BAB I-V Revisi
BAB I-V Revisi
BAB I-V Revisi
PENDAHULUAN
1
berdasarkan temuan radiologis tidak menunjukkan gejala pada sendi.1
Osteoarthritis simptomatik (nyeri pada persendian yang didukung
gambaran radiologis OA) pada lutut terjadi sebesar 12% dari orang usia 60
di Amerika Serikat dan 6% dari seluruh orang dewasa usia 30. OA
panggul simptomatik kira-kira sepertiga dari penyakit OA pada lutut.
Sementara OA asimtomatik (tidak menimbulkan gejala namun sudah
dibuktikan dari gambaran radiologis) pada tangan seringkali terjadi pada
pasien usia lanjut. Meski begitu, OA simptomatik di tangan juga terjadi
pada 10% orang tua dan sering menghasilkan keterbatasan fungsi gerak
sendi.2,4
Prevalensi OA meningkat berbanding lurus dengan usia. Terlepas
dari hal tersebut, OA jarang terjadi pada orang dewasa di bawah usia 40
tahun dan sangat lazim terjadi pada orang di atas usia 60 tahun. Penyekit
ini juga jauh lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
2
1.3 Aspek Disiplin Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnosis Holistik
Komprehensif pada Osteoarthritis
Untuk pengendalian permasalahan Osteoarthritis pada tingkat
individu dan masyarakat secara komprehentif dan holistik yang disesuaikan
dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), maka mahasiswa
program profesi dokter Universitas Muslim Indonesia melakukan kegiatan
kepanitraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran
Komunitas dilayanan primer (Puskesmas) dengan tujuan untuk meningkatkan
kompetensi yang dilandasi oleh profesionalitas yang luhur, mawas diri dan
pengembangan diri, serta komunikasi efektif. Selain itu kompetensi
mempunyai landasan berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu
kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan.
3
dan komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas
berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang
optimum.
1.3.6 Keterampilan Klinis (Kompetensi 6) : Mahasiswa mampu
melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah Osteoarthritis
dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan
keselamatan orang lain.
1.3.7 Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7) : Mahasiswa
mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat
secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif, dan
berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah untuk dapat
menerapkan penatalaksanaan penderita Osteoarthritis dengan pendekatan
kedokteran keluarga secara paripurna (komprehensif) dan holistik, sesuai
dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), berbasis Evidence
Based Medicine (EBM) pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko
dan masalah klinis serta prinsip penatalaksanaan penderita Osteoarthritis
dengan pendekatan kedokteran keluarga di Puskesmas Sudiang Raya tahun
2018.
4
1.4.2 Tujuan Khusus:
5
4. Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka
memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai evidenve based medicine
dan pendekatan diagnosis holistik Osteoarthritis serta dalam hal penulisan
studi kasus.
6
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS
O
Infeksi
P S
E T
Invasi kuman patogen
E
N O
Y Virus A
Inflamasi R
E
T
B Non Infeksi H
A R
Genetik I
B
T
Autoimun
I
S
7
2.2 Pendekatan Konsep Mandala
Gaya Hidup
- Kebiasaan pasien
mengkonsumsi makanan
kurang serat, makanan yang
digoreng serta teh
- Kurang aktifitas fisk
- Istirahat yang kurang
Bio-Psiko-Sosio-Ekonomi
- Kekhawatiran keluarga pasien jika
Perilaku Kesehatan keadaan sakitnya makin memburuk
- Pasien tidak patuh atas - Kondisi ekonomi menengah ke
edukasi dokter untuk bawah
mengikuti senam prolanis - Kehidupan sosial dengan lingkungan
cukup baik
- Tidak berobat secara teratur
- Kurangnya pengetahuan mengenai
- Pola hidup bersih dan sehat Osteoarthritis
(PHBS) kurang
KELUARGA
PASIEN
Pelayanan Lingkungan
Kesehatan Bengkak dan nyeri
- Jarak rumah dengan Pekerjaan
puskesmas cukup
pada lutut kiri - Pasien bekerja
dekat dialami sejak 1 sebagai ibu rumah
- Pasien memiliki BPJS
- Penyuluhan oleh minggu yang lalu. tangga
petugas kesehatan
tentang rheumathid Nyeri pada lutut - Riwayat pasien
arthritis belum kiri disertai merah sering mengangkat
maksimal
dan kaku. Riwayat beban berat bila
bepergian
demam tidak ada.
Komunitas
Dukungan gaya hidup sehat dari keluarga kurang
Pemukiman yang padat dan sanitasi lingkunan yang baik
8
2.3 Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga di
Layanan Primer
9
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi
organ
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya
5. Menentukan interval kunjungan terapi.
10
5. Pelayanan medis yang terpadu
11
Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat dari
beberapa aspek yaitu:
I. Aspek Personal : Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran.
II. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan
diagnosis kerja dan diagnosis banding.
III. Aspek Internal : Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
IV. Aspek Eksternal : Psikososial dan ekonomi keluarga.
V. Derajat Fungsi Sosial :
- Derajat 1 :Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
- Derajat 2 :Pasien mengalami sedikit kesulitan.
