mahasiswa obesitas setelah terapi diit adalah 1,5 Kg, sedangkan rata-rata
penurunan badan mahasiswa over weight setelah terapi diit adalah 1,4 Kg. Hasil
uji statistik didapatkan p value=0,822 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan tidak
ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa
obesitas dan over weight setelah terapi diit.

28
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

Tabel 9
Perbedaan Penurunan Berat Badan Antara Penderita Obesitas dan Over Weight
Sesudah Diberikan Terapi Diit dan Olah Raga

Kondisi badan mahasiswa Mean SD SE p value N


Obesitas 1,5 0,6 0,4 3
0,427
Over weight 1,9 0,1 0,06 3

Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata penurunan badan


mahasiswa obesitas setelah terapi diit adalah 1,5 Kg, sedangkan rata-rata
penurunan badan mahasiswa over weight setelah terapi diit adalah 1,9 Kg. Hasil
uji statistik didapatkan p value=0,427 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan tidak
ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa
obesitas dan over weight setelah terapi diit dan olah raga.

Obesitas berhubungan dengan kelebihan lemak tubuh, obesitas biasanya


didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120% berat badan ideal (Moore,
1997). Kesulitan dalam memperoleh pengukuran lemak tubuh yang akurat dalam
populasi menyebabkan ukuran tinggi dan berat badan telah banyak digunakan
untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas. Obesitas saat ini
didefinisikan dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) (Hill, 2006).

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas, pada masa anak-


anak dari orang tua obesitas cenderung berisiko 3-8 kali menjadi obesitas
dibandingkan dari orang tua dengan berat badan normal, walaupun mereka tidak
dibesarkan oleh orang tua kandungnya. Pengaruh keluarga (misal penggunaan
makanan sebagai hadiah, tidak boleh makan makanan pencuci mulut sebelum
semua makanan di piring habis) membantu pengembangan kebiasaan makan yang
dapat menyebabkan obesitas.

Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka,


atau depresi; dapat merupakan respon terhadap rangsangan dari luar seperti iklan
makanan atau kenyataan bahwa ini adalah waktu makan. Energi yang dikeluarkan
menurun dengan bertambahnya umur, dan ini sering menyebabkan peningkatan
berat badan pada usia pertengahan; pada beberapa contoh, kelainan endokrin
seperti hipotiroidi bertanggung jawab untuk obesitas. Apapun penyebab dasarnya,

29
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi kalori yang berlebihan dari
energi yang dibutuhkan.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengobati kejadian obesitas salah
satunya dengan cara olah raga atau aktifitas fisik. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa
obesitas sebelum dan setelah terapi olah raga (p value= 0,025). Kemudian ada
perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan
setelah terapi olah raga (p value=0,033).

Olah raga atau aktivitas fisik yang dimaksud adalah aktivitas yang
melibatkan gerakan yang banyak dari otot-otot besar yaitu dengan melakukan
olahraga, dengan demikian akan mampu mempromosikan kehilangan lemak sambil
mempertahankan massa otot. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, peserta diit
harus melakukan olahraga sedikitnya 3 kali dalam seminggu, menggunakan
sedikitnya 300 kkal setiap kali berolahraga, atau 4 hari per minggu yang membakar
200 kkal (Moore, 1997).

Selain dengan olahraga, seseorang dapat meningkatkan energi yang


dikeluarkan selama aktivitas sehari-hari. Sebagai contoh seseorang dapat memarkir
kendaraan lebih jauh dari tempat berbelanja, berjalan kaki daripada berkendaraan bila
memungkinkan, menggunakan segala sesuatu secara manual daripada menggunakan
alat dengan tenaga listrik, dan menggunakan tangga daripada eskalator atau elevator
(Moore, 1997).

