Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah pokok yang dihadapi oleh negara-negara berkembang
seperti Indonesia adalah masalah yang berkaitan dengan kependudukan, karena
merupakan salah satu faktor yang terkait dengan pembangunan nasional.
Masalah kependudukan tersebut antara lain jumlah penduduk, pertumbuhan
penduduk yang relatif tinggi dan persebaran penduduk yang tidak merata.
Pertumbuhan penduduk di suatu negara pada hakekatnya didasarkan oleh
tiga elemen utama yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Tingkat
fertilitas memberikan pengaruh positif terhadap laju pertumbuhan penduduk.
Sedangkan tingkat mortalitas memberikan pengaruh negatif atau faktor
pengurang terhadap laju pertumbuhan penduduk. Tetapi untuk tingkat
migrasi, pengaruhnya bisa positif maupun negatif tergantung pada besarnya
jumlah penduduk yang masuk dan keluar suatu daerah.
Untuk melihat tingkat kelahiran di suatu wilayah, terdapat beberapa
ukuran yang bisa digunakan, diantaranya: angka kelahiran kasar/crude birth
rate (CBR), angka fertilitas umum/general fertility rate (GFR), angka
kelahiran menurut umur/age spesific fertility rate (ASFR), angka kelahiran
total/total fertility rate (TFR), dan lain sebagainya. Dari beberapa ukuran
tersebut, TFR merupakan ukuran yang paling cocok untuk menggambarkan
tingkat kelahiran di suatu wilayah karena TFR merefleksikan banyaknya
kelahiran dari seorang wanita hingga akhir masa reproduksinya.
Pada akhir-akhir ini tingkat fertilitas di Indonesia sudah mulai menurun.
Hal ini tergambar pada angka TFR-nya. Pada tahun 1994 TFR di
Indonesia sebesar 2,8 dan mengalami penurunan hingga menjadi 2,6 pada tahun
2002-2003. Penurunan ini merupakan suatu prestasi yang cukup bagus dalam
mengontrol jumlah penduduk dari aspek penurunan jumlah fertilitas. Tetapi
penurunan ini tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, karena angka
TFR pada tahun 2007 stagnan sama dengan tahun 2002-2003 yaitu sebesar 2,6
(BPS, dkk, 2008)
Berbagai kebijakan untuk mengurangi angka kelahiran telah
dilaksanakan melalui Program Keluarga Berencana (KB) yang dipadukan
2

dengan pelayanan kesehatan serta pembentukan institusi pedesaan berupa


kelompok akseptor, PKK dan Posyandu dan juga peningkatan pendidikan serta
partisipasi wanita dalam pembangunan. Program KB tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga, khususnya peningkatan kesehatan ibu
dan anak agar terwujud masyarakat Indonesia dengan jumlah keluarga
kecil, bahagia dan sejahtera.
Sejak Pemerintah Pusat menyerahkan kewenangan program KB ke
Pemerintah Daerah, komitmen politis dan operasional dari berbagai pihak
memudar dan mengendur. Hal ini membawa implikasi yang tak menyenangkan,
salah satunya popularitas KB semakin menipis sehingga
mengakibatkan meningkatnya angka kelahiran. Oleh karena itu, akhir-akhir
ini program KB kembali digenjot. Revitalisasi Program KB kemudian
dicanangkan, karena indikasi akan adanya baby booming tahap kedua bukan
dramatisasi. Salah satu bagian dalam pencanangan itu adalah dengan adanya
perubahan slogan tentang KB. Kalau dulu “Dua Anak Cukup”, kini diganti
“Dua Anak Lebih Baik” (Iski, 2008).

1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang penyusunan makalah ini maka akan dikaji
beberapa hal yang erat terkait fertilitas, penyusun menetapkan batasan masalah
sebagai berikut:
- Analisis deskriptif menurut angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate-CBR)
- Analisis deskriptif menurut angka fertilitas umum (General Fertility Rate-
GFR)
- Analisis deskriptif menurut angka kelahiran menurut umur (Age-Specific
Fertility Rate-ASFR)
- Analisis deskriptif menurut angka fertilitas total (Total Fertility Rate-TFR)
- Analisis deskriptif menurut angka reproduksi bruto (Gross Reproduction Rate-
GRR)
- Analisis deskriptif menurut angka reproduksi neto (Net reproduction Rate-
NRR)
Penyusunan makalah ini merujuk pada hasil sensus penduduk serta survei dari
penyusunan makalah ini, yakni dari tahun 1980-2010.
3

