Anda di halaman 1dari 5

A.

Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum yang dilakukan, yaitu: Mengetahui cara mengisolasi
fungi mikoriza dan membedakan spora dan hifa mikoriza.
B. Dasar Teori
FMA (Fungi mikoriza arbuskular) merupakan organisme yang berasal dari golongan
jamur yang menggambarkan suatu bentuk hubungan simbiosis mutualisme antara fungi
dengan akar tanaman. Pemanfaatan FMA sebagai pupuk hayati dapat digunakan sebagai
alternatif untuk menghindari kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk anorganik
(Sundari dkk., 2011). FMA berpotensi besar sebagai pupuk hayati karena salah satu
mikroorganisme yang memiliki peranan yang sangat penting bagi tanaman seperti dapat
memfasilitasi penyerapan hara dalam tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman, sebagai penghalang biologis terhadap infeksi patogen akar, meningkatkan
ketersediaan air bagi tanaman dan meningkatkan hormon pemacu tumbuh (Prihastuti,
2007).
Ciri khas FMA terletak pada banyaknya arbuskula bercabang-cabang yang
berkembang dalam sel-sel korteks tanaman.Spora FMA bersifat khusus dan diameternya
berkisar antara 10 sampai > 1000 μm.Warna sporanya beraneka macam mulai dari hialin
sampai hitam dan permukaannya mulai dari halus sampai kasar.Kurang lebih ada 150
spesies FMA yang berhasil dikenali, namun demikian taksonomi pada spesiesnya masih
terus berkembang dan banyak mengalami revisi (INVAM, 2009). Menurut Sundari (2011)
keberadaan FMA pada suatu daerah dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan jenis tanah.
Tanah yang didominasi oleh fraksi lempung berdebu merupakan tanah yang baik bagi
perkembangan genus Glomus dan tanah yang berpasir genus Acaulospora dan Gigaspora
ditemukan dalam jumlah yang tinggi.
Fungi mikoriza arbuskular (FMA) dapat ditemukan hampir pada semua ekosistem,
termasuk pada lahan masam (Kartika, 2006) dan alkalin (Swasono, 2006). Menurut Smith
dan Read (2008), FMA dapat berasosiasi dengan hampir 90% jenis tanaman. Walaupun
demikian, tingkat populasi dan komposisi jenis FMA sangat beragam dan dipengaruhi oleh
karakteristik tanaman dan faktor lingkungan seperti suhu, pH tanah, kelembapan tanah,
kandungan fosfor dan nitrogen, serta konsentrasi logam berat. Kehadiran mikoriza penting
bagi ketahanan suatu ekosistem, stabilitas tanaman dan pemeliharaan keragaman
biologi.Peranan mikoriza dalam menjaga keragaman hayati dan ekosistem sekarang mulai
dikenal, terutama sekali karena pengaruh mikoriza untuk mempertahankan
keanekaragaman tumbuhan dan meningkatkan produktivitas (Moriera et al., 2007).
Fungi mikoriza arbuskula diketahui bersifat simbiosis mutualistis dengan tanaman,
bersifat antagonis terhadap parasit dan hidup bebas secara alami di daerah rizosfer. FMA
juga diketahui dapat mengkolonisasi hampir seluruh akar tanaman pertanian.Hampir 92%
diketahui bahwa FMA mampu bersimbiosis dengan berbagai jenis tanaman. Kehadiran FMA
pada suatu ekosistem dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti umur tanamana inang,
maupun kondisi tanah perakaran tanaman inang. Beberapa jenis spora FMA dapat cepat
berkecambah pada berbagai kondisi, tetapi beberapa jenis spora FMA juga mengalami
perkecambahan yang cukup lambat. Pengkondisian media kultur tanaman inang dapat
mempercepat laju perkecambahan spora FMA (Moriera et al., 2007).