- Derajat 3 :Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan.
- Derajat 4 :Banyak kesulitan. Tak melakukan aktifitas kerja, tergantung
pada keluarga.
- Derajat 5 : Tak dapat melakukan kegiatan
2.4 Osteoarthritis
2.4.1 Definisi
Osteoarthritis merupakan gangguan pada satu sendi atau lebih, bersifat
lokal, progresif dan degeneratif yang ditandai dengan perubahan patologis pada
struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang rawan/kartilago
hialin. Hal tersebut disertai dengan peningkatan ketebalan dan sklerosis
dari subchondral yang bisa disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada
tepian sendi, peregangan kapsul artikular, synovitis ringan pada
1
persendian, dan lemahnya otot-otot yang menghubungkan persendian.
12
2.4.2 Epidemiologi
13
2.4.2.2 Epidemologi Osteoarthritis Berdasarkan Variabel
Epidemologi2
a. Distribusi menurut orang (person)
- Distribusi menurut umur
Risiko perkembangan OA lutut sekitar 40% pada laki-laki dan
47% pada wanita. Oliveria melaporkan rata-rata insiden OA
panggul, lutut dan tangan sekitar 88, 240, 100/100.000 disetiap
tahunnya. Insiden tersebut akan meningkat pada usia 50 tahun keatas
dan menurun pada usia 70 tahun.
- Distribusi menurut jenis kelamin
Prevalensi dari OA lutut lebih tinggi terjadi pada wanita
dibanding pada laki-laki yaitu 13% pada wanita dan 10% pada laki-
laki.
- Distribusi menurut etnik
Penyakit ini menyerang orang-orang di seluruh dunia dari
berbagai suku bangsa meskipun terdapat perbedaan prevalensi pada
pola sendi yang mengalami osteoarthritis. Hal ini berkaitan dengan
perbedaan gaya hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan.
b. Distribusi menurut tempat
- Lingkungan
Penyakit rheumathoid arthritis dapat menyerang di lingkungan
mana saja, terutama jika daerah tersebut merupakan daerah pekerja
yang melakukan ekerjaan secara berulang-ulang.
- Kondisi Sosial Ekonomi
Penyakit osteoarthritis dapat menyerang siapa saja baik dari
kalangan menengah atas maupun menengah bawah.
- Distribusi menurut waktu
Penyakit osteoarthritis dapat menyerang kapan saja tanpa
mengenal waktu.
14
2.4.3 Patogenesis
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses
penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa
OA merupakan gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago
dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas
diketahui. Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan mekanisme
perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain
sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera.7
Pada Osteoarthritis terjadi perubahan-perubahan metabolisme tulang
rawan sendi. Perubahan tersebut berupa peningkatan aktifitas enzim-enzim yang
merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi, disertai penurunan sintesis
proteoglikan dan kolagen. Hal ini menyebabkan penurunan kadar proteoglikan,
perubahan sifat-sifat kolagen dan berkurangnya kadar air tulang rawan sendi.
Pada proses degenerasi dari kartilago artikular menghasilkan suatu substansi atau
zat yang dapat menimbulkan suatu reaksi inflamasi yang merangsang makrofag
untuk menhasilkan IL-1 yang akan meningkatkan enzim proteolitik untuk
degradasi matriks ekstraseluler.5
Gambaran utama pada Osteoarthritis adalah :8
1. Dektruksi kartilago yang progresif
2. Terbentuknya kista subartikular
3. Sklerosis yang mengelilingi tulang
4. Terbentuknya osteofit
5. Adanya fibrosis kapsul
Perubahan dari proteoglikan menyebabkan tingginya resistensi dari
tulang rawan untuk menahan kekuatan tekanan dari sendi Penurunan kekuatan
dari tulang rawan disertai degradasi kolagen memberikan tekanan
yang berlebihan pada serabut saraf dan tentu saja menimbulkan kerusakan
mekanik. Kondrosit sendiri akan mengalami kerusakan. Selanjutnya akan terjadi
perubahan komposisi molekuler dan matriks rawan sendi, yang diikuti oleh
kelainan fungsi matriks rawan sendi. Melalui mikroskop terlihat permukaan
15
mengalami fibrilasi dan berlapis-lapis. Hilangnya tulang rawan akan
menyebabkan penyempitan rongga sendi. Pada tepi sendi akan timbul respons
terhadap tulang rawan yang rusak dengan pembentukan osteofit. Pembentukan
tulang baru (osteofit) dianggap suatu usaha untuk memperbaiki dan membentuk
kembali persendian. Dengan menambah luas permukaan sendi yang dapat
menerima beban, osteofit diharapkan dapat memperbaiki perubahan-perubahan
awal tulang rawan sendi pada Osteoarthritis. Lesi akan meluas dari pinggir sendi
sepanjang garis permukaan sendi. Adanya pengikisan yang progresif
menyebabkan tulang yang dibawahnya juga ikut terlibat. Hilangnya tulang-tulang
tersebut merupakan usaha untuk melindungi permukaan yang tidak terkena.
