Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) sering disebut juga penyakit kronik


karena memiliki durasi waktu yang lama dan tidak ditularkan dari orang ke
orang. Progresi dari penyakit ini biasanya juga lambat (Lim et al.
2010).
Hampir 28 juta kematian akibat PTM terjadi di negara miskin
dan berkembang. PTM juga merupakan pembunuh nomer satu di
daerah Asia Tenggara (WHO, 2015).
Salah satu jenis PTM yang paling mengancam adalah penyakit
kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler menyumbang 17,5 juta
kematian per tahunnya. Selain itu, peningkatan tekanan darah menjadi
faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler terbesar kedua setelah
merokok dengan prosentase 27,8 % (WHO, 2015).
Hipertensi atau peningkatan tekanan darah sering disebut juga
sebagai silent killer karena biasanya tidak menunjukkan tanda dan
gejala yang cukup berarti. Sehingga hampir sebagian besar penderita
tidak menyadari kalau mereka menderita hipertensi. Hasil
penelitian menunjukkan 76,1% penderita tidak menyadari kalau
mereka menderita hipertensi (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan American Heart Association (AHA) tahun 2013,
sekitar 1 dari 3 orang dewasa di Amerika Serikat menderita
hipertensi. Diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi sebesar
7,2% di tahun 2030. Data menunjukkan sebanyak 44,8% laki-laki dan
55,2 % perempuan meninggal akibat hipertensi. Secara kesuluruhan
ada 18,5 kematian setiap 100 orang akibat hipertensi (Go AS et al, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian di kawasan Asia Tenggara, data
prevalensi hipertensi menunjukkan bahwa di Thailand sebesar 17%
dari total penduduk menderita hipertensi, Vietnam 34,6%, Singapura
24,9%, Malaysia 29,9%, dan Indonesia memiliki angka yang cukup
tinggi, yaitu 15% dari total seluruh penduduk Indonesia, hampir sekitar 35
juta terkena hipertensi (Susilo & Wulandari, 2011).
Prevalensi kejadian hipertensi di Bantul, Yogyakarta pada tingkat
puskesmas menduduki peringkat kedua terbanyak. Sedangkan di
tingkat Rumah Sakit, hipertensi menduduki peringkat pertama sebagai
penyakit dengan prevalensi terbesar (Dinkes Bantul, 2013).
Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2007 didapatkan hasil bahwa
prevalensi kejadian hipertensi penduduk dengan umur 18 tahun ke atas
di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Prevalensi hipertensi tertinggi
di Kalimantan Selatan 39,6% dan terendah di Papua Barat 20,1%.
Provinsi Jawa Timur, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi
Tengah, DI Yogyakarta, Riau, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah,
dan Nusa Tengah Tenggara Barat, merupakan provinsi dengan
prevalensi hipertensi yang 3 lebih tinggi dari angka nasional.
Provinsi Jawa Timur mempunyai prevalensi sebesar 37,4%; Bangka
Belitung 37,2%; Jawa Tengah 37%; Sulawesi Tengah 36%; DI
Yogyakarta 35,8%; Riau 34%; Sulawesi Barat 33,9%; Kalimantan
Tengah 33,6%; dan Nusa Tenggara Barat 32,4% (Riskesdas, 2008).
Sedangkan faktor resiko terkuat untuk menyebabkan hipertensi pada
anak-anak adalah overweight dan obesitas. Data dunia tahun 2008
menunjukkan bahwa 6 % atau sekitar 40 juta anak-anak telah
mengalami overweight (WHO,2010).
Saat ini penderita hipertensi di Kalimantan Selatan mengalami
pergeseran usia diatas 40 tahun, saat ini hipertensi banyak menyerang
usia lebih muda, kurang dari 30 tahun. Pada tahun 2011 Kalimantan
Selatan khususnya kota Banjarmasin jumlah penderita hipertensi
berjumlah 11.710 penderita dan pada tahun 2012 berjumlah 16.234
penderita. Data yang diperoleh menunjukan bahwa Puskesmas Teluk
Dalam Banjarmasin termasuk dalam 10 besar distribusi kasus hipertensi
per puskesmas di Banjarmasin pada tahun 2011 yang menempati urutan
ke 6 dengan jumlah kasus 780 (DinKes Kalsel, 2011)
Menurut data dari Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin pada tahun
2017 jumlah penyakit urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak selama
tahun 2017 jumlah pasien Hipertensi dengan 10 diagnosa medis yang
ditangani dipuskesmas Kuin Raya Banjarmasin sebanyak 4.968 kasus.
Penyakit Hipertensi menjadi urutan pertama dari penyakit yang ditangani
puskesmas Kuin Raya Banjarmasin.
Sedangkan untuk 3 bulan terakhir 2018 Hipertensi juga masih
menduduki tingkat pertama denga jumlah 510 kasus dari bulan april-juni.
Adapun program yang dilaksanakan Puskesmas Kuin Raya yaitu
melakukan kunjungan rumah pada klien Hipertensi dan melakukan
penyuluhan kesehatan, tetapi seiring berjalanya program tersebut jumlah
penderita masih tinggi. Maka Melihat permasalahan tersebut maka
penulis tertarik untuk menganalisis SWOT program untuk mengatasi
penyakit tidsk menular di puskesmas Kuin Raya.

