Anda di halaman 1dari 8

PERAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN

DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA LINGKUNGAN


PERAIRAN DAS CITARUM BERKELANJUTAN
Oleh: Yudhi Soetrisno Garno*)

Abstrak
Sumberdaya lingkungan perairan daerah aliran sungai (SDLP-DAS) Citarum yang
telah banyak memberikan manfaat dan berperan dalam pembangunan telah rusak
dan tercemar sangat berat oleh sedimen dan berbagai limbah; baik limbah cair
maupun padat yang langsung ataupun tidak langsung dibuang oleh manusia
kedalamnya. Oleh karena itu maka perlu dirumuskan sebuah strategi pengelolaan
dan teknologi lingkungan yang dapat merehabilitasi/ memulihkan SDLP DAS
Citarum sehingga perannya dapat berkelanjutan.
Kristalisasi dari literatur dan diskusi fanel yang telah dilaksanakan untuk
mengidentifikasi jenis-jenis teknologi lingkungan yang dibutuhkan dalam
pengelolaan SDLP DAS Citaerum menyimpulkan bahwa pengelolaan sumberdaya
lingkungan perairan daerah aliran sungai (SDLP-DAS) Citarum yang berkelanjutan
dan berkeadilan untuk kesejahteraan masyarakat akan dapat terwujud jika dan
hanya jika didukung oleh semua stakeholders, dengan melalui koordinasi aktif
yang dilandasi rasa empati dan didukung dengan penerapan teknologi lingkungan
dan teknologi ramah lingkungan

Katakunci: Pengelolaan berkelanjutan dan berkeadilan, koordinasi aktif, rasa


emphati.

1. KONDISI SDLP DAS CITARUM. Sumberdaya lingkungan lahan DAS


(SDLL-DAS) Citarum yang sekitar 6.080 km2
1.1. DAS Citarum Secara Umum tersebut di atas, saat ini dimanfaatkan untuk
pertanian seluas 170.832 Ha (27,5%),
DAS Citarum adalah DAS utama di perkebunan 59.657 Ha (9,6%), permukiman
Jawa Barat yang memiliki luas 6.080 km2 76.777 Ha (12,3%), Hutan 88.271 Ha
dengan sungai utama sungai Citarum yang (14,2%), perikanan/kolam/ tambak 35.892 Ha
panjangnya 300 km. Sungai utama Citarum (5,8%), serta lain-lain yang berupa tanah
memiliki anak sungai sekitar 36 dengan kosong, padang rumput dan rawa 190.418 Ha
jumlah panjang sekitar 873 km, dan 3 waduk (30,6%)
besar yani Saguling, Cirata dan Juanda1) Sedangkan sumberdaya lingkungan
Dalam perjalanannya sungai Citarum yang perairan DAS (SDLP-DAS) Citarum yakni
berhulu di Gunung Wayang Kabupaten (masa) air yang ada di sungai Citarum dan
Bandung, dan bermuara di Laut Jawa ini; waduk-waduknya, sesuai dengan Surat
melewati 7 kabupaten yakni Kab. Sumedang, Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat no.
Kab. Bandung, Kab. Cianjur, Kab. Bogor, 39 Tahun 20012) dimanfaatkan sebagai
Kab. Bekasi, Kab. Purwakarta, dan Kab. sumber air untuk: irigasi/ pertanian, air baku
Karawang, dan 2 kota yakni Kota Bandung air minum, perikanan, air baku industri,
dan Kota Cimahi yang kesemuanya pengendali banjir dan pembangkit listrik
merupakan wilayah Provinsi Jawa Barat. tenaga air. SDLP-DAS Citarum tidak hanya
DAS Citarum saat ini dihuni oleh sekitar 10 dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di
juta jiwa, dengan penyebaran 6 jiwa tinggal di wilayah DAS Citarum saja, namun
bagian hulu DAS (Waduk Saguling ke atas) dimanfaatkan juga oleh masyarakat diluar
dan sisanya tersebar di DAS bagian hilir . DAS Citarum, seperti masyarakat DKI

*)
Peneliti pada Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TL) BPP Teknologi

