1, April 2014
ABSTRAK
Prevalensi obesitas telah meningkat secara substansial dalam tiga dekade terakhir.
Peningkatan prevalensi obesitas, terutama obesitas sentral berdampak pada munculnya
berbagai penyakit degeneratif seperti sindrom metabolik, aterosklerosis, penyakit
kardiovaskuler, diabetes tipe 2, batu empedu, gangguan fungsi pulmonal, hipertensi dan
dyslipidemia. Pencegahan dan pengobatan obesitas dapat dicegah melalui perubahan gaya
hidup, terutama pembatasan asupan energi (diit rendah energi) dan peningkatan
pengeluaran energi melalui aktivitas fisik (Astrup, 2005; Wadden et all, 2006). Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan terapi penurunan berat badan antara
obesitas dan over weight. Jenis penelitian ini eksperimen menggunakan desain Pretest-
posttest with Control Group. dimana menggunakan pre test dan post test antara obesitas
dan over weight dengan pemberian terapi penurunan berat badan (olah raga, diit rendah
energi, dan olah raga beserta diit rendah energi), pada mahasiswa Stikes A.Yani Cimahi.
Analisis data dilakukan dengan univariat dan análisis bivariat untuk mengetahui
perbedaan menggunakan uji t dependen dan uji t independen. Hasil penelitian didapatkan
ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas, over weight
sebelum dan setelah terapi olah raga (p=0,025,p=0,033). Ada perbedaan yang bermakna
rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit (p=0,015).
Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan
setelah terapi diit dan olah raga (p=0,001). Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata
penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi olah raga,
setelah terapi diit, dan setelah terapi diit dan olah raga (p=0,102, p=0,822, p=0,427).
Disarankan bagi penderita over weight terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan
berat badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi
keduanya. Bagi penderita obesitas terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan berat
badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi
keduanya, tetapi diit harus dilakukan selama lebih dari satu bulan.
Kata kunci: Obesitas, over weight, dan terapi penurunan berat badan.
23
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014
A. PENDAHULUAN
24
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014
B. METODE PENELITIAN
25
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014
Prosedur penelitian sebelum diberikan terapi penurunan berat badan dan diit
rendah energi, sujek penelitian dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar
perut, kadar lemak tubuh. Subjek penelitian A (penderita obesitas) dalam dua minggu ada
yang melakukan olah raga, diit rendah energi, dan olah raga beserta diit rendah energi.
Subjek penelitian B (penderita over weight) dalam dua minggu ada yang melakukan olah
raga, diit rendah energi, dan olah raga beserta diit rendah energi.
Data yang terkumpul akan dianalisis secara statistik, setelah itu dilakukan uji
normalitas data untuk mengetahui distribusi datanya normal atau tidak. Jika data
distribusi normal dilanjutkan dengan uji T berpasangan (dependen t test). Untuk
mengetahui perbedaan berat badan sebelum dan sesudah pemberian terapi penurunan
berat badan pada penderita obesitas dan over weight. Sedangkan untuk mengetahui
perbedaan penurunan berat dan antara penderita obesitas dan over weight, menggunakan
uji t independen (independen t test)
Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa obesitas
sebelum terapi olah raga adalah 75,7 Kg, sedangkan rata-rata berat badan
mahasiswa obesitas setelah terapi olah raga adalah 74,4 Kg. Hasil uji statistik
didapatkan p value= 0,025 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan
yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah
terapi olah raga.
Tabel 2
Perbedaan Berat Badan Penderita Obesitas Sebelum dan Sesudah Diberikan
Terapi Diit
Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa obesitas
sebelum terapi diit adalah 69,5 Kg, sedangkan rata-rata berat badan mahasiswa
obesitas setelah terapi diit adalah 68 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=
0,084 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna
rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit.
