PENDAHULUAN
1
3. Untuk Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Kontaminasi Fungi
4. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Jamur Kontaminan
5. Untuk Mengetahui Makanan-Makanan Yang Terkontaminasi Jamur
6. Untuk Mengetahui Patogenitas Jamur Kontaminan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Mikotoksin
3
Tabel 1. Jamur penghasil mikotoksin
a. Aflatoksin
Aflatoksin merupakan jenis mikotoksin yang paling banyak diketahui
dan dipelajari. Aflatoksin telah diidentifikasi sejak tahun 1960. Racun ini
dihasilkan oleh fungi jenis Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus (Lihat
gambar 1) yang umumnya terdapat pada komoditas jagung, kacang, komoditas
bijian lain, serta hasil olahannya. Aflatoksin dapat dibedakan menjadi enam jenis
toksin berdasarkan sifat fluoresensinya terhadap sinar ultraviolet dan sifat
kromatografinya. Aflatoksin B1 (AfB1) dan B2 menghasilkan fluoresensi biru,
sedangkan jenis G1 dan G2menghasilkan fluoresensi hijau. Terdapat pula jenis
aflatoksin M1 dan M2 yang umumnya ada pada susu ternak yang pakannya
terkontaminasi oleh aflatoksin.
Gambar 1. Aspergilus yang mengkontaminasi Biji jagung dan Kacang tanah (Ninik,
2005)
b. Fumonisin
Fumonisin dihasilkan oleh Fusarium moniliforme yang umumnya
terdapat pada komoditas jagung (Lihat gambar 2). Sifat toksiknya dapat
menimbulkan gejala kanker akut serta eucoencephalomalacia (ELEM). ELEM
merupakan kondisi fatal yang terjadi akibat kerusakan pembuluh saraf serta
munculnya kanker pada tenggorokan.
4
Gambar 2. Fusarium yang mengkontaminasi jagung
(www.researchgate.net )
c. Ochratoxin
Ochratoxin biasanya terdapat pada gandum dan jelai. Mikotoksin ini
dihasilkan oleh Penicillium yang dapat memicu tumbuhnya sel kanker (Lihat
gambar 3). Ochratoxin utamanya menyerang enzim yang terlibat pada
metabolisme asam amino fenilalanin. Ochratoxin menghalangi kerja enzim yang
terlibat pada sintesis kompleks fenilalanin-tRNA. Ochratoxin juga dapat
menyerang enzim lain yang menggunakan fenilalanin sebagai substrat., misalnya
fenilalanin hidroksilase yang mengkatalis hidroksilasifenilalanin searah menjadi
tiroksin. Selain itu, ochratoxin juga mengubah sistem transportasi pada membran
mitokondria dan menghambat produksi ATP, serta menaikkan peroksidasi
membran lipid, superoksida dan hidrogen peroksida bagi pembentukan radikal
bebas (Ninik, 2005).
1. Beberapa faktor pertumbuhan fungi, antara lain: substrat, suhu, pH, kelembapan, tekanan
osmotik, dan bahan kimia lainnya.
2. Penyebab terjadinya kontaminasi fungi adalah tersedianya media tempat hidup yang
mendukung pertumbuhan fungi.
3. Fungi kontaminan dapat berasal dari spora fungi yang berada di udara, tanah, air atau
bahan lain yang mengandung spora fungi.
5
2.4 Jenis-Jenis Jamur Kontaminan
Penelitian tentang jamur yang berpotensi menghasilkan metabolit beracun ini
baru dimulai pada tahun 1960 dengan suatu kasus kematian ribuan ternak kalkun di
Inggris yang dikenal dengan "Turkey X disease", yang disebabkan karena pakan ternak
tersebut telah tercemar oleh aflatoksin, suatu metabolit racun yang dihasilkan oleh jamur
(mikotoksin) Aspergillus flavus. Walaupun penelitian tentang mikotoksin sampai
sekarang masih belum tuntas, sudah lebih dari 400 macam mikotoksin berhasil
diidentifikasikan. Tidak setiap pangan yang tercemar oleh jamur selalu mengandung
mikotoksin, sebab banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan maupun
pembentukan mikotoksin pada pangan. Namun demikian, karena sangat banyaknya
spesies jamur yang bersifat toksigenik, cemaran jamur pada pangan perlu mendapat
perhatian serius. Beberapa kelompok jamur diketahui bertahan pada perlakuan
pengawetan pangan misalnya Wallemia sebi pada ikan asin, Cladosporium herbarium
pada daging yang disimpan dingin, Byssochlamis fulva pada makanan kaleng, serta
Penicillium requeforti yang tahan terhadap sorbat.
