Anda di halaman 1dari 20

PENGAUDITAN II

“Menentukan Dan Menggunakan Materialitas”

KELOMPOK 4

NAMA :

Muh. Agung Indrajati (B1C1 Nais (B1C115077)


Muh. Jabar Hamidan (B1C115065)) Nikita Zaelani (B1C115080)
Muh. Faudzan F (B1C115 Nirwana (B1C115
Muliana (B1C115076)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pengauditan II tentang
“Menentukan dan Menggunakan Materialitas” ini tepat waktu.

Adapun makalah ini kami telah usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberikan
saran dan kritik kepada penyusun sehingga dapat memperbaiki makalah iini.

Akhirnya kami mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Kendari, April 2018


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 01
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 01
1.3. Tujuan .............................................................................................. 02
BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Materialitas ..................................................................... 04
2.2. Menentukan Materialitas .................................................................. 05
2.3. Materialitas dalam Perencanaan dan Penilaian Resiko ..................... 11
2.4. Materialitas dalam Pelaksanaan Prosedur Audit............................... 13
2.5. Materialitas dalam Pelaporan ........................................................... 14
2.6. Pentingnya Konsep Materialitas dalam Audit Atas
Laporan Keuangan ............................................................................. 16
BAB III : PENUTUP
3.1. Kesimpulan ....................................................................................... 17
3.2. Saran ................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai :
“Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang
mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau
salah saji tersebut.”
Definisi diatas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan keadaan-keadaan
yang berhubung dengan satuan usaha (perusahaan klien), dan informasi yang diperlukan oleh
mereka yang akan mengandalkan pada laporan keuangan yang telah diaudit. Karena tanggung
jawab menentukan apakah laporan keuangan salah saji secara material, auditor harus,
berdasarkan temuan salah saji yang material, menyampaikan hal itu kepada klien sehingga bisa
dilakukan tindakan koreksi.
Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau
keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip -
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak
penting.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas yang membahas tentang materialitas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan pengertian dari materialitas?
b. Bagaimana menentukan materialitas?
c. Bagaimana materialitas dalam perencanaan dan penilaian resiko?
d. Bagaimana materialitas dalam pelaksanaan prosedur audit?
e. Bagaimana materialitas dalam pelaporan?
f. Apa pentingnya konsep materialitas dalam audit atas laporan keuangan?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui pengertian dari materialitas.
b. Untuk mengetahui cara menentukan materialitas.
c. Untuk mengetahui materialitas dalam perencanaan dan penilaian resiko.
d. Untuk mengetahui materialitas dalam pelaksanaan prosedur audit.
e. Untuk mengetahui materialitas dalam pelaporan.
f. Untuk mengetahui pentingnya konsep materialitas dalam audit atas laporan
keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Materialitas


Materialitas adalah dasar untuk penilaian risiko (risk assessments) dan penentu luasnya
proseedur audit.Menentukan materialitas merupakan latihan dalam kearifan profesionalan.
Materialitas didasarkan pada persepsi auditor mengenai kebutuahan iinformasi keuangan secara
menyeluruh dari pemakaian laporan keuangan sebagai satu kelompok. Istilah materialitas secara
menyeluruh (overall materiality) digunakan dalam buku ( Audit Berbasis ISA) ini merujuk pada
materialitas yang diterapkan dalam laporan keuangan secara keseluruhan. Jika salah saji dalam
laporan keuangan melebihi jumlah yang secara umum diperkirakan wajar dan dapat
memengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan , maka jumlah tersebut (secara menyeluruh)
adalah material.

 Overall Materiality dan Spesific Materiality


Meterialitas ditetapkan pada tingkat laporan keuangan dan pada ingkat jenis transaksi,
saldo akun, dan pengungkapan (disclosures). Materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan didasarkan pada kearifan professional auditor mengenai jumlah terbesar salah saji
dalam laporan keuangan tanpa memengaruhi keputusan ekonois pemakai laporan keuangan.Jika
umlah salah saji yang tidak dikoreksi, terpisah atau dibungkam, lebih besar dari overall
materiality yang ditetapkan untuk penugasan tersebut maka laporan keuangan disalahsajikan
secara material.

