Anda di halaman 1dari 17

Program Profesi Ners 2017

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

1. Pengertian
Marah
Kemarahan adalah suatu perasaaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Perasaan marah yang
konstruktif dapat membuat perasaan lega.
Kemarahan adalah emosi yang normal pada manusia yakni respon emosional yang
kuat dan tidak menyenangkan terhadap suatu provokasi baik nyata maupun yang
dipersepsikan individu (Thomas, 1998). Kemarahan memberikan energi kepada tubuh
secara fisik untuk melakukan pertahanan diri, ketika dibutuhkan melalui pengaktifan
mekanisme respons “fight or flight” pada sistem saraf simpatis.
Walaupun kemarahan merupakan emosi yang normal pada manusia, kemarahan
seringkali dipersepsikan sebagai perasaan negatif. Banyak orang merasa tidak nyaman
mengungkapkan perasaan marahnya secara langsung. Akan tetapi, kemarahan merupakan
reaksi sehat dan normal yang dapat terjadi dalam merespon situasi atau keadaan yang tidak
adil, ketika hak seseorang tidak dihormati atau ketika harapan individu tidak terpenuhi.
Apabila individu dapat mengungkapkan kemarahannya dengan asertif, penyelesaian
masalah atau resolusi konflik dapat terjadi.
Kemarahan menjadi konsep negatif ketika individu menyangkal atau menekan
perasaan marah atau ketika ia mengungkapkan secara tidak tepat. Menyangkal atau
menekan perasaan marah dapat terjadi jika individu merasa tidak nyaman mengungkapkan
perasaan marahnya. Hal ini dapat menimbulkan masalah fisik seperti migrein, sakit
kepala, ulkus atau penyakit arteri koroner atau masalah emosional seperti depresi dan
harga diri rendah.

Rentang respon marah


Respon adaptif respon
maladaptif

1
Program Profesi Ners 2017

Asertif frustasi pasif agresif perilaku


kekerasan
Skema 1.1 Rentang respon marah

 Perilaku asertif
Merupakan perilaku individu yang mampu atau mengungkapkan rasa marah atau tidak
setuju tanpa menyakiti atau menyalahkan orang lain. Dengan perilaku ini dapat
melegakan perasaan pada individu.
 Frustasi
Merupakan respom perilaku individu akibat gagal mencapai tujuan.
 Perilaku pasif
Merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan marah
yang sedang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu tuntutan nyata.
 Agresif
Merupakan suatu perilaku yang menyertai marah, merupakan dorongan mental untuk
bertindak dan masih terkontrol. Individu yang agresif bertindak dengan tidak
memperdulikan hak orang lain. Bagi individu ini, hidup adalah mean peperangan.
Biasanya individu kurang oercaya diri. Harga dirinya ditingkatkan dengan cara
menguasai orang lain untuk membuktikan kemampuan yang dimilikinya.
 Violent (amuk)
Adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai kehilangan kontrol yang
dapat merusak diri dan lingkungan. Stres, cemas, harga diri rendah dan rasa bersalah
dapat menimbulkan kemarahan yang dapat mengarah kepada perilaku kekerasan.
Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara
eksternal dapat berupa perilaku kekerasan, sedangkan secara internal dapat berupa
depresi dan penyakit fisik.

Permusuhan
Merupakan emosi yang diungkapkan melalui kata – kata yang melecehkan, tidak
adanya kerjasama, pelanggaran aturan atau norma atau perilaku mengancam yang juga
disebut agresi verbal (Schultz & Videbeck,1998). Permusuhan dapat diperlihatkan oleh
individu yang merasa terancam atau tidak beradaya. Perilaku permusuhan dilakukan untuk
mengintimidasi atau menyakiti orang lain secara emosional dan dapat menimbulkan agresi
fisik.
Agresi fisik
Ialah perilaku menyerang atau melukai orang lain atau mencakup perusakan properti.
Perilaku agresif ditujukan untuk menyakiti atau menghukum orang lain atau memaksa
seseorang untuk patuh. Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan
menggunakan kata – kata yang mudah dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain
2
Program Profesi Ners 2017

