Anda di halaman 1dari 10

Analisis Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah pada

Laporan Keuangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Hosifah
150221100029
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Trunojoyo Madura

Abstrak

Artikel ini membahas tentang Analisis Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) Syariah pada Laporan Keuangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah di Seluruh
Indonesia. Adanya PSAK yang dibuat oleh IAI merupakan suatu pernyataan yang mana
pernyataan tersebut harusnya menjadi patokan utama dalam menyusun laporan keuangan.
Faktanya masih banyak di temukan penyajian laporan keuangan yang kurang sesuai dengan
PSAK syariah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Penerapan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Syariah pada Laporan Keuangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah
sudah di terapkan atau belum. Penelitian ini mengambil sampel dari beberapa koperasi
syariah yang ada di indonesia yaitu koperasi syariah yang ada di Aceh, Lamongan,
Pemalang dan Pontianak.hasil dari penelitian ini adalah bahwa sudah banyak unit koperasi
jasa keuangan syariah yang sudah menerapkan PSAK syarih secara keseluruhan, meskipun
masih ada beberapa unti koperasi yang belum bisa menerapkan PSAK secara keseluruhan
seperti koperasi syariah Lamongan.

,
I.Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki penduduk yang mayoritas
beragama islam. Keberadaan umat islam yang mayoritas, membuat lembaga-lembaga
keuangan syariah seperti perbankan syariah, pegadaian syariah, koperasi syariah dll sangat di
butuhkan karena umat islam khususnya di Indonesia membutuhkan wadah dalam aplikasi
muamalahnya yang berdasarkan pada konsep agama islam atau syariah dan wadah itu berupa
lembaga keuangan syariah. Hal ini yang membuat lembaga keuangan syariah khususnya
koperasi syariah di indonesia berkembang pesat.
Perkembangan koperasi syariah di Indonesia berkembang pesat berdasarkan data yang
di tunjukkan dari Badan Pusat Statistik bahwa pada tahun 2012 terdapat 2.362 unit koperasi
syariah dan pada tahun 2017 terdapat 150.223 unit koperasi syariah. Data tersebut
menunjukkan bahwa hanya dalam kurun waktu 5 tahun, koperasi syariah mampu menambah
unit koperasinya sebanyak 147.861 unit. Angka unit koperasi yang kian bertambah di
harapkan dapat membantu masyarakat kecil dari segi keuangannya, baik berupa pinjaman
atau lainnya sehingga dapat meringankan kebutuhan hidup mereka karena tujuan koperasi
baik syariah ataupun konvensional secara umum menurut UU No 25 tahun1992 pasal 3 yaitu
untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
serta ikut membangun tantangan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Koperasi syariah juga sangat berkembang di berbagai provinsi termasuk provinsi
Jawa Timur. BMT Sidogiri merupakan sebuah bukti perkembangan koperasi syariah di Jatim.
Aset BMT Sidogiri pada tahun 2016 telah menenbus Rp 2,2 triliun. Pada tahun 2014 BMT
Sidogiri memiiki aset sebesar Rp 1,3 triliun, kemudian pada tahun 2015 mengalami kenaikan
sehingga menjadi Rp 1,8 triliun dan pada tahun 2016 mengalami kenaikan yang cukup
fantastis sebesar Rp 0,4 triliun sehingga asetnya kini menjadi Rp 2,2 triliun. Data aset
tersebut mencerminkan kemajuan BMT Sidogiri, yang mana BMT Sidogiri merupakan salah
satu koperasi syariah yang ada di Jatim.
Perlakuan akuntansi antara lembaga keuangan yang berprinsip syariah dan non
syariah tentunya memiliki sistem yang berbeda . Penerapan metode pengukuran akuntansi
harus disesuaikan dengan peraturan perbankan dan ketentutan–ketentuan syariah yang telah
diatur. PSAK 59 merupakan standar baku yang menjadi landasan dalam perlakuan akuntansi
syariah. Revisi PSAK 59 yaitu PSAK 101–106 tahun 2017 yang mengatur sistem pelaporan
keuangan syariah secara lebih terperinci. Selain itu, landasan lain bagi ketentuan dan
peraturan mengenai pembiayaan mudharabah adalah fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis
Ulama Indonesia melalui Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang
pembiayaan mudharabah sedangkan untuk pembiayaan musyarakah fatwa yang dikeluarkan
oleh Majelis Ulama Indonesia melalui Dewan Syariah Nasional No. 08/DSN-MUI/IV/2000
tentang pembiayaan musyarokah. Dengan adanya regulasi–regulasi tersebut maka konsistensi
dari lembagakeuangan syariah, baik yang bersifat internal maupun eksternal dapat terjaga
maupun terjamin kesesuaiannya dengan prinsip syariat Islam.
Koperasi syariah sebagai entitas syariah berkewajiban untuk menyusun laporan
keuangan. Koperasi syariah berkewajiban menggunakan pedoman PSAK syariah dalam
proses penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Namun, Dari sekian banyak unit
koperasi syariah khususnya koperasi jasa keuangan syariah, tidak semua dalam penyusunan
laporan keuangannya sesuai dengan PSAK Syariah. Maka dari itu penulis ingin meneliti dari
beberapa literatur, apakah PSAK Syariah sudah benar-benar di terapkan terutama di koperasi
jasa keuangan syariah.
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi bahasan dalam penelitian ini adalah
apakah Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah pada Laporan Keuangan
Koperasi Jasa Keuangan Syariah sudah di terapkan atau belum.