6
13. Thamnidium: ditemukan pada daging simpan dingin, menyebabkan suatu kondisi
yang disebut "whiskers". Dapat ditemukan pada berbagai jenis makanan yang
mudah membusuk seperti telur.
14. Trichothecium (Cephalothecium): biasa mengkontaminasi buah dan sayuran
1. Nasi
Nasi merupakan bahan olahan dari beras, nasi mudah membusuk karena
didalamnya terkandung air. Air ini membuat kelembaban dalam nasi sehingga
sumber kehidupan dari jamur. Jamur yang biasa mengontaminasi makanan ini
adalah Rhizopus oligosporus, Aspergillus niger. Nasi mempunyai kandungan
glukosa yang tinggi. Glukosa pada nasi akan bergabung dan menghasilkan kompleks
glukosa yang dapat disebut dengan polisakarida. Bila nasi telah ditumbuhi oleh
spora dari jamur, maka jamur akan mensekresi enzim yang dapat memecah
polisakarida menjadi glukosa-glukosa, lalu jamur akan menyerap senyawa tersebut
ke dalam tubuhnya sehingga dapat berkembang seperti pada gambar 4 berikut.
7
2. Roti
Roti yang sudah lama tidak dimakan akan mengundang jamur untuk datang
menguasainya, dengan menimbulkan bintik hitam. Roti merupakan pangan yang
tidak dapat disimpan lama karena kandungan air pada roti masih cukup tinggi. Air
bebas yang tersedia pada roti untuk pertumbuhan mikroorganisme atau
disebut aw (aktivitas air) berkisar pada nilai 0.95-0.98. Pada kisaran nilai aw ini
berbagai mikroorganisme termasuk kapang, khamir dan bakteri masih dapat
tumbuh. Pada umumnya mikroorganisme yang tumbuh cepat pada roti adalah
kapang dari kelompok Rhizopus, Aspergillus, Pennicilium dan Eurotium sehingga
kapang merupakan pembusuk roti yang utama. Hal ini disebabkan karena kapang
membutuhkan air yang lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. dari (Nuraida,
2014).
Kebusukan karena kapang ditandai dengan adanya serabut putih seperti kapas
atau ada warna hitam, hijau dan merah. Kapang yang umum ditemukan pada roti
adalah Rhyzopus stolonifer dengan warna putih seperti kapas dan spot hitam,
sehingga kapang ini sering disebut kapang roti. Kapang lainnya adalah Penicillium
expansum, P. stolonifer yang memiliki spora berwarna hijau, Aspergillus niger yang
berwarna kehijauan atau coklat keunguan sampai hitam, pigmen kuning yang
berdifusi ke dalam roti. Neurospora sitophila yang berwarna pink atau kemerahan
merupakan kapang yang juga sering tumbuh pada roti (lihat gambar 5). Jika roti
sudah ditumbuhi kapang, sebaiknya tidak dimakan karena ada beberapa kapang yang
dapat menghasilkan racun (mikotoksin), misalnya Aspergillus flavus dan
penampakannya sulit dibedakan secara visual dengan kapang yang tidak
menghasilkan racun (Nuraida, 2014).
8
3. Makanan Penghasil Protein
Protein dapat kita temukan pada banyak makanan contohnya daging, dan ikan.
a. Daging
Kandungan utama dari daging adalah protein, sehingga jamur yang
mengontaminasi jenis makanan yang diolah dari daging memakai protein sebagai
substrat dan sumber dari energi mereka (lihat gambar 6). Berikut adalah beberapa
khamir yang mengontaminasi produk daging (Anonim, 2012):
1) Thamnidium chaetocladioides, Mucor inucedo, Rhizopus menyebabkan
daging menjadi seperti berambut.
2) Cladosporium herbarum menyebabkan daging berbintik hitam.
3) Sporotrichum carnis, Geotrichum menyebabkan daging berbintik putih.
4) Penicillium expansum, P. asperulum menyebabkan daging bernoda hijau.
5) Thamnidium menyebabkan daging berbau dan rasanya tidak seperti daging
yang masih segar.
b. Ikan
Ikan juga kaya akan protein, produk ini biasanya dikontaminasi oleh
khamir Sporogenous yang dapat menyebabkan warna ikan menjadi coklat. Pada
ikan asin yang telah diolah dengan pengeringan dan penggaraman sehingga aw
ikan menjadi rendah, kerusakan disebabkan oleh pertumbuhan kapang. Selain itu
pada ikan asap biasanya terkontaminasi oleh kapang (Anonim, 2012).