Peran Strategis Teknologi Lingkungan ….(Yudhi Soetrisno Garno) 187


Jakarta sebagai bahan baku air minum, dan Kegiatan pertanian di DAS Citarum pada
masyarakat Jawa dan Bali sebagai PLTA 1) umumnya adalah pertanian intensif yang
Saat ini SDLP-DAS Citarum yang menggunakan banyak pupuk. Dengan
telah banyak memberikan manfaat dan perhitungan bahwa 85% unsur hara yang
berperan dalam pembangunan baik lokal, diberikan dalam bentuk pupuk akan tercuci
regional maupuin nasional ini telah masuk ke sungai dibawa air hujan; maka
rusak/tercemar berat oleh sedimen dan SDLP-DAS Citarum diperkirakan men-
berbagai limbah baik cair maupun padat yang dapatkan masukan nitrogen dan fosfor dari
langsung ataupun tidak langsung dibuang kegiatan pertanian sebesar 6.460–187.852
oleh manusia kedalam-nya3). ton N/th. dan 3.060–21.992 ton P/th6).. Dari
kegiatan pertanian ini, selain mendapatkan
1.2. Sumber Pencemar SDLP DAS Citarum unsur hara, SDLP DAS Citarum juga
mendapatkan pencemar residu berbagai jenis
Kerusakan dan penurunan kualitas pestisida
SDLP-DAS Citarum sebenarnya disebabkan Pembukaan lahan perkebunan dan pertanian
oleh dampak negatif dari hasil sampingan di daerah hulu DAS Citarum telah banyak
(limbah) kegiatan manusia untuk memenuhi menyisakan lahan yang terbuka/gundul;
kebutuhan sehari-harinya. Secara umum demikian pula kegiatan penambangan pasir.
limbah yang masuk ke SDLP- DAS Citarum Aktivitas masyarakat tersebut menyebabkan
dapat dikelompokan kedalam limbah yang permukaan tanah mudah terkikis air hujan
berasal dari luar dan dalam SDLP. (erosi) dan mengakibatkan air yang masuk ke
Sungai Citarum mengandung sedimen yang
1.2.1 Sumber limbah dari Luar SDLP tinggi. Diperkirakan, tingkat erosi di DAS
Citarum bagian hulu adalah sekitar 22
Limbah yang berasal dari luar SDLP- ton/ha/tahun5) dan sampai tahun 2002 telah
DAS Citarum meliputi limbah dari kegiatan masuk sedimen sekitar 60 juta m3 dan
pemenuhan hidup sehari-hari di pemukiman sebagian besar dan mengendap di Waduk
(domestik), limbah industri, limbah pertanian Saguling.
dan dampak pembukaan lahan (sedimentasi).
Penduduk DAS Citarum bagian hulu 1.2.2. Sumber Limbah dari Dalam SDLP