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dar penelitian ini adalah untuk
mengetahui Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah pada Laporan
Keuangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah sudah di terapkan atau belum.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian ini
adalah menjadi bahan pengembangan serta pengetahuan untuk penelitian selanjutnya dalam
bidang yang sama.
II.Kajian Teori
2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah
Akuntansi adalah salah satu bidang ilmu yang sangat penting dalam perekonomian.
Suatu entitas khususnya entitas syariah membutuhkan manfaat dari informasi akuntansi
dalam membuat perencanaan yang baik untuk menentukan kegiatan perusahaan kedepannya,
untuk mengontrol jalannya perusahaan berdasarkan perencanaan yang dibuat, sebagai dasar
pembuatan keputusan bagi para pemegang kepentingan, dan sebagai laporan yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak berkepentingan. Menurut Sofyan Syafri Harahap
(2005:4) akuntansi merupakan suatu kegiatan jasa yang berfungsi untuk memberikan
informasi kuantitatif mengenai suatu entitas untuk digunakan dalam pengambilan keputusan
ekonomi sebagai dasar memilih diantara beberapa alternatif.Pada penerapannya, akuntansi
tidaklah mutlak melainkan dapat berubah-ubah atau dinamis. Hal ini dikarenakan penerapan
akuntansi di setiap entitas berbeda-beda. Namun setiap kesatuan usaha mempunyai kewajiban
dan keterikatan terhadap ketentuan-ketentuan yang harus diikuti dalam mengelola transaksi
keuangan. Oleh sebab itu, setiap laporan yang dihasilkan oleh entitas harus mengacu kepada
PSAK. PSAK merupakan suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan agar
terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan.Selain untuk keseragaman laporan
keuangan, PSAK juga diperlukan untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan,
memudahkan auditor serta memudahkan pembaca laporan keuangan dalam
menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda.
Keberadaan PSAK yang baik akan mendorong terciptanya sistem akuntansi yang baik
pula,begitupun sebaliknya, sehingga akan tersedia informasi yang akurat, relevan dan dapat
dipercaya. Hingga saat ini, DSAKS-IAI telah menerbitkan sepuluh PSAK untuk entitas
syariah yaitu(iaiglobal, 2016):
1) PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah
2) PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah
3) PSAK 103 tentang Akuntansi Salam
4) PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna’
5) PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah
6) PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarakah
7) PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah
8) PSAK 108 tentang Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah
9) PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah
10) PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk

Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Republik Indonesia Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang menjelaskan mengenai kewajiban
laporan keuangan koperasi syariah, maka koperasi syariah diharuskan untuk mampu
menyusun laporan keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2.2.1 PSAK 101 Tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah

Menurut Harahap (2004:38) laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses
akuntansi yang merupakan wujud jasa dari profesi pemakainya sebagai salah satu bahan
dalam proses pengambilan keputusan atau sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen
atas pengelolaan perusahaan. PSAK 101 menetapkan dasar penyajian laporan keuangan yang
bertujuan umum untuk entitas syariah agar dapat dibandingkan baik dengan laporan
keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas syariah lain. PSAK
101 tentang penyajian laporan keuangan syariah mengatur tentang persyaratan penyajian
laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimal isi laporan keuangan.
Penyajian laporan keuangan untuk entitas syariah mengacu pada ED (exposure draft) PSAK
101 (2011:101.6) terdiri dari komponen berikut:
1) Laporan posisi keuangan.
2) Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
3) Laporan perubahan ekuitas.
4) Laporan arus kas.
5) Laporan sumber dan penyaluran dana zakat.
6) Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
7) Catatan atas laporan keuangan.
8) Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan entitas syariah
yang menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian
kembali pos laporan keuangan atau ketika entitas syariah mereklasifikasi pos dalam
laporan keuangannya.
2.2 Koperasi
2.2.1 Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang berarti usaha bersama.
Koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki
kemampuan ekonomi terbatas yang bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan
kesejahteraan ekonomi para anggotanya.Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor
25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, pengertian koperasi merupakan badan usaha yang
beranggotakan orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiataannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas
asas kekeluargaan.
2.2.2 Tujuan Koperasi
Tujuan koperasi dapat ditemukan dalam pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992, yaitu
koperasi bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian Nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945.
2.2.3 Prinsip koperasi
Prinsip Koperasi sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 5 Ayat 1 UU No. 25 Tahun
1992, koperasi Indonesia melaksanakan prinsip-prinsip koperasi yaitu:
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya;
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
e. Kemandirian
2.2.4 Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Koperasi jasa keuangan syariah adalah lembaga keuangan mikro yang melakukan
penghimpun dan penyalur dana lebih dekat dengan masyarakat. Selain itu koperasi jasa
keuangan syariah juga merupakan salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang
mendukung peningkatan kualitas usaha ekonomi pengusaha mikro dan pengusaha kecil
yang berlandaskan system syariah (Muhammad:2002). Selain itu Menurut Sumarsono
(2004:1) koperasi adalah yang anggotanya orang-orang atau badan-badan hukum koperasi
yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota yang bekerjasama
berdasarkan prinsip kekeluargaan untuk menjalankan usaha yang mempertinggi
kesejahteraan para anggotanya. Sedangkan menurut peraturan Menteri Negara Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Republik Indonesia Nomor
35.2/PER/M.KUKM/X/2007 koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkanprinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM)
Rebuplik Indonesia Nomor 35.2/PER/M.KUKM/X/2007 koperasi jasa keuangan,
selanjunya di sebut KJKAS ialah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang
pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah) sehingga dalam
operasionalnya KJKS tidak mengenal system bunga melainkan adanya system bagi hasil.
Menurut Kepmen No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang petunjuk pelaksanaan
kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syariah, Bab 1 ketentuan umum pasal 1 koperasi
jasa keuangan syariah yang sering di sebut KJKS adalah koperasi yang kegiatan usahanya
bergerak di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil(syariah).
Sedangkan tujuannya menurut Kepmen No: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang petunjuk
pelaksanaan kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syariah, Bab II tujuan pasal 2 yaitu
meningkatkan program pemberdayaan ekonomi khususnya di kalangan usaha mikro,
kecil, menengah dan koperasi melalui system syariah, mendorong kehidupan ekonomi
syariah dalam kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah khususnya dan ekonomi
Indonesia pada umumnya serta meningkatkan semangat dan peran serta anggota
masyarakat dalam kegiatan koperasi jasa keuangan syariah.
Ciri-ciri operasional KJKS:
a. Visi dan misi social
b. Memiliki fungsi sebagai mediator antara pemberi zakat dan penerima zakat
c. Tidak diperbolehkan mengambil profit apapun dari operasional
d. Pembiayaan operasional mengambil hak sebagai amil sebesar 12,5% dari keseluruhan
dana zakat yang di terima.