Sehingga tulang subkondral merespon dengan meningkatkan selularitas dan
invasi vaskular,akibatnya tulang menjadi tebal dan padat (eburnasi). Pada akhirnya
rawan sendi menjadi aus, rusak dan menimbulkan gejala-gejala Osteoarthritis
seperti nyeri sendi, kaku, dan deformitas.6,7,8
Patologik pada OA ditandai oleh kapsul sendi yang menebal
dan mengalami fibrosis serta distorsi. Pada rawan sendi pasien OA
juga terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan
aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya
penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah
subkondral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis
jaringan subkondral tersebut. Ini mengakibatkan dilepaskannya
mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin yang
selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkondral yang
diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat
menghantarkan rasa sakit.6
Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari
dilepasnya mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang
menyebabkan radang sendi, peregangan tendon atau ligamentum
serta spasmus otot-otot ekstraartikuler akibat kerja yang berlebihan.
Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang
menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla
16
spinalis serta kenaikan tekanan vena intrameduler akibat stasis vena
intrameduler karena proses remodelling pada trabekula dan
subkondral.
Sinovium mengalami keradangan dan akan memicu
terjadinya efusi serta proses keradangan kronik sendi yang terkena.
Permukaan rawan sendi akan retak dan terjadi fibrilasi serta fisura
yang lama-kelamaan akan menipis dan tampak kehilangan rawan
sendi fokal. Selanjutnya akan tampak respon dari tulang
subkhondral berupa penebalan tulang, sklerotik dan pembentukkan
kista. Pada ujung tulang dapat dijumpai pembentukan osteofit serta
penebalan jaringan ikat sekitarnya. Oleh sebab itu pembesaran tepi
tulang ini memberikan gambaran seolah persendian yang terkena itu
bengkak.5,7
17
dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari
luar kartilago.7
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa
sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi
(sinovitis ), efusi sendi, dan edema sumsum tulang. Osteofit
merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit
tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang
hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang
Hal ini menimbulkan nyeri.6
Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae
di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah akibat dari
anserine bursitis dan sindrom iliotibial band.7,8
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara
perlahan sejalan dengan pertambahan rasa nyeri.7
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam
diri atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi
atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun
tidur di pagi hari.7
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang
sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya
hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk
oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan
perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak
tertentu.7
e. Pembesaran sendi ( deformitas )
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar.7
f. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi
18
pada sendi yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena
adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah.7
g. Tanda – tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan )
dapat dijumpai pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda –
tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit
yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut.7
h. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan
merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA,
terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan
dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan terutama pada
OA lutut.7
1. Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat
ditegakkan dengan gambaran radiologis, yaitu menyempitnya celah
antar sendi, terbentuknya osteofit, terbentuknya kista, dan sklerosis
10
subchondral.
2. Pemeriksaan Laboratorium dan MRI
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak
banyak berguna. Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas – batas
normal. Pemeriksaan imunologi masih dalam batas – batas normal.
Pada OA yang disertai peradangan sendi dapat dijumpai
peningkatan ringan sel peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan
nilai protein. 10
Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah
MRI yaitu untuk mengetahui derajat patologisnya, namun
19
pemeriksaan ini jarang dilakukan sebagai penunjang diagnostik
dalam osteoarthritis, karena sebagian besar gambaran penyakit ini
sudah bisa dinilai berdasarkan pemeriksaan sinar-x.
20
8. RF <1:40
9. analisis cairan sinovium sesuai osteoarthritis
Catatan: Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%.
Kriteria diagnosis osteoarthritis tangan adalah nyeri tangan,
2.4.7 Penatalaksanaan
Strategi pengelolaan pasien dan pilihan jenis pengobatan
ditentukan oleh letak sendi yang mengalami OA, sesuai dengan
karakteristik masing-masing serta kebutuhannya. Oleh karena itu
diperlukan penilaian yang cermat pada sendi dan pasiennya secara
keseluruhan, agar pengelolaannya aman, sederhana, memperhatikan
edukasi pasien serta melakukan pendekatan multidisiplin atau
holistic.11
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis
adalah:11
1. Meredakan nyeri
2. Mengoptimalkan fungsi sendi
3. Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan
meningkatkan kualitas hidup
4. Menghambat progresivitas penyakit
21
5. Mencegah terjadinya komplikasi
Penatalaksanaan pada pasien dengan osteoarthritis yaitu:
Nonfarmakologis: 11
a. Modifikasi pola hidup
b. Edukasi
c. Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban
pada sendi
d. Modifikasi aktivitas
e. Menurunkan berat badan
f. Rehabilitasi medik/ fisioterapi
Latihan statis dan memperkuat otot-otot
Fisioterapi, yang berguna untuk mengurangi nyeri, menguatkan
otot, dan menambah luas pergerakan sendi
g. Penggunaan alat bantu.