adalah sekitar 6 juta jiwa. Limbah domestik
yang mereka hasilkan tidak/belum diolah Selain limbah yang berasal dari luar
secara khusus dan pada umumnya dibuang badan air, SDLP DAS Citarum juga dicemari
ke saluran/selokan yang pada akhirnya akan oleh limbah yang dihasilkan oleh kegiatan di
masuk ke sungai Citarum. Bukit dan Yusuf4) badan airnya, utamanya kegiatan
memperkirakan bahwa sungai Citarum setiap pembesaran ikan dengan keramba jaring
harinya mendapatkan limbah organik dari apung (KJA). Garno7) mengungkapkan bahwa
pemukiman sekitar 77.330 ton BOD; sedang- pada periode 5 tahun terakhir, KJA di Waduk
kan Ilyas5) memperkirakannya lebih besar lagi Saguling setiap tahunnya menghasilkan
yakni sekitar 160.552 ton BOD. limbah organik sekitar 29.868,75 ton dengan
Saat ini di DAS Citarum bagian hulu, kandungan nitrogen dan fosfor masing-
diperkirakan beroperasi sekitar 542 industri, masing sekitar 1.359,03 ton•N dan 214,06
yang sebagian besarnya adalah industri ton•P; di Waduk Cirata sekitar 145.334,00 ton
pertekstilan. Sebagian besar industri-industri dengan kandungan nitrogen dan fosfor
tersebut selain belum/tidak memiliki izin masing-masing sekitar 6.611.79 ton•N dan
pembuangan limbah cair juga belum/tidak 1.041.42 kg•P, dan Waduk Juanda sekitar
memiliki instalasi pengolah limbah (IPAL). 14.492,25 ton dengan kandungan nitrogen
Meskipun demikian mereka membuang dan fosfor masing-masing sekitar 659.40
limbahnya ke selokan/parit yang langsung ton•N dan 103,86 ton•P.
ataupun tidak langsung masuk ke sungai Perlu digarisbawahi bahwa limbah yang
Citarum. Limbah-limbah yang tidak berasal dari luar badan air, karena proses bio-
mengalami pengolahan tersebut selain kimia yang dialami selama di perjalanan;
mengandung logam berat yang tinggi, juga maka sesampainya di badan air
mem-punyai nilai BOD dan COD yang tinggi (sungai/waduk) jumlahnya diperkirakan
pula. Diperkirakan pada periode 2000-2002 banyak berkurang, sedangkan limbah KJA
SDLP-DAS Citarum bagian hulu setiap tidak berkurang, karena limbah KJA langsung
harinya menerima limbah organik sekitar berada dalam badan air itu sendiri.
81.330-109.114 ton BOD4) .