III.Metode Penelitian
3.1 Populasi dan sampel

Populasi merupakan keseluruhan orang, kejadian atau hal lain yang ingin peneliti jadikan
sebagai bahan investigasi (Maiyora, 2015). Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah
koperasi syariah yang ada di indonesia. Sampel merupakan sebagian dari populasi atau
sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Sampel dalam peneltian ini adalah beberapa
koperasi yang ada di indonesia yaitu koperasi syariah yang ada di Lamongan, Aceh,
Pemalang dan Pontianak.

3.3 Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Data Sekunder. Data sekunder
merupakan data atau informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian
yang bersifat publik, yang terdiri atas struktur data kearsipan, dokumen, laporan-laporan serta
buku-buku dan lain sebagainya yang berkenaan dengan penelitian (Purhantara, 2010: 79).
Data sekunder yang diperlukan antara lain gambaran umum mengenai Koperasi jasa
keuangan Syariah tersebut, jurnal-jurnal , tugas akhir, serta data-data lain yang berhubungan
dengan penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Sugiyono (2010: 308) mengatakan teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Teknik pengumpulan data ini sebagai cara operasional yang ditempuh oleh peneliti
untuk memperoleh data yang diperlukan. Berhasil tidaknya suatu penelitian dapat bergantung
pada data yang diperoleh. Oleh karena itu sangat perlu diperhatikan teknik pengumpulan data
yang dipergunakan sebagai alat pengambil data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan
data yang dilakukan adalah Studi Pustaka ,Yaitu Teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mempelajari buku-buku referensi, skripsi-skripsi, jurnal-jurnal dan media lainnya
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3.5 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Dalam penggunaan teknik
analisis data, penulis mengacu pada teknik yang sudah umum digunakan oleh para peneliti,
yakni teknik analisis data model interaktif. Langkah-langkah analisis data interaktif yaitu
pengumpulan data, reduksi data dan penarikan kesimpulan. Hal tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari beberapa literatur seperti jurnal, skripsi dan juga buku.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu proses seleksi, pemfokusan, penyerdehanaan dan
abstraki dari data mentah. Di penelitian ini mereduksi data berasal dari data-data dari
penelitian terdahulu yang telah dikumpulkan.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan diperoleh bukan hanya sampai pada akhir pengumpulan data,
melainkan dibutuhkan suatu verifikasi yang berupa pengulangan dengan melihat dan
mengecek kembali data mentah agar kesimpulan yang diambil lebih kuat dan bisa
dipertanggungjawabkan.

IV. Hasil
PSAK syariah seharusnya menjadi pedoman utama dalam penyusunan laporan
keuangan entitas syariah terutama koperasi jasa keuangan syariah. Namun, karena
beberapa keterbatasan entitas, ada beberapa entitas yang belum mampu menerapkan
secara keseluruhan PSAK Syariah tersebut.
Penelitian ini mengambil sampel dari beberapa koperasi syariah yang ada di
Indonesia. Berikut beberapa kesimpulan dari beberapa literatur yang membahas
tentang penerapan standar akuntansi keuangan di koperasi jasa keuangan syariah:

1) Kesimpulan dari Jurnal karya Eny Latifah Dkk yang berjudul kajian kesesuaian
perlakuan akuntansi mudharabah dengan psak no.105 pada koperasi syariah
lamongan
“Perlakuan akuntansi yang diterapkan KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera
Paciran selaku shohibul maal (pemilik dana) mengenai pengakuaan akuntansi
terhadap pembiayaan mudharabah yang terdiri dari pengakuan investasi,
pengakuan kerugian, pengakuan piutang, dan pengakuan beban telah sesuai
dengan PSAK No. 105. Namun, praktik pengakuan akuntansi pembiayaan
mudharabah mengenai pengakuan keuntungan belum sepenuhnya sesuai
dengan PSAK No. 105 karena pengakuan keuntungan dihitung bukan dari
laporan keuangan namun atas hasil proyeksi dan kendalanya KJKS BMT Bina
Ummat Sejahtera tidak mampu menyajikan laporan keuangan bagi pengelola
dana karena jenis usaha mikro dengan catatan transaksi tanpa pembukuan”.
2) Kesimpulan dari jurnal karya Amrul Ikhsan dan Musfiari Haridhi yang berjudul
penerapan standar akuntansi keuangan syariah pada koperasi jasa keuangan
syariah (studi pada baitul qiradh di kota banda aceh)
“BQ di Kota Banda Aceh belum mampu menyusun dan menyajikan laporan
keuangan syariah sesuai dengan PSAK 101 tentang penyajian laporan
keuangan syariah secara menyeluruh. Hal ini dapat diketahui dari penjabaran
dan skor capaian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dimana tidak ada
BQ yang mencapai skor 100% pada penyajian laporan keuangan syariah sesuai
dengan PSAK 101. Sedangkan proses pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi murabahah juga belum sesuai dengan PSAK 102
tentang akuntansi murabahah yang dapat diketahui dari penjabaran dan
penilaian skor capaian pada bab sebelumnya. Namun pada transaksi
mudharabah yang disalurkan oleh BQ Surya Madinah, proses pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan yang dilakukan telah sesuai dengan
PSAK 105 tentang akuntansi mudharabah”.
3) Kesimpulan dari jurnal karya Suripto yang berjudul analisis perlakuan akuntansi
simpanan berjangka mudharabah berdasarkan psak no. 105 pada kjks/bmt di
kabupaten pemalang
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dengan mengevaluasi pencatatan
akuntansi terhadap simpanan berjangka mudharabah di tiga KJKS BMT dan
kesesuaian dengan PSAK No. 105 tentang Akuntansi Mudharabah, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Perlakuan pada saat pembukaan simpanan berjangka mudharabah yaitu
dengan membuat kesepakatan mengenai jangka waktu serta nisbah bagi
hasil yang telah disepakati, telah sesuai dengan esensi akad mudharabah
seperti yang dinyatakan dalam PSAK No 105 tentang Akuntansi
mudharabah.
2. Pencatatan akuntansi pada saat pembukaan simpanan berjangka
mudharabah, pengakuan bagi hasil simpanan mudharabah serta pada saat
penutupan simpanan mudharabah telah sesuai dengan PSAK No 105.
3. Perhitungan bagi hasil terhadap simpanan berjangka mudharabah yang
ditarik sebelum jatuh tempo dengan cara konversi.
4. Peneliti menemukan kekurangan dalam penelitian ini yaitu tidak adanya
pencatatan terhadap simpanan berjangka mudharabah yang telah jatuh
tempo dan belum diambil.
5. Perlakuan terhadap denda atas pengambilan dana sebelum jatuh tempo
terhadap simpanan berjangka mudharabah ke dalam rekening pendapatan
merupakan kesalahan yang dilakukan oleh KJKS BMT EL Ikhlas 338,
seharusnya denda diperlakukan sebagai dana sosial.
4) Kesimpulan dari jurnal karya Husnul Mawarid yang berjudul Analisis Penerapan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Nomor 105 Tentang
Pembiayaan Mudharabah Pada Laporan Keuangan Koperasi Jasa Keuangan
Syariah Kalbar Madani Pontianak
“KJKS Kalbar Madani Pontianak telah menerapkan kebijakan–kebijakan yang
seusai dengan PSAK 105 tentang pembiayaan mudharabah. Hal ini di tunjukkan
dalam hal seperti, tidak diberlakukannya bunga namun terdapat kesepakatan
nisbah bagi hasil yang sebelumnya telah didiskusikan secara bersama–sama oleh
pemilik modal yaitu KJKS dengan pengelola dana. Kemudian kesepatan itu
tertuang dalam suatu akad atau perjanjian. Selain itu, pengelola dana juga harus
memberikan jaminan kepada KJKS untuk mengantisipasi penyelewengan dana
yang bias saja dilakukan oleh pengelola dana tersebut. Penerapan akuntansi
mudharabah di KJKS Kalbar Madani Pontianak telah sesuai kriteria dalam syariat
iIslam yaitu menggunakan analisis 5C yaitu, character, capacity, capital,
condition, collateral”.

Koperasi syariah sebagai entitas syariah berkewajiban untuk menyusun laporan


keuangan. Koperasi syariah berkewajiban menggunakan pedoman PSAK syariah dalam
proses penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Namun, Dari sekian banyak unit
koperasi syariah khususnya koperasi jasa keuangan syariah, tidak semua dalam
penyusunan laporan keuangannya sesuai dengan PSAK Syariah. Dari beberapa literatur
telah di ambil sampel dari beberapa koperasi jasa keuangan syariah. Dan dapat di tarik
kesimpulan bahwa sudah banyak unit koperasi jasa keuangan syariah yang sudah
menerapkan PSAK syarih secara keseluruhan, meskipun masih ada beberapa unti koperasi
yang belum bisa menerapkan PSAK secara keseluruhan karena beberapa permasalahan
atau keterbatasan yang mereka punya seperti koperasi syariah Lamongan.

V.Daftar Pustaka

Bayyin, TA. 2017. Analisis penerapan psak no. 105 dalam transaksi Pembiayaan
mudharabah (studi kasus pada Bmt tumang di boyolali). Skripsi.
IAI. 2017. Standar Akuntansi Keuangan Syariah. IAI. Jakarta. No 105-106
Ikhsan, Amrul & Musfiari, Haridhi. 2017. Penerapan standar akuntansi keuangan syariah
pada koperasi jasa keuangan syariah (studi pada baitul qiradh di kota
banda aceh). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA). Vol. 2, No.3
Latifah, Eny dkk. 2016. Kajian kesesuaian perlakuan akuntansi mudharabah Dengan psak
no.105 pada koperasi syariah lamongan. Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Ekonomi .Vol. 11,
No. 2
Mawarid, Khusnul. 2014. Analisi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor
105 tentang Pembiayaan Mudharabah pada Laporan Keuangan Koperasi Jasa
Keuangan Syariah Kalbar Madani Pontianak. Jurnal Audit dan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Tanjungpura.Vol. 3, No.2
Purhantara, W. 2010. Metode penelitian kualitatif untuk bisnis. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Subandi. 2008.Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik). Bandung. Alfabeta.
Sugiono. 2010. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: CV.
Alfabeta.
Sumarsono, S. 2004. Manajemen Koperasi Teori dan Praktek.Yogyakarta. Penerbit Graha
Ilmu.
Suripto. 2012. Analisis perlakuan akuntansi simpanan berjangka mudharabah berdasarkan
psak no. 105 pada kjks/bmt di kabupaten pemalang .Jurnal Dinamika Ekonomi &
Bisnis. Vol.9, No. 1

Anda mungkin juga menyukai