Farmakologis
1. Sistemik
a. Analgetik
- Oral
- injeksi
- suppositoria
c. Chondroprotective
22
menggolongkan obat-obatan tersebut dalam Slow Acting Anti
obat ini baru dipakai oleh hewan belum dipakai pada manusia.
dalam rasa sakit pada lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja
23
degeneratif melalui hambatan enzim proteolitik dan
pasien OA.
2. Topikal
a. Krim rubefacients dan capsaicin.
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara
kerja pada umumnya bersifat counter irritant.
b. Krim NSAIDs
Selain zat berkhasiat yang terkandung didalamnya, perlu
diperhatikan campuran yang dipergunakan untuk penetrasi
kulit. Salah satu yang dapat digunakan adalah gel
piroxicam, dan sodium diclofenac.
3. Injeksi intraartikular/intra lesi
24
sistemik. Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami nyeri
intra artikular biasanya untuk sendi lutut (paling sering), sendi bahu
25
dan abses steril. Perlu diperhatikan faktor alergi terhadap
4. Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus
dipertimbangkan terlebih dahulu risiko dan keuntungannya.
Pertimbangan dilakukan tindakan operatif bila :
1. Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
2.Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan
replacement joint
a. Realignment osteotomi
Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong
tulang dan merubah sudut dari weightbearing. Tujuan :
Membuat karilago sendi yang sehat menopang sebagian
besar berat tubuh. Dapat pula dikombinasikan dengan
ligamen atau meniscus repair.
b. Arthroplasty
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan
permukaan sendi yang baru ditanam. Permukaan
penunjang biasanya terbuat dari logam yang berada dalam
high-density polyethylene.
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis :
- Partial replacement/unicompartemental
26
- Patella &condyle resurfacing
2.4.8 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi apabila osteoarthritis tidak ditangani
dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi yaitu:
- Komplikasi Kronis : Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang
yang signifikan, yang terparah ialahterjadinya kelumpuhan.
- Komplikasi Akut
Micrystaline arthrophy
Osteonekrosis
Ruptur Baker cyst
Bursitis
Symtomatic Meniscal Tear2
27
2.4.9 Diagnosis Banding
Terdapat beberapa diagnosa banding dalam hal mendiagnosa
osteoartritis, khususnya pada daerah lutut. Dengan gejala dan
gambaran radiologis yang hampir sama, sangat penting bagi para
klinisi untuk dapat membedakannya dan menentukan dasar
penyakit, agar dapat menentukan penanganan yang tepat. Beberapa
diagnosa banding osteoartritis yang sering dijumpai adalah:
- Rheumatoid arthritis
- Septic arthritis
- Gout arthritis
- Spondyloartropati
- Tendinopati
- Dan lainnya2
28
BAB III
METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS
3.1 METODOLOGI
Studi kasus ini menggunakan desain studi Kohort untuk mempelajari
hubungan antara faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah kesehatan), dengan
memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. Kemudian melihat
berapa banyak subjek dalam masing-masing kelompok yang mengalami efek
penyakit atau masalah kesehatan untuk melakukan penerapan pelayanan dokter
layanan primer secara paripurna dan holistik.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara dan observasi dengan pasien dan keluarganya dengan cara melakukan
home visit untuk mengetahui secara holistik keadaan penderita.
29
listrik 6.300 watt.
Puskesmas Sudiang Raya terletak di Kelurahan Sudiang Raya
Kecamatan Biringkanaya dengan berbatasan wilayah :
Sebelah utara : Berbatasan dengan kelurahan Pai
Tabel 1. Data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Raya Tahun
2016
30
Data Jumlah Kepala Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Raya
Periode 2016
KELURAHAN 2016
Daya 2.436
Jumlah 17.320
2015
RW RT
Kel. Daya 10 37
31
Data jumlah Penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di
wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016
Jumlah Penduduk
(tahun)
32
Data jumlah Penduduk berdasarkan pendidikan yang diperoleh
menurut jenis kelamin wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun
2016
Jumlah Penduduk
20 2.134 3.933
33
Data jumlah Penduduk berdasarkan pendidikan kegiatan ekonomi di
wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016
PEKERJAAN 2016
PNS 3.025
Pedagang 1.500
Polri/TNI 1.256
Buruh 5.567
AGAMA 2016
Islam 50.259
Protestan 10.082
Katholik 5.288
Hindu 66
34
3.3.3 Tenaga Kesehatan
Sarana kesehatan milik Pemerintah, Swasta dan partisipasi
masyarakat yang terdapat dalam wilayah kerja Puskesmas Sudiang
Raya turut berperan dalam peningkatan status derajat kesehatan
masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya.
Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas
Sudiang Raya tahun 2015 sebanyak 44 orang dengan berbagai
spesifikasi, yang terdiri dari :
- Dokter Umum : 2 orang
- Dokter Gigi : 2 orang
- Perawat : 15 orang
- Bidan : 4 orang
- Sanitarian : 1 orang
- Nutrisionis : 2 orang
- Pranata Laboratorium : 1 orang
- Apoteker : 1 orang
- Asisten Apoteker : 1 orang
- Perawat Gigi : 3 orang
- Rekam Medik : 4 orang
- Sarjana Kesehatan Masyarakat : 3 orang
- Security : 1 orang
- Cleaning service : 2 orang
- Sopir : 1 orang
- Manajemen : 1 orang
35
Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas
Unit Kesehatan Masyarakat
Unit Kesehatan Perorangan
Unit Jaringan Pelayanan Puskesmas
Unit Puskesmas Pembantu ( Pustu )
Unit Puskesmas Keliling ( Puskel )
Unit Bidan Komunitas
36
- Meningkatkan sarana dana prasarana yang memadai untuk
menciptakan pelayanan yang lebih baik
- Meningkatkan peran aktif masyarakat dan lintas sector
- Memberikan pelayanan tanpa diskriminasi
37
3.3.7 Alur Pelayanan
Pasien Datang
Loket Pendaftaran
Kartu Berobat
Laboratorium
Pasien diperiksa oleh dokter
Rujukan
dan menuliskannya pada
rekam medis
Kamar Tindakan
Apotek
Pasien Pulang
38
3.3.8 Hasil Kegiatan
Sepuluh penyakit umum terbanyak yang tercatat di Puskesmas
Sudiang Raya di bulan Maret tahun 2018 adalah:
1. ISPA : 186 Kasus
2. CC : 156 Kasus
3. Hipertensi : 120 Kasus
4. Dermatitis : 100 Kasus
5. Dyspepsia : 93 Kasus
6. Tonsillitis : 92 Kasus
7. Osteoarthritis : 82 Kasus
8. Faringitis : 79 Kasus
9. Demam : 74 Kasus
10. Diare : 71 Kasus
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keluhan Utama
Bengkak dan nyeri pada lutut kiri
Anamnesis Terpimpin
Bengkak dan nyeri pada lutut kiri yang dialami sejak 1 minggu yang lalu.
Nyeri pada lutut kiri, terutama bila digerakkan dan pasien merasa kaku pada saat
berdiri. Nyeri sebelumnya ada, tapi tidak berat semenjak 1 bulan yang lalu. Riwayat
demam tidak ada. Saat ini nyeri kepala (-). batuk (-) batuk darah (-), sesak nafas (-
), nyeri dada (-), riwayat sesak dan nyeri dada sebelumnya (-), mual (-), muntah (-
), nyeri ulu hati (-), riwayat nyeri ulu hati (-), nafsu makan biasa. Buang air besar
saat ini lancar 2 kali sehari berwarna kuning konsistensi lunak. Buang air kecil
lancar berwarna kuning jernih. Riwayat penyakit rematik dan dalam keluarga (-).
Riwayat DM tidak diketahui. Riwayat DM pada keluarga (-). Riwayat jika
mendapatkan luka sukar sembuh (-)
Riwayat Hipertensi (-).
Riwayat penyakit jantung (-). Riwayat penyakit jantung pada keluarga (-)
Riwayat batuk lama (-), Riwayat OAT (-)
Riwayat minum obat diuretik (-)
Riwayat minum teh (+)
40
Riwayat merokok (-)
Riwayat penyakit maag (-)
Riwayat minum minuman beralkohol (-)
Riwayat penyakit kuning (-)
Pemeriksaan Fisik
Status Present:
Sakit Sedang/Gizi Cukup/ Compos mentis
BB= 47 kg; TB= 150 cm; IMT=20,88 kg/m2 (normal)
Tanda Vital:
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 88 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)
Pernapasan : 20 kali/ menit (Thoracoabdominal)
Suhu : 36,5oC (axilla)
Kepala:
Ekspresi : Normal
Simetris Muka : Simetris kiri dan kanan
Deformitas : (-)
Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
Mata:
Eksoptalmus/ Enoptalmus : (-)
Gerakan : Kesegala arah
Tekanan Bola Mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak Mata : Edema palpebra (-), ptosis (-)
Konjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterus (-)
Kornea : Jernih, reflex kornea (+)
Pupil : Bulat, isokor, ∅2,5mm/2,5mm, RCL +/+,
RCTL +/+
Telinga:
41
Tophi : (-)
Pendengaran : Tidak ada kelainan
Nyeri Tekan di Proc. Mastoideus : (-)
Hidung:
Perdarahan: (-)
Sekret : (-)
Mulut:
Bibir : Kering (-), stomatitis (-)
Gigi Geligi : Karies (-)
Gusi : Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
Farings : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-)
Leher:
Kel. Getah Bening : Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Kel. Gondok : Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
DVS : R+2 cmH2O
Pembuluh Darah : Bruit (-)
Kaku Kuduk : (-)
Tumor : (-)
Dada:
- Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri dan kanan
- Bentuk : Normothoraks
- Pembuluh Darah : Bruit (-)
- Buah Dada : Tidak ada kelainan
- Sela Iga : Tidak ada pelebaran
- Lain-lain : Barrel chest (-), pigeon chest (-),
massa tumor (-)
Paru:
o Palpasi:
Fremitus Raba : Kiri = Kanan
42
Nyeri Tekan : (-)
o Perkusi:
Paru Kiri : Sonor
Paru Kanan : Sonor
Batas Paru Hepar : ICS V-VI anteriordextra
Batas Paru Belakang Kanan :Vertebra thorakal X dextra
Batas Paru Belakang Kiri :Vertebra thorakal XI sinistra
o Auskultasi:
Bunyi Pernapasan :Vesikuler
Bunyi Tambahan :
Ronkhi - - Wheezing - -
- - - -
- - - -
Jantung:
o Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung
kanan:linea parasternalis dextra, batas jantung kiri: linea
midclavicularis sinistra)
o Auskultasi :
BJ I/II : Murni reguler
Bunyi Tambahan : Bising (-)
Perut:
o Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
o Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan epigastrik (-)
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Lain-lain : Kulit tidak ada kelainan
o Perkusi : Timpani (+) , Shifting dullness (-)
43
o Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan Rektum : Tidak ada kelainan
Punggung : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
o Palpasi : Gibbus (-)
o Nyeri Ketok : (-)
o Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
o Gerakan : Dalam batas normal
Ekstremitas
- Nyeri pada penekanan pada lutut kiri disertai pembengkakan.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
Diagnosis
Osteoarthritis
B. Non-medikamentosa
- Melakukan olahraga ringan secara rutin.