A. Rumusan masalah
Rumusan masalah keperawatan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara penerapan penanggulangan dan pencegahan masalah
kesehatan pada penyakit tidak menular dengan pendekatan analisis
SWOT di wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk Program Hipertensi dengan pendekatan analisis SWOT untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan komunitas di wilayah kerja
Puskesmas Kuin Raya tahun 2018
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pelaksanaan program penanggulangan dan pencegahan
penyakit tidak menular di wilayah kerja puskesmas Kuin Raya
b. Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari
program penanggulangan dan pencegahan penyakit tidak menular di
wilayah kerja Puskesmas Pekauman dengan pendekatan analisis
SWOT
c. Membuat usulan upaya pengembangan program di wilayah kerja di
Puskesmas Kuin Raya.
C. Manfaat
1. Bagi instansi pendidikan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah referensi dan dapat
meningkatkan mutu pendidikan serta memotivasi dalam menerapkan
asuhan keperawatan komunitas pada klien dengan Hipertensi.
2. Bagi puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam upaya meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan khususnya pada klien dengan hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya

3. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran untuk menambah wawasan dalam analisis
SWOT program puskesmas
4. Bagi Masyarakat
Membantu untuk menanggulangi angka kejadian penyakit tidak menular
agar terciptanya masyarakat yang sehat
BAB II
ANALISA SWOT
A. Profil Puskesmas Kuin Raya
1. Visi Misi Puskesmas Kuin Raya
a. Visi
Visi Puskesmas Pekauman adalah “ Visi pembangunan kesehatan di Kota
Banjarmasin yang menjadi harapan adalah “Banjarmasin Baiman”.
dengan visi ini diharapkan dukungan dari masyarakat untuk mewujudkan
peningkatan derajat kesehatan.
b. Misi
1) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di Kota Banjarmasin, melalui peningkatan
pengetahuan dan kemampuan.
2) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
3) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
4) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan didukung
oleh manajemen kesehatan yang berdaya guna.

2. Letak Wilayah
Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya terletak
antara 3°15’ derajat dan 3°22´ derajat lintang selatan serta 114°31´derajat
dan 114°39´ derajat bujur timur, pada ketinggian 0,16 m di bawah
permukaan laut dengan kondisi daerah berpaya-paya dan relatif datar.
Pada waktu air pasang hampir seluruh wilayah digenangi air.
3. Iklim
Kondisi tanah sebagian terdiri dari rawa-rawa tergenang air, di
samping pengaruh musim hujan dan musim kemarau sehingga iklimnya
bersifat tropis. Suhu rata-rata antara 25 sampai 38 derajat, curah hujan
rata-rata 277,9 mm perbulan, dengan jumlah hari hujan 156 hari selama
satu tahun.

4. Topografi dan Geologi


Kondisi geografis wilayah kerja Puskesmas Pekauman terletak
pada ketinggian 0,16 m di bawah permukaan laut, berada di daerah
berpaya-paya serta relatif datar yang dipengaruhi oleh pasang surut air
laut.

