PENDAHULUAN
1
2
mempunyai pilihan lain kecuali untuk meningkatkan keseriusan dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
Kasus-kasus Pencemaran Lingkungan Hidup di Indonesia telah
membuka mata kita akan perlunya penyelamatan lingkungan hidup untuk
kelangsungan hidup peradaban dunia khususnya di Indonesia. Sementara
itu dengan dipacunya eksploitasi sumber daya alam, terutama usaha
pertambangan untuk dipergunakan sebagai sumber devisa negara
memicu terjadinya percepatan kerusakan alam serta dampak negatif dari
proses industrialisasi yang menekankan pertumbuhan ekonomi tanpa
diimbangi penataan lingkungan yang berwawasan lingkungan.
Dari sudut pandang hukum, banyak orang bertanya Indonesia telah
memiliki perangkat hukum dalam pengelolaan lingkungan tetapi mengapa
hukum tersebut tidak dapat mencegah kerusakan dan pencemaran
lingkungan. Apakah hukum lingkungan di Indonesia telah efektif
ditegakkan ataukah malah sebaliknya tidak efektif dan cenderung hanya
menjadi bahan diskusi dalam seminar-seminar lingkungan hidup. Lantas,
dimana sebenarnya peran hukum dalam menciptakan keadilan ditengah-
tengah masyarakat?. Mengapa kasus-kasus perusakan lingkungan tidak
pernah berhasil menyeret para pelaku perusakan lingkungan kedalam
penjara?. Apakah hukum kita yang tidak mampu menjangkaunya ataukah
kemauan dari aparat penegak hukum itu sendiri yang tidak ada atau
kemampuan sumber daya manusianya yang tidak mampu1.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut diatas maka penulis
mengangkat permasalahan tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah
yang berbentuk makalah dengan judul ”Optimalisasi Penegakan Hukum
tindak pidana Perusakan Lingkungan Hidup guna mendukung
pembangunan nasional berwawasan lingkungan’’.
2
Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), halaman 48
sebagaimana dikutip oleh Widia Edorita,” Peranan Amdal dalam Penegakan Hukum Lingkungan Di
Indonesia dan Perbandingannya dengan Beberapa Negara Asia Tenggara”, (Tesis Sarjana Program
Magister Hukum, Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2007), halaman 56-57.
3 Ibid, hal 49.
4
Kementerrian Lingkungan Hidup, Op.cit., halaman 44.
4
pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup demi kehidupan
generasi masa kini dan masa depan.5
5
Loc.cit.
5
6
8 Rosa Vivien Ratnawati, Penegakan Hukum Administrasi di Bidang Lingkungan Hidup, (Kementerian
Negara Lingkungan Hidup:Jakarta,2009), hlm. 2-3 sebagaimana dikutip oleh Kartono, “Penegakan
Hukum Lingkungan Administratif Dalam Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup”.(Jurnal Dinamika Hukum Vol.9, 3 September 1999),halaman 249.
10
a. Aparat yang berwenang telah menjatuhkan sanksi
administrasi dan telah menindak pelanggar degan
menjatuhkan suatu sanksi administrasi tesebut, namun
ternyata tidak mampu menghentikan pelanggaran yang terjadi,
atau;
b. Antara perusahaan yang melakukan pelanggaran dengan
pihak masyarakat yang menjadi korban akibat terjadi
pelanggaran, sudah diupayakan penyelesaian sengketa
melalui mekanisme altenatif di luar pengadilan dalam bentuk
musyawarah / perdamaian / negoisasi / mediasi, namun
upaya yang dilakukan menemui jalan buntu, dan atau litigasi
melalui pengadilan pedata, namun upaya tersebut juga tidak
efektif, baru dapat digunakan instrumen penegakan hukum
pidana lingkungan hidup.
Berdasarkan jenisnya ada beberapa jenis sanksi administratif yaitu:9
a. Bestuursdwang (paksaan pemerintahan)
Diuraikan sebagai tindakan-tindakan yang nyata dari
pengusaha guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang
oleh suatu kaidah hukum administrasi atau (bila masih)
melakukan apa yang seharusnya ditinggalkan oleh para warga
karena bertentangan dengan undang-undang.
b. Penarikan kembali keputusan dan/atauketetapan yang
menguntungkan (izin pembayaran, subsidi dan lain-lain).
Penarikan kembali suatu keputusan yang menguntungkan
tidak selalu perlu didasarkan pada suatu peraturan perundang-
undangan. Hal ini tidak termasuk apabila keputusan dan/atau
ketetapan tersebut berlaku untuk waktu yang tidak tertentu dan
menurut sifanya “dapat diakhiri” atau diatrik kembali (izin, subsidi
berkala).
Penggunaan hukum administrasi dalam penegakan hukum
lingkungan dapat bersifat preventif dan represif. Bersifat preventif
yaitu berkaitan dengan izin yang diberikan oleh pejabat yang
9 Loc.cit.
11
berwenang terhadap pelaku kegiatan, dandapat juga berupa
pemberian penerangan dan nasihat. Sedangkan sifat represif berupa
sanksi yang diberikan oleh pejabat yang berwenang terhadap
pelaku atau penanggung jawab kegiatan untuk mencegah dan
mengakhiri terjadinya pelanggaran.10
Penegakan hukum administrasi yang bersifat preventif
berawal dari proses pengawasan terhadap pelaku kegiatan dalam
pemberian izin lingkungan sebagimana diatur dalam pasal 71, 72,
73, 74 dan 75 Undang-undang nomor 32 tahun 2009. Sedangkan
penegakan hukum yang bersifat represif berhubungan dengan sanksi
administrasi yang harus diberikan terhadap pencemaran yang diatur
dalam pasal 76 sampai pasal 83 Undang-undang nomor 32 tahun
2009.