Cara kedua yang dapat dilakukan untuk menurunkan berat badan adalah diit
rendah energy. Diit ini berdasarkan pada makanan yang biasa dipilih dari semua
kelompok makanan, meskipun kalori rendah, tetapi cukup semua zat gizi.Diit ini
adalah pilihan terbaik pada individu dengan berat badan kurang dari 30% dari
kelebihan berat dan diijinkan kehilangan sekitar 0.5 – 1 kg per minggu. Satu kilogram
lemak tubuh sama dengan sekitar 7000 kkal.

Obesitas yang berat tidak hanya mengandung lemak lebih banyak tetapi juga
massa otot yang lebih besar dibandingkan individu yang kurang gemuk. Akibatnya
obesitas ringan akan kehilangan lebih banyak massa otot selama pembatasan kalori
dibandingkan orang dengan obesitas berat (Moore, 1997).

30
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

Diet seimbang energi rendah diberikan kepada pasien dengan IMT > 25
kg/m2.Diberikan setelah dilakukan konsultasi perorangan.Diit dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kemampuan pasien.Diet diberikan sampai tercapai berat
badan normal.

Diit ini mengandung energi di bawah kebutuhan normal, cukup vitamin dan
mineral, tinggi serat yg penting dalam proses penurunan berat badan. Diet ini
membatasi makanan padat energi (seperti: kue-kue yang tinggi gula dan lemak,
goring-gorengan).

Tujuan diit ini adalah (1) mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai
umur, gender dan kebutuhan fisik, (2) Mencapai IMT normal, yaitu 18.5 – 25 kg/ m2,
(3) Mengurangi asupan energi untuk mencapai penurunan BB ½ sd 1 kg / minggu.
Evaluasi diit ini dapat dilakukan dengan mengecek penurunan kadar lemak subkutan
dan lingkar pinggang.

Hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata


berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit (p value=0,015).
Kemudian hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata
berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit beserta olah raga
(p value=0,001). Hal ini membuktikan bahwa proses diit dapat manurunkan berat
badan pada mahasiswa over weight, hal ini terjadi karena pada orang yang
mengalami over weight struktur lemak dalam tubuhnya belum mengalami
perlengketan yang kuat, sehingga lemak dalam tubuhnya masih relatif mudah untuk
dilakukan proses pemecahan dengan terapi diit.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang


bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit (p
value= 0,084). Kemudian tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan
mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit dan olah raga (p value=0,054).

Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa terapi diit tidak memberikan
dampak yang berarti dalam menurunkan berat badan, hal ini terjadi karena pada
orang yang mengalami obesitas struktur lemak dalam tubuhnya sudah mengalami
perlengketan yang kuat, sehingga lemak dalam tubuhnya relatif tidak mudah untuk
dilakukan proses pemecahan dengan terapi diit. Kemudian hal ini terjadi karena
proses diit baru dilakukan selama dua minggu, untuk melihat dampak terapi diit pada
orang obesitas yang maksimal membutuhkan waktu yang lama, minimal satu bulan.

31
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang


bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight
setelah terapi olah raga, diit, olah raga dan diit. Upaya pengobatan obesitas perlu
dilakukan dalam rangka menurunkan risiko penyakit akibat obesitas.Pengobatan
obesitas dilakukan setelah melalui tahapan penilaian fisik (physical assessment),
evaluasi psikososial (phsycosocial evaluation), penilaian kebiasaan makan dan
aktivitas (assessment of eating and activity habits), kesiapan penurunan berat badan
(weight loss readiness) dan pemilihan pengobatan (selecting treatment).

Pengobatan obesitas dilakukan melalui intervensi diit rendah energi (low


energy diet), aktivitas fisik (physical activity) untuk mengontrol berat badan, terapi
perilaku (behavior activity), pengobatan secara farmakologi (pharmacologic
treatment), dan pengobatan bedah (surgical treatment). Indikator keberhasilan
pengobatan obesitas dapat dikaji melalui pengukuran indeks massa tubuh (IMT),
lingkar pinggang, lemak subkutan.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil penelitian dengan menggunakan percobaan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum
dan setelah terapi olah raga.
2. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas
sebelum dan setelah terapi diit.
3. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas
sebelum dan setelah terapi diit dan olah raga.
4. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight
sebelum dan setelah terapi olah raga.
5. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight
sebelum dan setelah terapi diit.
6. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight
sebelum dan setelah terapi diit beserta olah raga.
7. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa
obesitas dan over weight setelah terapi olah raga.
8. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa
obesitas dan over weight setelah terapi diit.