akan memberikan perasaan puas, menurunkan ketegangan sehingga perasaan marah dapat
teratasi. Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan, biasanya
dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian tentunya tidak akan
menyelesaikan masalah, bahkan dapat menimbulkan tingkah laku destruktif, seperti
tindakan kekerasan yang ditujukan kepada orang lain maupun lingkungan.
Perilaku yang tidak asertif seperti menekan perasaan marah dilakukan individu karena
merasa tidak kuat. Individu akan berpura pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa
marahnya sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan
rasa bermusuhan yang lama dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif
yang ditujukan kepada diri sendiri.
Perasaan kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
a. Kekerasan adalah kekuatan fisik yang digunakan untuk menyerang atau
merusak orang lain. Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak adil dan sering
mengakibatkan cedera fisik
b. Penganiayaan adalah tindakan sengaja yang menyebabkan cedera fisik,
penderitaan jiwa atau keduanya
c. Kekerasan domestik (kekerasan dalam keluarga) adalah pola perilaku
mengancam atau memaksakan dari satu anggota keluarga (atau orang dekat) pada
anggota keluarga yang lain. Perilaku tersebut meliputi penganiayaan fisik,
pengabaian, penganiayaan psikologis, penganiayaan ekonomi dan penganiayaan
seksual
d. Penyiksa atau pelaku penyiksa adalah orang yang menciptakan kekerasan atau
menyiksa orang lain dan korban adalah orang yang menjadi kambing hitam, target
atau penerima penganiayaan atau kekerasan .

2. Perilaku kekerasan dan penganiayaan


Jenis penganiayaan
a. Penganiayaan fisik meliputi pemukulan, penusukan, penembakan, pembakaran
dan pemerkosaan.
b. Pengabaian dicirikan dengan penghentian atau kegagalan memberikan asuhan
pribadi, kebutuhan pribadi (mis., makanan, air, rumah), kebersihan, perawatan
kesehatan, kontak sosial dan pendidikan serta pengawasan anak – anak.
c. Penganiayaan psikologi meliputi :
1) Serangan verbal dan ancaman bahaya fisik, biasanya untuk mengintimidasi
atau memanipulasi.
2) Sarkasme, penghinaan, merendahkan dan kritik.
3) Pola komunikasi yang tidak konsisten, termasuk menarik diri dan diam.

3
Program Profesi Ners 2017

4) Isolasi korban (mis., mencegah korban berinteraksi dan berkomunikasi dengan


keluarga dan temen – temennya)
5) Pelanggaran hak – hak pribadi, seperti tidak mengijinkan korban menghubungi
keluarga, teman dan orang lain.
d. Penganiayaan ekonomi (ekspoitasi finansial) meliputi :
1) Mencuri uang atau harta korban
2) Menghalangi akses korban atas keuangan pribadinya
3) Penggunaan uang atau harta milik korban secara tidak tepat
e. Penganiayaan seksual adalah aktivitas seksual yang dipaksakan atau dibawah
tekanan, termasuk percakapan atau tindakan yang distimulasi secara seksual, perabaan
atau hubungan seksual yang tidak tepat, perkosaan dan inses (perilaku seksual antar
saudara kandung)
3. Statistik yang relevan
a. Penganiayaan anak
Penganiayaan anak atau perlakuan semena – mena terhadap anak umumnya
didefinisikan sebagai cedera yang sengaja dilakukan terhadap anak dan dapat
mencakup penganiayaan atau cedera fisik, pengabaian atau kegagalan mencegah
bahaya, kegagalanmemberi pengawasan atau perawatan emosional atau fisik yang
adekuat, penelantaran, penyerangan atau intrusi seksual dan menyiksa secara terbuka
atau mencederai (Binnet, 2000)
1) Dalam 3 dari 5 keluarga, seseorang anak dianiaya secara fisik oleh orang
dewasa.
2) Kira – kira 3 juta kasus penganiayaan anak dilaporkan setiap tahunnya dan
diperkirakan terdapat 10 sampai 20 kasus yang tidak dilaporkan untuk setiap kasus
yang dilaporkan.
3) Penganiayaan seksual terhadap anak – anak dialami oleh 33% wanita dan 20%
pria yang berusia kurang dari 18 tahun.
4) Beberapa ahli mengatakan bahwa penganiayaan antar saudara kandung
merupakan bentuk kekerasan domestik yang paling banyak terjadi dan tidak dikenal.
5) Penganiayaan dan pengabaian anak mengakibatkan 2000 sampai 4000
kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat (Townsend, 1999)
b. Penganiayaan wanita
1) Sepertiga dari pasangan wanitanya dianiaya oleh pasangan prianya selama
beberapa waktu hubungan mereka.
2) Kekerasan domestik merupakan penyebab 22% sampai 35% wanita
mengunjungi UGD di rumah sakit
3) 23% dari semua wanita hamil yang mencari pelayanan pranatal merupakan
korban penganiayaan

