Anda di halaman 1dari 18

DERMATOTERAPI TOPIKAL

PRINSIP TERAPI TOPIKAL


Terapi topikal yang rasional tidak hanya melibatkan pemilihan bahan yang tepat, tetapi juga
mempertimbangan lokasi tubuh yang terkena, keadaan kulit yang terkena, konsentrasi obat, jenis
vehikulum (salep, krim, lotion) metode aplikasi, dan durasi penggunaan obat, diharapkan efikasi yang
maksimal dan efek samping yang minimal. Dari berbagai pertimbangan ini, diharapkan prinsip dasar
ini dapat memandu dokter kearah terapi rasional.
Terdapat dua pedoman dasar dalam memberi obat topikal :
1. Pada keadaan :

a. Basah diobati dengan yang basah

Hal ini berarti bahwa jika dermatosis (kelainan kulit) basah (eksudatif), maka diobati
dengan kompres terbuka. Tetapi prinsip ini tidak mutlak, kompres terbuka juga digunakan
pada dermatosis dengan peradangan yang hebat, misalnya erisipelas.

b. Kering diobati dengan yang kering

Hal ini berarti bahwa jika dermatosis kering diobati dengan vehikulum yang kering.

2. Makin akut suatu dermatosis, makin lemah bahan aktif yang dipakai

Pada dermatosis yang akut jangan diberi terapi dengan bahan aktif yang kuat, yakni dengan
konsentrasi yang tinggi karena akan menyebabkan reaksi akutnya menghebat.

PEMBERIAN OBAT PADA KULIT


Efikasi terapi dari obat topikal berhubungan dengan potensi dan abilitas penetrasi obat
terhadap kulit. Nyatanya, banyak obat dengan potensi yang baik, seperti hidrokortison dan
fluocinolone asetonid, kurang bagus diserap setelah pemberian topikal. Sebaliknya, banyak bahan
yang diserap dengan baik walau memiliki potensi lemah. Penyerapan melalui kulit terjadi melalui
stratum korneum, dermis, papila epidermis, dan menuju aliran darah.
Berbeda dengan banyak obat oral yang hampir sempurna diserap dalam beberapa jam, obat
topikal umumnya diserap dengan kurang baik dan lambat. Sebagai contoh, kurang dari 2% dari
kortikosteroid topikal seperti hidrokortison diserap setelah aplikasi pada pada kulit selama lebih dari 1
hari. Selain itu, penyerapan maksimal dicapai 12-24 jam setelah aplikasi. Untungnya, rendahnya

1
penyerapan tidak diartikan sebagai efikasi yang rendah. Obat-obatan seperti kortikosteroid topikal
efektif karena potensi nya dan memiliki efek signifikan secara klinis walau dengan penyerapan yang
rendah. Dalam hal ini, penyerapan hanya salah satu dari banyak aspek efikasi suatu obat.

FAKTOR LAIN YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN


Stratum Corneum
Stratum korneum adalah barier yang membatasi pemberian obat pada kulit. Lapisan
tanduknya terdiri dari ceramide, asam lemak bebas, dan kolesterol dalam rasio 1:1:1 dalam mol.
Stratum korneum terdiri dari 50 % ceramides (acylceramides yang terbanyak), 35 % kolesterol, dan 15
% lemak bebas asam. Ketebalan stratum korneum dan penetrasi obat bervariasi tergantung pada
lokasi pada tubuh.
Ada dua rute utama untuk masuk nya terapi topikal melalui stratum korneum: (1)
transepidermal dan (2) transappendageal pathway. Transappendageal pathway, atau rute pintas,
melibatkan aliran molekul melalui kelenjar ekrin dan folikel rambut melalui kelenjar sebaceous yang
sama. Pada rute transepidermal, molekul lewat diantara korneosit melalui micropathway intrasellular,
atau melalui sitoplasma dari keratinosit yang telah mati dan lipid antarsel, yang disebut dengan
transcellular micropathway. Intracellular pathway dianggap sebagai jalur yang paling penting untuk
pemberian obat pada kulit.
Satu pertimbangan penting dalam terapi topikal adalah bahwa penyakit kulit dapat mengubah
stratum korneum (meningkat, menurun, atau hilang), sehingga mengganggu fungsinya sebagai barier
kulit. Abrasi atau eczematisasi pada kulit memperlihatkan berkurangnya fungsi barier. Pelarut,
surfaktan, dan alkohol dapat mendenaturasi lapisan tanduk dan meningkatkan penetrasi; sebagai
akibatnya, penyerapan obat topikal dan komponennya dapat meningkat. Yang penting, hidrasi pada
stratum korneum dapat meningkatkan penyerapan steroid topikal sebanyak 4-5 kali.

OKLUSI
Oklusi melalui menutup, dressing atau bahan berbasis ointment meningkatkan hidrasi dan
suhu dari stratum korneum, menggosok/mencuci obat pada tempat tertentu dan, dapat
meningkatkan penetrasi obat. Batasan teknik oklusi berkisar dari aplikasi di bawah bahan kedap udara
seperti sarung tangan vinil, bungkus plastik, dan dressing hidrokoloid untuk dilakukan oklusi dengan
sarung tangan katun atau kaus kaki di malam hari untuk perawatan tangan dan kaki, untuk
pengaplikasian obat yang sudah diberikan ke dalam dressing kedap udara, seperti pada
flurandrenolide tape. Untuk memperoleh manfaat maksimal dari oklusi, pasien harus melembabkan
kulit dengan cara merendamnya dalam air sekitar 5 menit sebelum penerapan krim atau salep. Secara
2
klinis, ini berhubungan dengan pengaplikasian segera setelah mandi dan sebelum kering sepenuhnya.
Pada beberapa obat, oklusi meningkatkan efek obat 10-100 kali jumlah obat dibandingkan denga
ketika tanpa oklusi.
Hal ini dapat menyebabkan waktu onset yang lebih cepat dan peningkatan efikasi jika
dibandingkan dengan aplikasi topikal saja. Di sisi lain, oklusi juga dapat menimbulkan efek samping
obat, seperti kemampuan kortikosteroid topikal untuk menginduksi atrofi kulit atau penekanan aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal. Oklusi dapat mencetuskan infeksi, folikulitis, atau miliaria. Dalam hal
anestesi topikal seperti lidokain dan prilocaine, oklusi mempercepat penyerapan ke kulit dan aliran
darah, yang dapat menyebabkan komplikasi ke jantung yang jarang terjadi akibat dari toksisitas
lidokain atau methemoglobinemia dari toksisitas prilocaine.

