Anda di halaman 1dari 9

Idea Nursing Journal Vol. V No.

1 2014
ISSN: 2087-2879
STRATEGI IBU MENGATASI PERILAKU TEMPER TANTRUM
PADA ANAK USIA TODDLER DI RUMAH SUSUN KEUDAH
KOTA BANDA ACEH

Maternal Strategies to Overcome Temper Tantrums Behavior on Children in Toddler


Age at the Flats Keudah Banda Aceh City

Sri Intan Rahayuningsih


Staf Pengajar Bidang Keperawatan Anak, Fakultas Keperawatan Unsyiah
Email: intan_274@yahoo.co.id

ABSTRAK
Temper trantum merupakan suatu luapan emosi yang tidak terkontrol pada anak. Banyak orangtua
tidak mengenal istilah ini, namun sangat akrab dengan perilaku yang ditunjukkan anak saat
mengalami temper tantrum seperti menangis keras-keras, berteriak, menjerit, memukul, menggigit,
mencubit, menendang, serta melempar badan ke lantai. Orangtua perlu memiliki strategi yang tepat
agar reaksi emosi anak tidak akan menyakiti diri sendiri dan orang lain. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui strategi ibu mengatasi perilaku temper tantrum pada anak usia toddler di Rumah Susun
Keudah Kota Banda Aceh. Desain penelitian adalah deskriptif eksplorasi dengan jumlah responden
sebesar 31 orang menggunakan teknik total sampling. Alat pengumpulan data yaitu kuesioner
dengan menggunakan teknik wawancara terpimpin. Hasil analisis univariat didapatkan data
distribusi frekuensi strategi ibu sebelum temper tantrum berada pada kategori positif (61,3%),
distribusi frekuensi strategi ibu saat temper tantrum berlangsung berada pada kategori positif
(51,6%), distribusi frekuensi strategi ibu setelah tantrum berada pada kategori negatif (51,6%,).
Secara umum distribusi strategi ibu mengatasi temper tantrum berada pada kategori positif
(51,6%). Diharapkan orang tua mampu menggunakan strategi yang tepat dalam mengatasi temper
tantrum pada anak sebagai upaya mengajarkan anak cara mengontrol emosi dan mencegah temper
tantrum yang menetap.

Kata Kunci : Strategi Ibu, Temper tantrum, Anak Toddler

ABSTRACT
Temper tantrum is an uncontrolled emotion in children. Many parents are not familiar with this
term, but it is very familiar with the behavior exhibited when the child experiencing temper
tantrums like crying out loud, yelling, screaming, hitting, biting, pinching, kicking, and throwing
the body into the floor. Parents should have the right strategy for children's emotional reactions, so
they will not hurt theirself and others. This study aimed to know maternal strategies to overcome
temper tantrums behavior on children in toddler age at the Flats Keudah, Banda Aceh City. Design
of the study is descriptive exploration with the number of respondents are 31 people by using total
sampling technique. Data collection tool is questionnaire by using guided interview techniques.
Results of univariate analysis obtained the frequency distributions of maternal strategies before
temper tantrums are the positive category (61,3 %), the frequency distributions of maternal
strategies when currently underway temper tantrums are the positive category (51,6 %), the
frequency distributions of maternal strategies after tantrum are the negative category (51,6 %). In
general, the frequency distributions of maternal strategies to overcome temper tantrums are the
positive category (51,6 %). It is expected that parents can use the right strategies in dealing with
temper tantrums on children as an effort to teach children how to control emotions and prevent
temper tantrums are settled.