4
Program Profesi Ners 2017

4) Cedera yang terjadi pada wanita lebih banyak terjadi akibat pemukulan
dibandingkan pemerkosaan, penyerangan dan kecelakaan mobil bila digabungkan
(Townsend, 1999)
5) Satu diantara tujuh wanita menikah melaporkan telah diperkosa oleh
suaminya.
c. Penganiayaan lansia
Adalah perlakuan semena – mena terhadap lansia oelh anggota keluarga atau
orang – orang yang merawat mereka. Penganiayaan tersebut meliputi penganiayaan
fisik dan seksual, penganiayaan psikologis, pengabaian, eksploitasi finansial, menolak
terapi medis yang adekuat. Individu yang menganiaya lansia hampir selalu merupakan
orang yang merawat lansia tersebut atau lansia bergantung pada mereka dalam
beberapa hal. Kebanyakan penganiayaan lansia terjadi ketika salah satu lansia merawat
pasangannya. Tipe penganiayaan pasangan ini biasanya terjadi selama bertahun – tahun
setelah disabilitas membuat pasangan yang dianiaya tidak mampu merawat dirinya
sendiri.
4. Tanda – Tanda Fisik Penganiayaan

Korban anak – anak Wanita yang Korban lansia


dianiaya
Penganiayaan fisik :
 Perkembangan terhambat  Cedera kepala,  Kurang gisi
 Memar
bahu dan leher atau dehidrasi
 Bilur
 Mata memar  Bau feses atau
 Terkilir, dislokasi, fraktur
 Cedera selama
 Luka bakar akibat rokok urine
 Luka bakar akibat cairan panas / kehamilan  Kotoran, kutu
 Terkilir,
api, terutama yang berbentuk hewan atau
dislokasi,
seperti kaos kaki atau sarung kutu rambut
fraktur
tangan akibat dicelup ke dalam pada orang
 Memar, bilur
cairan panas  Bekas luka tersebut
 Cedera internal  Dikubitus,
berbentuk
 Cedera dalam berbagai tahap
luka, ruam
benda yang
penyembuhan
kulit
 Shaken baby syndrom (misal, digunakan
 Memar, lecet,
perdarahan intrakranial dan untuk
fraktur
intraokuler tanpa trauma kepala mencederai  Hematoma,
 Berulang kali
yang jelas) bekas
 Kotoran, kutu hewan, kutu rambut berkunjung ke
cengkraman
pada anak fasilitas
5
Program Profesi Ners 2017

pelayanan pada lengan


 Berbagai
kesehatan,
cedera dalam
terutama UGD
 Keluhan nyeri berbagai tahap
tanpa cedera penyebuhan
jaringan
 Berbagai
cedera dalam
berbagai tahap
penyembuhan
Penganiayaan seksual
 Enurisis
 Labia dan rectum merah dan bengkak
 Vagina sobek
 Penyakit menular seksual
 Infeksi urinaria kronis
 Refleks gag hiperaktif