Overall materiality didasarkan pada persepsi auditor mengenai kebutuhan informasi


keuangan secara umum dari pemakai laporan keuangan berbagai pemakai sebagai satu
kelompok. Oleh karena itu, dampak salah saji untuk seorang pemakai tertentu (spesific individual
users), yang kebutuhannya bisa berbeda, tidak menjadi pertimbangan auditor dalam menetapkan
materialitas secara menyeluruh (overall materiality).
Spesific materiality merupakan materialitas pada tingkat jenis transaksi tertentu, atau
saldo akun tertentu, atau pengungkapan tertentu.
 Sifat Salah Saji
Disamping ukuran atau besarnya salah saji, auditor juga mempertimbangkan sifat dari
potensi salah saji dari situasi khusus mengenai terjadinya salah saji itu, ketika ia mengevaluasi
dampak salah saji itu terhadap lapotan keuangan.
Situasi yang terkait dengan salah saji, dapat menyebabkan auitor mengevaluasi salah
saji itu sebagai material sekalipun besarnya di bawah angka materialitas. Contoh,, kasus
perbuatan melawan hukum, ketidakpatuhan terhadap ketentuan dalam perjanjian kredit atau
perikatan lainnya, dan ketidak patuhan terhadap ketentuan statute dan pelaporan yang ditetapkan
regulator. Namun, memang tidak praktis merancang prosedur audit untuk mendeteksi salah saji
semata-mata atas dasar sifat atau nature dari salah saji tersebut.

 Performance Materiality
Performancemateriality (materialitas yang digunakan dalam pelaksanaan audit, atau
disingkat, “materialitas pelaksanaan”) digunakan auditor untuk menekan risiko sampai ke titik
rendah yang dapat diterima. Yang ditekan adalah risiko besarnya salah saji melampaui angka
materialitas.Dalam hal ini salah saji yang dimaksid adalah akumulasi ssalah saji yang tidak
dikoreksi entitas dan salah saji yang tidak teridentifikasi oleh auditor.
Performancemateriality sengaja diterapkan pada angka atau jumlah yang lebih rendah
dari overall atau specific materiality. Tujuannya adalah melaksanakan lebih banyak pekerjaan
audit untuk:
1. Memastikan salah saji yang lebih kecil dari overall materiality atau specific
materiality dapat dideteksi; dan
2. Menyediakan suatu margin atau penyangga (buffer) untuk salah saji yang
tidak terdeteksi. Penyangga ini adalah selisih antara gabungan seluruh salah saji
yang terdeteksi tetapi tidak dikoreksi dan overall materiality atau specific
materiality.

2.2. Menentukan Materialitas

Pembahasan barikut ini menjelaskan bagaimana menentukan besarnya overall


materiality dan specific materiality, dan cara menggunakannya.
1. Overall Materiality

Overall materialitydidasarkan atas persepsi auditor mengenai kebutuhan pemakai


laporan keuangan. Auditor dapat mengasumsikan hal-hal berikut mengenai pemakai laporan
keuangan:
a. Mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bisnis, kegiatan ekonomis, dan akuntansi.
b. Mempunyai keinginan untuk mempelajari informasi dalam laporan kuangan dengan cukup
cermat.
c. Memahami bahwa laporan keuangan dibuat dan diaudit pada tingkat materialitas (dan
mengabaikan yang tidak material).
d. Menerima ketidakpastian yang inheren dalam penggunaan estimasi, judgement, dan
pertimbangan mengenai peristiwa di kemudian hari.
e. Membuat keputusan ekonomis yang wajar atas dasar informasi dalam laporan keuangan.

Sebagai langkah awal menentukan angka materialitas, auditor biasanya mrnggunakan


suatu acuan, ambang batas, threshold atau benchmark.Dari acuan ini dan besarnya persentase
didasarkan pada kearifan professional.Sebagai contoh, dalam bisnis yang dikelola oleh
pemiliknya, pemilik mengambil sebagian besar dari keuntungan perusahaan sebagai
remunerasinya. Oleh karena itu, masuk akal jika auditor menggunakan laba sebelum remunerasi
dan pajak sebagai acuan atau benchmark:

BUTIR PERTIMBANGAN
Demi konsistensi, kantor-kantor akuntan public (KAP) menetapkan petunjuk bagi KAP
(firm-wide guidelines) tentang bagaimana materialitas ditentukan pada awalnya (misalnya
suatu persentase tertentu), termasuk acuannya untuk benchmarks (misalnya laba sebelum
pajak). Namun, acuan yang sebenarnya digunakan tergantung pada kearifan professional
dengan memperhatikan siklus khusus ([articular circumtances) yang tidak lain adalah alat
untuk menangani risiko salah saji yang material dengandenga “menangkap” salah saji yang
besarannya di bawah ambang batas tertentu.
Pertimbangan dalam Memilih Acuan yang Tepat
1. Pemakai: tentukan siapa yang kemungkinan besar pemakai laporan keuangan.ini dapat
terdiri atas pemilik entitas (bersama pemegang saham lainnya). TCWG, lembaga keuangan,
pemilik waralaba, penyandang dana utama, pegawai, pelanggan, kreditur, dan lembaga Negara.
2. Ekspektasi pemakai tertentu: tentukan ekspektasi pemakai tertentu, seperti:
a Pengukuran atau diclousure untuk hal hal seperti related-party transactions, renumerasi
manajemen, dan ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan yang sensitive.
b. Pengungkapan yang khas untuk industry tertentu (industry-spesific disclousures) seperti
beban eksplorasi dalam bidang pertambangan, dan beban penelitian danpengembangan sdalam
perusahaan informasi teknologi atau farmasi.
c. Peristiwa penting (seperti merger, akuisisi, restrukturasasi, tuntutan hukum terhadap
perusahaan, dan lain-lain) atau contingencies.
d. Adanya pelanggaran terhadap perjanjian, kontrak, dan perikatan hukum lainnya, jika
kesalahan yang kecil tidak dikoreksi bermakna adanyya pelanggaran semacam itu, dampak
terhadap laporan keuangan bias signifikan dan (yang terburuk) dapat berdampak pada ketidak
tepatan penggunaan going concern assumption dalam penyusunan laporan keuangan.
3. Unsur laporan keuangan yang relevan: apa unsur laporan keuangan yang terpenting atau
yang penting-penting dalam laporan keuangan, yang menjadi perhatian atau minat pemakai
laporan keuangan (asset, kewajiban, ekuitas, laba, dan beban)?
4. Sifat entitas:pertimbangan sifat entitas, misalnya dalam tahap life cyrcle, di mana entitas ini
berbeda (bertumbuh “senja” atau mature, atau menurun, atau “sekarat”). Bagaimana keadaan
industrinya di mana entitas ini berada. Bagaimana lingkungan ekonomi dimana entitas ini
beroperasi?
5. Apakah perlu adjustments?:apakah adjustmentsdiperlukan untuk “menormalkan” acuan
atau benchmarkbase? Misalnya, laba dari kegiatan yang masih berlanjut (income from continuing
operations) dapat di adjust untuk:
a. Pendapatan atau beban luar biasa atau yang tidak berulang (non-recurring); dan
b. Bonus kepada manajemen, yang didasarkan atas laba sebelum bons atau yang dibayarkan
sekadar untuk menurunkan laba yang ditahan perusahaan.
6. Fokus utama para pemakai: apa informasi dalam laporan keuangan yang menarik perhatian
utama pemakai? Contoh pemakai menaruh minat pada:
a. Mengevaluasi kinerja keuangan, maka focus mereka adalah pada laba, pendapatan, atau asset
neto; dan
b. Sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka focus mereka adalah
pada sifat dan luasnya/dalamnya pendapatan dan beban.
7. Pembelanjaan entitas: bagaimana entitas dibelanjai? Jika sekadar dari utang (dan bukan
modal ekuitas), pemakai akan menekankan pada asset yang dijadikan agunan dan klaim kreditur
terhadp laba entitas.
8. udah merubah-ubah (volatile):seberapa mudah berubahnya/tidak stabilnya acuan yang
diusulkan? Contoh, acuan berdasarkan angka lapa umumnya merupakan acuan yang tepat.
Namun, jika entitas beropesai mendekati break-even atau hasil usaha berfluktuasi dangan hebat,
angka laba mungkin bukan acuan yang tepat untuk menentukan materialitas.
9. Acuan alternatif: apakah ada alternatif untuk acuan yang diusulkan? Apakah alternatif ini
tepat untuk situasi yang dihadapi? Acuan alternative bias berupa current assets, net working
capital, total assets, total revenues, gross profit, total equity, dan cash flow from operations.

2. Performance Materiality
Overall materiality dan specific materiality diterapkan dalam hubungan dengan
kebutuhan pemakai laporan keuangan.Performance materiality ditetapkan dalam jumlah yang
lebih rendah. Akibatnya, auditor melaksanakan lebih banyak pekerjaan audit (salah saji yang
lebih kecil akan teridentifikasi) dan risiko audit ditekan ke tingkat rendah yang dapat diterima.
Jika audit direncanakan hanya untuk mendeteksi salah saji material, yang atau berdiri sendiri,
tidak akan adda pelung membuat kesalahan (no margin of error). Padahal peluang ini diperlukan
untuk mengidentifikasi dan memperhitungkan salah saji yang immaterial yang mungkin ada.Dan
jika dijumlahkan, salah saji yang masing-masingnya immaterial secara tergabung dapat
menyebabkan laporan keuangan laporan keuangan disalahsajikan secara material.Performance
materialitydirancang untuk:
a. Memastikan salah saji yang lebih kecil dari overall materiality atau specific materialitydapat
dideteksi; dan
b. Menyediakan suatu margin atau penyangga (buffer) untuk salah saji yang tidak terdeteksi.
Penyangga ini adalah selisih antara gabungan seluruh salah saji yang terdeteksi tetapi tidak
dikoreksi dan overall materiality atauspecific materiality.
Penentuan performance materiality tidaklah merupakan hitungan mekanis yang
sederhana seperti “sekedar menyatakan” 80% dari overall materiality.Penyederhanaan seperti ini
mengabaikan factor risiko yang spesifik, yang bias relevan bagi entitas itu. Sebagai contoh,jika
ada risiko yang tinggi untuk membuat kesalahan dalam menghitung harga persediaan,
performancematerialitydapat diturunkan agar pekerjaan audit lebih banyak untuk menemukan
salah saji. Sebaliknya, jika risiko salah saji dalam piutang dagang itu kecil, performance
materiality dapat dinaikkan, dengan akibat pekerjaan audit substantive dapat
dikurangi.Performance materiality memerlukakn kearifan professional auditor.

Tingkat materialitas dan pengguaan performance materiality diringkas dalam table berikut:
Overall Materiality Specific Materiality Performance Materiality
Tujuan Sebagai ambang Sebagai ambang batas
batas untuk (lebih rendah dari overall
menentukan bahwa materiality) yang
laporan keuangan diteraokan pada jenis
bebas dari salah saji transaksi, saldo akun, atau
yang material, baik disclosures tertentu
karena error atau dimana salah saji yang
fraud. lebih kecil dari overall
materialiy dapat
memengaruhi keputusan
ekonomis pemakai
laporan.
Dasar Salah saji yang dapat Tingkat salah saji terkait Berapa banyak pekerjaan
perhitungan diterima (tolerable dengan jenis transaksi, audit agar: Salah saji di
oleh pemakai saldo akun, atau bawah over-all atau
laporan,,karena disclousure tertentu, yang specific materiality) dapat
tidakk memengaruhi secara wajarnya dapat ditemukan; dan ada
keputusan memengaruhi keputusan margin pengaman untuk
ekonomisnya. ekonomis pemakai. salah saji yang tidak
terdeteksi
Ancer-ancer Meterialitas Tentukan angka yang SA yang memberikan
sebagai titik berurusan dengan lebih rendah, berdasarkan petunjuk yang spesifik.
awal kearifan profrsional kearifan professional, Persentase bervariasi dari
dan bukan sekadar untuk area atau unsur 60%( dari overall atau
hitungan mekanis. laporan keuangan yang Ispesific materiality),
Oleh karena itu, ISA sensitive atau spesifik. dimana risiko salah saji
tidak memberikan yang material yang lebih
petunjuk yang besar, sampai 85% dimana
sepsifik. Dalam risiko salah saji yang
perktiknya, laba material lebih kecil.
darioperasi
perusahaan yang
berjalan normal
(3sampai 7%)
seriign digunakan
sebagai acuan yang
paling Signifinkan
bagi pemakai
laporan. Jika laba
bukan acuan yang
tepat (misalnya
untuk entitas
nirlaba) atau bukan
merupakan stable
base,, acuan lain
yang dapat
digunakan:
a. a. Revenues atau
expenditure: 1
sampai 3%;
b. b. asset 1 sampai 3%;
atau
c. c. equity3 sampai
5%.

Penggunaan Menentukan apakah Menentukan apakah salaha. a. Menilai risiko salah saji
dalam audit salah saji yang tidak saji yang tidak dikoreksi, yang material.
dikoreksi, terpisah terpisah atau tergabung, b. b. Rancang prosedur audit
atau tergabung, melampaui specific selanjutnya sebagai
melampaui overall materialiy. tanggapan atas assessed
materiality. risks.

Revisi a. a. perubahan Perubahan dalam situasi a. a. Perubahan dalam


selama audit situasi selama audit khusus assessed risks.
berlangsung seperti penjualan b. b. Sifat dan luasnya salah
sebagian bisnis. saji ditemukan sewaktu
b. b. Informasi baru. melaksanakan prosedur
c. c. Perubahan dalam audit selanjutnya.
perubahan auditor c. c. Perubahan dalam
mengenai entitas dan pemahaman auditor
usahanya, sesudah mengenai entitas.
melakukan prosedur
audit selanjutnya
(misalnya, laba
sebenarnya sangat
berbeda dari
ekspektasi).

2.3. Materialitas dalam Perencanaan dan Penilaian Resiko


Menentukan berbagai materialitas merupakan unsur kunci dalam proses perencanaan.
Penentuan tingkat materialitas bukanlah suatu tahap yang berdiri sendiri atau terpisah dari tahap-
tahap lain, melainkan proses yang berkesinambungan dari satu htahap ke tahap selanjutnya
sampai akhir audit. Istilah bahasa inggrisnya, “it is not a discrete phase of an audit, but rather a
continual an iteritatve process’.
Istilah “iterative process” bermakna, suatu prosedur menghasilkan temuan, dan temuan
ini memicu suatu tanggapan dalam prosedur audit selanjutnya. Proses yang interatif ini
ditunjukkan dalam perencanaan auditnya. Penggunaan materialitas dalam perencanaan dan
penilaian risiko (risk assessment) adalah sebagai berikut:
Penggunaan Materialitas dalam:
Perencanaan (Strategi Menyeluruh dan Rencana Audit)
Digunakan materialitas untuk:
1. Menentukan items ddalam laporan keuangan yang harus diaudit;
2. Menetapkan konteks dan rujukan untuk strategi audit menyeluruh (overall audit strategy);
3. Merencanakan sifat (nature), waktu pelaksanaan (inning), dan luasnya (extent) prosedur audit
tertentu;
4. Menemukan specific materiality untuk jenis transaksi (classes of transaction), saldo akun
(account balance), atau disclosures tertentu dimana angka salah saji yang lebih rendah dari
overall materiality atau performance materiality (secara layak) diperkirakan dapat mempengaruhi
keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan;
5. Menemukan performance materiality untuk setiap tingkat specific materiality, sesuai dengan
kebutuhan audit, untuk jenis transaksi, saldo akun, atau disclosures tertentu, tergantung tingkat
risiko yang dikehendaki untuk masing-masing item tersebut;
6. Menevaluasi bukti terakhir untuk menentukan perlu/tidaknya adjustments atau revisi terhadap
tingkat-tingkat materialitas.jika diperlukan, auditor akan merevisi sifat, waktu pelaksanaan dan
luas prosedur sesuai keadaan.
Prosedur penilaian risiko
1. Mengidentifikasi prosedur penilaian risiko (risk assessment procedure)apa saja yang
diperlukan.
2. Menetapkan konteks atau rujukan ketika auditor mengevaluasi informasi yang diperoleh.
3. Menilai besar dan dampak dari risiko yang di/teridentifikasi
4. Menilai hasil dari prosedur penilaian risiko.
Pertemuan tim penugasan
1. Memastikan bahwa anggota tim memahami pemakai laporan keuangan diidentifikasi dan apa
yang layaknya menjadi ekspektasi mereka ddalam membuat keputusan ekonomis. Hal ini
berguna dalam hal adanya informasi yang diketahui anggota tim, yang memerlukan perubahan
angka materialitas dari apa yang ditetapkan pada awalnya. Contoh dari hal-hal yang memerlukan
perubahan angka materialitas:
a. Keputusan melepas bagian yang besar dari bisnis entitas
b. Informasi baru atau factor risiko(yang baru di ketahui) yang seharusnya berdampak dalam
penentuan materialitas awal.
c. Perubahan dalam pemahaman auditor mengenai entitas dan kegiatan usahanya, sebagai hasil
dari pelaksanaan prosedur audit selanjutnya, misalkan ketika angka laba sebenarnya berbeda dari
angka yang diantisipasi.
2. Menyusun strategi audit menyeluruh (overall audit strategy)
3. Menentukan luasnya pengujian sehubungan dengan:
a. Performance materiality;
b. Specific performance materiality.
4. Mengidentifikasi masalah audit yang gawat (critical audit issues ) dan area yang memerlukan
perhatian atau penekanan audit.

BUKTI PERTIMBANGAN
Penentuan tingkat overall performance materiality dan specific performance materiality
memerlukan kearifan professional (professional judgment). Disarankan, tetapi tidak di
wajibkan, tim penugasan membahas kearifan professional yang diterapkan dalam
menetapkan tingkat-tingkat materialitas, dengan partner penugasan (engagement partner)
dan memperoleh persetujuan partner tersebut. Akhirnya, catatan atau rekam kearifan
professional yang digunakan untuk mentukan materialitas, secara cukup terinci, di dalam
kertas kerja audit.

2.4. Materialitas dalam Pelaksanaan Prosedur Audit


Auditor harus menggunakan materialitas ketika menentukan sifat, waktu
pelaksanaan, dan luasnya prosedur audit. Gunakan materialitas untuk:
a. Mengidentifikasi prosedur audit selanjutnya (futher audit procedures)
b. Menetukan item mana yang harus dipilih untuk sampling atau testing, dan apakh harus
menggunakan teknik sampling
c. Membantu menentukan banyaknya sampel
d. Mengevaluasi representative sampling errors (RSE) untuk menentukan salah saji yang
mungkin ada. RSE adalah salah sampling yang mewakili seluruh populasi
e. Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan (agregat of totall errors) pada tingkat akun sampai
ke tingkat laporan keuangan.
f. Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah saji yang tidak
dikoreksi (uncorrected misstatements) yang ada dalam saldo awal retained earniings
g. Menilai hasil prosedur audit.

BUTIR PERTIMBANGAN
Overall materiality sangat jarang kemungkinannya untuk diubah. Namun, materialitas
tersebut mungkin saja direvisi sewwaktu audit mengetahui adanya informasi baru atau ada
perubahan dalam pemahaman auditor mengenai entitas dan operasinya. Jika perubahan
diperlukan, pastikan bahwa tim audit diberi tahu dan nilai dampaknya terhadap rencana
audit.
Performance materiality dapat berubah berdasarkan faktor resiko baru atau temuan audit
baru yang mungkin tidak berdampak terhadap overall materiality. Perubahan dalam
performance materiality berakibat pada modifikassi terhadap sifat, waktu pelaksanaan,
dan luasnya prosedur audit. Tentunya jika overall materiality berubah, perunbahan terkait
juga diperlukan dalam performance materiality.

2.5. Materialitas dalam Pelaporan


Berikut ini terjemahan alinea 11 dan 12 dari ISA 450.
ISA 450. 11
Auditor wajib mennetukan apakah salah saji yang tidak dikorensi adalah material,
sendiri-sendiri atua jika dihabungkan. Dalam menentukan hal ini, auditor wajib
mempertimbangkan:
a. Besar dan sifat salah saji, dalam hubungannya dengan jenis transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan tertentu, maupun dalam hubungan dengan laporan keuangan secara keseluruhan,
serta situasi di mana salah saji itu terjadi, dan (liaht alinea A13-A17, A19-A20)
b. Dampak salah saji yang tidak dikoreksi dalam hubungannya dengan jenis transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan terkait, serta laporan keuangan secara keseluruhan tahun lalu. (lihat
alinea A18).

ISA 450. 12
Auditor wajib mengomunikasikan dengan TCWG mengenai salah saji yang tidak dikoresi
dan dampaknya, sendiri-sendiri atau jika digabungkan, terhadap pendapat auditor kecuali jika
dilarang oleh ketentuan perundang-undangan. Komunikasi auditor wajib mengidentifikasi
masing-masing salah saji material yang tidak dikoreksi. Auditor wajib meminta salah saji yang
belum dikoreksi, agar dikoreksi.
Sebelum menerbitkan opini auditor harus:
a. Menegaskan kembali materialitas yang ditetapkan untuk laporan keuangan secara keseluruhan;
b. Mengevaluasi sifat dan jumlah agregat salah saji yang tidak dikoreksi yang ditemukan
auditor; dan
c. Membuat penilaian menyeluruh mengenai apakah laporan keuangan disalah sajikan secara
material.
Auditor menggunakan materialitas untuk:
a. Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan pada tingkat akun sampai ke tingkat laopran
keuangan;
b. Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah saji yang tidak
dikoreksi yang ada dalam saldo awal retained earnings;
c. Menetukan apakah prosedur audit tambahan harus dilaksanakan ketika gabungan salah saji
mendekati overall materiality atau specific materiality;
d. Meminta manajemen mengoreksi semua slaah saji yang ditemukan;
e. Mempertimbangkan untuk ,memeriksa kembali area dengan salah saji terbanyak;
f. Memberikan pandangan mengenai sifat dan sesifitas salah saji yang ditemukan, dan juga
besarannya;
g. Menentukan apakah laporan audoitor harus dimodifikasi (artinya apakah auditor harus
memberi opini ayang bukan WTP) karena salah saji yang tidak dikoreksidi mana jumlah atau
sifatnya material.
Salah saji gabungan atau agregat (aggregate of misstatements) terdiri atas :
a. Salah saji yang secara spesifik ditemukan auditor, yang merupakan hasil dari prosedur
pengujiannya; dan
b. Taksiran saji lainnya yang ditaksir atau diperkirakan.

2.6. Pentingnya Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan Keuangan


Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi klien
atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat karena
auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang
diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas,
digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan. Oleh karena itu,
dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan (assurance) sebagai berikut:
1. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi.
2. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten
yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
3. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau memberikan informasi,
dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara
wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan ketidakberesan.
Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan yang diberikan oleh auditor
yaitu: konsep materialitas yang menunjukkan seberapa besar salah sajinya dan konsep risiko
audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas
laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Materialitas adalah dasar untuk penilaian risiko (risk assessments) dan penentu luasnya
proseedur audit.Menentukan materialitas merupakan latihan dalam kearifan
profesionalan.Materialitas didasarkan pada persepsi auditor mengenai kebutuahan iinformasi
keuangan secara menyeluruh dari pemakaian laporan keuangan sebagai satu kelompok. Istilah
materialitas secara menyeluruh (overall materiality) digunakan dalam buku ( Audit Berbasis
ISA) ini merujuk pada materialitas yang diterapkan dalam laporan keuangan secara keseluruhan.
Jika salah saji dalam laporan keuangan melebihi jumlah yang secara umum diperkirakan wajar
dan dapat memengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan , maka jumlah tersebut (secara
menyeluruh) adalah material.

Materialiatas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan


auditor tentang kecukupan bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan antara materalitas
dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material harus tetap
diperhatikan, karena semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang
diperlukan.

3.2. Saran
Menyadari bahwa penyusun masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penyusun akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk menyempurnakan makalah ini, pembaca juga bisa memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun serta pembaca juga bisa menanggapi terhadap kesimpulan dari
bahasan makalah yang telah dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2002. Auditing edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Ampe Daryanti. 24 November 2016. Menentukan dan Menggunakan Materialitas.


https://cacingkurcaci.blogspot.co.id/2016/11/menentukan-dan-menggunakan-
materialitas.html. Diakses 02 April 2018.
Okta Wiskey. 05 Januari 2014. Audit Bab Materialitas. http://oktawiskey.blogspot.co.id/
2014/01/audit-bab-materialitas.html. Diakses 02 April 2018.
Sri Hidayanti. 10 Januari 2014. Menentukan dan Menggunakan Materialitas dan Diskusi Tim
Audit. http://srihidayanti.blogspot.co.id/2014/01/menentukan-dan-menggunakan-
materialitas.html. Diakses 02 April 2018.

Anda mungkin juga menyukai