188 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 3, September 2000:187-194


1.3. Status Kualitas SDLP DAS Citarum gondok tidak menurunkan kualitas air bahkan
cenderung memperbaiki kualitas air dimana ia
Secara umum limbah yang masuk ke hidup; sehingga jika dapat dikelola dengan
badan air dapat digolongkan dalam limbah baik keberadaan enceng gondok dapat
anorganik dan organik. Masuknya limbah berfungsi ganda; yakni memperbaiki kualitas
anorganik dan organik dari berbagai kegiatan air dan bernilai ekonomis karena dapat
yang ada diluar badan air seperti tersebut di difungsi-kan sebagai hijauan dan bahan
atas telah menimbulkan dampak negatif yang kerajinan.
nyata bagi SDLP-DAS Citarum, utamanya Tidak seperti enceng gondok yang jika
SDLP bagian hulu yang berakhir di W. dikelola dengan baik dapat berdampak positif,
Saguling. Kombinasi limbah organik dan pertumbuhan fitoplankton yang berlebihan
anorganik yang masuk ke DAS bagian hulu atau blooming selalu berdampak negatif.
telah menimbulkan dampak negatif yang Blooming fitoplankton yang terus menerus
nyata yakni beberapa badan air di SDLP biasa-nya akan didominasi jenis blue green
Citarum bagian hulu, seperti Waduk Saguling, algae seperti Mycrocystis sp. yang berlendir,
baik dilihat dari parameter organik maupun anyir dan menjijikan. Jika ini sampai terjadi di
anorganiknya telah tidak memenuhi lagi Citarum maka satu demi satu ketiga waduk
peruntukannya. yang ada di badan Sungai Citarum akan
Saat dibangun (1985) Waduk Saguling berubah menjadi “comberan raksasa” yang
berisi air yang berdasarkan baku mutu (BM) tidak akan banyak berguna lagi bagi
yang berlaku temasuk golongan B, yakni kehidupan sehari-hari masyarakat yang
badan air yang sesuai untuk bahan baku air tinggal di DAS Citarum.
minum; sedangkan saat ini Waduk Saguling Satu hal yang perlu diperhatikan adalah
berisi air yang lebih cocok dimasukan dalam kenyataan bahwa “blooming” di Indonesia
golongan D yakni sumber air untuk pertanian, berbeda dengan di negeri 4 musim (Kanada,
idustri, tenaga listrik dan usaha perkotaan. Jepang dll). Di Indonesia karena badan air
Penurunan kualitas tersebut disebabkan oleh selalu disinari matahari maka “blooming”
masuknya berbagai limbah organik dan dapat terjadi sepanjang tahun, sedangkan di
anorganik dari kegiatan di hulu sungai yang negeri 4 musim blooming hanya terjadi di
telah menaikan konsentrasi beberapa musim panas.
parameter kualitas air sampai melampaui
batas ambang atas yang diperbolehkan bagi 1.4. Peran Stakeholders
peruntukannya; seperti terlampir pada Surat
Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat2) Keadaan SDLP Citarum yang makin
Diantara parameter yang pernah melebihi hari makin memprihatinkan tersebut
ambang atas (BM) tersebut adalah Koli-tinja, sebenarnya telah lama disadari oleh para
oksigen-terlarut (DO), amoniak, kadmium stakeholders DAS Citarum yakni PEMDA,
(Cd), nikel (Ni), khromium (Cr), tembaga (Cu), LSM, lembaga penelitian, perguruan tinggi,
timbel (Pb), seng (Zn), fenol, deterjen, minyak pengelola waduk, tokoh masyarakat dan para
dan lemak 4) industriawan. Mereka sadar bahwa limbah
Selain mengakibatkan beberapa badan termasuk sedimen yang masuk ke Sungai
air (sungai & anak sungai) di hulu tidak lagi Citarum, baik langsung ataupun tidak
memenuhi peruntukannya; pencemaran dan langsung harus dikurangi sampai ke batas
sedimentasi juga mengancam keber-lanjutan daya dukungnya. Merekapun telah melakukan
fisik dan fungsi ketiga waduk yang ada. beberapa upaya, seperti pengadaan IPAL
Limbah organik yang masuk ke waduk kolektif untuk limbah industri maupun
(Saguling dari luar badan air; Cirata dan domestik meskipun tidak berjalan dengan
Juanda dari limbah KJA) sedikit demi sedikit normal; sehingga tidak berpengaruh banyak
telah meningkatkan konsentrasi nutrient pada penurunan laju kerusakan dan
terlarut pada badan air waduk-waduk tersebut pencemaran SDLP DAS Citarum.
(eutrofikasi). Eutrofikasi dipastikan akan Dilain pihak, Assosiasi Tekstil Indonesia
memacu pertumbuhan tumbuhan hijau gulma (API) Jawa Barat yang selalu dianggap
air seperti enceng gondok (Eicornia sebagai “kelompok” yang menjadi sumber
crassipes) dan fitoplankton secara utama pencemar DAS Citarum hulu
berlebihan6,7). Pertumbuhan gulma air seperti mengungkapkan bahwa mereka terpaksa
enceng gondok secara belebihan akan masih menggunakan teknologi yang kurang
menutupi permukaan air dan mempercepat ramah lingkungan dan kurang menangani
proses pendangkalan. Pada dasarnya enceng limbahnya karena merasa teknologi tersebut

Peran Strategis Teknologi Lingkungan ….(Yudhi Soetrisno Garno) 189


adalah high cost econom8). Sementara itu dilakukan untuk mengendalikan kerusakan,
karena mereka telah membayar pajak dan pencemaran dan upaya pemulihan daerah
berbagai pungutan pemerintah maka mereka pengaliran sungai (DPS) Citarum hulu11)
berharap agar sebagian pajak dan pungutan
tersebut dikompensasikan untuk pengolahan 1.5. DAS Citarum saat ini.
limbah kolektif ataupun individual. Satu hal
yang positif adalah pernyataan mereka bahwa Berdasarkan uraian tersebut diatas
dalam batas kemampuan yang mereka miliki, maka dapat disampaikan beberapa hal
maka bersama-sama stakeholders lain siap penting mengenai kondisi SDLP DAS Citarum
mendukung kebijakan-kebijakan program saat ini; yang antara lain bahwa :
“Citarum Bergeutar”. a. DAS Citarum dengan ketiga waduknya
Sementara itu pihak masyarakat yang telah mengalami tekanan yang sangat
juga merupakan penghasil limbah; yakni berat dari aktivitas pembangunan di luar
limbah pemukiman, pertanian dan peternakan badan air yakni permukiman, sektor
serta lainnya merasa bahwa pengelolaan pertanian/perkebunan, perikanan dan
limbah dan pencemaran badan air adalah industri; dan aktivitas didalam badan air
bukan tanggung jawab mereka. Namun yakni budidaya ikan dengan keramba
demikian jika diperlukan mereka siap jaring apung (KJA).
berpartisipasi kapan saja. Mereka tidak mau b. Tekanan yang diterima oleh DAS Citarum
dianggap sebagai pihak yang tidak berdaya tersebut, utamanya adalah bagian hulu
dan tidak peduli dibanding stakeholders lain9).. yang mendapat tekanan dari
Lebih jauh sebagai stakeholders yang telah sedimentasi, pencemar organik dan
ada sebelum stakeholders lain ada, mereka anorganik yang berasal dari kegiatan
juga minta keberadaannya diakui (dianggap) domestik, industri, pertanian dan
dan diajak turut serta (dilibatkan) dalam perikanan.
mengelola DAS Citarum yang menjadi tempat c. Limbah Keramba Jaring Apung (KJA)
dan sumber kehidupan mereka selama ini yang selama ini diabaikan, ternyata dapat
Uraian tersebut sebenarnya hanyalah menjadi sumber pencemar organik utama
gambaran pengelolaan DAS Citarum dimasa perairan. Buktinya, meskipun berbagai
orde baru yang semata-mata mengejar limbah dari hulu yang sarat kegiatan telah
pertumbuhan ekonomi tanpa memperhati-kan diendapkan di Waduk Saguling, namun
keberlanjutan fungsi-fungsi lingkungan sejak eutrofikasi tetap terjadi di W. Cirata dan
kawasan hulu sampai dengan kawasan hilir10). Juanda. Kenyataan ini sekaligus
Pengelolaan seperti itu tergambar dari mengungkap kan bahwa penyebab
besarnya limbah yang masuk ke SDLP-DAS kerusakan/ pencemaran di DAS bagian
Citarum, yang secara tidak langsung hulu (Saguling ke arah hulu) tidak sama
menunjukkan kurangnya pemanfaatan dengan DAS bagian hilir (Cirata ke arah
teknologi ramah lingkungan. hilir), sehingga dalam pencegahan dan
Kekeliruan pengelolaan dimasa lalu pemulihannya dimungkinkan dengan
yang mengabaikan lingkungan dan cenderung pendekatan yang berbeda.
sektoral, kurang koordinasi serta d. Program “Citarum bergeutar” yang
mengabaikan hak-hak masyarakat tersebut, merupakan hasil kesepakatan bersama
sebenarnya telah disadari oleh para para stakeholders Citarum akan berhasil
stakeholders. Melalui berbagai seminar dan dengan baik, jika dan hanya jika setiap
diskusi, para stakeholders mulai memikirkan “stakeholder” aktif (manusia/lembaga)
perubahan pengelolaan DAS kearah yang dengan penuh kesadaran bersedia
terpadu. Sebagai hasilnya mereka telah mengalah & memberikan kesempatan
membuat kesepakatan untuk menyusun stake-holders lain untuk berperan aktif
program perencanaan pengelolaan SDLP (mau berkoordinasi yang dilandasi rasa
Citarum secara bersama-sama dengan visi empati) demi keberlanjutan SDLP Citarum
“mewujudkan pengelolaan Daerah Pengaliran (stakeholders pasif)
Sungai (DPS) Citarum yang bersih, geulis dan e. Untuk mengelola DAS Citarum yang
lestari” dari dan untuk masyarakat program berkelanjutan dalam kondisi saat ini;
kesepakatan tersebut kini lebih dikenal termasuk mensukseskan program
dengan sebutan program “Citarum Bergeutar Citarum bergeutar diperlukan berbagai
2010” yang saat ini telah dilengkapi dengan teknologi ramah lingkungan, baik
sebuah dokumen “action plan” yang memuat teknologi konservasi maupun pemulihan
berbagai program/kegiatan yang harus lingkungan.

190 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 3, September 2000:187-194


f. Guna memenuhi kebutuhan teknologi
ramah lingkungan tersebut, P3TL telah 2.3. Kondisi Ideal Pengelolaan SDLP DAS
menyatakan siap berpatisipasi Citarum
menerapkan dan mengembangkan
berbagai teknologi lingkungan yang telah Untuk menuju pengelolaan SDLP DAS
dikuasainya dan diperlukan oleh DAS Citarum yang berkelanjutan maka diperlukan
Citarum gambaran dari “kondisi ideal” DAS Citarum,
yang diidamkan. Untuk itu beberapa kondisi
2. PENGELOLAAN SDLP DAS CITARUM berikut ini mungkin bisa diperhatikan sebagai
acuan.
2.1. Permasalahan a. Setiap stakeholders menyadari
pentingnya SDLP Citarum bagi kehidupan
Menyimak uraian diatas maka generasi masa kini dan masa mendatang.
teriindikasikan bahwa saat ini SDLP-DAS b. Adanya “Grand Strategy” (GS) ataupun
Citarum sedang menghadapi permasalahan- kebijakan dan strategi (Jakstra) yang
permasalahan berikut: disusun bersama oleh semua
a. Pemanfaatan sumberdaya alam DAS stakeholders dengan azas konservasi
Citarum kurang memperhatikan agar lestari yang bertujuan untuk
keberlanjutan fungsi produksi/ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat
fungsi lingkungan/ekologi dan sosialnya. secara berkeadilan, utamanya
b. Ketiadaan detail tataruang pada setiap masyarakat lokal yang hidup saat ini dan
sub-sub DAS Citarum mendorong dimasa mendatang.
pengembangan sektoral yang tidak c. Kelembagaan pemerintah daerah yang
terkendali. mengatur SDLP bersifat holistik/
c. Kebijakan-kebijakan pengelolaan SDLP- komprehensif serta terpadu
DAS Citarum dan penciptaan nilai tambah d. Pengelolaan SDLP DAS Citarum harus
cenderung mengabaikan kepentingan sesuai dengan GS atau Jakstra yang
masyarakat dan konservasi disepakati bersama.
d. Jumlah limbah industri yang meningkat e. Pembangunan dan pengembangan di
tidak diimbangi dengan peningkatan SDLP DAS Citarum dan sub-sub DAS-
jumlah dan waktu operasi IPAL. nya dilakukan sesuai dengan tata-ruang
e. Jumlah limbah padat yang meningkat yang mengacu pada GS atau Jakstra
belum dibarengi dengan kemampuan yang ada.
SDM untuk menjadikannya komoditas f. Paradigma dan proses pembangunan
yang bermanfaat. yang bertumpu pada proses
f. Alokasi pemanfaatan SDLP cenderung pemberdayaan dan penguatan rakyat.
mengabaikan kepentingan masyarakat. g. Harus ada tanggung jawab dan
g. Ketiadaan kebijakan pemerintah untuk profesionalisme semua stakeholders
mendorong pemberian kompensasi yang terlibat dalam kegiatan ekonomi.
terhadap usaha pemeliharaan/ pelestarian h. Mekanisme pemberian izin yang berpihak
yang dilakukan masyarakat. pada kepentingan lingkungan.
i. Pembukaan lahan, tidak menimbulkan
2.2. Penyebab Utama Permasalahan terbentuknya lahan lahan gundul.
j. Pengolahan lahan pertanian produktif
Menganalisa permasalahan tersebut secara ramah lingkungan, pengelolaan
diatas maka dapat dirasakan bahwa akar limbah industri yang efektif.
penyebabnya adalah: k. Limbah-limbah industri diolah dahulu, baik
a. Kurangnya kesadaran “stakeholders” individual maupun kolektif sebelum
akan pentingnya sumber daya lingkungan dibuang ke selokan yang menuju Sungai
perairan. Citarum
b. Tidak/belum ditegakkannya hukum l. Setiap stakeholders yang menghaslkan
terhadap pencemar lingkungan maupun limbah memiliki unit pengelolaan limbah
perusak lingkungan. sehingga (IPAL).
pelanggaran terus terjadi. m. Limbah cair dari pemukiman diolah
c. Terjadinya penyimpangan terhadap secara kolektif dan dibuang setelah
penataan ruang yang ada. memenuhi baku mutu yang berlaku.
d. Belum optimalnya koordinasi dalam n. Limbah-limbah padat, seperti sampah
pengelolaan DAS antar kabupaten/ kota. ditangani dengan baik (sebaiknya dibuat