5. ETIOLOGI
Tidak ada faktor tunggal yang bertanggung jawab atas kekerasan domestik,
melainkan melibatkan berbagai faktor :
1. Teori genetik
Genetik kariotip XYX juga terlibat dalam perilaku agresif dan menyimpang.
2. Teori psikobiologi
a. Penelitian menunjukkan bahwa stimulasi sistem limbik dapat menimbulkan
respons agresif dan kekerasan pada manusia.
b. Neurotransmiter, terutama noreprinefrin, dopamin dan serotonin berperean
penting dalam memperlancar dan menghambat agresi. Disregulasi zat – zat tersebut
dianggap berkaitan dnegan kekerasan.
c. Gangguan otak, terutama tumor dalam sistem limbik dan jobus temporalis
dapat menyebabkan seseorang melakukan kekerasan (Johnson, 1997).
3. Teori psikososial dan lingkungan
a. Teori keluarga.
Kekerasan terjadi pada keluarga yang mengalami disfungsional dengan
berbagai permasalahan seperti batasan yang tidak jelas, terperangkapnya individu
dan peran, koping yang buruk terhadap stres dan riwayat penganiayaan
multigenerasi.
b. Teori perilaku – kognitif.
Kekerasan dipelajari dari orang tua yang menggunakan penganiayaan sebagai
metode pendisiplinan. Pelaku penyiksaan mendapat pengetahuan bahwa kekerasan

6
Program Profesi Ners 2017

dan agresi merupakan respon yang dapat diterima dan efektif terhadap ancaman
nyata atau khayalan.
c. Teori sosial budaya.
Perilaku agresif merupakan hasil dari budaya dan struktur sosial seseorang.
4. Beberapa pasien menunjukkan peningkatan terhadap risiko timbulnya perilaku
kekerasan (David A. Tomb,2003) :
a. Sindrom otak organik
Khususnya dengan kebingungan atau berkurangnya pengendalian impuls (misal
demensia, penggunaan obat – obatan pada usia lanjut, hipoglikaemi, infeksi SSP,
anoksia, asidosis metabolik).
b. Penyalahgunaan alkohol dan obat – obatan terutama dengan intoksikasi.
c. Skizoprenia, tipe paranoid dan katatonik.
d. Keadaan psikotik.
e. Retardasi mental tertentu.
f. Gangguan pemusatan perhatian yang berat dan hyperaktivitas pada usia
dewasa.

6. PENATALAKSANAAN
Pengobatan korban penganiayaan bergantung pada faktor – faktor yang
mempengaruhi klien, seperti jenis penganiayaan yang diderita, adanya cedera fisik, usia
dan kondisi fisik korban, serta keunikan lingkungan keluarga korban itu sendiri. Petunjuk
yang bermanfaat untuk menangani klien yang mengalami penganiayaan atau trauma :
1. Klien memiliki banyak kekuatan yang mungkin tidak mereka sadarai. Perawat
dapat membantu mereka berubah dari sebagai korban menjadi individu yang bertahan
(survivor).
2. Perawat harus bertanya pada semua wanita tentang penganiayaan. Beberapa
wanita akan tidak senang dan marah, tetapi yang lebih penting adalah tidak melewatkan
kesempatan untuk membantu wanita yang menjawab, “ Ya, dapatkah anda menolong
saya?”.
3. Perawat harus meminta klien fokus pada keadaan saat ini, bukan terus
memikirkan hal – hal menakutkan yang terjadi di masa lalu.
4. Biasanya perawat paling baik menangani individu yang bertahan dari
penganiayaan atau penganiaya itu sendiri. Kebanyakan perawat merasa terlalu sulit
secara emosional untuk menangani kedua kelompok tersebut.

7. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Dalam otak system limbik berfungsi sebagai regulator/pengtur perilaku.
Adanya lesi pada hipotalamus dan amigdala dapat mengurang atau meningkatkan
7
Program Profesi Ners 2017