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menganalisis secara deskriptif ukuran-ukuran dasar fertilitas di Provinsi
Jambi,
2. Menganalisis secara deskriptif ukuran reproduksi fertilitas di Provinsi
Jambi

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Bagi penyusun, sebagai salah satu aspek dalam pemenuhan tugas mata
kuliah Pengantar Demografi
2. Bagi Pembaca, diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah
wawasan kepada pembaca tentang fertitlitas Provinsi Jambi berdasarkan
ukuran dasar fertilitas dan ukuran reproduksi.
4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Profil Provinsi Jambi
Jambi (Jawi : ‫ )جامبي‬adalah sebuah Provinsi Indonesia yang terletak di
pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatera. Jambi adalah satu dari tiga provinsi
di Indonesia yang ibukotanya bernama sama dengan nama provinsinya, selain
Bengkulu dan Gorontalo.
Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0°45’-2°45’ Lintang Selatan
dan 101°10’-104°55’ Bujur Timur di bagian tengah Pulau Sumatera, sebelah Utara
berbatasan dengan Provinsi Riau, Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan
Provinsi Kepulauan Riau, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera
Selatan dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. Posisi
Provinsi Jambi cukup strategis karena langsung berhadapan dengan kawasan
pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth
Triangle).
Luas wilayah Provinsi Jambi sesuai dengan Undang-undang Nomor 19
tahun 1957, tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera
Barat, Jambi dan Riau, yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor
61 tahun 1958 (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112) adalah seluas 53.435,72
km2 dengan luas daratan 50.160,05 km2 dan luas perairan 3.274,95 Km2 yang
terdiri atas :
1. Kabupaten Kerinci 3.355,27 Km2 (6,67%)
2. Kabupaten Bungo 4.659 Km2 (9,25%)
3. Kabupaten Merangin 7.679 Km2 (15,25%)
4. Kabupaten Sarolangun 6.184 Km2 (12,28%)
5. Kabupaten Batanghari 5.804 Km2 (11,53%)
6. Kabupaten Muaro Jambi 5.326 Km2 (10,58%)
7. Kabupaten Tanjab Barat 4.649,85 Km2 (9,24%)
8. Kabupaten Tanjab Timur 5.445 Km2 (10,82%)
9. Kabupaten Tebo 6.641 Km2 (13,19%)
10. Kota Jambi 205,43 Km2 (0,41%)
11. Kota Sungai Penuh 391,5 Km2 (0,78%)

5
5

Secara administratif, jumlah kecamatan dan desa/kelurahan di Provinsi Jambi


tahun 2010 sebanyak 131 Kecamatan dan 1.372 Desa/Kelurahan, dimana jumlah
Kecamatan dan Desa/Kelurahan terbanyak di Kabupaten Merangin yaitu 24 Kecamatan dan
212 Desa/Kelurahan.
Secara topografis, Provinsi Jambi terdiri atas 3 (tiga) kelompok variasi
ketinggian (Bappeda, 2010):
1. Daerah dataran rendah 0-100 m (69,1%), berada di wilayah timur sampai
tengah. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagian Kabupaten Batanghari, Kabupaten
Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin
2. Daerah dataran dengan ketinggian sedang 100-500 m (16,4%), pada wilayah
tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten Bungo, Kabupaten
Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten
Batanghari; dan
3. Daerah dataran tinggi >500 m (14,5%), pada wilayah barat. Daerah
pegunungan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta sebagian
Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin.

Provinsi Jambi memiliki topografi wilayah yang bervariasi mulai dari


ketinggian 0 meter dpl di bagian timur sampai pada ketingian di atas 1.000 meter dpl, ke
arah barat morfologi lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat merupakan kawasan
pegunungan Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat
yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Fertilitas
Fertilitas merupakan kemempuan berproduksi yang sebenarnya dari
penduduk ( actual reproduction performance). Atau jumlah kelahiran hidup
yang dimiliki oleh seorang atau sekelompok perempuan.
Kelahiran yang dimaksud disini hanya mencakup kelahiran hidup, jadi
bayi yang dilahirkan menunjukan tanda-tanda hidup kendatipun hanya sebentar
dan terlepas dari lamanya bayi itu dikandung.
Pengertian ini agar dibedakan dengan kesuburan (fecundity) yang
menyatakan kemampuan secara fisiologis untuk melahirkan. Jadi kesuburan
6