Keywords: Maternal Strategies, Temper tantrums, Toddler children

32
Idea Nursing Journal Sri Intan Rahayuningsi
ISSN: 2087-2879
PENDAHULUAN kejengkelan yang ada pada diri anak
Temper trantum atau disebut (Hurlock, 2000).
tantrum, merupakan suatu luapan emosi Perilaku tantrum tidak selamanya
yang tidak terkontrol pada anak, yang merupakan hal yang negatif bagi
sering muncul pada anak tahap usia perkembangan anak, namun jika ditelaah
toddler. Pada tahap usia ini anak-anak lebih dalam, juga memiliki beberapa hal
sudah mulai mengenal dunia dengan cara positif seperti anak memiliki keinginan
merangkak, berjalan, dan sering sekali menunjukkan independensinya, mulai
harus menghadapi konflik dengan orang mengekspresikan individualitasnya
dewasa disekitarnya. Konflik ini muncul dalam mengemukakan pendapat,
seiring dengan adanya berbagai kemauan mengeluarkan rasa marah dan frustrasi,
anak yang tidak dipahami atau dipenuhi serta berusaha membuat orang dewasa
oleh orangtua, sehingga sering kali orang atau orang tua mengerti saat anak merasa
tua merasa kerepotan pada tahap ini bingung, kelelahan atau sakit (Muttaqin,
(Ubaedy, 2009). 2009). Walaupun demikian, bukan
Ketika anak mengalami temper berarti bahwa tantrum harus dipuji dan
tantrum, anak-anak cenderung disemangati (encourage). Bila orang tua
melampiaskan segala bentuk bertindak keliru dalam mengatasi
kemarahannya. Tingkah laku tantrum tantrum, berarti orang tua kehilangan
secara umum yang ditunjukkan anak satu kesempatan baik untuk mengajarkan
dengan menangis keras, berteriak, anak tentang bagaimana caranya
menjerit-jerit, memukul, menggigit, bereaksi yang wajar terhadap emosi-
mencubit, menendang, berontak, emosi yang normal, misalnya, marah,
melempar badan ke lantai dan berlari frustrasi, takut, dan kesal (La Forge,
menjauh. Normalnya, tantrum pada 2002).
anak-anak hanya terjadi sekitar 30 detik Orang tua sering kali menghadapi
sampai 2 menit saja. Namun orangtua tantrum dengan strategi yang salah
perlu mewaspadai bila hal ini berlanjut diantaranya yaitu dengan menyerah
sampai pada tingkat yang kepada tantrum anak karena orang tua
membahayakan dirinya atau orang lain merasa malu ketika anaknya mengalami
(Hayes, 2003). tantrum di tempat umum, atau orangtua
Umumnya, situasi yang menyerah karena sindiran orang lain
menimbulkan kemarahan pada anak yang mengatakan bahwa mereka adalah
meliputi berbagai macam pembatasan, orang tua yang tidak menyayangi anak,
meliputi rintangan terhadap gerak yang beberapa orang tua berupaya
diinginkan anak, baik rintangan yang meninggikan suaranya dengan harapan
berasal dari orang lain maupun dari anak dapat merespon secepatnya dan
ketidakmampuan anak melakukannya; mau mengikuti perintah orangtua,
rintangan terhadap aktivitas yang sudah orangtua juga segera memberikan janji
mulai dilakukan oleh anak; rintangan yang belum tentu dapat ditepati, bahkan
terhadap keinginan, rencana, dan niat ada orangtua yang segera memberikan
yang ingin dilakukan anak; dan sejumlah hukuman fisik seperti memukul pantat