- Kurangi aktivitas berat.
- Memperbaiki pola makan yang teratur dan gizi yang cukup.
- Menghindari makan-makanan yang mengandung tinggi purin
seperti kacang-kacangan, sayur bayam, dll.
- Mengurangi konsumsi teh, makanan yang pedas, dan makanan
yang merangsang peningkatan asam lambung lainnya.
- Memperbaiki higienitas pribadi dan keluarga.
44
Anjuran Pemeriksaan
- Kontrol Darah Rutin
- Foto Radiologi
Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Profil Keluarga
Pasien Ny. H adalah seorang istri. Ny. H tinggal bersama suaminya dan 2
orang cucunya. Pekerjaan sehari-hari Ny. H adalah mengurus rumah tangga dan
berjualan di rumah.
45
Status Jenis
No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin
Kepala 58
1 Tn. A Laki- laki SMP Wiraswasta
keluarga tahun
57
2 Ny. H Istri Perempuan SMP IRT
tahun
Cucu 24
3. Cucu S Perempuan Kuliah Mahasiswi
Pertama tahun
Cucu 20
4. Cucu B Laki-laki Kuliah Mahasiswa
Kedua Tahun
46
Keluarga Ny. H memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara
lain yaitu, dua buah sepeda motor, satu buah computer, satu buah televisi yang
terletak di ruang tengah, 3 buah kipas angin di kamar tidur dan ruang tengah, satu
buah rice cooker dan satu buah dispenser di dapur.
47
Fungsi Fisiologis (Skor APGAR)
Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga yang
dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton, dengan menilai 5 Fungsi pokok
keluarga, antara lain:
- Adaptasi : Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
dibutuhkan.
- Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam
mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
- Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan
keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota
keluarga.
- Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta
interaksi emosional yang berlangsung.
- Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam
membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.
Penilaian:
Hampir Selalu = skor 2
Kadang-kadang = skor 1
Hampir tidak pernah = skor 0
Total Skor:
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
48
Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita
Penilaian
Hampir
Hampir Kadang-
No. Pertanyaan Tidak
Selalu Kadang
Pernah
(2) (1)
(0)
1. Adaptasi
Jika obat Anda habis / jadwal kontrol
laboratorium tiba apakah ada anggota √
keluarga yang bersedia mengantarkan
Anda ke Puskesmas?
2. Partnership (Kemitraan)
Jika Anda lupa minum obat, apakah ada
anggota keluarga yang selalu √
mengingatkan untuk konsumsi obat
secara rutin?
3. Growth (Pertumbuhan)
Jika Anda tidak memasak karena
keterbatasan anda akibat penyakit yang √
anda derita, apakah anak anda mau
mengerti dengan anda?
4. Affection (Kasih Sayang)
Jika Anda merasa cemas akibat penyakit
anda, apakah anggota keluarga yang lain √
selalu mendampingi Anda dalam
mengatasi kecemasan tersebut?
5. Resolve (Kebersamaan)
Anda disarankan untuk mengurangi
konsumsi makanan yang tinggi purin √
dan makanan yang digoreng. Apakah
anggota keluarga yang lain
49
mengkonsumsi menu yang sama dan
makan bersama?
Total Skor 6
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 6 ini menunjukkan Fungsi keluarga
kurang sehat.
50
Keterangan :
: Keluarga Ny. R
: Laki-laki normal
: Wanita normal
: Wanita Osteoarthritis
A. Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga ini adalah Extended Family yaitu keluarga yang terdiri atas
ayah, ibu dan 2 orang cucu. Pasien sehari-hari melakukan aktivitas dalam rumah.
B. Hubungan Anggota Keluarga
Tn. A dan Ny. H merupakan pasangan suami istri dengan dua orang anak.
Hubungan antara anggota keluarga cukup baik, mereka sering berkumpul dan
berkomunikasi.
4.3 Pembahasan
Diagnosis pada pasien ini adalah Osteoarthritis, didapatkan berdasarkan
anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko internal,
dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan
pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.
Analisa Kasus
Tabel Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien post Osteoarthritis.
Skor Resume Hasil Akhir Skor
Masalah Upaya Penyelesaian
Awal Perbaikan Akhir
Faktor biologis
- Osteoarthritis 2 - Edukasi mengenai - Terselenggara penyuluhan 4
merupakan penyakit penyakit dan - Keluarga memahami
Autoimun dan pencegahannya melalui bahwa penyakit
berbanding lurus penyuluhan gaya hidup osteoarthritis memerlukan
terhadap umur sehat
51
pengobatan yang lama dan
teratur
- Keluarga mau menerapkan
gaya hidup sehat
Faktor ekonomi dan
pemenuhan kebutuhan
- Kondisi ekonomi 4 - Motivasi mengenai - Keluarga menyisihkan 4
menengah ke bawah perlunya memiliki pendapatan untuk
sehingga tidak tabungan tabungan
memiliki tabungan
3 - Mengingatkan untuk tetap - Memiliki rasa Tawakkal
bertawakkal kepada Allah, kepada Allah, dan 4
- Kehidupan sosial dan yakinkan bahwa menjalin hubungan yang
dengan lingkungan semua akan baik-baik saja. baik dengan tetangga
cukup baik Serta tetap menjaga
silaturahmi dengan
tetangga.
Faktor perilaku
kesehatan
- Higiene pribadi yang 3 - Edukasi tentang - Anggota keluarga paham 4
kurang dan pentingnya PHBS dirumah akan pentingnya PHBS
lingkungan yang untuk mencegah infeksi. dan mau
kurang bersih mengaplikasikan dengan
baik PHBS dilingkungan
- Edukasi untuk berobat dan rumah mereka
- Berobat tidak teratur 2 secara teratur serta minum - Pasien berobat secara 5
dan kurangnya obat sesuai anjuran dokter teratur dan minum obat
aktivitas fisik - Edukasi untuk sesuai anjuran dokter
meningkatkan aktivitas - Pasien melakukan
fisik ringan aktivitas fisik ringan
Faktor Psikososial
- Kurangnya perhatian 2 - Menyarankan kepada - Anggota keluarga 4
keluarga pasien anggota keluarga untuk bersedia memberi
terhadap penyakit lebih perhatian dengan perhatian lebih kepada
yang diderita pasien kondisi pasien pasien
- Motivasi untuk
sembuh kurang 2 - Memotivasi pasien serta - Pasien termotivasi untuk 4
menjelaskan kepada pasien sembuh
bahwa penyakitnya dapat
52
sembuh apabila pasien
berobat secara teratur
Total Skor 15 29
Rata-rata Skor 2,1 4,1
Anamnesis Holistik
53
a. Aspek Personal
Saat kami mendatangi rumah pasien, pasien sedang duduk di ruang tengah.
Kemudian pasien diberitahu oleh suami pasien bahwa petugas dari puskesmas telah
datang. Pasien baru pertama kali mendapat kunjungan dari pihak pukesmas untuk
mengontrol keadaan pasien, disamping itu pasien sangat begitu senang karena ada
teman berbagi cerita. Pasien masih memiliki harapan untuk bisa beraktifitas seperti
sedia kala.
b. Aspek Klinik
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan diagnosis Osteoarthritis.
c. Aspek Faktor Risiko Internal
Dulunya pasien sering lupa dan malas ke puskesmas. Pasien kurang
menerapkan pola hidup sehat berupa pola makan yang baik. Pasien selalu
mengutamakan untuk bekerja untuk mendapatkan penghasilan tambahan untuk
keluarganya.
d. Aspek Faktor Risiko Eksternal
Tidak ada pelaku rawat dari keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
Keluarga pasien kurang memerhatikan kondisi penyakit pasien, dikarenakan
kesibukan dari anak dan suaminya sebagai keluarga sehingga tidak mengingatkan
untuk berobat.
e. Aspek Fungsional
Tn. A selalu berada diluar rumah untuk bekerja sebagai wiraswasta. Ny. H
banyak menghabiskan waktu untuk berkerja berjualan di rumah sebagai
pengahsilan tambahan untuk keluarganya.
f. Derajat Fungsional
Derajat 3 yaitu ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa dilakukan,
hanya dapat melakukan kerja ringan.
g. Rencana Pelaksanaan
- Pertemuan ke-1: Rumah pasien Bumi Permata Sudiang 2 tanggal 08 Agustus
2018 pukul 10.00 WITA.
54
Anamnesis Holistik Pasien Osteoarthritis
Hasil yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya Ket.
diharapkan
Aspek Memberikan edukasi Pasien Pada Pasien dapat Tidak Tidak
personal kepada pasien mengenai saat sadar dan ada menol
penyakit Osteoarthritis kunjung mengerti akan ak
dan komplikasi serta an pentingnya
memberikan informasi rumah pola hidup
mengenai perkembangan sehat
penyakitnya.
Aspek Memberikan obat OA Pasien Pada Keluhan yang Tidak Tidak
klinik untuk mengontrol saat dirasakan ada menol
serangan penyakit dan kunjung pasien ak
untuk mengurangi gejala an berkurang,
rumah Peradangan
pada lutut
berkurang,
melakukan
fisioterapi
Aspek Mengajarkan bagaimana Pasien Pada Keluhan yang Tidak Tidak
risiko pola makan yang baik, saat dirasakan ada menol
internal menganjurkan untuk kunjung pasien ak
menjaga hygenitas diri an berkurang,
rumah Peradangan
pada lutut
berkurang.
55
Aspek Menganjurkan keluarga Keluarga Pada Keluarga Tidak Tidak
risiko selalu memberi dukungan saat memberi ada menol
external kepada pasien agar selalu kunjung perhatian dan ak
menjaga kesehatannya an dukungan
dan selalu mengingatkan rumah lebih kepada
pasien untuk minum obat, pasien dan
dan mendukung pola diet pasien lebih
pasien. termotivasi
untuk sembuh
Menganjurkan kepada
keluarga pasien untuk
tetap meningkatkan
komunikasi yang baik
dengan pasien
Aspek Menganjurkan untuk rajin Pasien Pada Agar kondisi Tidak Tidak
fungsio melakukan fisioterapi saat tubuh selalu ada menol
nal serta menghindari hal-hal kunjung sehat dan ak
yang bisa mencederai an bugar, agar
pasien. rumah kelemahan
pada tubuh
pasien bisa
berkurang
A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, Tanda Vital: Tekanan Darah: 120/70 mmHg, Nadi : 88
x/menit, Pernapasan : 20 x/menit, Suhu : 36,5oC. Tampak kelemahan pada tangan
dan lengan kiri. Sensibilitas pada keempat ekstremitas normal.
B. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Diagnosis Holistik
- Diagnose Klinis:
56
Diagnosis pada pasien ini adalah Osteoarthritis, didapatkan berdasarkan
anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko internal,
dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan
pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.
Diagnose Psikososial:
- Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga pola makan.
- Kurangnya aktivitas fisik pada pasien.
- Kurangnya perhatian dari anggota keluarga terhadap kondisi kesehatan
pasien.
- Tidak ada pelaku rawat dari keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
Keluarga pasien kurang memerhatikan kondisi penyakit pasien, kurangnya
komunikasi antara pasien dan anggota keluarga dikarenakan kesibukan
dari suami dan anak-anaknya sebagai keluarga sehingga tidak
mengingatkan untuk berobat.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi pencegahan
primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien dan keluarga pasien).
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak menderita penyakit
Osteoarthritis antara lain:
- Mengontrol kesehatan
- Mengatur pola makan
- Mengontrol diit
2. Pencegahan Sekunder
a. Pengobatan Farmakologi
- Natrium diklofenak 25mg/12 jam/oral
- Vit B1 B6 B12 /24 jam/oral
57
b. Pengobatan Non Farmakologi
o Melakukan olahraga ringan secara rutin
o Kurangi aktifitas berat
o Memperbaiki pola makan yang teratur dan gizi yang cukup
o Menghindari makan-makanan yang mengandung tinggi purin
seperti kacang-kacangan, sayur bayam, dll.
o Menghindari makan-makanan yang berlemak
o Mengurangi konsumsi teh, makanan yang pedas
o Memperbaiki higienitas pribadi dan keluarga
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
- Diagnosa klinis:
Diagnosis pada pasien ini adalah Osteoarthritis, didapatkan berdasarkan
anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko
internal, dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan
melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.
- Diagnosis psikososial:
Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga pola makan serta
kurangnya perhatian dari anggota keluarga terhadap kondisi kesehatan
pasien.
- Prinsip kedokteran keluarga yang memandang pasien secara holistik harus
senantiasa dijalankan dalam praktik sehari-hari karena ternyata banyak
faktor baik dari internal maupun eksternal pasien yang dapat memengaruhi
perjalanan suatu penyakit.
- Dengan mengetahui faktor-faktor resiko yang ada, maka pencegahan dapat
dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.
5.2. SARAN
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Ny. H, maka disarankan
untuk:
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mencetuskan penyakit Osteoarthritis.
59
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
Osteoarthtritis serta komplikasi yang ditimbulkan pada saat tidak teratur
mengonsumsi obat.
- Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberi perhatian dan
dukungan lebih kepada pasien dan pasien lebih termotivasi untuk sembuh.
- Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat secara teratur dan
mengontrol penyakitnya secara rutin di pelayanan kesehatan terdekat.
60
DAFTAR PUSTAKA
61
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI / RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar 5. Tampak Depan Rumah Pasien
62
Gambar 8. Kondisi Kamar Tidur
Gambar 9. Kondisi WC
63
64