Menjaga kualitas tanah merupakan landasan untuk mempertahankan potensi produk
tanaman yaitu salah satunya dengan pengolahan tanah yang baik dengan menggunakan
jenis pupuk yang benar (Sunarmi, 2010). Ada dua jenis pupuk yaitu pupuk organik dan
pupuk anorganik (BPT, 2005). Pupuk organik yaitu pupuk yang berasal dari bahan alami
yang mengandung unsur hara yang seimbang yaiut terdapat unsur hara makro dan mikro
yang dibutuhkan oleh tanaman (Nazari et al, 2012). Akan tetapi dalam kondisi tanah
sangat masam, pupuk organik dapat dibantu oleh mikoriza arbuskula untuk membantu
meningkatkan kesuburan dan produktifitas tanah. Hal ini disebabkan mikoriza arbuskula
dapat beradaptasi pada tanah yang masam (Prihastuti, 2007). Salah satu faktor yang
menyebabkan tanah menjadi masam yaitu karena penggunaan pupuk organik yang terlalu
banyak atau tidak sesuai aturan (Setiadi dan Suryadi, 2007).
Pupuk anorganik adalah pupuk yang diproduksi melalului proses kimiawi yang
biasanya diproduksi oleh pabrik dengan kemasan yang menunjukkan persentase masing-
masing nutrisi per gram total berat atau volume dari campuran (Nazari et al, 2012). Pupuk
anorganik dapat memenuhi kebutuhan unsur hara makro tananman karena pupuk
anorganik berupa unsur hara makro seperti NPK yang dibutuhkan oleh tanaman. Namun
pupuk anorganik tidak dapat memenuhi kebutuhan unsur hara mikro, padahal unsur hara
mikro dibutuhkan oleh tanaman walaupun dalam jumlah sedikit dalam proses
pertumbuhannya (Yuwono et al, 2010). Dalam jangka panjang aplikasi pupuk anorganik
akan mengakibatkan penurunan kualitas tanah karena akan menyebabkan tanah menjadi
keras, masam dan mengakibatkan tanah menjadi kekurangan unsur hara karena pertukaran
unsur hara di dalam tanah menjadi terganggu (Hayati, 2010). Sehingga dibutuhkan
penanganan, salah satunya adalah pemulihan kesuburan tanah.
Pemulihan tanah tercemar dapat dilakukan dengan cara bioremediasi. Bioremediasi
bertujuan untuk membersihkan tanah tercemar dengan memecah atau mendegradasi zat
pencemar seperti unsur logam menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
menggunakan mikroorganisme. Selain itu tanah yang tercemar mengandung pH yang
rendah. Salah satu contoh mikroorganisme yang berfungsi sebagai bioremediasi adalah
fungi mikoriza arbuskular yang berperan dalam menyerap logam di dalam tanah dan
meningkatkan pH tanah (Diky, 2011 dalam Faiza et al, 2013).
Mikoriza arbuskular adalah bentuk simbiosis antara fungi dan akar tanaman (Majid,
2009). Eksudat akar berperan penting dalam diversitas fungi mikoriza arbuskular (Hartoyo
et al, 2011). Pertumbuhan dan produksi tanaman yang terinfeksi fungi mikoriza arbuskular
mampu meningkatkan daya adaptasi tanaman terhadap serangan patogen (Yusnaini, 2000).
Jika ingin memanfaatkan pupuk mikoriza maka sebelum diaplikasikan ke tanaman perlu
diketahui genus mikoriza yang ada pada tanaman tersebut untuk mengetahui adanya genus
fungi mikoriza arbuskular dan adaptasi yang cocok untuk genus mikoriza yang berasosiasi
dengan tanaman tersebut (Soekato et al, 2009).
C. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum antara lain:
 Bahan : sampel tanah rizosfer ubi jalar, air steril, larutan gula 40%.
 Alat : cawan petri, ayakan bertingkat (4 tingkat dengan ukuran 0,5 mm, 125 µm, 63
µm dan 38 µm), beaker glass 1000 ml, erlemeyer, botol film dan mikroskop.