Peran Strategis Teknologi Lingkungan ….(Yudhi Soetrisno Garno) 191


kompos) dan tidak dibuang ke tempat 2. Anonim (2001),: Keputusan Gubernur
yang jika hujan akan terseret ke S. Jawa Barat No 39 tentang Peruntukan Air
Citarum. dan Baku Mujtu Air pada Sungai Citarum
o. Bantaran sungai dan waduk yang dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat
sebenarnya adalah kawasan lindung 3. Garno,Y.S (2001): Status dan
ditanami berbagai macam tanaman Karakteristik Pencemaran di waduk
(bernilai ekonomi) sehingga dapat Kaskade Citarum. J. Tek. Ling. P3TL-
menahan erosi. BPPT. 2 (2): 207-213
p. Limbah-limbah yang mengandung bahan 4. Bukit, N.T dan I.A. Yusuf (2002): Beban
beracun dan berbahaya (B-3) harus Pencemaran Limbah Industri dan Status
dipisahkan dan dibawa ke unit pengolah Kualitas Air S. Citarum. Paper Semiloka
limbah B-3 yang telah ada Pengelolaan SDLP-DAS Citarum
q. Adanya mekanisme penerapan hukum Berkelanjutan 26 Juni 2002, P3TL-BPPT,
yang jelas pada pelanggar peraturan- 12 hal.
peraturan yang berhubungan dengan 5. Ilyas, M.A (2002): Sedimentasi dan
SDLP- DAS Citarum. Dampaknya pada DAS Citarum Hulu. . J.
r. Adanya pembagian otoritas dan tanggung Tek. Ling. P3TL-BPPT. 3 (2):
jawab secara optimal antar setiap pelaku 6. Salim H. (2002): Beban Pencemaran
yang berkepentingan terhadap Limbah Domestik dan Pertanian di DAS
pemanfaat-an SDLP-DAS –Citarum. Citarum hulu. J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 3
s. Adanya mekanisme pertanggung-jawaban (2):
pengelola terhadap stake holders lain. 7. Garno, Y.S. (2002): Beban Limbah Dari
Keramba Jaring Apung (KJA) dan
2.4. Kebutuhan Teknologi Yutrofikasi di Perairan Citarum. . J. Tek.
Ling. P3TL-BPPT. 3 (2):
Mencermati permasalahan yang ada 8. Sudradjat, A. (2002): Peran Industri
dan kondisi SDLP-DAS Citarum yang Tekstil dan Produk Tekstil pada
seharusnya (ideal) seperti tersebut diatas Kelestarian SDLP Citarum. . J. Tek. Ling.
maka beberapa teknologi lingkungan yang P3TL-BPPT. 3 (2):
perlu diterapkan dan dikembangkan di DAS 9. Mangkusibroto K. (2002): Peran Serta
tersebut adalah teknologi-teknologi Masyarakat dalam Pelestarian SDLP
a. Pengolahan air bersih; Citarum. Paper Semiloka Pengelolaan
b. Pengelolaan limbah cair; SDLP-DAS Citarum Berkelanjutan 26 Juni
c. Pengelolaan limbah padat; 2002, P3TL-BPPT, 18 hal
d. Remediasi dan restorasi; 10. Adibroto T.A. (2002): Pengembangan
e. Pemantauan kualitas perairan; Teknologi Lingkung an dalam
f. Revegetasi dan reboisasi, Pengelolaan DAS yang Berkelanjutan. J.
g. Serta perlu ditunjang sistem informasi Tek. Ling. P3TL-BPPT.. 3 (1): 33-42.
lingkungan dan Master Plan pengelolaan 11. Anonim (2001): Action Plan Pengendalian
lingkungan. Kerusakan, Pencemaran dan Upaya
Uraian lengkap tentang teknologi yang Pemulihan Daerah Pengaliran Sungai
diperlukan DAS Citarum dan tingkat (DPS) Citarum Hulu. Pemerintah Daerah
penguasaan serta jenis partisipasi yang dapat Provinsi Jawa Barat. 9 hal..
dilakukan oleh P3TL BPPT adalah tersaji 12. Katili A. dan Supradono (2002):
pada tabel 1. Kemitraan Masyarakat Dalam Menunjang
Pelestarian Lingkungan Berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA Paper Semiloka Pengelolaan SDLP-DAS
Citarum Berkelanjutan 26 Juni 2002,
1. Kurniasih ,N (2002): Pengelolaan DAS P3TL-BPPT
Citarum Berkelanjutan, . J. Tek. Ling.
DTL-BPPT. 3 (2):

192 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 3, September 2000:187-194


Tabel 1. Matriks Teknologi Yang Diperlukan Dalam Pengelolaan SDLP DAS Citarum Berkelanjutan