26
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014
Tabel 3
Perbedaan Berat Badan Penderita Obesitas Sebelum dan Sesudah Diberikan
Terapi Diit dan Olah Raga
Tabel 4
Perbedaan Berat Badan Penderita Over Weight Sebelum dan Sesudah Diberikan
Terapi Olah Raga
Tabel 5
Perbedaan Berat Badan Penderita Over Weight Sebelum dan Sesudah Diberikan
Terapi Diit
27
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014
Tabel 6
Perbedaan Berat Badan Penderita Over Weight Sebelum dan Sesudah Diberikan
Terapi Diit dan Olah Raga
Tabel 7
Perbedaan Penurunan Berat Badan Antara Penderita Obesitas dan Over Weight
Sesudah Diberikan Terapi Olah Raga
Tabel 8
Perbedaan Penurunan Berat Badan Antara Penderita Obesitas dan Over Weight
Sesudah Diberikan Terapi Diit
28
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014
Tabel 9
Perbedaan Penurunan Berat Badan Antara Penderita Obesitas dan Over Weight
Sesudah Diberikan Terapi Diit dan Olah Raga
29
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014
faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi kalori yang berlebihan dari
energi yang dibutuhkan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengobati kejadian obesitas salah
satunya dengan cara olah raga atau aktifitas fisik. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa
obesitas sebelum dan setelah terapi olah raga (p value= 0,025). Kemudian ada
perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan
setelah terapi olah raga (p value=0,033).
Olah raga atau aktivitas fisik yang dimaksud adalah aktivitas yang
melibatkan gerakan yang banyak dari otot-otot besar yaitu dengan melakukan
olahraga, dengan demikian akan mampu mempromosikan kehilangan lemak sambil
mempertahankan massa otot. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, peserta diit
harus melakukan olahraga sedikitnya 3 kali dalam seminggu, menggunakan
sedikitnya 300 kkal setiap kali berolahraga, atau 4 hari per minggu yang membakar
200 kkal (Moore, 1997).
Cara kedua yang dapat dilakukan untuk menurunkan berat badan adalah diit
rendah energy. Diit ini berdasarkan pada makanan yang biasa dipilih dari semua
kelompok makanan, meskipun kalori rendah, tetapi cukup semua zat gizi.Diit ini
adalah pilihan terbaik pada individu dengan berat badan kurang dari 30% dari
kelebihan berat dan diijinkan kehilangan sekitar 0.5 – 1 kg per minggu. Satu kilogram
lemak tubuh sama dengan sekitar 7000 kkal.
Obesitas yang berat tidak hanya mengandung lemak lebih banyak tetapi juga
massa otot yang lebih besar dibandingkan individu yang kurang gemuk. Akibatnya
obesitas ringan akan kehilangan lebih banyak massa otot selama pembatasan kalori
dibandingkan orang dengan obesitas berat (Moore, 1997).
30
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014
Diet seimbang energi rendah diberikan kepada pasien dengan IMT > 25
kg/m2.Diberikan setelah dilakukan konsultasi perorangan.Diit dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kemampuan pasien.Diet diberikan sampai tercapai berat
badan normal.
Diit ini mengandung energi di bawah kebutuhan normal, cukup vitamin dan
mineral, tinggi serat yg penting dalam proses penurunan berat badan. Diet ini
membatasi makanan padat energi (seperti: kue-kue yang tinggi gula dan lemak,
goring-gorengan).
Tujuan diit ini adalah (1) mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai
umur, gender dan kebutuhan fisik, (2) Mencapai IMT normal, yaitu 18.5 – 25 kg/ m2,
(3) Mengurangi asupan energi untuk mencapai penurunan BB ½ sd 1 kg / minggu.
Evaluasi diit ini dapat dilakukan dengan mengecek penurunan kadar lemak subkutan
dan lingkar pinggang.
Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa terapi diit tidak memberikan
dampak yang berarti dalam menurunkan berat badan, hal ini terjadi karena pada
orang yang mengalami obesitas struktur lemak dalam tubuhnya sudah mengalami
perlengketan yang kuat, sehingga lemak dalam tubuhnya relatif tidak mudah untuk
dilakukan proses pemecahan dengan terapi diit. Kemudian hal ini terjadi karena
proses diit baru dilakukan selama dua minggu, untuk melihat dampak terapi diit pada
orang obesitas yang maksimal membutuhkan waktu yang lama, minimal satu bulan.
