Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroteknik atau teknik histologi merupakan teknik, keterampilan
atau seni dalam membuat preparat agar mudah diamati dan dapat ditelaah di
bawah mikroskop. Mikroteknik atau teknik histologi mempunyai dua metode
secara umum, yaitu metode embeddeid atau penanaman, dan metode
unembeddeid atau tidak melalui penanaman. Salah satu teknik unembedded
dalam pembuatan preparata dalah menggunakan metode smears atau metode
geser. Metode smear biasanya digunakan untuk mengamati bentuk-bentuk sel-
sel darah dan penyusunnya, melalui proses pemisahan sel-sel baik secara
kimiawi maupun mekanik.
Darah merupakan bagian dalam system transport yang ada disetiap
organisme. Selain berfungsi menghantarkan oksigen ke seluruh tubuh, darah
juga membawa serta nutrisi-nutrisi yang diserap dari makanan melalui usus
halus yang akan disebarkan ke seluruh tubuh. Darah merupakan jaringan yang
berbentuk cairan yang terdiri atas dua komponen yaitu plasma darah adalah
cairan yang mengandung sel-sel darah. Didalam plasma darah terlarut
berbagai macam zat antara lain zat makanan, protein, zat sekresi dan gas (O 2,
CO2, dan N2).
Sel darah pada umumnya dikenal ada tiga tipe yaitu: eritrosit, lekosit
dan trombosit. Eritrosit manusia dalam keadaan normal berbentuk cakram
bulat bikonkaf dengan diameter 7,2 µm tanpa inti, lebih dari separoh
komposisi eritrosit terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi
koloidal padat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari preparat apus darah ?
2. Bagaimana macam-macam dan fungsi preparat apus darah ?
3. Bagaimana cara membuat preparat awetan darah ?
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian preparat apus darah
Preparat apus darah merupakan preparat permanen, yaitu preparat
yang keawetannya bertahun-tahun. Preparat permanen ini proses
pembuatannya cukup sukar, memerlukan berbagai macam zat kimia, perlu
perencanaan yang matang dan ketelitian. Tujuan pembuatan preparat
permanen adalah untuk menyediakan obyek yang bersangkutan selalu tersedia
pada setiap waktu diperlukan secara umum, prosedur pembuatan preparat
permanen melalui tahapan: fiksasi, pencucian, dehidrasi dengan disisipi
staining, dealkoholisasi/clearing, mounting atau penutupan dan labeling
(Rudyatmi, 2014).
Preparat apus atau smear adalah preparat yang proses pembuatannnya
dengan metode apus atau smear, yaitu dengan cara mengapuskan atau
membuat lapisan tipis atau film suatu bahan yang berupa cairan atau bukan
cairan diatas gelas benda yang bersih dan bebas lemak. Selanjutnya
melakukan fiksasi, mewarnai, dan menutupnya dengan gelas penutup untuk
diamati dibawah mikroskop. Preparat apus darah adalah untuk mempelajari
struktur eritrosit, leukosit, dan trombosit.
Pada pembuatan preparat apus darah menggunakan zat warna giemsa
atau disebut juga pewarnaan Romanowski. Prinsip dari pewarnaan giemsa
adalah presipitasi hitam yang terbentuk dari penambahan larutan methylene
blue dan eosin yang dilarutkan di dalam methanol. Pewarnaan giemsa
digunakan untuk membedakan inti sel dan morfologi sitoplasma dari sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit.
Darah adalah salah satu jaringan ikat yang mempunyai fungsi sebagai
penghubung (alat transport) yang sel-selnya tertahan dan dibawa dalam
matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental
pula. Cairan ini emiliki pH 7,35 sampai 7,45. Warna darah bervariasi dari
merah sampai merah tua kebiruan, tergantung pada kadar oksigen yang
dibawa sel darah merah itu sendiri (Subowo, 1992).
Lebih dari separuh bagian dari darah merupakan cairan (plasma), yang
sebagian besar mengandung garam-garam terlarut dan protein. Protein utama
dalam plasma darah adalah albumin. Protein lainnya adalah antibody
(imunoglobin) dan protein pembekuan.
B. Macam-macam dan fungsi preparat apus darah
Pada dasarnya, darah mempunyai 3 fungsi utama, yaitu membantu
pengangkutan zat-zat makanan, perlindungan atau proteksi dari benda asing
dan mengatur regulasi kandungan air jaringan, pengaturan suhu tubuh dan
pengaturan pH (Subowo, 1992).
1. Sel darah merah (Eritrosit)
Eritrosit berbentuk diskus bikonkaf, yaitu bulat dengan lekukan
pada sentralnya dan berdiameter 7,65 mikrometer. Eritrosit merupakan sel
yang paling banyak dibandingkan dengan sel lainnya. Eritrosit
mengandung hemoglobin, yang berfungsi untuk mengikat sel darah merah
dan membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh
jaringan tubuh.
2. Sel darah putih (leukosit)
Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah
putih untuk setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel
darah putih yang bekerjasama untuk membangun mekanisme utama tubuh
dalam melawan infeksi, termasuk menghasilkan antinodi. Dibedakan
berdasarkan ada tidaknya granula terbagi atas granulosit (Neutrofil,
Eusinofil, dan basofil) dan agranulosit (limfosit dan monosit).
a) Granulosit
1. Neutrofil
Neutrofil berfungsi membantu melindungi tubuh
melawan infeksi balteri, jamur ataupun mikroorganisme
berbahaya yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu juga berperan
dalam mencerna atau memfagositosis benda asing sisa-sisa
peradangan. Ada dua jenis neutrofil yaitu neutrofil berbentuk pita
dan bersegmen. Neutrofil meiliki 3-5 lobus yang terhubungkan
dnegan benang-benang kromatin tipis.
2. Eusinofil
Eusinofil meiliki granula sitoplasma yang kasar dan
besar. Sel ini memiliki inti yang berlobus dua dan berdiamater
12-15 mikrometer. Berfungsi sebagai fagositosik lemak.
Jmlahnya akan meningkat ssaat terjadi alergi atau penyakit
parasit, tetapi akan berkurang selama stress berkepanjangan.
3. Basofil
Basofil memiliki sejumlah sitoplasma besar dan bentuknya tidak
beraturan.
b) Agranulosit
1. Limfosit
Mempunyai ukuran yang lebih kecil daripada makrofag
dan neutrofil. Memiliki inti yang relative besar, bulat sedikit
cekung pada satu sisi..
2. Monosit
Merupakan sel leukosit yang relative besar 3-8% dari
jumlah leukosit normal, diamternya 9-10 mikrometer. Inti
biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal
kuda.
3. Trombosit
Merupakan partikel yang relative menyerupai sel, dengan
ukuran lebih kecil daripada eritrosit ata pun leukosit. Berperan
dalam proses pemebekuan darah setelah terjadi luka. Trombosit
berkumpul pada daerah yang mengalami perdarahan dan
mengalami pengaktifan. Selanjutnya, trombosit akan melekat
satu sama lain dan menggumpal untuk membentuk filament atau
fibril-fibril penutup luka.
C. Alat dan bahan
1. Alat
a. Jarum pentul
b. Pipet
c. Kaca benda
d. Kaca penutup
e. Mikroskop
2. Bahan
a. Alcohol 70%
b. Larutan pewarna giemsa 3%
c. Darah manusia
d. Methanol
e. Aquades
D. Cara Kerja
1. Menyiapkan ujung jari yang akan akan diambil darahnya
2. Menyeterikan ujung jari dan jarum franke dengan alcohol 70 0/0
3. Menusuk ujung jari dengan jarum tersebut, menguluarkan darah
4. Tetesan berikutnya pada salah satu sisi gelas benda A(posisi tetesan 2
cm dari tepi kanan gelas benda A)
5. Mengambil gelas benda B yang sisi pendeknya rata dan menegakkan
disebelah kiri tetesan darah dengan kemiringan gelas benda sebesar 45
0