1. Luas Wilayah
Wilayah kerja Puskesmas Kuin raya berada di sebelah barat dari wilayah
Kota Banjarmasin, dengan luas 4,12 Km² dengan batas – batas wilayah
sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kuin Utara;
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pelambuan;
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Barito/Kab. Barito Kuala;
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pasar Lama dan
Kelurahan Belitung Selatan.
Wilayah Kerja Puskesmas Kuin Raya termasuk dalam Kecamatan
Banjarmasin Barat yang terdiri dari 3 kelurahan yakni:
1. Kelurahan Kuin Cerucuk dengan 43 Rukun Tetangga (luas 1,66 km²)
2. Kelurahan Kuin Selatan dengan 24 Rukun Tetangga (luas 1,72 km²)
3. Kelurahan Belitung Utara dengan 19 Rukun Tetangga (luas 0,74 km²)
2. Data Ketenagakerjaan Puskesmas Kuin Raya
No Jenis Ketenagaan / Profesi Jumlah (orang)

1. Dokter Umum 2
2. Dokter Gigi 0
3. Sarjana Kesehatan/SKM 1
4. Apoteker 1
5. Tenaga Gizi 2
6. Tenaga Keperawatan 6
7. Tenaga Perawat Gigi: 3
8. Asisten Apoteker : 2
9. Tenaga Kebidanan 7
10. Tenaga Kesling 2
11. Tenaga Laboratorium 2
12. Prakarya 1
13. SMA/ SMK 1
17. S1 Umum 0
18. Cleaning Service 1
19. Satpam 1
20. Sopir 0
21. Pengadministrasi loket 3
Total 35

3. Peserta Jaminan Kesehatan


Jumlah peserta jaminan kesehatan nasional yang ada di wilayah
Puskesmas Kuin Raya sebanyak 5610 jiwa.

B. Konsep SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu
organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk
merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian
terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness).
Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan
tantangan (Threath).
Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:
1. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh
Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak
faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah
kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak
lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik
pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal.

Tabel 3.1 Matriks SWOT Kerns


EK
STERNAL
OPPORTUNITY TREATHS

INTERNAL
Comparative Mobilization
STRENGTH
Advantage
Divestment/Investmen Damage Control
WEAKNESS
t
Keterangan:
a. Sel A: Comparative Advantages
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang
sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa
berkembang lebih cepat.
b. Sel B: Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini
harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan
kekuatan organisasi untuk Comparative Advantage
Divestment/Investment Damage Control Mobilization memperlunak
ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu
menjadi sebuah peluang.
c. Sel C: Divestment/Investment
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang
dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi
yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak
dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk
menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas
peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau
memaksakan menggarap peluang itu (investasi).
d. Sel D: Damage Control
Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena
merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan
ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan
membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus
diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga
tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.
2. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif
melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce
dan Robinson (1998), agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang
sesungguhnya.
Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
a. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta
jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-
W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan
secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak
boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor
lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi
penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10,
dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti
skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point
faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian
terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat
kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi
perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya
sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya
jumlah point faktor).
b. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d)
dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya
menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e
= y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.
c. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran
SWOT.
NO STRENGTH SKOR BOBOT TOTAL

1. Dst
Total Kekuatan 1 5
WEAKNESS SKOR BOBOT TOTAL

2 Dst
Total Kelemahan
Selisih Total Kekuatan – Total Kelemahan = S – W = x
OPPORTUNITY SKOR BOBOT TOTAL

1 Dst
Total Peluang

TREATH SKOR BOBOT TOTAL

2 Dst
Total Tantangan
Selisih Total Peluang – Total Tantangan = O – T = y

Gambar 1.1 : Matriks Kuadran SWOT


Dari Gambar diatas dapat diketahui bagaimana Matriks kuadran
SWOT yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya
organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat
dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar
pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
b. Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun
menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam
kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat
sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan
untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya.
Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak
ragam strategi taktisnya.
c. Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah
Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi
sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk
dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja
organisasi.
d. Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan
menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan
adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada
pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk
meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal
agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil
terus berupaya membenahi diri (Rangkuti, 2006).