menyatakan potensi, amat sulit ditentukan, sedangkan fertilitas mengenai


kelahiran sesungguhnya seperti yang diukur dalam statistik kelahiran.
2.2.2 Istilah yang Berkaitan dengan Fertilitas
A. Fekunditas (fecundity)
Fekunditas menyangkut kemampuan bilogis perempuan untuk
menghasilkan anak lahir hidup atau lawan kata sterilisasi.
B. Lahir Hidup (live birth)
Suatu kelahiran bayi menunjukan tanda-tanda kehidupan. Seperti
bernafas, denyut nadi, menangis, tanpa memperhitungkan lamanya
dalam kandungan.
C. Lahir Mati (still birth)
Kelahiran seorang bayi dengan umur kandungan paling sedikit 28
minggu (7 bulan), tanpa tanda-tanda kehidupan.
D. Abortus
Kematian janin dengan umur kandungan kurang dari 28 minggu.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat kelahiran


Kebijakan pro-natalis dan anti-natalis dari pemerintah
 Tingkat aborsi
 Struktur usia-jenis kelamin yang ada
 Kepercayaan sosial dan religius – terutama berhubungan dengan
kontrasepsi
 Tingkat buta aksara pada wanita
 Kemakmuran secara ekonomi (walaupun pada teorinya ketika sebuah
keluarga memiliki ekonomi yang baik, mereka mampu untuk membiayai
lebih banyak anak, dalam praktiknya kemakmuran ekonomi dapat
menurunkan tingkat kelahiran)
 Tingkat kemiskinan – anak-anak dapat dijadikan sumber ekonomi pada
negara berkembang karena mereka bisa menghasilkan uang (tenaga kerja
anak)
 Angka Kematian Bayi – sebuah keluarga dapat mempunyai lebih
banyak anak jika angka kematian bayi (Infant Mortality Rate / IMR)
tinggi.
 Urbanisasi
7

 Homoseksualitas – pria dan wanita homoseksual hampir seluruhnya


tidak menjadi ayah dan ibu, mengurangi angka kelahiran tiap tahunnya.
 Usia pernikahan
 Tersedianya pensiun
 Konflik

2.2.4 Pengukuran Fertilitas Tahunan


Pengukuran fertilitas tahunan hasilnya berlaku untuk periode waktu
tertentu, seperti dalam perhitungan tingkat kelahiran kasar (CBR) di tahun
1975, akan berlaku pada periode tahun 1970-1980. Pengukuran fertilitas
tahunan dapat meliputi:
a) Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate)
Tingkat fertilitas kasar didefinisikan sebagai banyaknya kelahiran
hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun,
dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut:
𝐵
CBR = × 𝐾
𝑃
Dimana
CBR = Crude Birth Rate atau Tingkat Kelahiran Kasar
P = Penduduk pertengahan tahun
K = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
b) Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate)
Tingkat fertilitas umum yaitu perbandingan jumlah kelahiran pada
tahun tertentu dengan jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada
pertengahan tahun, dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut:
𝐵 𝐵
GFR = 𝑓 × 𝑘 atau GFR = ×𝑘
𝑃15−49 𝑃15−44

Dimana:
GPR = General Fertility Rate atau Tingkat Fertilitas Umum
Pf (15-49) = Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun
B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
c) Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate)
8

𝑏𝑖
ASFRi = 𝑓 ×𝑘
𝑃𝑖

Di antara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat


variasi kemampun melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas
perempuan pada tiap-tiap kelompok umur. Perhitungan tersebut dapat
dikerjakan dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:
ASFRi = Tingkat Fertilitas Menurut Umur i
bi = Jumlah kelahiran bayi kelompok umur i
Pfi = Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun
k = angka konstanta 1.000
d) Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rates)
Tingkat fertilitas total didefinisikan jumlah kelahiran hidup laki-laki
dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya
dengan catatan, tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum
mengakhiri masa reproduksinya dan tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah
pada periode tertentu.
Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan
menjumlahkan Tingkat Fertilitas Menurut Umur, apabila umur tersebut
berjenjang lima tahunan, dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur
tunggal sama dengan rata-rata tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan,
maka rumus dari Tingkat Fertilitas Total adalah sebagai berikut:
TFR = 5 ∑7𝑖=1 𝐴𝑆𝐹𝑅𝑖
Dimana:
TFR = Total Fertility Rate
∑7𝑖=1 = Penjumlahan tingkat fertilitas menurut umur
ASFRi = Tingkat fertilitas menurut umur ke i dari kelompok berjenjang 5 tahunan

e) Gross Reproduction Rates


Gross Reproduction rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh
1.000 perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada
seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa
reproduksinya, seperti Tingkat Fertilitas Total. Perhitungan Gross
Reproduction Rate sebagai dibawah ini.
9

GRR = 5 ∑i ASFRfi

ASFRfi adalah tingkat fertilitas menurut umur ke-i dari kelompok berjenjang 5
tahunan

f) Net Reproduction Rates


Net Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh
sebuah kohor hipotesis dari 1.000 perempuan dengan memperhitungkan
kemungkinan meninggalkan perempuan-perempuan itu sebelum mengakhiri
masa reproduksinya. Dalam prakteknya perhitungan Net Reproduction Rate
dapat didekati dengan rumus di bawah ini:

NRR = Σ ASFRfi x nI-x/Io


10

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Ukuran-ukuran Dasar Fertilitas
Tabel 3.1.1 dibawah ini menunjukkan fertilitas berdasarkan angka kelahiran
kasar, umum, dan rasio anak wanita

Tahun GFR CWR CBR


1980 183.59 702.83 43.31
2000 84.56 391.92 23.86
2005 79.25 356.02 22.49
2010 84.07 374.45 23.37
Sumber : SP 1980; 2000; 2010 dan Supas 2005

Grafik 3.1.1 Ukuran GFR, CWR dan CBR Provinsi Jambi

Tabel diatas menggambarkan tentang angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate-CBR)
dari Provinsi Jambi dari hasil sensus penduduk tahun 1990-2010 dan SUPAS 2005. Data
diatas menggambarkan bahwa angka kelahiran kasar (CBR) dari daerah jambi cenderung
mengalami penurunan (kecuali 2010), terhitung dari tahun 1990 dengan CBR sebesar 43,31
yang menandakan bahwa dari setiap 1000 penduduk Jambi terdapat antara 43 sampai 44
kelahiran angka ini menurun sebesar (44,9%) ditahun 2000 dengan hanya terhitung 23,86
atau sekitar 23 sampai 24 kelahiran dari setiap 1000 penduduk Jambi, pada SUPAS tahun
2005 CBR Provinsi Jambi kembali menurun pada angka 22,49 atau sekitar 22 sampai 23
kelahiran dari setiap 1000 penduduk , angka ini turun sebesar (5,7 %) dari tahun sebelumnya ,
11

pada sensus penduduk tahun 2010 CBR Provinsi Jambi mengalami kenaikan sebesar (3,90 %)
dari SUPAS tahun 2005 yaitu terhitung sebesar 23,37 saja atau sekitar 23 sampai 24 kelahiran
sajadari 1000 penduduk Jambi.
Fertilitas umum (General Fertility Rate-GFR) dari Provinsi Jambi menurut hasil
sensus penduduk tahun 1990-2010 dan SUPAS 2005. Data diatas menunjukkan bahwa anka
fertilitas umum (GFR) dari daerah Jambi cenderung turun (kecuali 2010), terhitung dari tahun
1990 dengan GFR sebesar 183,59 yang menandakan bahwa dari setiap 1000 penduduk
perempuan berumur 15-49 atau 15-44 didaerah jambi terdapat sekitar 183 sampai 184
kelahiran, angka ini menurun cukup signifikan yaitu sebesar (53,90%) ditahun 2000 dengan
hanya terhitung 84,56 atau sekitar 84 sampai 85 kelahiran dari setiap 1000 penduduk
perempuan berumur 15-49 atau 15-44 didaerah Jambi, pada SUPAS tahun 2005 GFR provinsi
Jambi kembali menurun pada angka 79,25 atau sekitar 79 sampai 80 kelahiran dari setiap
1000 penduduk perempuan berumur 15-49 atau 15-44 nya, angka ini turun sebesar (6,20%)
dari tahun sebelumnya, pada sensus penduduk tahun 2010 GFR Provinsi Jambi mengalami
kenaikan sebesar (5,70 %) dari SUPAS tahun 2005 yaitu terhitung sebesar 84,07 saja atau
sekitar 84 sampai 85 kelahiran saja dari 1000 penduduk perempuan berumur 15-49 atau 15-
44 di daerah Jambi.
Rasio Anak Wanita (Child Woman Ratio-CWR) dari Provinsi Jambi menurut hasil
sensus penduduk tahun 1990-2010 dan SUPAS 2005 . data diatas menunjukkan bahwa rasio
anak wanita (CWR) dari daerah Jambi cenderung mengalami penurunan dari tahun 1990
sampai 2005 dan naik pada tahun 2010, terhitung dari tahun 1990 dengan CWR sebesar
703,83 yang menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk dibawah usia lima tahun (0-
4 tahun) dengan jumlah perempuan usia reproduksi (15-44 atau 15-49) per 1000 penduduk
didaerah Jambi, angka ini menurun sangat signifikan yaitu sebesar (44,30%) ditahun 2000,
dengan ukuran CWR sebesar 391,92, maka dapat diketahui bahwa 391 sampai 392 penduduk
usia 0-4 tahun dari 1000 perempuan usia 15-49 di Jambi, pada SUPAS tahun 2005 angka
CWR Provinsi Jambi kembali menurun pada angka 356,02 atau sekitar 356 sampai 357
penduduk usia 0-4 tahun dari setiap 1000 penduduk perempuan berumur 15-49 atau 15-44
nya, angka ini turun sebesar (9,10 %) dari tahun sebelumnya, pada sensus penduduk tahun
2010 angka CWR Provinsi Jambi mengalami kenaikan sebesar (4,90 %) dari SUPAS tahun
2005, yaitu terhitung sebesar 374,45 yang menunjukkan bahwa sebanyak 374 sampai 375
penduduk usia 0-4 tahun per 1000 perempuan usia 15-49 tahun di daerah Jambi.
12

Tabel 3.1.2 Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (Age Specific Fertility
Rate-ASFR)
Susenas 2012

Kabupaten ASFR
Kode
/ Kota 15-19 20-24 25-29 30-34 >35-39 >40-44 >45-49
1501 Kerinci 45 149 124 89 58 21 6
1502 Merangin 55 148 107 77 42 24 6
1503 Sarolangun 58 170 136 110 67 26 7
1504 Batanghari 56 119 123 111 57 23 6
Muaro
12 110 108 101 56 13 4
1505 Jambi
Tanjung
Jabung 41 130 120 122 67 22 4
1506 Timur
Tanjung
Jabung 50 166 131 112 45 23 18
1507 Barat
1508 Tebo 66 132 128 98 44 19 5
1509 Bungo 53 155 116 110 70 46 9
1571 Kota Jambi 15 82 183 106 61 25 5
Sumber : Susenas 2012,2013

Grafik 3.1.2 Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur Susenas 2012


Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata kelahiran tertinggi terjadi pada
perempuan di kelompok umur 20-24 tahun (124 kelahiran) diikuti kelompok umur 25-30
tahun (116 kelahiran), sedangkan kelahiran terendah terjadi pada kelompok umur >45-49
tahun (6 kelahiran). Adapun untuk kabupaten/kota dengan angka kelahiran atas rata-rata
untuk perempuan dikelompok umur 20-24 adlah kebupaten Kerinci (149), kabupaten
13

Marangin (148), kabupaten Sorolangun (170), kabupaten Tanjung Jebung Timur (130),
kabupaten Tanjung Jebung barat (166), kabupaten Tebo (132), kabupaten Bungo (155)
adapun kabupaten/kota dengan angka kelahiran dibawah rata-rata untuk perempuan dengan
kelompok umur 20-24 di Jambi ialah kabupaten Mauro Jambi (110), kabupaten Batanghari
(119), dan kota Jambi (82).
Secara keseluruhan ASFR daerah Jambi = (41) untuk perempuan kelompok
umur masih lebih rendah dari angka ASFR nasional yang pada tahun 2012 menyentuh angka
48 kelahiran. ASFR mencapai puncaknya pada kelompok usia 20-24 tahun kemudian
cenderung menurun setelah itu, hal ini lumrah terjadi pada penghitungan ASFR. Pada
tingkat-tingkat selanjutnya nilai ASFR Provinsi Jambi masih dibawah angka ASFR nasional
seperti pada perempuan kelompok umur 20-24 tahun di Jambi hanya menyentuh angka 124
kelahiran yang lebih kecil dari angka ASFR nasional untuk kelompok umur yang sama yang
menyentuh angka 138 kelahiran. Nilai rata-rata ASFR di Provinsi Jambi pada usia beresiko
melahirkan di Jambi masih diatas 50 kelahiran per 1000 perempuan, namun angka ini masih
dibawah angka ASFR nasional yang pada kelompok umur yang sama sampai menyentuh
angka 62 kelahiran per 1000 perempuan. (sumber: data SDKI 2012)

Tabel 3.1.3 Ukuran TFR, GRR dan NRR Provinsi Jambi

Tahun TFR GRR NRR


1980 5.6 2.759 2.669
2000 2.6 1.281 1.261
2005 2.45 1.207 1.196
2010 2.66 1.310 1.298
Sumber : SP 1980; 2000; 2010 dan Supas 2005
14

Grafik 3.1.3 Ukuran TFR, GRR dan NRR

Fertilitas total (Total Fertility Rate-TFR) dari Provinsi Jambi menurut hasil sensus
penduduk tahun 1980-2010 dan SUPAS 2005 . TFR sendiri merupakan jumlah rata-rata anak
yang dilahirkan oleh seorang perempuan pada akhir masa reproduksinya apabila perempuan
tersebut mengikuti pola fertilitasi saat TFR dihitung. Dari data diatas dapat menunjukkan
bahwa angka fertilitas total (TFR) dari daerah Jambi mengalami penurunan yang cukup tajam
dari tahun 1980 sampai tahun 2000, namun pada tahun-tahun berikutnya TFR di Provinsi
Jambi mulai lebih stabil walaupun masih terhitung tinggi. Terhitung dari tahun 1980 dengan
nilai TFR = 5,6 dapat diartikan bahwa rata-rata setiap perempuan di Jambi yang mampu
menyelesaikan masa reproduksinya (15-49 tahun) mempunyai anak sekitar 5 sampai 6 orang.
Angka ini menurun cukup signifikanya itu sebesar (53,60%) ditahun 2000, terhitung dengan
nilai TFR=2,6 yang menunjukkan bahwa rata-rata setiap perempuan di Jambi yang mampu
menyelesaikan masa reproduksinya (15-49 tahun) pada tahun 2000 mempunyai anak antara 2
dan 3 orang, penurunan angka TFR yang cukup signifikan ini juga menandakan bahwa
program keluarga berencana (KB) yang sudah dimulai pada tahun 1970 di Indonesia sudah
mulai disadari dan terealisasi dengan baik di daerah Jambi. Pada penghitungan di tahun-tahun
berikutnya angka nilai TFR di Jambi tidak berubah secara signifikan seperti pada SUPAS
tahun 2005 terhitung nilai TFR=2,45 (turun 5,75% dari SP tahun 2000) dan pada sensus
penduduk tahun 2010 terhitung nilai TFR=2,66 (naik 7,90 % dari SUPAS tahun 2010).
Angka Reproduksi Bruto (Gross Refroduction Rate-GRR) dari Provinsi Jambi
menurut hasil sensus penduduk tahun 1980-2010 dan SUPAS 2005. GRR sendiri merupakan
perhitungan dari banyaknya bayi perempuan yang dilahirkan oleh suatu kohor perempuan
selama masa reproduksi mereka. Kohor kelahiran sendiri adalah kelompok perempuan yang
mulai melahirkan pada usia yang sama dan bersama-sama mengikuti perjalanan reproduksi
sampai masa usia subur selesai. Dari data diatas dapat menunjukkan bahwa angka reproduksi
bruto (GRR) dari daerah Jambi mengalami penurunan yang cukup tajam dari tahun 1980
sampai tahun 2000, namun pada tahun-tahun berikutnya GRR di Provinsi Jambi mulai lebih
stabil dengan perubahan yang tidak terlalu signifikan. Terhitung dari tahun 1980 dengan nilai
GRR = 2.759 anak perempuan per perempuan dapat diartikan bahwa, tanda memperhatikan
kematian yang mungkin dialami anak perempuan setelah kelahiran, akan ada sekitar 2.759
anak perempuan yang akan menggantikan 1000 orang ibu untuk melahirkan, angka ini
terhitung cukup tinggi dan jika dibiarkan maka jumlah penduduk di Jambi akan semakin
meningkat karena 1000 ibu akan digantikan oleh 2.759 anak yang juga akan menjadi ibu
dimasa yang akan datang. angka GRR pada penghitungan ditahun berikutnya (tahun 2000)
15