6. Dengan cepat menarik kearah tetesan darah (kakanan) sehingga terjadi


kapilaritas dan tetesan darah merata diujung sisi pendek gelas benda B
7. Menarik gelas benda B kearah kiri/ujung kiri gelas benda A dengan
kuat dan kecepatan yang konstan, sehingga terbentuk film darah yang
baik (tipis dan rata)
8. Mengering anginkan film darah pada rak pewarnaan dasar yang besar
E. Cara Kerja pewarnaan dengan metode Romanowski
1. Memastikan bahwa tahap persiapan sudah sempurna (film darah benar-
benar telah kering)
2. Memfiksasi semua permukaan film darah dengan cara meneteskan fiksatif
(metil alcohol) selama 5 menit
3. Mengering anginkan sampai kering
4. Mewarnai semua permukaan film darah dengan meneteskan zat warna
giemsa 3% selama 30-40 menit
5. Mencuci dengan tetesan aquades dingin (aquades akan melarutkan
pewarna giemsa yang digunakan namun giemsa yang telah menempel
pada inti sel tidak akan larut.hal ini menyebabkan inti akan tewarnai
sedangkan bagian yang lainnya tidak tewarnai.
6. Meletakkan label sesuai identitas preparat yang bersangkutan pada ujung
kanan gelas benda A dengan posisi memanjang
7. Mengamati hasil dibawah mikroskop