33
Idea Nursing Journal Vol. V No. 1 2014
ISSN: 2087-2879
anak dan mencubit agar tantrum segera METODE
berakhir (Surya dan Robert, 2004; Desain penelitian yang digunakan
Gracinia, 2005). adalah deskriptif eksploratif dengan
Laforge (2002) mengungkapkan pendekatan cross sectional study
apabila perilaku tantrum pada anak (Sudigdo & Sofyan, 2008). Populasi
terlambat untuk ditangani oleh orang tua, penelitian ini adalah semua ibu yang
maka perilaku tantrum akan menjadi memiliki anak usia toddler di Rumah
sifat yang menetap pada anak ketika Susun Keudah Kota Banda Aceh yang
menjelang dewasa. Beberapa strategi berjumlah 31 orang ibu. Pengambilan
yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua sampel menggunakan teknik total
untuk mengatasi temper tantrum yaitu sampling. Etika penelitian diterapkan
dengan mencegah terjadinya tantrum dengan memberikan informed consent
dengan cara mengenali pola tantrum kepada calon responden, menggunakan
anak dan strategi menghindari pemicu lembar permohonan menjadi responden
tantrum. Namun ketika tantrum yang berisi tujuan dan manfaat
berlangsung, maka strategi yang dapat penelitian, serta cara pengisian
dilakukan orang tua adalah bersikap kuesioner. Bila calon responden setuju
tenang, pastikan keamanan anak, menjadi responden, maka
abaikan tantrum sementara, dan menandatangani lembar persetujuan
membendung kekacauan. Menangani menjadi responden. Rumah Susun
anak pasca tantrum dengan cara Keudah Kota Banda Aceh dipilih
menggunakan pujian, memaafkan dan sebagai tempat penelitian karena
melupakan. merupakan tempat hunian padat yang
Penelitian yang dilakukan Mireaut banyak ditempati oleh keluarga muda
dan Trahan (2007), yang berjudul yang memiliki anak usia toddler dan
Tantrum And Anxiety in Early Chilhood mengalami perilaku temper tantrum.
pada 33 orang responden, didapatkan Alat pengumpulan data adalah kuesioner
gambaran mengenai perilaku tantrum yang terdiri dari bagian data demografi
dan bagaimana orang tua merespon responden (umur, pendidikan, pekerjaan,
terhadap tantrum. Hasilnya banyak orang dan penghasilan), dan bagian yang
tua yang berespon tidak tepat dalam mengukur strategi ibu mengatasi temper
menghadapi tantrum anak. Respon orang tantrum, dengan alternatif jawaban
tua dibagi ke dalam empat bidang: (1) menggunakan skala likert. Analisis data
mencoba untuk menuruti kemauan anak menggunakan analisis univariat. Hasil
sebesar 59%, (2) mengacuhkan sebesar
ukur sub variabel dikategorikan menjadi
37%, (3) mencoba menenangkan anak
dua kategori, menggunakan nilai median
sebesar 31 % dan (4) Penggunaan
sebagai cut of point.
hukuman disiplin sebesar 66%.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti
ingin mengetahui strategi ibu mengatasi
perilaku temper tantrum pada anak usia
toddler di rumah susun keudah kota
Banda Aceh.

34
Idea Nursing Journal Sri Intan Rahayuningsi
ISSN: 2087-2879
HASIL of point. Strategi ibu sebelum temper
Data Demografi Responden tantrum didapatkan nilai median=5,
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data strategi ibu saat temper tantrum
Demografi Responden di Rumah Susun didapatkan nilai median=12, dan strategi
Keudah Banda Aceh (n=31) ibu setelah temper tantrum didapatkan
No. Kategori Frekuensi Persentase
nilai median=5. Secara umum, strategi
1. Umur ibu mengatasi temper tantrum
Dewasa Awal 29 93,5 didapatkan nilai median=21. Berikut
Dewasa 2 6,5 uraian hasil penelitian yang diperoleh:
Pertengahan
2. Pendidikan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Strategi Ibu
Rendah 4 12,9
Mengatasi Temper Tantrum di Rumah
Menengah 20 64,5
Tinggi 7 22,6 Susun Keudah Banda Aceh (n= 31)
3. Pekerjaan
Strategi Ibu f %
Bekerja 2 6,5
1.Sebelum Temper Tantrum Positif 19 61,3
Tidak Bekerja 29 93,5 Negatif 12 38,7
4. Pendapatan 2. Saat Temper Tantrum Positif 16 51,6
Rendah 22 70,9 Negatif 15 48,4
3. Setelah Temper Tantrum Positif 15 48,4
Tinggi 9 29,1 Negatif 16 51,6
Total 31 100 4. Mengatasi Temper Tantrum Positif 16 51,6
Negatif 15 48,4
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat
diketahui bahwa sebagian besar Berdasarkan tabel diatas, dapat
responden berada pada tahap usia dilihat bahwa 19 (61,3%) responden
dewasa awal yaitu 29 orang (93,5%). menunjukkan strategi ibu sebelum
Mayoritas tingkat pendidikan responden temper tantrum di Rumah Susun Keudah
adalah tingkat menengah sebanyak 20 Banda Aceh berada pada kategori
orang (64,5%). Sebagian besar positif. 16 (51,6%) responden
responden tidak bekerja sebanyak 29 menunjukkan strategi saat temper
orang (93,5%), dan sebagian besar tantrum di Rumah Susun Keudah Banda
responden berpenghasilan rendah Aceh berada pada kategori positif. 16
sebanyak 22 orang (70,9%). (51,6%) responden menunjukkan strategi
ibu setelah temper tantrum di Rumah
Strategi Ibu Mengatasi Perilaku Susun Keudah Banda Aceh berada pada
Temper Tantrum Pada Anak Usia kategori negatif. Secara umum, 16
Toddler (51,6%) responden menunjukkan strategi
Strategi ibu mengatasi perilaku ibu menghadapi temper tantrum di
temper tantrum terbagi menjadi tiga Rumah Susun Keudah Banda Aceh
tahap yaitu sebelum, saat dan setelah berada pada kategori positif.
tantrum. Masing-masing strategi
DISKUSI
dikategorikan menjadi dua yaitu positif
Hasil penelitian strategi ibu sebelum
dan negatif. Pengkategorian
temper tantrum menunjukkan 61,3%
menggunakan nilai median sebagai cut

35
Idea Nursing Journal Vol. V No. 1 2014
ISSN: 2087-2879
responden menggunakan strategi yang Hal ini terjadi karena orangtua kurang
positif. Hal ini dapat terjadi karena memahami perkembangan anak tahap
orangtua mengenal stimulus yang dapat toddler sehingga orangtua cenderung
menimbulkan reaksi tantrum pada bereaksi melakukan pembatasan pada
anaknya. Hasil penelitian ini sesuai anak, sementara dilain pihak, hal ini
dengan pendapat Hayes (2003), yang bertentangan dengan perkembangan
menyatakan bahwa penyebab utama anak toddler yang mulai
tantrum pada anak adalah konflik anak mengembangkan kemampuannya pada
dengan orang tua. Konflik yang paling kemandirian. Ketidakpahaman orangtua
umum terjadi diantaranya konflik mengenai hal ini membuat orangtua
mengenai makanan dan proses makan, sering melarang anak melakukan
konflik yang terjadi karena orangtua sesuatu, meskipun anak telah mampu
meletakkan anak di kereta dorong atau di melakukannya sendiri. Larangan dari
tempat duduk mobil, dan konflik orangtua dapat membuat anak
mengenai pemakaian baju. mengalami tantrum karena dihalangi
Responden pada penelitian ini keinginannya untuk eksplorasi dan
menunjukkan bahwa beberapa orangtua kemandirian.
telah berupaya mengenali situasi atau Berdasarkan data demografi,
tempat dimana anak sering mengalami responden penelitian ini mayoritas tidak
tantrum, misalnya pada situasi ramai, di bekerja, sehingga ibu banyak
pusat perbelanjaan, dimana anak merasa menghabiskan waktu beraktivitas
bosan atau lelah mengikuti aktivitas di bersama anak. Hal ini menjadi peluang
tempat tersebut. Ketika orangtua yang baik bagi orangtua untuk
mengenali kebiasaan anak yang tantrum mengenali situasi dan hal-hal yang dapat
pada situasi keramaian, maka orangtua memicu perilaku temper tantrum pada
dapat memutuskan untuk tidak berada anak, sehingga orangtua dapat
lama dalam situasi tersebut bila sedang menerapkan strategi positif sebelum
bepergian bersama anak, terutama bila anak mengalami temper tantrum.
anak tampak lelah. Hasil penelitian strategi ibu saat
Orangtua juga mengupayakan temper tantrum menunjukkan 51,6%
memenuhi kebutuhan anak untuk makan responden menggunakan strategi yang
pada jadwal yang sama, karena positif. Hal ini juga sejalan dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi memiliki pendapat Laforge (2002), yang
kaitan dengan kepuasan secara menyatakan bahwa selama tantrum
psikologis dan menstabilkan mood. berlangsung, sebaiknya orangtua tidak
Perilaku tantrum dapat muncul dari rasa membujuk-bujuk, tidak berargumen,
lapar yang dirasakan anak sehingga tidak menghukum, dan tidak
memicu timbulnya rasa marah dan memberikan nasihat-nasihat moral agar
memunculkan perilaku tantrum. anak menghentikan tantrumnya, karena
Hasil penelitian juga menunjukkan anak tidak akan menanggapi atau
38,7 % orangtua menggunakan strategi mendengarkan apa yang dikatakan
negatif sebelum temper tantrum terjadi. orangtua. Usaha orangtua menghentikan

36
Idea Nursing Journal Sri Intan Rahayuningsi
ISSN: 2087-2879
tantrum seperti itu akan membuat secara berulang, maka seiring waktu
tantrum berlangsung lama dan akan terlihat bahwa keefektifannya
meningkatkan intensitasnya. Hal terbaik semakin berkurang, bahkan dikemudian
yang dapat dilakukan orangtua saat anak hari anak akan semakin sulit dihentikan
sedang tantrum adalah membiarkannya. dari tantrumnya. Hal ini sesuai dengan
Tantrum justru lebih cepat berakhir jika pendapat Tandry (2010), yang
orangtua tidak berusaha menyatakan tantrum merupakan pemicu
menghentikannya dengan bujuk rayu ampuh kemarahan orang tua, karena
atau paksaan. tantrum menimbulkan begitu banyak
Beberapa responden yang emosi yang saling bercampur.
menerapkan strategi positif dalam Strategi negatif lain yang sering
mengatasi tantrum di tempat umum, digunakan orangtua saat tantrum terjadi
dilakukan dengan memindahkan anak ke adalah segera menuruti keinginan anak
tempat lain yang lebih aman, lalu saat anak temper tantrum. Orangtua
membiarkan anak sampai anak merasa berharap anak cepat diam dan masalah
tenang. Hal ini dapat memberi segera selesai. Dalam jangka pendek,
ketenangan bagi kedua belah pihak yaitu strategi ini sering dianggap berhasil oleh
ibu dan anak. Memindahkan anak pada orangtua, namun bila orangtua
tempat yang tenang akan memberikan menggunakannya secara berulang maka
waktu bagi anak untuk melampiaskan anak akan belajar bahwa jika anak ingin
kemarahannya akan membuat tantrum mendapatkan sesuatu maka anak akan
segera berakhir. Pada saat yang menggunakan cara tantrum untuk
bersamaan orangtua dapat berupaya memberikan situasi yang penuh tekanan
menenangkan dirinya dan menahan diri pada orangtua, dengan demikian
untuk tidak melakukan tindakan keinginan anak segera terpenuhi.
kekerasan bagi fisik dan psikologis anak. Hasil penelitian strategi ibu setelah
Lain halnya dengan orangtua yang temper tantrum menunjukkan 51,6%
menggunakan strategi negatif saat responden menggunakan strategi yang
tantrum terjadi. Orangtua memilih negatif. Orangtua berpikir, bila tantrum
memaksakan keinginannya kepada anak telah berakhir, inilah saatnya memberi
dengan harapan agar anak segera nasehat agar anak tidak mengulanginya
berhenti mengamuk. Orangtua juga lagi. Namun nasehat berlebihan yang
kerap menggunakan bentakan dan diberikan orangtua dapat diartikan
pukulan agar anak takut dan bersedia berbeda oleh anak, anak dapat merasa
menuruti perintah orangtua untuk cepat dimarahi atas perilakunya yang tidak
diam. Untuk jangka pendek, strategi ini baik.
terlihat berhasil. Namun orangtua tidak Strategi negatif yang sering
menyadari, bahwa dari cara kekerasan digunakan responden setelah tantrum
yang digunakan, orangtua telah yaitu mengingatkan kembali tentang
mengajarkan pada anak bagaimana cara penyebab atau perilaku anak saat
bersikap dalam mengatasi masalah. tantrum pada saat anak sedang berusaha
Ketika orangtua menggunakan strategi untuk tenang. Hal ini akan

37
Idea Nursing Journal Vol. V No. 1 2014
ISSN: 2087-2879
membangkitkan kembali emosi negatif Didapatkan bahwa ada perbedaan skor
pada anak. Anak merasa orang tua temper tantrum antara fase baseline
mengejeknya dan anak menganggap dengan fase treatment. Hal ini
orangtua belum mengerti terhadap menunjukkan metode social story
keinginannya. Ibu mengejek anak berpengaruh menurunkan perilaku
dengan harapan anak mengetahui temper tantrum pada anak prasekolah.
perilakunya tidak baik dan bersedia tidak Strategi positif setelah tantrum yang
mengulangi lagi perilaku buruknya. telah digunakan responden pada
Strategi negatif lain yang didapatkan penelitian ini yaitu saat anak sudah
pada penelitian ini yaitu ibu tidak pernah berhenti mengamuk ibu mengajarkan
memeluk anak saat anak telah berhenti anak untuk minta maaf dan ibu memberi
tantrum atau mematuhi aturan. Ibu juga pujian saat anak cepat berhenti
tidak pernah mengajak anak bermain menangis, sehingga anak merasa
bersama atau membacakan cerita untuk diperhatikan dan tetap disayang
anak. Hal ini membuat anak merasa walaupun ia merasa sudah membuat
tidak dihargai atas kebaikan dan orang tuanya kesal. Anak yang
keberhasilannya menghentikan tantrum. dimaafkan akan belajar menyadari
Sehingga anak tidak akan termotivasi bahwa tindakannya tidak baik, sehingga
untuk cepat mengakhiri tantrumnya atau intensitas perilaku temper tantrum anak
mengulangi perilaku baik. menjadi rendah.
Lain halnya dengan orangtua yang Hasil penelitian strategi ibu
menggunakan strategi positif setelah mengatasi temper tantrum menunjukkan
tantrum terjadi. Menurut Surya dan 51,6% responden menggunakan strategi
Robert (2004), pujian sistematis yang yang positif. Hasil tersebut sesuai
disertai sentuhan bisa sangat efektif dengan pendapat Laforge (2002), yang
dalam mengurangi frekuensi tantrum. menyatakan bahwa temper tantrum pada
Pujian dan perhatian adalah imbalan baik anak memerlukan penanganan yang
yang dapat memotivasi anak toddler cepat dan tepat. Hal tersebut dikarenakan
untuk mematuhi aturan. Imbalan positif ketika anak tumbuh semakin besar,
yang diperoleh anak akan mendorong perilaku yang ada pada anak cenderung
anak untuk berperilaku spesifik, dan akan menetap hingga dewasa.
mengurangi kecenderungan untuk Menangani anak yang sedang
berperilaku yang salah. Orangtua harus mengalami tantrum dengan cara bersikap
segera memberikan penghargaan atau tenang, pastikan keamanan,
pujian setelah anak berperilaku baik. mengabaikan tantrum, dan membendung
Jangan menunda hal tersebut agar anak kekacauan. Menangani anak pasca
dapat mengaitkan perilaku baiknya tantrum dengan cara menggunakan
dengan penghargaan yang diperolehnya. pujian, memaafkan dan melupakan.
Hal ini sesuai dengan penelitian Alitani Menurut Wong, et al (2009),
(2009) tentang pengaruh metode social pendekatan terbaik untuk menghilangkan
story terhadap penurunan temper perilaku temper tantrum adalah dengan
tantrum pada anak prasekolah. mengacuhkannya, selama perilaku

38
Idea Nursing Journal Sri Intan Rahayuningsi
ISSN: 2087-2879
tersebut tidak mencederai anak, seperti Orangtua mempertahankan kebenaran
membenturkan kepala di lantai secara ini dengan dalih demi kebaikan diri
kasar. Namun, orang tua harus tetap anak. Orangtua tidak menyadari bahwa
berada di dekatnya. Ketika kemarahan emosi negatif yang dicontohkan di depan
telah hilang, anak perlu merasa sedikit anak, suatu saat juga akan digunakan
kontrol dan aman. Pada saat itu mainan anak dalam memperlakukan orangtua,
atau aktivitas kesukaan dapat karena anak adalah pencontoh yang
menggantikan permintaan yang tidak ulung. Bila orang tua sering
terpenuhi. Seringkali temper tantrum menunjukkan kemarahan, maka
dapat dihindari dengan memberikan intensitas tantrum anak akan semakin
peringatan yang tegas pada anak tinggi.
terhadap suatu permintaan. Mayoritas responden penelitian ini
Menurut peneliti, ibu yang (70,9%) memiliki penghasilan rendah.
mempunyai strategi positif dalam Faktor sosial ekonomi akan berpengaruh
menghadapi perilaku temper tantrum pada kestabilan rumah tangga.
merupakan pilihan yang tepat dan perlu Ketidakstabilan dalam hal finansial akan
terus diberi dukungan dari masyarakat berdampak pada kondisi psikologis.
sekitarnya. Perhatian dan kasih sayang Kekurangan finansial akan menimbulkan
orangtua yang terus-menerus, akan stres bagi orangtua, sehingga
menumbuhkan keyakinan pada diri anak menyebabkan orang tua mudah marah,
bahwa dirinya berharga bagi orang mudah menyalahkan dan menghukum
tuanya dan orang lain. Imbalan positif anak, serta kurang sabar dalam
yang diberikan orangtua akan menghadapi perilaku anak yang normal
mendorong anak belajar sekalipun.
mengembangkan kesadaran diri dan
mengulangi perilaku baiknya di depan KESIMPULAN DAN SARAN
orang tua dan orang lain. Sehingga Berdasarkan hasil penelitian
intensitas dan frekuensi perilaku maka dapat disimpulkan bahwa data
tantrumnya akan terus berkurang. distribusi frekuensi strategi ibu sebelum
Namun dalam penelitian ini masih temper tantrum berada pada kategori
ada anak yang mendapatkan penanganan positif (61,3%), distribusi frekuensi
tidak tepat terkait perilaku tantrumnya. strategi ibu saat temper tantrum
Strategi orangtua yang negatif dalam berlangsung berada pada kategori positif
mengatasi tantrum, akan menciptakan (51,6%), distribusi frekuensi strategi ibu
permasalahan dikemudian hari, karena setelah tantrum berada pada kategori
semakin besar anak maka akan semakin negatif (51,6%,). Secara umum distribusi
sulit membentuk suatu pola perilaku strategi ibu mengatasi temper tantrum
yang diinginkan. Kenyataan ini semakin berada pada kategori positif (51,6%).
diperburuk dengan adanya keyakinan Diharapkan orang tua mampu
bahwa orang tua berhak untuk marah menggunakan strategi yang tepat dalam
dan menekan perasaan anak agar anak mengatasi temper tantrum pada anak
menjadi patuh dan takut pada orangtua. sebagai upaya mengajarkan anak dalam

39
Idea Nursing Journal Vol. V No. 1 2014
ISSN: 2087-2879
mengontrol emosi dan mencegah temper Muttaqin, Z. (2009). Psikologi anak dan
tantrum yang menetap. Diharapkan pendidikan. Diakses dari
kepada tenaga kesehatan khususnya di http://luluvikar.files.wordpress.
com. Dikutip tanggal 13 Maret
bidang pelayanan kesehatan ibu dan
2013.
anak, agar dapat terus meningkatkan
penyuluhan dan menyebarkan leaflet Surya, S., & Robert, H. (2004). Panduan
tentang strategi yang benar dalam lengkap perawatan untuk
menghadapi anak yang temper tantrum. bayi dan balita. Jakarta:
Arcan.
KEPUSTAKAAN
Alitani, L. (2009). Pengaruh metode Sudigdo, S & Sofyan, I. (2008). Dasar-
sosial story terhadap penurunan dasar metodologi penelitian
perilaku temper tantrum pada klinis. Jakarta: Sagung Seto.
anak prasekolah di RW 20
kampung Liu Depok. Diakses Tandry, N. (2010). Bad behaviour,
dari http://digilib.unimus.ac./ tantrum, and tempers:
Dikutip tanggal 20 Juni 2013. Panduan bagi orang tua untuk
mengatasi dan memahami
Gracinia, J. (2005). Ajari aku solusi perilaku buruk yang sering
praktis untuk 30 perilaku anak terjadi pada balita 2-4 tahun.
yang menjengkelkan. Jakarta: Jakarta: Gramedia.
Gramedia.
Ubaedy, A .N. (2009). Cerdas mengasuh
Hayes, E. (2003). Tantrum: Panduan anak. Jakarta Selatan:
memahami dan mengatasi KinzaBooks.
ledakan emosi anak. Jakarta :
Erlangga. Wong, D.L., Hockenberry. M., Wilson,
D., Winkelstein, M,. &
Hurlock. (2000) Psikologi Schwartz, P. (2009).Buku ajar
perkembangan suatu pendekatan keperawatan pediatrik. Vol 1.
sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: EGC.
Jakarta: Erlangga.

Laforge.A.E. (2002). Kiat-kiat


meredakan badai kerewelan
balita anda. Bandung: Kaifa.

Mireault, G,. & Trahan, J. (2007).


Tantrum and anxiety in eearly
chilhood : A pilot study. Early
Chilhood Reaseach And
Practice Journal. Vol.9.no.2.
Diakses dari http://www.icrp.
uiuc. Edu. Dikutip tanggal 13
Maret 2013.

40

Anda mungkin juga menyukai