9
Gambar 7. Ikan yang Terkontaminasi Jamur (Sumber Kemdikbud)
10
Aspergillus flavus mikroskopis
(http://www.chaetomiumqueen.com/aspergillus-flavus/)
b. Aspergillus fumigatus
Konidia atas berbentuk kolumner ( memanjang ) berwarna hijau
sampai hijau kotor. Vesikel berbentuk piala, konidiofora berdinding
halus umumnya berwarna hijau, Konidia glubusa, ekinulat berwarna
hijau.
c. Aspergillus niger
Konidia atas berwarna hitam, hitam kecoklatan, atau coklat
violet. Bagian atas membesar dan membentuk globusa. Konidiofora
halus, tidak berwarna atas tegak berwarna coklat kuning. Vesikel
berbentuk globusa dengan bagian atas membesar, bagian ujung seperti
batang kecil, Konidia kasar menunjukkan lembaran atau pita bahkan
berwarna hitam coklat.
11
d. Aspergilus terreus
Bagian atas kolumner, kelabu pucat atau berbayang – bayang
agak terang. Konidiofora halus tidak berwarna, vesikel agak bulat
dengan bagian atas tertutup sterigmata. Konidia kecil halus, berbentuk
globusa sampai agak elips.
Patogenitas
Diantara spesies – spesies Aspergillus sp dapat menghasilkan mikotoksin,
yang disebut aflatoksin. Dalam pembentukan mikotoksin dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu lingkungan (substrat, kelembaban, suhu, pH) dan lamanya kontak
antara jamur dengan substrat. (Djarir,M., 1989). Mikotoksin diidentifikasikan
sebagai zat yang diproduksi oleh jamur dalam bahan makanan, dan bersifat tahan
terhadap panas sehingga dengan pengolahan, pemasaran tidak menjamin
berkurangnnya aktifitas toksin tersebut. ( Srikandi, F., 1989 ). Penyakit yang
ditimbulkan karena memakan makanan yang terkontaminasi oleh racun fungi (
Mikotoksin ), karena banyak makanan yang terkontaminasi oleh Aspergillus flavus
Beberapa fungi diketahui ada yang mampu tumbuh pada suhu mendekati
0°C. Pada dasarnya fungi bersifat heterotrof, namun beberapa jenis fungi mampu
memanfaatkan berbagai macam bahan untuk kehidupannya. Fungi tidak mampu
12
mensintesis CO2 sebagaimana bakteri, maka sumber karbon harus tersedia dari luar
dirinya, misalnya sebagai bentuk glukosa atau lainnya.
2. Rhizopus Sp
Rhizopus adalah genus fungi saprofit yang umum pada tanaman
dan parasit yang terspesialisasi pada hewan. Mereka ditemukan di berbagai
substrat organik, termasuk "buah dan sayuran matang", jeli, sirup, kulit, roti,
kacang tanah, dan tembakau. Beberapa spesies Rhizopus adalah
agen oportunistik dari zigomikosis manusia (infeksi jamur) dan bisa berakibat
fatal.
13
R. oligosporus mempunyai koloni abu-abu kecoklatan dengan tinggi
1 mm atau lebih. Sporangiofor tunggal atau dalam kelompok dengan dinding
halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih dari 1000 mikro meter
dan diameter 10-18 mikro meter. Sporangia globosa yang pada saat masak
berwarna hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180 mikro meter,
Klamidospora banyak, tunggal atau rantaian pendek, tidak berwarna, dengan
berisi granula, terbentuk pada hifa, sporangiofor
dan sporangia. Bentuk klamidospora globosa, elip atau silindris dengan
ukuran 7-30 mikro meter atau 12-45 mikro meter x 7-35 mikro meter.
2. Rhizopus oryzae
Rhizopus oryzae mempunyai sifat amilolitik kuat dan proteolitik
kurang kuat. Sifat-sifat jamur Rhizopus oryzae yaitu koloni berwarna putih
berangsur-angsur menjadi abu-abu, stolon halus atau sedikit kasar dan tidak
berwarna hingga kuning kecoklatan, sporangiofora tumbuh dari stolon dan
mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok (hingga 5
sporangiofora), rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang
sama dengan sporangiofora, sporangia globus atau sub globus dengan
dinding berspinulosa (duri-duri penddek) yang berwarna coklat gelap sampai
hitam bila telah masak, kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus
atau sedikit kasar, spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder, suhu
optimal untuk pertumbuhan 35ºC, minimal 5-7ºC dan maksimal 44ºC.