Dalam prakteknya, penegakan hukum administrasi yang
bersifat preventif dimulai dari proses perizinan. Sebelum memperoleh
izin, setiap kegiatan usaha wajib melakukan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan. Ijin tersebut diberikan oleh pejabat yang
berwenang dalam hal ini pejabat Bapeda atau Bapedalda. Di dalam
izin tercantum rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
seperti syarat mutu limbah yang dapat dibuang dan sebagainya.
Pejabat penerbit izin sebelum menerbitkan izin wajib memperhatikan
: rencana tata ruang, pendapat masyarakat, pertimbangan dan
rekomendasi dari pejabat yang berwenang serta berkaitan dengan
usaha tersebut. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah keputusan
pemberian izin tersebut wajib diumumkan sehingga memungkinkan
peran masyarakat yang belum menggunakan kesempatan dalam
prosedur keberatan, dengar pendapat, dan lain-lain dalam proses
pengambilan keputusan izin.11
Pelanggaran tertentu terhadap lingkungan hidup dapat dijatuhi
sanksi berupa : teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan
izin lingkungan, dan pencabutan izin lingkungan. Pemberian sanksi
10 Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan,( Jakata:Sinar Grafika, 2005), halaman 48 sebagaimana
dikutip oleh Widia Edorita, Op.cit, halaman 2.
11 Rosa Vivien Ratnawati, Penegakan Hukum Administrasi di Bidang Lingkungan Hidup, Kementerian
3.1 Kesimpulan
20
21
aspek hukum perdata dan aspek hukum pidana. Penegakan hukum
dari aspek hukum administrasi adalah garda terdepan dalam
penegakan hukum lingkungan (sebagai premum meridium) namun
apabila masih tidak dapat menghentikan pelanggaran dan kejahatan
yang terjadi maka berlaku hukum pidana (sebagai ultimatum
meridium).
3.2 Saran
1. Perlunya membangun kominten bersama antara Pemerintah, dan
lembaga penegak hukum dalam mengoptimalkan penegakan hukum
tindak pidana Perusakan Lingkungan Hidup guna mendukung
pembangunan nasional berwawasan lingkungan dengan mengacuh
kepada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penegakan
hukum dari aspek hukum administrasi adalah garda terdepan dalam
penegakan hukum lingkungan (sebagai premum meridium) namun
apabila masih tidak dapat menghentikan pelanggaran dan kejahatan
yang terjadi maka berlaku hukum pidana (sebagai ultimatum
meridium) yang harus ditegakkan oleh lembaga penegak hukum.
2. Perlu adanya upaya-upaya strategis untuk menumbuhkan kesadaran
hukum, baik dari sisi mental manusianya maupun dari segi kebijakan.
Sinergitas keduanya penting, karena kesadaran hukum itu ada yang
tumbuh karena memang sesuai dengan nilai yang dianutnya. Selain
itu kesadaran hukum juga dapat tumbuh karena takut dengan sanksi
yang dijatuhkan. Kesadaran yang semu inilah yang banyak dimiliki
oleh masyarakat kita. Terlepas dari penyebab kesadaran hukum itu
muncul, yang lebih berbahaya adalah apabila kesadaran hukum itu
telah ada namun kemudian menurun bahkan hilang karena faktor
eksternal, seperti penegakan hukum yan tidak tegas dan tebang pilih.
Hal ini akan menurunkan kesadaran hukum masyarakat dan
menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum. Jadi,
upaya menumbuhkan kesadaran hukum tidak cukup dengan
menuntut masyarakat, tetapi juga harus disertai dengan tauladan dan
penegakan hukum yang profesional dan proforsional.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
i
ii
B. Internet
Hidayat, Ferli, 2010, “Penerapan UU nomor 32 Tahun 2009 Dalam
Penyelesaian Sengketa Hukum”, dikutip dari wordpress
http://ferli1982.wordpress.com/2010/12/21/113/, terakhir dikunjungi 18
Februari 2018.
Reza,C.N.C., “Penegakan Hukum Lingkungan ditinjau Dari Sisi Hukum
Perdata dan Pidana Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun
2009”, dikutip dari blogspot
http://rezacnc.blogspot.com/2011/04/penegakan-hukum-lingkungan-
ditinjau.html, terakhir dikunjungi pada 18 Februari 2018.
Saputra,Wira, 2012, “Penegakan Hukum Lingkungan”, dikutip dari wordpress
http://wirasaputra.wordpress.com/2012/01/06/penegakan-hukum-
lingkungan, terakhir diakses pada tanggal 18 Februari 2018.
Siahaan, Sartika 2012,”Upaya dan Strategi Pengelolaan lingkungan Hidup”,
dikutip dari blogspot http://sartika-
siahaan.blogspot.com/2012_02_01_archive.html, terakhir dikunjungi 18
Februari 2018.
C. Undang-Undang
Kementerian Lingkungan Hidup, 2009,Undang-Undang nomor 23 tahun 1997
Tentang Perlindungan Lingkungan Hidup, Kementerian Lingkungan
Hidup,Jakarta.