Permasalahan Keterangan
(jenis kegiatan, kajian dll)
Air bersih Teknologi pengelolaan SD Air
Air baku air minum 1. Pengkajian potensi sumber, kebutuhan dan sistem pengolahan air
Air bersih bagi bersih.
penduduk 2. Pengkajian sistem pengelolaan air tanah
3. Pengkajian preservasi & rehabilitasi air tanah
4. Pengkajian intrusi air laut
5. Pengkajian optimalisasi pengelolaan aquifer
6. Penerapan teknologi konservasi & rehabilitasi tempat parkir air.
7. Pengkajian kuantitas dan kapasitas sumur resapan di kawasan
resapan air.
Teknologi penyediaan Air Bersih
1. Penerapan teknologi pengolahan air tepat guna untuk daerah
pedesaan.
2. Penerapan teknologi pengolahan air siap minum
Limbah cair Teknologi pengelolaan limbah cair
1. Inventarisasi sumber pencemar dan kuantitasnya.
2. Pengkajian sistem pengelolaan limbah cair industri dan atau
pemukiman (domestik)
Teknologi pengolahan limbah cair
1. Kajian, penerapan dan pengembangan instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) rumah tangga individual/komunal
2. Penerapan dan pengembangan teknologi pengolahan air limbah (di
industri tekstil dan rumah sakit).
3. Peningkatan kemampuan IPAL yang telah ada
4. Pengkajian pembangunan pusat pengolahan limbah industri
Limbah padat Teknologi pengolahan limbah cair
1. Sistem pengelolaan persampahan kota (pendekatan zero waste)
2. Peningkatan sistem pengelolaan persampahan yang sudah ada
3. Penyusunan master plan persampahan
4. Pengkajian penanganan limbah KJA di dasar waduk
Teknologi pengolahan limbah padat
1. Teknologi pembuangan akhir sampah (pengkomposan,
incenerator, sanitary landfill, dll)
2. Teknologi pemanfaatan kembali plastik & kertas
Pencemaran air Teknologi monitoring
1. Monitoring kualitas perairan secara near real time
2.Teknologi pemantauan dan pemodelan kualitas perairan
3.Pengkajian vulnerabilitas air tanah terhadap pencemaran.
Teknologi remidiasi & restorasi
1. Pengkajian dan aplikasi: tanaman air, mikroba,hewan air/siput,
untuk memperbaiki kualitas air
2. Pemanfaatan kawasan lahan basah/wetland
3. Pengkajian teknologi pembuatan artificial wetland
4. Teknologi pengelolaan gulma air
Managemen lingkungan Teknologi peningkatan daya dukung lingkungan
1. Audit lingkungan/Amdal
2. Evaluasi baku mutu lingkungan
3. Penentuan dayadukung waduk untuk KJA
Teknologi pemodelan lingkungan
1. Pemetaan potensi erosi DAS dengan tel. Penginderaan jauh
2. Monitoring land cover dengan tek. Penginderaan jauh
3. Pengkajian neraca sumberdaya air DAS Citarum

Peran Strategis Teknologi Lingkungan ….(Yudhi Soetrisno Garno) 193


---
- lanjutan
Permasalahan Keterangan
(jenis kegiatan, kajian dll)
Tata ruang Penataan ruang berwawasan lingkungan
1. Penyusunan konsep tata ruang dengan pendekatan ekosistem
2. Review tata ruang yang telah ada
Erosi dan sedimentasi Teknologi usahatani konservasi
1. Sistem pertanian terasering
2. Sistem pertanian tumpangsari dan tumpang gilir
3. Pertanian organik
4. Sistem pertanian polyculture
Reboisasi dan penghijauan
1. Penanaman dengan tanaman pioneer (perintis)
2. Recounturing
Teknologi silviculture
1. Pembangunan dam pengendali
2. Teknik terasering
Produksi Bersih Teknologi Produksi bersih
Penerapan teknologi produksi bersih pada rumah potong hewan (RPH),
industri tempe, tahu & kecap serta industri kecil logam
Data dan informasi Teknologi informasi lingkungan
Pembangunan sistim informasi sumberdaya air dalam rangka
pemantauan pengelolaan sumberdaya air

194 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 3, September 2000:187-194

Anda mungkin juga menyukai