mengalami penurunan yaitu sebesar 1,281 anak perempuan per perempuan atau 1.281 anak
perempuan yang akan menggantikan 1000 orang ibu, angka ini masih cukup tinggi untuk
ukuran pengendalian jumlah penduduk namun sudah cukup baik jika dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya, Pada penghitungan ditahun-tahun berikutnya angka nilai GRR di
Jambi tidak berubah secara signifikan yaitu pada SUPAS tahun 2005 terhitung angka
GRR=1,207 (turun 5,75% dari SP tahun 2000) ,dan pada sensus penduduk tahun 2010
terhitung angka GRR = 1,310 ( naik 7,90% dari SUPAS tahun 2010)
Angka Reproduksi Neto (Net Refroduction Rate-NRR) dari Provinsi Jambi menurut
hasil sensus penduduk tahun 1980-2010 dan SUPAS 2005. NRR merupakan angka fertilitas
yang sudah memperhitungkan factor mortalitas, yaitu kemungkinan bayi perempuan
meninggal sebelum mencapai akhir masa reproduksinya. Asumsi yang dipakai adalah bayi
tersebut mengikuti pola fertilitas dan pola mortalitas ibunya. Dari data diatas dapat
menunjukkan bahwa angka reproduksi neto (NRR) dari daerah jambi mengalami penurunan
yang cukup tajam dari tahun 1980 sampai tahun 2000, namun pada tahun-tahun berikutnya
GRR di Provinsi Jambi mulai lebih stabil dengan perubahan yang tidak terlalu signifikan.
Terhitung dari tahun 1980 dengan nilai NRR = 2,699 anak perempuan per perempuan dapat
diartikan bahwa pada tahun 1980 1000 orang perempuan di Jambi akan digantikan oleh 2.699
anak perempuan yang akan tetap hidup sampai seumur ibunya waktu melahirkan mereka,
angka ini terhitung masih cukup tinggi dan jika dibiarkan maka jumlah penduduk di Jambi
akan semakin meningkat dan penduduk Jambi akan sulit mencapai tingkat penduduk tumbuh
seimbang (PTS). angka NRR pada penghitungan ditahun berikutnya (tahun 2000) mengalami
penurunan yaitu sebesar 1,261 anak perempuan yang akan bertahan hidup per perempuan
atau 1.261 anak perempuan yang akan tetap hidup sampai seumur ibunya waktu
melahirkannya dan akan menggantikan 1000 orang ibu dimasa yang akan datang, angka ini
masih cukup tinggi untuk ukuran pengendalian jumlah penduduk namun sudah cukup baik
jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, Pada penghitungan ditahun-tahun
berikutnya angka nilai NRR di Jambi tidak berubah secara signifikan yaitu pada SUPAS
tahun 2005 terhitung angka NRR =1,196 (turun 5,15 % dari SP tahun 2000), dan pada sensus
penduduk tahun 2010 terhitung angka NRR = 1,298 ( naik 7,85 % dari SUPAS tahun 2010) .
16

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Fertilitas merupakan kemampuan berproduksi yang sebenarnya
dari penduduk (actual reproduction performance). Atau jumlah kelahiran hidup
yang dimiliki oleh seorang atau sekelompok perempuan. Kelahiran yang dimaksud
disini hanya mencakup kelahiran hidup, jadi bayi yang dilahirkan menunjukan
tanda-tanda hidup meskipun hanya sebentar dan terlepas dari lamanya bayi itu
dikandung.
Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth),
yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda
kehidupan, seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain
sebagainya. Sedangkan paritas merupakan jumlah anak yang telah dipunyai oleh
wanita. Apabila waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan, maka disebut dengan
lahir mati (still live) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu
peristiwa kelahiran.
Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-
tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup. Still birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian.
Perubahan jumlah kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah sama,
tergantung pada berbagai macam faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian
ini dapat merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat
kehidupan penduduk di suatu wilayah.
17

DAFTAR PUSTAKA

http://kependudukanjambi.org/data-ukurangcc.html diakses pada tanggal 6 November


2017
http://kependudukanjambi.org/data-ukurantgn.html diakses pada tanggal 6 November
2017
http://kependudukanjambi.org/data-tfr.html diakses pada tanggal 6 November 2017

Anda mungkin juga menyukai