D. Prosedur Kerja
Langkah-langkah kerja yang dilakukan sebagai berikut:
1.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisa Tanah,Pupuk dan Tanaman. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.
Faiza, R., Rahayu, Y S., dan Yuliani. 2013. Identifikasi Spora Jamur Mikoriza Visikular
Arbuskular (MVA) Pada Tanah Tercemar Minyak Bumi di Bojonegoro.
Jurnal Lentera Biologi (1), 7-11.
Hartoyo, B., Ghumalahdi, M., Darusman, L.K., Aziz, S.A. dan Mansur, I.2011.
Keanekaragaman Fungi Mikoriza (FMA) Pada Rizosfer Tanaman Pegagan
(Centella Asiatca). Jurnal Littri (17), 32-40.
Hayati, E. 2010. Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Kandungan Logam Berat
Dalam Tanah dan Jaringan Tanaman Selada. Jurnal Floratek (5), 113-123.
Majid, A. 2009. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Palembang : USP Press.
Moreira, M. Dilmar B, dan Tsai M. 2007. Biodiversity and Distribution of Arbuscular
Mycorrhizal Fungi in Araucaria angustifolia Forest. Journal Agriculture
64(4):393-399.
Nazari, Y.A., Soemarno, dan Agustina, L. 2012. Pengolahan Kesuburan Tanah Dalam
Pertanaman Kentang Dengan Aplikasi Pupuk Organik dan Anorganik.
Indonesia Green Technology Journal (1), 7-12.
Prihastuti. 2007. Isolasi dan Karakteristik Mikoriza Visikular-Arbuskular di Lahan Kering
Masam Lampung Tengah. Jurnal Hayati (12), 99-106.
Setiadi dan Suryadi. 2007. Kentang Varietas dan Pembudidayaan.Jakarta : Penebar Swadaya.
Smith, S. E. and D. J. Read. 2008. Mycorrhizal Symbiosis. Third edition: Academic Press.
Elsevier Ltd. New York, London, Burlington, San Diego.768 p.
Soekarto, M.C., Aisyah, N., dan Wijaya, W.H. 2009. Pemanfaatan Mikoriza Visikular
Arbuskular Dalam Mengendalikan Nematoda Sista Kentang. Jurnal
Kemitraan Penelitian Pertanian (1), 17-29.
Sunarni, N. 2010. Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman Kentan Sebagai
Anti Jamur (Fusarium sp., Phytoptora Infestans) dan Anti Bakteri
(Ralstonia Solanacaerum). [Skripsi]. Fakultas SAINS dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Sundari, S., Nurhindayati, T. dan Trisnawati, I. 2011. Isolasi dan Identifikasi Mikoriza
Indigenous dari Perakaran Tembakau Sawah ( Nicotiana tabacum L) di Area
Persawahan Kabupaten Madura. Fakultas matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh November
Swasono, D. H. 2006. Peranan Mikoriza Arbuskula dalam Mekanisme Adaptasi Beberapa
Varietas Bawang Merah terhadap Cekaman Kekeringan di TanahPasir
Pantai. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor. 106 p.
Yusnaini, S.A., Niswati, S.G., Nugroho, K., dan Irawati, A. 2000. Pengaruh Inokulasi
Mikoriza Visikular Arbuskular Terhadap Tanaman Jagung yang Mengalami
Kekeringan Sesaat Pada Fase Vegetatif dan Generatif. Jurnal Tanah
Tropika (1), 1-6.
Yuwono, N.D, Purwanto, B.H., dan Hanudin, E. 2010. Kesuburan Tanah Lahan Petani
Kentang di Dataran Tinggi Dieng. Makalah Dipresentasikan Pada Seminar
Nasional Peningkatan Produktifitas Sayuran Dataran Tinggi, Kerjasama
BBSLDP (Litbang Pertanian) dengan Universitet Gent, Belgia, Bogor 17-18
Maret 2010.

Anda mungkin juga menyukai