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Pembuatan preparat apus darah ini, dilakukan dengan metode
apus/smear/oles. Sampel darah yang digunakan yaitu darah manusia.
Berdasarkan hasil dan foto yang didapatkan saat pengamatan di bawah
mikroskop, preparat apus darah dengan pewarnaan Giemsa ini terlihat cukup
baik dan dapat terlihat adanya eritrosit dan beberapa macam leukosit yang
tampak menonjol dengan warna ungu. Jumlah eritrosit tampak paling
menonjol jika dibandingkan dengan leukosit.
Eritrosit yang tampak di mikroskop berwarna bening transparan dengan
bentuk bulat seperti cekungan (cakram) pada posisi dalam (tengah) dan tidak
berinti, sedangkan leukosit terlihat seperti sel yang memiliki inti berwarna
ungu. Warna ungu yang tampak pada leukosit tersebut disebabkan oleh inti
leukosit yang bersifat basa sehingga mudah menyerap zat warna Giemsa.
Leukosit yang terlihat hanya beberapa tidak terlihat keseluruhan macam
dari eritrosit diantaranya eosinophil, limfosit dan netrofil. Persentase netrofil
memang paling banyak dalam darah, yaitu mencapai 50-70% dari jumlah
leukosit yang ada, sedangkan jumlah paling sedikit yaitu basophil dengan
jumlah persentase hanya 1% saja dari berbagai macam leukosit.
Tetapi pada pengamatan preparat apus darah ini yang terlihat paling
menonojol yaitu limfosit meskipun jumlah persentasenya hanya 20% di dalam
darah. Entuk leukosit yang lainseperti eosinophil dan netrofil hanya terlihat
1% saja seangkan monosit dan basophil tidak terlihat mungkin karena masih
terdapat film darah yang bertumpuk tumpuk karena saat pembuatan film darah
kurang tipis dan rata, preparat yang dihasilkan tidak semuanya menampakkan
hasil yang bagus, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa kesalahan :
1. Kesalahan prosedur yang dilakukan oleh praktikan pada saat pembuatan
apusan atau film darah, sehingga sel-selnya ada yang rusak karena tertekan.
2. Kurangya keterampilan praktikan dalam penggunaan mikroskop, sehingga
dalam pencahayaan dan pemfokusan kurang.
3. Banyaknya tetesan darah saat pembuatan film darah melebihi kapasitas,
sehingga tidak terjadi kapilaritas tetapi terjadi penumpukan lapisan darah.
4. Penempatan posisi gelas benda B tidak mencapai 45° pada ujung sisi
pendeknya sehingga gesekan film darah tidak berbuahmaximal.
Pada perbesaran 10 x 10 masih terlihat apusan darah yang
bertumpukrapat dan yang terlihat jelas hanya eritrosit dengan bentuk
bikonkaf sedangkan struktur dan macam-macam bentuk leukosit baru dapat
teramati jelas pada perbesaran 40 x 10. Waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan sekitar 45-50 menit. Ditemukannya leukosit dalam jumlah
banyak pada preparat apus darah menunjukkan bahwa pendonor sedang
mengalami sakit berkaitan dengan fungsi leukosit sebagai bentuk pertahanan
tubuh manusia.
Pada pembuatan preparat apus darah ini menggunakan beberapa larutan,
diantaranya yaitu Alkohol 70% yang berfungsi untuk mensterilkan jari tengah
dan peralatan seperti jarum franked an gelas benda, metil alcohol berfungsi
untuk fiksator dalam proses fiksasi dan larutan Giemsa 3% berfungsi untuk
melakukan pewarnaan seluruh permukaan film darah. Maksud dari
pembuangan tetesan darah pertama saat pembuatan film darah yaitu agar
darah tidak terkontaminasi dengan alcohol sewaktu jari tengah dibersihkan
dan tetesan kedua dan ketiga dianggap sudah steril dan baru bisa diambil
untuk dijadikan sample dan diamati bagian-bagian maupun morfologinya.

1 2

Keterangan :