FREKUENSI DARI APLIKASI OBAT


Frekuensi aplikasi obat sedikit berpengaruh pada peningkatan efikasi. Aplikasi obat sekali
sehari sudah cukup untuk glukokortikoid topikal, tapi emolien nonspesifik atau efek perlindungan dari
krim dan salep cenderung ditingkatkan dengan pengaplikasian yang lebih sering. Terlepas dari itu,
meningkatkan waktu kontak obat topikal mempengaruhi penyerapan total.

KUANTITAS APLIKASI OBAT


Jumlah Aplikasi Jumlah obat yang diaplikasikan cenderung terabaikan efek nya pada
penyerapan obat. Jelas bahwa obat harus diberikan dan merata untuk menutupi daerah kulit.
Selanjutnya, jumlah obat yang diaplikasikan dapat mempengaruhi kepatuhan pasien terhadap
regimen yang ditentukan. Sebagai contoh, terlalu banyak obat diaplikasikan dapat memberi efek
negatif dari pengobatan pada kulit, yaitu, obat mungkin terasa"salah" (berminyak, berlapis, kapur, dll )
atau tidak menarik secara kosmetik (mengkilap, warna putih). Terlepas dari itu, jumlah obat yang
diresepkan harus cukup untuk merawat tubuh yang terkena dan waktu pengobatan. Dalam hal ini hal,
edukasi pasien sangat penting untuk mencegah penggunaan berlebihan atau penggunaan yang tidak
efektif dari obat. Jumlah obat topikal yang digunakan, berdasarkan perkiraan luas permukaan tubuh,
frekuensi aplikasi dan durasi terapi, disajikan dalam Tabel 214-1. Untuk obat topikal seperti tabir surya
yang digunakan di daerah yang luas, underapplication menjadi masalah untuk sebagian besar pasien.
Namun, untuk daerah yang lebih kecil, pasien yang mengaplikasikan banyak salep, dapat
menyebabkan keluhan greasiness atau menempel pada pakaian, yang dapat diminimalkan dengan
menggunakan obat dengan jumlah yang sesuai.

3
KEPATUHAN
Kepatuhan pengobatan topikal adalah penting meskipun sering diabaikan. Secara umum,
kepatuhan terhadap pengobatan dikaitkan dengan jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan, dan
biaya. Kepatuhan yang lebih rendah terlihat untuk pasien dengan penyakit yang luas, dan penyakit
pada wajah. Survei selama 8 minggu dengan pemantauan secara elekronik menunjukkan bahwa
kepatuhan terhadap pengobatan yang diberikan dua kali sehari mengalami penurunan dari 84 %
minggu pertama menjadi 51% selama minggu kedelapan, dengan ketidakpatuhan topikal yang
terutama pada akhir minggu. Selanjutnya, kepatuhan juga dipengaruhi oleh depresi, yang sering
terjadi pada orang dengan kondisi kulit kronis dan ditemukan pada sampai dengan 20 % dari pasien
dengan psoriasis.

TACHYPHYLAXIS
Didefinisikan sebagai penurunan respon obat ketika digunakan selama jangka waktu lama,
tachyphylaxis umumnya diamati pada pemberian kortikosteroid topikal. Pendapat terbaru
menyatakan bahwa kepatuhan mungkin menjadi faktor yang berpengaruh, dibandingkan kehilangan
fungsi reseptor kortikosteroid. Peningkatan kepatuhan dapat dicapai dengan meminta pasien untuk
menggunakannya hanya pada akhir pekan (weekend therapy) atau hari-hari tertentu (pulse therapy).

REBOUND EFFECT
Memburuknya penyakit dapat terjadi pada pasien yang telah menggunakan kortikosteroid
topikal dalam jangka waktu lama. Dengan tappering down kortikosteroid dari potensi sedang ke
potensi ringan atau kortikosteroid rendah potensi atau meningkatkan durasi waktu antara aplikasi ke
aplikasi berikutnya dapat mencegah rebound effect.

FAKTOR SEL
Menggosok secara kuat atau memijat obat ke dalam kulit tidak hanya meningkatkan luas
permukaan kulit tertutup, tetapi juga meningkatkan suplai darah ke daerah tersebut secara lokal,
menambah penyerapan sistemik. Ini dapat menyebabkan efek eksfoliatif lokal yang juga akan
meningkatkan penetrasi. Adanya folikel rambut pada bagian tubuh tertentu juga meningkatkan
penyerapan obat, dengan daerah kulit kepala dan jenggot mengurangi barier bila dibandingkan
dengan daerah tubuh yang tidak berambut. Meskipun memiliki stratum korneum yang lebih tipis, kulit
orang yang lebih tua memiliki hidrasi yang kurang baik, dengan folikel rambut lebih sedikit dan dapat
menghambat penyerapan obat.
Mengurangi ukuran partikel dari bahan aktif meningkatkan rasio luas volume permukaan, yang
4
memungkinkan untuk kelarutan yang lebih besar dari obat dalam vehikulum. Ini merupakan dasar
untuk peningkatan penyerapan obat micronized.
KLASIFIKASI DAN APLIKASI KLINIS FORMULASI TOPIKAL
Vehikulum adalah bagian inaktif dari persiapan topikal yang membawa obat ke dalam kontak
dengan kulit. Sebelum pertengahan 1970-an perusahaan farmasi melakukan pengujian dampak
vehikulum pada potensi dari formulasi yang diberikan. Kurangnya analisis ilmiah dari vehikulum
menyebabkan pemasaran obat topikal, dengan konsentrasi yang berbeda dari bahan aktif yang sama,
namun didapatkan bioavailabilitas dan potensi yang sama. Misalnya, triamsinolon acetonide tidak
menunjukkan perbedaan potensi yang nyata antara konsentrasi 0,025 %, 0,1% dan 0,5 %. Sebaliknya,
pengembangan obat modern dalam upaya untuk memaksimalkan bioavailabilitas obat dengan
mengoptimalkan formulasi vehikulum. Selain itu, selama proses pengembangan obat saat ini, studi
dosis-respon didapatkan konsentrasi efektif maksimal didapatkan dari sebuah vehikulum yang, lebih
jauh peningkatan konsentrasi tidak memberikan efek terapeutik.
Vehikulum dari formulasi topikal sering memberikan efek nonspesifik dengan proses
pendinginan, pelindung, emolien, oklusif, atau sebagai astringen. Terapi topikal rasional,
menggunakan vehikulum yang sesuai dan dengan konsentrasi yang efektif. Fungsi vehikulum
didapatkan dengan optimal bila stabil baik secara kimia dan fisik dan tidak menonaktifkan obat.
Vehikulum juga harus tidak menyebabkan iritasi, nonallergenic, dapat diterima secara kosmetik, dan
mudah untuk digunakan. Selain itu, vehikulum harus melepaskan obat secara farmakologi ke dalam
kompartemen kulit. Akhirnya, pasien harus menerima dengan menggunakan vehikulum atau
kepatuhan akan menjadi tidak baik. Sebagai contoh, meskipun salep sering secara farmakodinamik
lebih efektif daripada krim, pasien umumnya memilih krim daripada salep, dengan demikian, tidak
mengherankan bahwa lebih banyak peresepan formulasi berbasis krim. Box 214-2 berisi banyak
bahan yang umum digunakan dalam terapi topikal. Banyak dari senyawa ini dapat memiliki lebih dari
satu fungsi tertentu dalam formulasi.

5
BEDAK

6
Bubuk menyerap kelembaban dan mengurangi gesekan. Karena mereka tidak patuh pada kulit,
penggunaannya adalah terutama terbatas pada tujuan kosmetik dan higienis. Umumnya, serbuk
digunakan di daerah intertriginosa dan pada kaki. Efek merugikan dari bubuk adalah caking (terutama
jika digunakan pada kulit dengan luka terbuka), pengerasan kulit, iritasi, dan pembentukan
granuloma. Selanjutnya, serbuk dapat terhirup oleh pengguna. Kebanyakan bubuk mengandung zinc
oxide untuk sifat antiseptik dan menutupi nya, bedak ( terutama terdiri dari magnesium silikat) untuk
pelumas dan pengeringan sifat-sifatnya, dan stearat untuk peningkatan kepatuhan pada kulit.
Calamine adalah populer bubuk kulit berwarna yang terdiri dari 98 % zinc oxide dan 1 % oksida besi
dan bertindak sebagai zat astringens untuk meringankan pruritus. Obat lain diformulasikan sebagai
bubuk termasuk beberapa obat antifungal yang dijual bebas.

POULTICES
Sebuah poultices , juga disebut sebagai cataplasm, adalah partikel dengan massa basah padat,
kadang-kadang terasa panas, yang diberikan pada kulit yang sakit. Secara historis, poultice yang
mengandung makanan, tumbuhan, tanaman, dan biji-bijian. Poultice modern sering terdiri dari
lubang berpori dextranomer. Poultic digunakan sebagai pembersih luka dan bahan penyerap pada lesi
eksudatif seperti dekubitus dan ulkus pada kaki.

OINTMENTS
Salep adalah preparat semipadat yang dapat menyebar dengan mudah. Salep ada yang
vehikulum berbasis petrolatum, mampu melakukan oklusi, hidrasi, dan pelumasan. Potensi obat
sering meningkat oleh vehikulum salep karena kemampuannya untuk meningkatkan permeabilitas.
Salep yang digunakan dalam dermatologi dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori: (1)
hydrocarbon base (2) absorbtion base (3) Water-in oil emulsions (4) Oil in Water Emulsions dan (5)
Water Soluble Base. Dermatologists umumnya mengacu pada basis hidrokarbon dan penyerapan
dasar sebagaimana salep dan air dalam minyak / minyak inwater basis emulsi sebagai krim. dalam
farmasi hal , semua persiapan tersebut salep dan khusus diindikasikan untuk kondisi yang
mempengaruhi gundul kulit ( telapak tangan dan kaki ) dan areas.5 lichenified

HYDROCARBON BASE
Juga disebut oleaginous base, Hydrocarbon base yang sering disebut sebagai emolien karena
mencegah penguapan air dari kulit dan terdiri dari campuran hidrokarbon dari berbagai berat
molekul, dengan petrolatum yang paling umum digunakan (petrolatum putih, kecuali untuk yang
diputihkan, identik dengan warna kuning petrolatum). Berminyak dan dapat menodai pakaian. Salep
7
silikon disusun oleh oksigen dan atom silikon yang terikat pada gugus organik, seperti fenil atau metil,
dan proteksi kulit yang sangat baik. Dapat digunakan untuk ruam popok, inkontinensia, luka
decubitus, dan daerah kolostomi. Hydrocarbon base umumnya stabil dan tidak mengandung
pengawet. Tidak dapat menyerap air, dan dengan demikian tidak digunakan untuk obat yang larut
dalam air.

ABSORPTION BASE
Absorption base berisi zat hidrofilik yang memungkinkan untuk penyerapan obat yang larut
dalam air. Senyawa Hidrofilik (polar) termasuk lanolin dan turunannya, kolesterol dan turunannya,
dan ester parsial dari alkohol polihidrat seperti sorbitan monostearat. Salep ini bersifat pelumas dan
hidrofilik, dan dapat membentuk emulsi. Berfungsi dengan baik sebagai emolien dan protektan.
Berminyak pada pengaplikasian, tetapi mudah untuk dihapus. Tidak mengandung air. Contohnya
termasuk lanolin anhidrat dan petrolatum hidrofilik.

WATER-IN OIL EMULSIONS ( KRIM )


Emulsi adalah sistem dua fase yang melibatkan satu atau cairan lainnya bercampur tersebar di
tempat lain, dengan bantuan dari satu atau lebih zat pengemulsi. Sebuah Water-in oil emulsions,
menurut definisi, mengandung kurang dari 25 % air, dengan minyak sebagai media dispersi. Dua fase
dapat memisahkan kecuali diaduk. Emulsifier (atau surfaktan) larut dalam kedua fase dan terdispersi
untuk mencegah peleburan. Contoh surfaktan yang digunakan meliputi sodium lauryl sulfate, the
quaternary ammonium compounds, Spans (sorbitan fatty acid esters), and Tweens (polyoxyethylene
sorbitan fatty acid esters). Pengawet sering ditambahkan untuk meningkatkan lama penyimpanan
emulsi ini . Water-in oil emulsions kurang berminyak menyebar dengan mudah pada kulit , dan
memberikan lapisan pelindung minyak yang tetap pada kulit sebagai emolien, sedangkan penguapan
lambat dari fasa air menyediakan effec pendingin

OIL IN WATER EMULSIONS


Oil in Water Emulsions mengandung lebih dari 31 % air. Bahkan, fasa air dapat terdiri hingga
80% dari formulasi. Jenis formulasi yang paling umum dipilih pada obat dermatologi. Secara klinis, Oil
in Water Emulsions menyebar dengan sangat mudah, dapat dicuci dan kurang berminyak, dan mudah
dihapus dari kulit dan pakaian. Biasanya mengandung pengawet, seperti paraben, untuk menghambat
pertumbuhan jamur. Selain itu, Oil in Water Emulsions mengandung humektan (bahan yang menarik
uap air ke dalam kulit), seperti gliserin, propilen glikol, atau polietilen glikol ( PEG ), untuk mencegah
krim kering. Fasa minyak mungkin berisi baik setil atau stearil alkohol (alkohol parafin) untuk
8
memberikan stabilitas dan rasa halus pada saat aplikasi ke kulit. Setelah aplikasi, fasa air menguap,
meninggalkan kedua lapisan hydrating layer of oil dan deposit konsentrasi drug.

WATER SOLUBLE BASE


Basis yang larut dalam air terdiri baik terutama atau seluruhnya dari berbagai PEG. Tergantung
pada berat molekulnya, PEG yang baik cair ( PEG 400 ) atau padat ( PEG 4.000 ). formulasi ini adalah
larut air, tidak akan membusuk, dan akan tidak mendukung pertumbuhan jamur, dan karenanya tidak
memerlukan aditif pengawet. Bersifat sedikit oklusif daripada Water-in oil emulsions , nonstaining ,
greaseless, dan mudah dibersihkan dari kulit. Tanpa air, salep ini buruk dalam mengantarkan
formulasi obat. Oleh karena itu, akan berguna bila praktisi berkeinginan konsentrasi permukaan yang
tinggi dan penyerapan rendah perkutan. Sebagai contoh, obat topikal antijamur dan antibiotik topikal
(misalnya, mupirocin) dirumuskan dalam jenis dasar. Gel yang dibuat dari basis yang larut dalam air
dengan merumuskan air, propilen glikol, dan / atau PEG dengan selulosa derivatif atau karbopol. Gel
terdiri dari organik makromolekul merata di kisi-kisi seluruh cairan. Setelah aplikasi, berair atau
komponen alkohol menguap, dan obat ini disimpan dalam bentuk terkonsentrasi. Ini memberikan
lebih cepat rilis independen obat kelarutan air. Gel yang populer karena kejelasan dan kemudahan
baik aplikasi dan penghapusan. Cocok untuk wajah atau daerah berbulu karena setelah aplikasi residu
sedikit yang tersisa. Namun demikian, kurang memiliki pelindung atau emolien. Jika mengandung
konsentrasi tinggi alkohol atau propilen glikol, cenderung mengeringkan atau menyebabkan pedih.
Gel membutuhkan preservatives. Gel formulasi Baru mungkin berisi gliserin humektan, yang
dimethicone emolien, atau polisakarida viskoelastik asam hyaluronic, yang dapat mengurangi
beberapa iritasi yang terkait. Gel berair, dengan basis seperti gliserol, dapat digunakan untuk terapi
terlarut buruk seperti 5- aminolevulonic acid. Mikrosfer, atau microsponges, diformulasikan dalam gel
berair. Obat-obatan, dalam hal ini tretinoin, adalah digabungkan menjadi lubang berpori 10-25 m
dengan diameter. Pri-pori terbuat dari metil metakrilat dan glikol dimetakrilat .

PASTA
Pasta adalah penggabungan konsentrasi tinggi bubuk (sampai 50%) menjadi salep seperti
dasar hidrokarbon atau emulsi air dalam minyak. Bedak harus larut dalam salep. Selalu, mereka
adalah "kaku" daripada salep asli. Serbuk yang sering digunakan adalah zinc oxide, pati, kalsium
karbonat, dan bedak. Pasta berfungsi untuk melokalisasi efek noda dari obat (yaitu, anthralin ).
Berfungsi sebagai penghalang kedap yang melayani sebagai protectants atau sunblocks. Pasta kurang
berminyak dari salep, lebih pengeringan, dan kurang occlusive.

9
CAIRAN
Cairan dapat dibagi lagi menjadi larutan, suspensi, emulsi ( dibahas dalam Bagian "Salep"), dan busa.

SOLUSIO
Solusio melibatkan pembubaran dari dua atau lebih zat menjadi kejelasan homogen.
vehikulum cair mungkin berair, hydroalcoholic, atau tidak berair (alkohol, minyak, atau propilen
glikol). Contoh larutan berair adalah aluminium asetat atau Solusi Burow. Sebuah solusi
hydroalcoholic dengan konsentrasi alkohol sekitar 50 % disebut tingtur. Sebuah collodion adalah
solusi berair dari pyroxylin dalam campuran dengan eter dan etanol, dan diterapkan pada kulit
dengan sikat lembut. Kolodion fleksibel memiliki ditambahkan minyak jarak dan kamper dan
digunakan, misalnya, untuk memberikan 10 % asam salisilat sebagai bahan keratolitik. Liniments
solusi berair obat dalam minyak atau larutan alkohol sabun. Dasar minyak atau sabun memfasilitasi
aplikasi untuk kulit dengan menggosok atau pijat. Liniments dapat digunakan sebagai counterirritants,
astringents, antipruritus, emolien, dan analgesik.

SUSPENSI (LOTIONS)
Suspensi atau lotion, adalah sistem dua fase yang terdiri dari halus dibagi, obat tidak larut
tersebar ke dalam cairan dalam konsentrasi hingga 20 %. Dosis yang saama dapat terjadi jika partikel
tersuspensi menyatu dan terpisah dari campuran homogen, oleh karena itu pengocokan dari lotion
sebelum aplikasi diperlukan. Contoh termasuk calamine lotion, lotion steroid, dan emolien
mengandung urea atau asam laktat. Lotion yang diaplikasikan memberi rasa dingin pada kulit melalui
penguapan air. Lotion lebih mudah untuk diaplikasikan dan memungkinkan untuk diaplikasikan pada
lapisan daerah yang terkena, dan sering favorit dalam merawat anak. Lotion lebih pengeringan dari
salep, dan olahan dengan alkohol cenderung menyengat eczematized atau terkelupas. Lotion cocok
untuk aplikasi ke permukaan besar daerah karena kemampuan untuk menyebarkan dengan mudah.
Shake lotion
Shake lotion adalah lotion untuk yang bubuk ditambahkan untuk meningkatkan luas
permukaan penguapan. Sebagai akibat dari peningkatan penguapan, penerapan lotion shake efektif
untuk mengeringkan dan mendinginkan kulit basah dan terbuka. Umumnya, lotion shake terdiri dari
seng oksida, talk, calamine, gliserol, alkohol, dan air, yang obat tertentu dan stabilisator mungkin
ditambahkan. lotion shake cenderung membentuk sedimen, dan dikocok sebelum setiap kali
digunakan untuk mendapatkan suspensi homogen. Selain itu, setelah air menguap dari lotion,
komponen bubuk dapat mengumpul dan menjadi kasar. Oleh karena itu, pasien harus diinstruksikan
untuk menghilangkan partikel sisa sebelum mengaplikasikan kembali shake lotions.
10
FOAMS
Busa adalah cairan triphasic terdiri dari minyak, pelarut organik dan air, yang disimpan di
bawah tekanan dalam kaleng aluminium. Busa dirumuskan dengan propelan hidrokarbon, baik
butana atau propane. Busa kisi terbentuk ketika katup diaktifkan. Setelah kontak dengan kulit, kisi
rusak, alkohol menguap dalam waktu 30 detik, dan daun residu minimal di kulit. Komponen alkohol
busa diduga bertindak sebagai penambah penetrasi, sejenak mengubah sifat penghalang stratum
korneum dan studi sebelumnya menyatakan meningkatkan pemberian obat. Vehikulum busa sangat
efektif dalam memberikan jumlah yang lebih besar dari obat aktif bila dibandingkan dengan
vehikulum lain yang secara tradisional tergantung pada hidrasi ruang intraseluler dalam strata busa
corneum. belum terkait dengan peningkatan efek samping dan kepatuhan untuk menjadi lebih baik
dengan formulasi ini, terutama untuk kondisi lokal yang mempengaruhi scalp.

AEROSOL
Aerosol topikal dapat digunakan untuk memberikan obat diformulasikan sebagai larutan,
suspensi, emulsi, serbuk, dan semisolids. Aerosol melibatkan diformulasikan obat dalam larutan
dalam propelan murni. Biasanya, yang propelan adalah campuran hidrokarbon nonpolar. Ketika
diterapkan untuk terkelupas atau eczematized kulit, aerosol kurang iritasi formulasi lain, terutama
ketika kualitas kulit membuat aplikasi langsung menyakitkan atau sulit. Selanjutnya, aerosol
mengeluarkan obat sebagai lapisan tipis dengan limbah yang minimal, dan bagian yang tidak terpakai
tidak dapat terkontaminasi. Aerosol busa, relatif vehikulum baru untuk pengiriman obat, biasanya
digunakan untuk memberikan kortikosteroid seperti betametason valerat dan propionat klobetasol.
Busa mengandung obat dalam emulsi diformulasikan dengan bahan pembusa (surfaktan), sistem
pelarut (seperti air dan etanol), dan propelan. Pada aplikasi, busa terbentuk sementara sampai rusak
oleh panas kulit dan menggosok busa ke kulit. Busa yang berbasis alkohol sangat sedikit residu dalam
hitungan detik dari aplikasi mereka. Selain itu, diberikan kortikosteroid diformulasikan dalam
vehikulum busa menunjukkan potensi sebanding jika dibandingkan dengan kortikosteroid yang sama
di vehikulum lain. Meskipun aerosol memungkinkan untuk kemudahan aplikasi (terutama untuk
daerah yang ditumbuhi rambut) dan kepuasan pasien yang tinggi, kerugiannya karena mahal dan
berpotensi merusak ekologis.

PENETRATION ENHANCERS
Chemical Enhancers
Sebuah penambah penetrasi adalah senyawa yang mampu mempromosikan transportasi obat
11
melalui penghalang kulit. Hidrasi kulit dan interaksi dengan kelompok kepala polar dari lipid adalah
mekanisme untuk meningkatkan penetrasi. Air, alkohol (terutama etanol), sulfoksida
(dimetilsulfoksida /DMSO), decylmethylsulphoxide/ DCMS, azones (laurocapram), dan urea adalah
beberapa compounds. Yang paling umum digunakan Urea diduga bertindak sebagai penambah
penetrasi karena sifat keratolitik dan dengan meningkatkan air konten dalam stratum korneum. Zat
lain yang juga dapat bertindak sebagai peningkat termasuk propylene glycol, surfaktan, asam lemak,
dan ester. Sistem vesikular yang banyak digunakan dalam dermatologi dan bidang kosmetik untuk
meningkatkan transportasi obat ke dalam kulit melalui transelular dan jalur folikel. Contoh sistem
vesikular termasuk liposom (vesikel fosfolipid-based), Niosom (nonionik vesikel surfaktan),
proliposomes dan proniosom, yang masing-masing, akan dikonversi ke liposom dan Niosom pada
hydration.

Physical Enhancers
Physical Enhancers seperti penerapan arus listrik kecil ( iontophoresis ), energi ultrasound
( phono atau sonophoresis) dan penggunaan microneedles meningkatkan penetrasi obat pada kulit.
Microdermoabrasi adalah aplikasi kristal (umumnya aluminium oksida) pada kulit dan kristal tersebut
dan kulit di bawah dihisap vakum. Teknik ini meningkatkan permeasi obat dan memfasilitasi
penyerapan obat dengan mengubah arsitektur stratum corneum.

STABILIZERS
Stabilizer adalah bahan nontherapeutic dan mencakup pengawet, antioksidan, dan bahan
chelating. Pengawet melindungi formulasi dari mikroba pertumbuhan. Pengawet yang ideal adalah
efektif pada konsentrasi rendah terhadap spektrum yang luas dari organisme, nonsensitizing, bebas
bau, warna bebas, stabil, dan murah. Sayangnya, pengawet yang ideal tidak ada. Paraben paling
sering ditambahkan sebagai pengawet, dan aktif terhadap molds, jamur, dan ragi, tetapi kurang
efektif terhadap bakteri. Alternatif bahan meliputi fenol terhalogenasi, asam benzoat, natrium
benzoat, formaldehida, formaldehydereleasing yang bahan, dan sebelumnya, thimerosal. Paling
umum pengawet yang digunakan dapat bertindak sebagai sensitizer kontak. Antioksidan mencegah
atau pengawet obat atau vehikulum melalui oksidasi. Contoh butylated hydroxyanisole dan butylated
hydroxytoluene, yang digunakan dalam minyak dan lemak. Asam askorbat, sulfit, dan mengandung
sulfur asam amino yang digunakan secara bertahap larut dalam air. Chelating bahants, seperti
natrium EDTA dan asam sitrat, bekerja secara sinergis dengan antioksidan dengan pengompleks logam
berat di fasa air.

12
THICKENING bahan TS
Bahan pengental meningkatkan viskositas produk atau menangguhkan bahan dalam formulasi.
Contoh termasuk lebah - lilin dan karbomer. Selain fungsi sebagai vehikulum salep, petrolatum
mungkin ditambahkan ke emulsi untuk meningkatkan viskositas. seperti dalam contoh ini, bahan
mungkin memiliki terapi efek serta bertindak sebagai bagian dari vehikulum.

TOKSISITAS OBAT TOPIKAL


Efek lokal
Entah vehikulum atau bahan aktif yang dapat menyebabkan toksisitas lokal ke tempat apikasi.
Efek samping lokal biasanya ringan dan reversibel. Efek samping utama iritasi, alergenisitas, atrofi,
comedogenicity, pembentukan telangiectasis, pruritus, menyengat, dan rasa sakit. Mekanisme
toksisitas mungkin yang sederhana seperti pengeringan stratum korneum (penghapusan sebum dan
minyak oleh persiapan ini pengemulsi, misalnya) atau melibatkan lebih Efek yang kompleks baik pada
sel-sel epidermis atau dermis dan struktur sel-sel ini terdiri dari (yaitu, epidermis, adnexa). Kerusakan
lokal dapat terjadi baik langsung pada, atau dalam waktu dekat. Selanjutnya, iritasi dan kerusakan
mungkin muncul bahkan setelah obat telah dihentikan. Seringkali masking effect theraphy dari bahan
aktif atau segera mengobati efek sehingga efek toksik yang transient. Misalnya, dermatitis kontak
alergi terhadap pengawet dalam topikal steroid dapat ditutupi oleh efek dari steroid itu sendiri.

Irritant Contact Dermatitis


Gangguan tergantung penetrasi obat dan konsentrasi obat. Dengan demikian, menurunkan
konsentrasi obat dapat menurunkan risiko efek samping. Namun, perubahan dalam peresepan dapat
mengurangi khasiat obat. Namun demikian, sering menggunakan konsentrasi rendah selama periode
yang lama adalah sebagai terapi mujarab dan meminimalkan efek samping; misalnya, penggunaan
benzoil peroksida 2% sampai 5% berbeda dengan 10 %. Dalam beberapa kasus, meskipun terjadi
iritasi kulit potensi menjadi pusat khasiat obat. Sebagai contoh, meskipun tidak meyakinkan
menunjukkan, kekuatan imunomodulasi bahan seperti imiquimod mungkin bergantung pada
peningkatan bawaan (inflamasi atau iritasi) respon imun.

Subyektif or Sensory Iritasion Contact Dermatitis


Pasien mungkin merasa terbakar atau sensasi menyengat tanpa tanda-tanda kulit iritasi
setelah mengaplikasikan obat topikal. Beberapa senyawa dapat menyebabkan sensorik kontak iritan
dermatitis pada individu cenderung, seperti tacrolimus, sorbat asam, propilen glikol, benzoil
peroksida hydroxy acids, mequinol, etanol, asam laktat, azelaic asam, asam benzoat, dan tretinoin.
13
Alergic Contact Dermatitis
Sebaliknya iritasi lokal, pengembangan alergi kontak tergantung pada penetrasi lokal. Alergi,
tentu saja, didorong oleh adanya antigen dan presentasi, dan dengan demikian, perkutan penyerapan
obat harus berada pada tingkat yang menjamin interaksi dengan efektor kekebalan tubuh sel-sel kulit.
Oleh karena itu, alergenisitas kontak obat berhubungan paling signifikan terhadap penyerapan. Dalam
beberapa kasus, alergi kulit mungkin terjadi, misalnya, pengobatan pasien dengan limfoma sel - T kulit
dengan topikal nitrogen mustard. Pergeseran dalam sel T ganas dari T helper (Th) 2 ke Th1 tipe sitokin
ekspresi diyakini menyebabkan apoptosis sel T ganas dan regresi tumor.

MALIGNANCIES
Jarang, terapi topikal mungkin mengakibatkan neoplasia. Sebagai contoh, risiko sekunder
keganasan, seperti keratoacanthomas, basal dan karsinoma sel skuamosa, lentigo maligna dan
melanoma primer telah dilaporkan dengan jangka panjang yang penggunaan mustard nitrogen.

LAIN-LAIN
Pemberian kortikosteroid topikal untuk kulit periorbital telah dilaporkan dapat menginduksi
katarak dan peningkatan tekanan intraokular.

EFEK SISTEMIK
Kita harus menyadari potensi toksisitas sistemik obat topikal. Meskipun umumnya lebih aman
daripada rute lain, aplikasi topikal dapat menghasilkan toksisitas sistemik mulai dari organ hingga
sistem saraf pusat, jantung, ginjal, dll, teratogenicity, dan carcinogenicity. Hasil ini mungkin
berhubungan dengan obat itu sendiri, metabolit, atau bahkan komponen vehikulum. Kinetika obat
topikal diterapkan berbeda secara signifikan dari yang diberikan oleh rute lain. Satu pertimbangan
penting adalah kurangnya metabolisme hepatic first pass dari obat topikal. Hal ini sangat relevan
untuk obat-obatan seperti asam salisilat yang relatif berbahaya bila diberikan secara enteral, tetapi
dapat bermanifestasi toksisitas sistem saraf pusat bila diterapkan secara topikal. Selain itu, bertindak
sebagai reservoir, stratum korneum dapat menyimpan sejumlah besar obat topikal, dan periode difusi
kemudian panjang banyak hari mungkin terjadi, memberikan pasokan obat sirkulasi sistemik.
Toksisitas perkutan langsung berhubungan dengan penyerapan percutaneous. Oleh karena itu,
faktor yang memodulasi penyerapan juga mempengaruhi toksisitas: konsentrasi obat, vehikulum,
penggunaan oklusi, daerah tubuh dan daerah diobati, frekuensi penggunaan, durasi terapi, dan sifat
kulit yang sakit. Sebagai contoh, 6 % salisilat asam di Eucerin digunakan selama 11 hari dalam
14
pengobatan psoriasis telah dikaitkan dengan epistaksis dan tuli, sedangkan konsentrasi yang sama
dari asam salisilat dalam cream hidrofilik dengan oklusi selama 4 hari untuk pengobatan dermatitis
(melibatkan jumlah dan luas permukaan tubuh yang sama) dapat mengakibatkan halusinasi. Mirip
efeknya terhadap obat sistemik diberikan, penyakit ginjal dan hati, dengan mempengaruhi klirens
obat, juga berkontribusi terhadap peningkatan potensi untuk obat toksisitas.
Anak-anak memiliki volume rasio luas permukaan yang lebih besar, dan dengan demikian
berada pada risiko yang lebih besar toksisitas daripada orang dewasa. Fenomena ini memerlukan
obat alternatif, formulasi, dan jadwal dosis untuk anak-anak dengan penyakit kulit yang meluas.
Pasien dengan flare akut penyakit kulit (misalnya psoriasis atau dermatitis atopik) mungkin
memerlukan pengobatan luas permukaan tubuh yang lebih besar dalam waktu yang relatif periode
waktu disingkat. Pasien-pasien ini mungkin juga meningkatkan dosis dan frekuensi aplikasi mereka
selama flare tersebut. Ditambah dengan peningkatan kemungkinan penyerapan perkutan kulit yang
sakit, meningkatkan kemungkinan toksisitas sistemik, dan edukasi pasien sangat penting untuk
mencegah risiko toksisitas dari obat topikal dan meningkatkan efektivitas pengobatan, banyak praktisi
secara rasional akan menganjurkan pendekatan sistemik (yaitu, metotreksat, siklosporin, injeksi atau
biologis infusable, atau radioterapi ultraviolet) untuk pasien yang penyakit melibatkan luas luas
permukaan tubuh

Reaksi hipersensitivitas tipe I


Pada kasus yang jarang, syok anafilaksis dapat diendapkan oleh aplikasi obat topikal. Misalnya,
ketika dioleskan pada kulit yang sakit atau terkelupas, bacitracin salep dapat menginduksi tipe
langsung (tipe I) Reaksi hipersensitivitas pada individu yang rentan. Reaksi mungkin diawali secara
lokal dan kemudian kemudian terjadi pruritus dan mengarah ke cardiopulmonary arrest.
Nonimmunologic toksisitas akut hasil dari zat-zat seperti pestisida dan bahan kimia bahan yang cepat
menyebar melalui kulit dan mencapai organ sasaran.

MALIGNANCIES
Inhibitor kalsineurin sistemik telah dikaitkan dengan peningkatan risiko limfoma dan kanker
kulit nonmelanoma. Tapi topikal penggunaan obat tersebut tidak tampak terkait untuk cancer.
Bahkan, risiko untuk limfoma dengan penggunaan inhibitor kalsineurin topikal dinilai dalam penelitian
pada hewan yang menunjukkan peningkatan risiko ketika tingkat konsentrasi dalam darah telah 30
kali lebih tinggi dari yang diukur setelah aplikasi topikal pada manusia. Sejumlah penelitian telah
menunjukkan efikasi dan keamanan inhibitor kalsineurin topikal. Lebih dari 50 kasus limfoma telah
dilaporkan, meskipun topikal kalsineurin penggunaan inhibitor. Namun demikian, perlu informasi
15
tindak lanjut tambahan untuk keamanan jangka panjang dari golongan obat ini. Dua percobaan
jangka panjang saat ini sedang dilakukan mungkin membantu mengatasi hal ini.

ENDOCRINE SYSTEM
Kortikosteroid topikal jarang menyebabkan penekanan hipotalamus-hipofisis-adrenal axis,
retardasi pertumbuhan, hiperglikemia, iatrogenik Sindrom Cushing dan kepala femoral osteonekrosis.
Faktor-faktor yang meningkatkan penyerapan obat secara langsung terkait dengan peningkatan efek
samping; Oleh karena itu, hati-hati pemantauan harus dipastikan ketika meresepkan penggunaan di
daerah permukaan yang besar, lama penggunaan kortikosteroid, penggunaan di bawah oklusi, potensi
tinggi kortikosteroid, atau penggunaan untuk kelompok usia anak (karena rasio massa tubuh dan luas
permukaan tubuh mereka). Pemberian obat transdermal, berbeda dengan topikal, menggunakan
aplikasi topikal terapi obat sebagai sistem pengiriman untuk terapi sistemik. Patch transdermal telah
disetujui oleh AS Food and Drug Administration sejak tahun 1981 (skopolamin menjadi yang pertama)
untuk pengiriman 13 obat-obatan berbeda, untuk mencari persetujuan. Patch yang paling yang umum
digunakan adalah nitrogliserin dan fentanyl.
Keuntungan dari pendekatan ini dapat dikendalikan pelepasan obat, profil darah tingkat stabil
dengan zeroorder kinetika, kurangnya plasma puncak, dan, dalam beberapa kasus, meningkatkan
kepatuhan pasien. Patch ini tetap pada kulit selama 12 jam untuk 1 minggu. Patch terdiri dari
belakang plastik, reservoir obat, membran atau polimer Sistem matriks untuk difusi dikontrol, diikuti
perekat yang digunakan adalah akrilat, silikon, dan polyisobutylenes. Tambalan ini telah diuji dan
disetujui untuk digunakan pada paha, bokong, perut, lengan atas, dan dada; aplikasi untuk tempat
lain dapat menyebabkan baik sub atau supratherapeutic. Efek merugikan dari patch termasuk lokal
iritasi dan dermatitis kontak alergi ke salah satu perekat atau obat itu sendiri dan mungkin
memerlukan penghentian. Terapi topikal merupakan salah satu andalan terapi untuk dokter kulit.
Pemahaman dari interaksi antara konsentrasi obat, penetrasi, ketersediaan, dan pengobatan sakit
kulit memungkinkan dokter untuk memaksimalkan khasiat dan tolerabilitas terapi topikal.
Pemahaman toksisitas lokal dan sistemik memungkinkan pemilihan, terapi yang aman sesuai untuk
pasien dan meminimalkan efek yang tidak diinginkan. Pilihan yang tepat dari topikal agent dan
edukasi pasien pada penggunaan yang tepat dapat mengoptimalkan hasil terapi.

16
KESIMPULAN

1. Terdapat dua pedoman dasar dalam memberi obat topikal, yaitu terhadap lesi yang
basah dan kering dan pada kondisi akut dari dermatosis.

2. Vehikulum adalah bagian inaktif dari sediaan topikal yang membawa obat
berkontak dengan kulit.

3. Vehikulum suatu sediaan topikal memiliki efek non spesifik yang bermanfaat
melalui efek mendinginkan, protetif, emolien, oklusi, atau astringen.

17
4. Fungsi vehikulum akan optimal bila vehikulum tersebut stabil, baik secara fisika
maupun kimia dan tidak menginaktifkan obat.

5. Vehikulum terdiri dari bedak, cairan, ointment, pasta, poultice, bedak kocok,
aerosol.

6. Baik vehikulum atau bahan aktif dapat menyebabkan keracunan lokal ke area yang
diaplikasikan. Efek samping lokal biasanya ringan dan reversibel. Efek samping
mayor termasuk iritasi kulit, alergenisitas, atrofi, komedogenisitas, pembentukan
telangiektasis, pruritus, rasa menyengat, dan nyeri.

7. Meskipun umumnya lebih aman daripada rute lain administrasinya, aplikasi topikal
dapat menyebabkan toksisitas sistemik mulai dari toksisitas (sistem saraf pusat,
jantung, ginjal, dll), teratogenisitas, dan karsinogenisitas interaksi obat. Hasil ini
mungkin berhubungan dengan obat itu sendiri, metabolitnya, atau bahkan dengan
komponen vehikulum.

8. Farmakokinetik yang berhubungan dengan aplikasi topikal obat menggambarkan

time-dependent konsentrasi obat setelah aplikasi obat pada permukaan kulit,


perjalanan obat selanjutnya melalui sawar kulit ke dalam lapisan kulit di bawahnya,
dan distribusinya ke sirkulasi sistemik.

18

Anda mungkin juga menyukai