31
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dengan menggunakan percobaan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum
dan setelah terapi olah raga.
2. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas
sebelum dan setelah terapi diit.
3. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas
sebelum dan setelah terapi diit dan olah raga.
4. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight
sebelum dan setelah terapi olah raga.
5. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight
sebelum dan setelah terapi diit.
6. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight
sebelum dan setelah terapi diit beserta olah raga.
7. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa
obesitas dan over weight setelah terapi olah raga.
8. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa
obesitas dan over weight setelah terapi diit.
32
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014
9. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa
obesitas dan over weight setelah terapi diit dan olah raga.
Saran
1. Bagi masyarakat dapat melakukan pencegahan dan pengobatan terjadinya
obesitas dan over weight dengan cara perubahan gaya hidup, terutama pola
makan dan pola aktivitas. Upaya pencegahan dan pengobatan ini dapat dilakukan
dengan pembatasan asupan energi (diit rendah energi) dan peningkatan
pengeluaran energi melalui aktivitas fisik atau olah raga.
2. Implementasi pengobatan penderita obesitas adalah menurunkan lemak tubuh
untuk mencapai berat badan antara 20% berat badan ideal, mengembangkan
kebiasaan makan yang lebih sehat, mencegah kehilangan massa otot selama
penurunan berat badan, mempertahankan penurunan berat badan
3. Upaya pengobatan obesitas perlu dilakukan dalam rangka menurunkan risiko
penyakit akibat obesitas.
4. Bagi penderita over weight terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan berat
badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi
keduanya.
5. Bagi penderita obesitas terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan berat
badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi
keduanya, tetapi diit harus dilakukan selama lebih dari satu bulan.
33
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Merryana dan Bambang Wirjatmadi. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Edisi I.
Penerbit Kencana Prenada Media Grup. Jakarta
Astrup, Arne: Obesity in Geissler, Catherine and Hilary Powers. 2005. Human Nutrition.
Eleventh Edition. Elsevier Churchill Livingstone. Philadelphia. USA
Brown, Judith E. et all. 2005. Nutrition Through The Life Cycle. Second Edition.
Thomson Wadsworth. Belmont USA
Gibson, Rosalind S. 2005. Principles of Nutritional Assessment: Body Mass Index in
Adults. Second Edition.Oxford University Press. New York
Hill, James O et all. : Etiology Obesity in Shils, Maurice et all. 2006. Modern Nutrition in
Health and Disease 2. Tenth Edition. Lippincott Williams and Wilkins.
Philadephia USA
Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia.
2005. Editor Sunita Almatsier. Penuntun Diet edisibaru. Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Khomsan, Ali. 2003. Pangandan Gizi untuk Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada.
Jakarta.
Mark, Allyn L. Dietary Therapy for Obesity: An Emperor With No Clothes.
Hypertension. 2008;51:1426-1434; originally published online May 12, 2008;
Downloaded from http://hyper.ahajournals.org/ by guest on October 23, 2013
Moore, Mary Courtney. 1997. Terapi Diet dan Nutrisi.Edisi II. Penerbit Hipokrates.
Jakarta
Seidell, Jacob C and Tommy LS Visscher: Public Health Aspect of Over nutrition in
Gibney Michael et all. 2004. Public Health Nutrition. Blackwell Publishing.
Oxford UK
Sjostrom, Michael et all: Assessment of Physical Activity in Gibney Michael et all. 2004.
Public Health Nutrition. Blackwell Publishing. Oxford UK
Wadden, Thomas A, et all : Obesity Management in Hill, James O et all. : Etiology
Obesity in Shils, Maurice et all. 2006. Modern Nutrition in Health and Disease 2.
Tenth Edition. Lippincott Williams and Wilkins. Philadephia USA
Wardlaw, Gordon M and Jeffrey S. Hampl. 2007. Perspectives in Nutrition: Energy
Balance and Weight Control. Seventh Edition Hill. New York
_____Perspectives in Nutrition: Nutrition, Fitness and Sports. Seventh Edition Hill. New
York
34