32
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

9. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa
obesitas dan over weight setelah terapi diit dan olah raga.

Saran
1. Bagi masyarakat dapat melakukan pencegahan dan pengobatan terjadinya
obesitas dan over weight dengan cara perubahan gaya hidup, terutama pola
makan dan pola aktivitas. Upaya pencegahan dan pengobatan ini dapat dilakukan
dengan pembatasan asupan energi (diit rendah energi) dan peningkatan
pengeluaran energi melalui aktivitas fisik atau olah raga.
2. Implementasi pengobatan penderita obesitas adalah menurunkan lemak tubuh
untuk mencapai berat badan antara 20% berat badan ideal, mengembangkan
kebiasaan makan yang lebih sehat, mencegah kehilangan massa otot selama
penurunan berat badan, mempertahankan penurunan berat badan
3. Upaya pengobatan obesitas perlu dilakukan dalam rangka menurunkan risiko
penyakit akibat obesitas.
4. Bagi penderita over weight terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan berat
badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi
keduanya.
5. Bagi penderita obesitas terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan berat
badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi
keduanya, tetapi diit harus dilakukan selama lebih dari satu bulan.

33
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Merryana dan Bambang Wirjatmadi. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Edisi I.
Penerbit Kencana Prenada Media Grup. Jakarta
Astrup, Arne: Obesity in Geissler, Catherine and Hilary Powers. 2005. Human Nutrition.
Eleventh Edition. Elsevier Churchill Livingstone. Philadelphia. USA
Brown, Judith E. et all. 2005. Nutrition Through The Life Cycle. Second Edition.
Thomson Wadsworth. Belmont USA
Gibson, Rosalind S. 2005. Principles of Nutritional Assessment: Body Mass Index in
Adults. Second Edition.Oxford University Press. New York
Hill, James O et all. : Etiology Obesity in Shils, Maurice et all. 2006. Modern Nutrition in
Health and Disease 2. Tenth Edition. Lippincott Williams and Wilkins.
Philadephia USA
Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia.
2005. Editor Sunita Almatsier. Penuntun Diet edisibaru. Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Khomsan, Ali. 2003. Pangandan Gizi untuk Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada.
Jakarta.
Mark, Allyn L. Dietary Therapy for Obesity: An Emperor With No Clothes.
Hypertension. 2008;51:1426-1434; originally published online May 12, 2008;
Downloaded from http://hyper.ahajournals.org/ by guest on October 23, 2013
Moore, Mary Courtney. 1997. Terapi Diet dan Nutrisi.Edisi II. Penerbit Hipokrates.
Jakarta
Seidell, Jacob C and Tommy LS Visscher: Public Health Aspect of Over nutrition in
Gibney Michael et all. 2004. Public Health Nutrition. Blackwell Publishing.
Oxford UK
Sjostrom, Michael et all: Assessment of Physical Activity in Gibney Michael et all. 2004.
Public Health Nutrition. Blackwell Publishing. Oxford UK
Wadden, Thomas A, et all : Obesity Management in Hill, James O et all. : Etiology
Obesity in Shils, Maurice et all. 2006. Modern Nutrition in Health and Disease 2.
Tenth Edition. Lippincott Williams and Wilkins. Philadephia USA
Wardlaw, Gordon M and Jeffrey S. Hampl. 2007. Perspectives in Nutrition: Energy
Balance and Weight Control. Seventh Edition Hill. New York
_____Perspectives in Nutrition: Nutrition, Fitness and Sports. Seventh Edition Hill. New
York

34

Anda mungkin juga menyukai