C. ANALISIS SWOT
1. Kekuatan / Strenght
NO KEKUATAN strength Skor Bobot Total
1 Adanya visi misi Puskesmas 5 0,20 1
Kuin Raya dan mendukung
dengan program PTM untuk
mewujudkan lingkungan yang
sehat.
2. Sudah adanya bangunan 5 0,20 1
permanen untuk
penyelengaraan pelayaanan
kesehatan.
3. Adanya JKN untuk fasilitas 5 0,20 1
warga
4. Adanya sistem infomasi 5 0,20 1
rekapitulasi untuk monitoring
dan pelaporan kejadian
5. Adanya posbindu ptm maka 5 0,20 1
terdeteksi untuk penyakit
seperti tekanan darah tinggi
Jumlah 25 1 5

2. Kelemahan/Weakness
NO Kelemahan Weakness Skor Bobot Total
1 Tenaga yang ada belum 3 0,33 1
mencukupi
2. Kurang kader posbindu PTM 5 0,33 1.7
3 Masyarakat masih malu untuk 3 0.33 1
memeriksakan IVA ke
puskesmas
Jumlah 11 1 2.7

3. Peluang/Opertunity
NO Peluang opportunity Skor Bobot Total
1 Kemajuan teknologi 5 0.33 1.7
2. Adanya keinginan masyarakat 4 0.33 1.32
dalam pemanfaatan fasilitas
kesehatan
3 Adanya program pemerintah 4 0.33 1.32
dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat
(Jaminan Kesehatan)
Jumlah 12 1 4.34

4. Ancaman/Threath
NO Ancaman / Threath Skor Bobot Total
1 Jumlah penderita meningkat 3 0,20 0,6
dan masih sedikit mengikuti
program PTM
2. Tidak ada evaluasi atau 4 0,25 1
umpan balik hasil program dari
peserta
3. Waktu pelaksanaan program 5 0,35 1,75
bertepatan dengan jam kerja
masyarakat
4. Resiko infeksi dari pasien gula
darah
5. Sebagian masyarakat tau
tentang penyakitnya tetapi
tidak mau berobat, seperti TD
tinggi tapi tidak mau berobat
dan rutin minum obat
Jumlah 15 1 3,95

Sumbu X :Total Kekuatan – Total Kelemahan = 5 - 2,7 = +3.3


Sumbu Y :Total Peluang – Total Tantangan = 4.34 -3.95 = -0.39
Berada di kuadran I, Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun
menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan
adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap
namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda
organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya
bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan
untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

D. SOLUSI
Solusi yang kami berikan untuk permasalah dari analisis program
menggunakan swot adalah dengan membentuk suatu organsisasi lingkungan
yang tujuannya agar kondisi lingkungan tetap bersih, dan nyaman. Adapun
organisasi ini dijalankan oleh para kader.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Peranan Puskesmas sebagai unit fungsional kesehatan yang terdepan
akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian visi dan misi. Secara
operasional peran Puskesmas tersebut harus lebih jelas dan terukur sehingga
Puskesmas harus lebih efekktif dan responsif terhadap masalah-masalah
kesehatan di wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan dituntut untuk
memberikan suatu jaminan dalam bentuk layanan yang memiliki tingkat mutu
yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk meningkatkan pengelolaan
pelayanan kesehatan diperlukan komitmen yang penuh kesungguhan.
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan
mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan-
kekuatan (Strenghts) dan kelemahan-kelemahan (Weaknesses). Suatu
organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-
ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi.

B. Saran
Keberhasilan sarana kesehatan dapat dilihat dari sudut dan tingkat
kepuasan pelanggannya. Ukuran keberhasilan layanan kesehatan dapat
dilihat dari layanan yang diberikan. Oleh karena itu maka semua layanan
kesehatan harus melaksanakan Gugus Kendali Mutu (GKM).

Anda mungkin juga menyukai