perilaku agresif. Perangsangan pada system neurofisilogis dapat menimbulkan


respon-respon emosional dan ledakan agresif. Penurunan norepinefrin dapat
menstimulasi perilku agresif misalnya pada peningkatan kadar hormon testoteron
atau progesteron. Pengaturan perilaku agresif adalah dengan mengatur jumlah
metabolisme biogenik amino-norepinetrin.
b. Pisikologis
Menurut Lorenz, agresif adalah pembawaan individu sejak lahir sebagai
respon terhadap stimulus yang diterima. Respon tersebut berupa pertengkaran
atau permusuhan. Gangguan ekspresi marah disebabkan karena ketidakmampuan
menyelesaikan agresif yang menyebabkan individu berperilaku destruktif.
Sedangkan Freud menyatakan bahwa sejak dilahirkan individu akan mengalami
ancaman yang perlu diekpresikan. Perilku destruktif terjadi apabila ancaman
tersebut menguasai individu. Menurut Freud, agresi berasal dari rasa frustasi
akibat ketidakmampuan individu mencapai tujuan. Bila individu tidak mampu
mengekpresikan perasaannya individu akan marah pada dirinya. Frustasi
dirasakan sebagai ancaman yang menimbulkan kecemasan sehingga individu
merasa harga dirinya terganggu. Konflik juga merupakan ancaman bagi individu
yang dapat mencetuskan perilaku agresif. Persepsi yang salah terhadap konflik
yang terjadi dapat membuat individu menjadi agresif. Teori eksistensi yang
dikemukakan oleh Fromm menyatakan bahwa tingkah laku individu didasarkan
pada kebutuhan hidup. Bila tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
cara konstruktif individu akan berperilaku agresif. Perilaku destruktif juga dapat
disebabkan oleh kegagalan mendapatkan eksistensi akibat kondisi sosial yang
tidak sejalan dengan niat alasan individu.
c. Sosialkultural
Norma-norma kulturul dapat digunakan untuk membantu memahami ekspresi
agresif individu. Teori lingkungan sosial mengemukakan bahwa norma yang
memperkuat perilakunya disebabkan oleh ekspresi marah yang pernah dialami
sebelumnya. Menurut Madden, orang-orang yang pernah memiliki riwayat ditipu
cendrung mudah marah; yang disebut “Acting Out” terhadap marah. Bila
privacy/pribadi terganggu oleh kondisi sosial maka responnya berupa
agresif/amuk. Teori belajar sosial menurut Robert; yang disempurnakan oleh
Miller dan Dollar, mengemukakan bahwa tingkah laku agresif dipelajari sebagai
bagian dari proses sosial. Agresif dipelajari dengan cara imitasi terhadap
pengalaman langsung. Pola subkultural cendrung menyebabkan imitasi tingkah
8
Program Profesi Ners 2017

laku agresi yang mengarah pada amuk. Ahli teori sosial berpendapat bahwa
komponen biologi tingkah laku agresif berhubungan dengan aspek-aspek
psikososial.
2. Stressor Presipitasi
a. Ancaman terhadap fisik: pemukulan, penyakit fisik.
b. Ancaman terhadap konsep diri: frustasi, harga diri rendah.
c. Ancaman eksternal: serangan fisik,kehilangan orang/benda berarti.
d. Ancaman internal: kegagalan, kehilangan perhatian.
3. Mekanisme Koping
 Denial, mekanisme pertahanaan ini cendrung meningkatkan marah seseorang
karena sering digunakan untuk mempertahankan harga diri akibat
ketidakmampuannya.
 Sublimasi, adalah dengan mengalihkaan rasa marah pada aktifitas lainnya.
 Proyeksi, juga cendrung meningkatkan ekspresi marah karena individu
berusaha mengekpresikan marahnya terhadap orang/benda tanpa dihalangi.
 Formasi, adalah perilaku pasif-agresif karena perasaannya tidak dikeluarkan
akibat ketidakmampuannya mengekspresikan kemarahannya atau memodifikasi
perilakunya. Pada saat-saat tertentu individu dapat menjadi agresif secara tiba-
tiba.
 Represi, merupakan mekanisme pertahanan yang dapat menimbulkan
permusuhan yang tidak disadari sehingga individu bersifat eksploaitatif,
manipulatif, dan ekspresi lainnya yang mudah berubah.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan : terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain.
2. Ketidak efektifan koping individu.

C. Tujuan Tindakan Keperawatan


Tujuan umum : klien dapat mengontrol perilakunya dan adpat mengungkapkan
kemarahannya secara kontruktif
Tujuan khusus :
1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab dan tanda-tanda perilaku kekerasan
2. Klien mampu memilih cara yang konstruktif dalam berespon
3. Klien mampu mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol
4. Klien memperoleh dukungan keluarga daam mengontrol perilaku dan
menggunakan obat yang benar

D. Intervensi dan Implementasi


Diagnosis : Resiko perilaku kekerasan : terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain.
Faktor resiko :
1. Acting out perilaku kekerasan fisik yang aktual atau potensial
2. Perusakan barang-barang
3. Gagasan membunuh atau bunuh diri
4. Bahaya fisik terhadap diri sendiri atau orang lain
9
Program Profesi Ners 2017

5. Riwayat perilaku menyerang atau ditangkap


6. Gangguan pikiran
7. Agitasi atau gelisah
8. Tidak memiliki kontrol impuls
9. Waham halusinasi atau gejala psikotik lain
10. Penggunaan zat.
Kriteria hasil :
1. Tidak membahayakan orang lain atau merusak barang
2. Mengurangi perilaku acting out
3. Mengalami penurunan agitasi atau gelisah
4. Mengalami penurunan rasa takut, cemas atau bermusuhan yang berkurang
5. Memperlihatkan kemampuan untuk melatih pengendalian internal terhadap
perilakunya
6. Mengidentifikasi cara untuk mengatasi ketegangan dan perasaan yang agresif
dengan cara yang dekstruktif
7. Mengungkapkan perasaan cemas, takut dan marah atau bermusuhan secara
verbal atau dengan cara yang tidak dekstruktif.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya segera mungkin, idealnya sebelum perilaku
agresif terlihat. Rasional : dengan mengenal dan percaya pada anggota dan staff
dapat mengurangi rasa takut klien dan memfasilitasi komunikasi
2. Sadari faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku
kekerasan atau menandakan peningkatan agitasi. Gunakan komunikasi verbal atau
obat PRN untuk mengintervensi sebelum perilaku klien menjadi dekstruktif atau
menjadi perilaku kekerasan sehingga restrei fisik diperlukan. Rasional : periode
munculnya ketegangan seringkali mendahului perilaku kekerasan atau acting out
tetapi klien yang mabuk atau psikotik dapat melakukan perilaku kekerasan tanpa
peringatan.
3. Kurangi stimulasi lingkungan seperti mematikan radio atau televisi atau
mengurangi voumenya. Rasional : apabila klien merasa terancam ia dapat
mengganggap stimulus sebagai suatu ancaman. Klien tidak dapat menghadapi
stimulus yang berlebih ketika mengalami agitasi.
4. Yakinkan klien dengan tenang dan menghormati bahwa akan mengendalikan
klien jika ia tidapat mengendalikan dirinya, tetapi tidak mengancam klien. Rasional :
klien mungkin takut kehilangan kendali dan perlu diyakinkan bahwa jika hal itu
terjadi perawat akan mengendalikan klien.
5. Jangan menggunakan restrain fisik atau teknik fisik tanpa alasan yang cukup.
Rasional : klien memiliki hak untuk sesedikit mungkin restriksi dalam batas
keamanan dan pencegahan perilaku destruktif

10
Program Profesi Ners 2017

6. Tetap menjaga jarak terhadap tubuh klien atau teritorial klien. Rasional :
individu yang berpotensi melakukakn kekerasan memiliki zona jarak tubuh yang
jauh lebih besar daripada zona orang lain.
7. Bicara dengan klien dengan suara yang tenang dan pelan. Rasional :
menggunakan suara pelan dapat membantu menenangkan klien atau mencegah
peningkatan agitasi
8. Tetap sadari perasaan klien, martabat serta hak-haknya. Rasional : klien adalah
individu yang berharga tanpa memperhatikan perilakunya yang tidak dapat diterima
9. Observasi klien dengan cermat, lengkapi catatan dan laporan dengan cepat
sesuai kebijakan rumah sakit atau unit. Rasonal : pencatatan informasi yang akurat
adalah sangat penting.

 Diagnosa : ketidak efektifan koping individu


Faktor resiko :
1. Tidak mampu melakukan koping
2. Tidak mampu menyelesaikan masalah
3. Kesulitan dalam hubungan interpersonal
4. Tidak memiliki rasa percaya
5. Perilaku deksrtuktif, merasa bersalah
6. Takut, cemas, menarik diri atau perilaku menarik diri
7. Perilaku manipulatif, isolasi sosial
Kriteria hasil :
1. Mengkspresikan perasaan tidk berdaya, takut, marah, perasaan bersalah,
cemas dan sebagainya
2. Memperlihatkan berkurangnya perilaku menarik diri, depresi atau cemas
3. Memperlihatkan penurunan gejala terkait stress
4. Mengidentifikasi sistem pendukung di luar rumah sakit.
Intervensi :
1. Luangkan waktu dengan klien dan dorong klien mengekspresikan
perasaannya.
R : situasi yang abusive menimbulkan berbagai perasaan yang perlu klien
ekspresikan.
2. Beri pilihan kepada klien sebanyak mungkin, susun beberapa aktiviatas sesuai
tingkat pencapaian klien saat ini untuk memberi pengalaman yang berhasil
R : memberikan pilihan kepada klien menunjukkan bahwa klien memiliki hak untuk
membuat pilihan dan mampu melakukannya
3. Gunakan teknik bermain peran dan terapi kelompok untuk menggali dan
menguatkan perilaku yang efektif
R : klien dapat mencoba perilaku baru atau perilaku yang tidak biasanya dalam
lingkungan yang tidak mengancam ddan suportif.
4. Ajarkan ketrampilan koping dan ketrampilan menyelesaikan masalah kepada
klien.
11
Program Profesi Ners 2017

R : klien perlu mempelajari ketrampilan yang efektif dan membuat keputusannya


sendiri.
5. Dorong klien untuk berinteraksi dengan klien lain, dan anggota staff serta
membina hubungan dengan orang lain di luar rumah sakit
R : klien dalam hubunga abusive sering kali dikucilkan oleh masyarakat dan tidak
memiliki ketrampilan sosial atau rasa percaya diri
6. Bantu klien mengidentifikasi dan menghubungi sistem pendukung. Berikan
informasi tertulis kepada klien terutama jika ia memilih untuk kembali ke situasi
abusive
R : klien dalam hubungan abusive seringkali dikucilkan dan tidak menyadari
dukungan atau sumber-sumber yang tersedia.

Prinsip yang perlu di perhatikan pada pengelolaan klien perilaku kekerasan


adalah sebagai berikut :
1. Seluruh staf sebaiknya diberi latihan khusus mengenai pencegahan dan
pengelolaan klien perilaku kekerasan termasuk bermain peran untuk memberikan
intervensi keperawatan
2. Pada pasien dengan kehilangan kendali secara akut, tangani segera dengan
pengekangan fisik. Untuk memberikan tindakan pengamanan staf sebaiknya
dilakukan secara kompak, tidak dibenarkan menghadapi klien perilaku kekerasan
seorang diri
3. Berikan informasi atas tindakan yang akan di lakukan dan pemberian obat
4. Staf sebaiknya harus dapat melindungi bagian tubuh yang vital dari upaya
perlukaan
5. Setelah situasi dapat ditangani, segera mungkin staf mendiskusikan insiden
yang terjadi.
6. Setelah klien tenang dan dapat mengontrol perilakunya, berikan kesempatan
untuk mengekspresikan perasaanya
7. Berikan penguatan positif apabila klien dapat mengekspresikan perasaannya.

E. Rencana Asuhan Keperawatan

DK Perencanaan

Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi

Perilaku Pasien mampu : Setelah...pertemuan SP.1 (tgl......)


- Mengidentifikasi - Identifikasi
kekerasan pasien mampu :
penyebab dan - Menyebutkan penyebab,
tanda perilaku penyebab, tanda dan
kekerasan tanda, gejala gejala serta
12
Program Profesi Ners 2017

- Menyebutkan dan akibat akibat perilaku


jenis perilkau perilaku kekerasan
- Latihan cara
kekerasan yang kekerasan
- Memperagaka fisik 1
pernah dilakukan
- Tarik napas
- Menyebutkan n cara fisik 1
dalam
akibat dari untuk
- Masukkan
perilaku mengontrol
dalam jadwal
kekerasan yang perilaku
harian pasien
dilakukan kekerasan
- Menyebutkan
cara mengontrol
perilaku
kekerasan
- Mengontrol
perilaku
kekerasannya
secara fisik :
1. Fisik
2. Sosial/verbal
3. Spiritual
4. Therapi
psikofarmaka
(patah obat)

13
Program Profesi Ners 2017

Setelah pertemuan SP.2 (tgl.....)


- Evalua
pasien mampu :
- Menye si kegiatan
butkan yang lalu
kegiatan yang (SP.1)
- Latih
sudah
cara fisik 2 :
dilakukan
- Pukul
- Mempe
kasur/bantal
ragakan cara
- Masuk
fisik untuk
kan dalam
mengontrol
jadual harian
perilaku
pasien
kekerasan

Setelah... pertemuan SP.3 ( tgl.....)


- Evalua
pasien mampu :
- Menye si kegiatan
butkan yang lalu (SP1
kegiatan yang dan SP 2)
- Latih
sudah
secara
dilakukan
- Mempe sosial/verbal
- Menola
rgunakan cara
k dengan baik
sosial / verbal
- Memin
untuk
ta dengan baik
mengontrol - Mengu
perilaku ngkapkan
kekerasan dengan baik
- Masuk
kan dalam
jadual harian
pasien

Setelah...pertemuan SP.4 (tgl....)


- Evalua
pasien mampu :
- Menye si kegiatan
butkan yang lalu
14
Program Profesi Ners 2017

kegiatan yang (SP1, 2 dan SP


sudah 3)
- Latih
dilakukan
- Mempe secara spiritual
ragakan cara :
- Berdoa
spiritual
- Sholat
- Masuk
kan dalam
jadual harian
pasien

Setelah....pertemuan SP. 5 (tgl....)


- Evalua
pasien mampu :
- Menye si kegiatan
butkan yang lalu
kegiatan yang (SP.1,2,3 dan
sudah SP4)
- Latih
dilakukan
- Mempe patuh obat
- Memin
ragakan cara
um obat secara
patuh obat
teratur dengan
prinsip 5B
- Susun
jadual minum
obat secara
teratur
- Masuk
kan jadual
harian pasien

Keluarga mampu Setelah .....petemuan SP.1 (tgl....)


- Identifi
merawat pasien dirumah keluarga mampu :
- Menjel kasi masalah
asakan yang dirasakan
penyebab, keluarga dalam
tanda / gejala, merawat
15
Program Profesi Ners 2017

akibat serta pasien


- Jelaska
mampu
n tentang P-K
memperagakan
dari :
cara merawat
- -
penyebab
- Akibat
- Cara
merawat
- Latih 2
cara merawat
- RTL
keluarga /
jadual untuk
merawat
pasien

Setelah ...pertemuan SP.2 (tgl....)


- Evalua
keluarga mampu :
- Menye si SP.1
- Latih
butkan
(simulasi) 2
kegiatan yang
cara lain untuk
sudah
merawat
dilakukan dan
pasien
mampu
- Latih
merawat serta
langsung ke
dapat membuat
pasien
RTL - RTL
kelg/jadual
keluarga untuk
merawat
pasien

Setelah...pertemuan, SP.3 (tgl....)


- Evalua
keluarga mampu :
- Menye si SP1 dan 2
- Latih
butkan

16
Program Profesi Ners 2017

kegiatan yang langsung ke


sudah pasien
- RTL
dilakukan dan
keluarga /
mampu
jadual keluarga
merawat serta
untuk merawat
dapat membuat
pasien
RTL

Setelah... pertemuan, SP.4 (tgl.....)


- Evalua
keluarga mampu :
- Melaks si SP.1, 2 dan 3
- Latih
anakan follow
langsung ke
up dan rujukan
pasien :
serta mampu
- - RTL
menyebutkan
keluarga :
kegiatan yang - Follow
sudah Up
dilakukan - Rujuka
n

17

Anda mungkin juga menyukai