Berdasarkan asam laktat yang dihasilkan Rhizopus oryzae termasuk mikroba
heterofermentatif.
14
Rhizopus oryzae mikroskopis
15
cabang lurus membentuk secara langsung di atas rizoid-rizoid.
3. Penicillium Sp
Pencillium sp mikroskopis
(http://www.alamy.com/stock-photo-penicillium-sp-culture-with-exuded-water-droplets-on-a-nutrient-
agar-15629491.html) (https://www.inspq.qc.ca/en/moulds/fact-sheets/penicillium-spp)
Pengertian
Penicillium adalah fungi yang termasuk dalam kelas Deuteromycetes.
Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang
disebut konidium.
Patogenitas
Penicilllium menyebabkan kerusakan buah dan sayuran, biji-bijian, roti
dan daging. Salah satunya Penicillium citrinum yang dapat menghasilkan
16
mikotoksin yaitu Citrinin. Spesies kapang ini dapat mengkontaminasi berbagai
macam bahan makanan terutama biji bijian yang telah mengalami kerusakan.
Citrinin dapat terkandung dalam bahan makanan berupa beras, jagung, gandum,
dan tomat busuk. Citrinin dikenal sebagai mikotoksin yang bersifat nefrotoksik.
Penicillium dapat menghasilkan okratoksin yang dapat menyebabkan
Neopropratik yaitu timbulnya tumor pada ginjal
4. Mucor Sp
17
Mucor sp mikroskopis
https://isroi.com/2009/12/14/media-untuk-pertumbuhan-jamur-media-kentang/
http://www.dehs.umn.edu/iaq_fib_fg_gloss_mucorsp_photo1.htm
Patogenitas
Sebagian besar spesies 'Mucor' tidak dapat menginfeksi manusia dan hewan
endotermik karena ketidakmampuan mereka tumbuh di lingkungan yang hangat
18
mendekati 37 derajat. Spesies Thermotolerant seperti Mucor indicus kadang
menyebabkan oportunistik, dan sering menyebar dengan cepat, infeksi nekrosis dikenal
dengan zygomycosis. Mucormycosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur
dalam urutan Mucorales. Umumnya, spesies mucor, Rhizopus, Absidia, dan genus
Cunninghamella paling sering terlibat. Penyakit ini sering ditandai dengan hifa yang
tumbuh di dalam dan sekitar pembuluh darah dan berpotensi mengancam jiwa pada
individu diabetes atau sangat immunocompromised. "Mucormycosis" dan "zygomycosis"
kadang-kadang digunakan secara bergantian. Namun, zygomycota telah diidentifikasi
sebagai polifiletik, dan tidak termasuk dalam sistem klasifikasi jamur modern. Juga,
sementara zygomycosis meliputi Entomophthorales, mucormycosis tidak termasuk
kelompok ini.
Patogenitas pada manusia : asidosis terutama yang disebabkan oleh diabetes mellitus,
leukemia dan imunodefisiensi
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jamur kontaminan adalah jamur yang pertumbuhannya akan menyebabkan
terjadinya kerusakan pada bahan yang di kontaminasinya, diantaranya kerusakan flavor,
warna, pelunakan, dan terbentuknya senyawa yang bersifat toksik. Kerusakan tersebut
disebabkan karena jamur dapat menghasilkan enzim ekstraseluler yang akan memecah
senyawa tertentu pada pangan yang bersangkutan, serta dapat menghasilkan metabolit
sekunder yang bersifat toksik, disebut mikotoksin.
Mikotoksin (mycotoxin) adalah zat (metabolit sekunder) yang disintesis dan
dikeluarkan selama pertumbuhan fungi (jamur) tertentu. Zat ini sebenarnya merupakan
pertahanan dari tanaman atau biji tanaman dari serangan parasit. Jika fungi (jamur) mati,
maka produksi miotoksin akan berhenti, tetapi mikotoksin yang telah terbentuk tidak
hilang.
3.2 Saran
Setelah kami menyelesaikan makalah dengan judul Jamur kontaminan dan
patogenitasnya. Untuk itu kami dari kelompok 12 mengharap masukan kritik saran dan
sanggahan untuk kelompok kami.
20