1.sel eritrosi

2.Sel Leukosit

Perbesaran 100x10 kali

Pada gambar 1 tampak bahwa sel darah merah (sel eritrosit) berwarna merah
apabila pewarnaan menggunakan pewarnaan Romanowski, sedangkan sel darah
putih (leukosit) berwarna biru keungguan.sedangkan pada gambar 2 tampak bahwa
sel eritrosit tampak bertumpuk-tumpuk bahkan tidak ada sel yang dapat diamati
dengan baik , pada gambar ini tampak sel leukosit yang terwanai dengan baik yaitu
warna ungu tetapi sangat sulit untuk menentukan bentuk selnya apakah neutrofil atau
sel eosinofil karena inti selnya tidak dapat diamati dengan baik menggunakan
preparat ini.
Preparat apus darah hanya dapat dilihat bentuk selnya dengan menggunakan
mikroskop karena ukuran sellnya yang sangat kecil dan berukuran
mikroskopis.Dalam pembuatan preparat ini ditemukan hasil pengamatan bahwa
hanya sel eritrosit yang dapat terwarnai dengan baik tidak untuk sel leukosit dan
trombosit sel darah. Tampak bahwa sel eritrosi tidak memilki nukleus dan beberapa
sel leukosit jenis neutrofil yang tampak berwarna biru namun tidak dapat diamati
dengan baik sehingga kontras antara sel yang satu dengan sel yang lainnya tidak
dapat dibedakan dengan baik. Sel darah masih terlalu tebal untuk dapat diamati
secara keseluruhan sel-selnya, banyak sel yang masih bertumpuk-tumpuk meskipun
masih ada bagian yang tipis dari apusan darah tersebut tepat dibagian tepi kiri
preparat apus darah sehingga beberapa sel-sel yang tidak bertumpuk-tumpuk masih
dapat diamati dengan jelas .

Film darah yang dibuat tidak rata secara keseluruhan karena kapiler darah
tidak sama satu sama lain sehingga permukaan film darah tebal dan tipisnya film
tidak sama. Pada preparatapus darah bagian yang tipis sangat sedikit sehingga sangat
sulit untuk diamati sehingga tidak mengganggu saat diamati sehingga dapat
dikatakan preparat ini kurang baik untuk dijadikan preparat.

Berdasarkan foto dari hasil pengamatan preparat apus darah dengan


pewarnaan Giemsa diketahui bahwa preparat secara fisik preparat kurang baik,
kurang bersih, kurang rapi dan tidak tampak berwarna ungu. Sangat sulit menemukan
sel eritrosit dan leukosit.

Eritrosit ditunjukkan dengan warna merah kekuning-kuningan/ agak


transparan. Eritrosit berbentuk bulat dan tak berinti. Sedangkan leukosit ditunjukkan
dengan sel yang memiliki inti yang berwarna ungu. Warna biru pada leukosit
disebabkan karena pewarnaan yang diberikan pada saat pembuatan preparat. Inti
leukosit akan menyerap warna yang bersifat basa.

Eritrosit memiliki kadar yang paling banyak dalam darah jika dibandingkan
dengan leukosit dan trombosit. Jumlah eritrosit antara individu yang satu dengan
individu yang lain itu berbeda-beda. Ini dapat disebabakan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah ketinggian tempat. Individu yang hidup di daerah dataran tinggi
akan memiliki jumlah eritrosit lebih banyak dibandingkan individu yang hidup di
dataran rendah. Ini terkait dengan kebutuhan fisiologinya. Pada individu yang hidup
di dataran tinggi membutuhkan asupan oksigen yang cukup, sedang kandungan
oksigen di dataran tinggi lebih sedikit sehingga membutuhkan banyak Hb untuk
mengikat oksigen. Begitu juga sebaliknya.

Pada preparat yang saya buat tidak menunjukkan hasil yang baik untuk
dijadikan preparat Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti

1. Kesalahan prosedur yang dilakukan pada saat membuat apusan, sehingga sel-selnya
ada yang rusak karena tertekan dan banyak sel-sel yang bertumpuk-tumpuk akibat
apusan darah kurang rata
2.Kekurang terampilan praktikan dalam menggunakan mikroskop, sehingga sulit untuk
menemukan bagian yang tipis dari fim darah yang dibuat preparat.
3. Lensa mikroskop yang kotor.

2
3

5
Apus darah manusia
Apus
Keterangan :
Giemsa
1. Limfosit
2. Sel darah merah
3. Netrofil
4. Plasma
5. Membrane sel
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
Preparat apus darah dapat dibuat dengan metode apus maupun metode
pewarnaan Romanowski.
Pewarnaan pada preparat apus darah ini menggunakan zat warna
Giemsa 3% yang berfungsi untuk membedakaneritrosit yang tidak terwarna
Giemsa secara jelas dengan leukosit yang berwarna kontras sehingga dapat
dibedakan antara nucleus dengan bagian sel yang lain.
Bentuk sel darah merah (eritrosit) berbentuk bulat bikonkaf dan tidak
memiliki inti sedangkan sel darah putih (leukosit) ukuranyya tampak lebih
besar dengan bentuk yang bermacam-macam, dengan dua jenis yaitu ada yang
granulosit maupun agranulosit. Leukosit memiliki inti. Pada preparat apus
darah ini tampak kontras dengan warna ungu dari zat warna Giemsa.

DAFTAR PUSTAKA
Darah Manusia. 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Blood_smear.jpg
(Diakses pada tanggal 3 November 2014)
Marianti, Aditya.2014. Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan. Semarang : Biologi
FMIPA UNNES.
Rudyatmi,Eli. 2014. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA
UNNES.
Subowo. 1992. Histologi umum. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai