Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERSYARATAN K3 PEMELIHARAAN KUBIKEL 20 KV

Disusun oleh :
SYAHRIR, SE
PT. SAPTA MANUNGGAL KARYA
Kota : Ambon
BAB 1 Penjelasan Umum
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan
kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan
nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko
yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang
bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak
mudah capek.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi
pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai
ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan
kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan
kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku
pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.

BAB 2 Identifikasi Bahaya Listrik


Bahaya listrik dibedakan menjadi dua, yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder.
Bahaya primer adalah bahaya-bahaya yang disebabkan oleh listrik secara langsung, seperti
bahaya sengatan listrik dan bahaya kebakaran atau ledakan. Sedangkan bahaya sekunder
adalah bahaya-bahaya yang diakibatkan listrik secara tidak langsung. Namun bukan berarti
bahwa akibat yang ditimbulkannya lebih ringan dari yang primer. Contoh bahaya sekunder
antara lain adalah tubuh/bagian tubuh terbakar baik langsung maupun tidak langsung, jatuh
dari suatu ketinggian, dan lain-lain.

Dampak sengatan listrik bagi manusia antara lain adalah:


- Gagal kerja jantung ( Ventricular Fibrillation), yaitu berhentinya denyut jantung atau
denyutan yang sangat lemah sehingga tidak mampu mensirkulasikan darah dengan
baik. Untuk mengembalikannya perlu bantuan dari luar.
- Gangguan pernafasan akibat kontraksi hebat (suffocation ) yang dialami oleh paru-
paru.
- Kerusakan sel tubuh akibat energi listrik yang mengalir di dalam tubuh,
- Terbakar akibat efek panas dari listrik.
BAB 3 Teknis Pekerjaan

Pemeliharaan Preventif
Pemeliharaan preventif adalah pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan
peralatan yang lebih parah dan untuk mempertahankan untuk kerja jaringan agar tetap
beroperasi dengan keandalan dan efisiensi yang tinggi. Kegiatan pokok pemeliharaan
preventif ditentukan berdasarkan periode / waktu dan kondisi peralatan Kegiatan
pemeliharaan preventif bisa berupa pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan peralatan,
penggantian peralatan sampai pada perubahan atau penyempurnaan jaringan.
Lingkup kegiatan pemeliharaan preventif antara lain :
• Pemeriksaan rutin
• Pemeliharaan rutin
• Pemeriksaan prediktif
• Pemeliharaan khusus atau darurat

1. Pemeriksaan rutin
Pemeriksaan secara visual (inspeksi) untuk kemudian diikuti dengan pelaksanaan
pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan saran / usulan dari hasil inspeksi antara lain
perbaikan, penggantian, pembersihan, peneraan atau pengetesan peralatan kubikel.
Contoh pemeriksaan rutin antara lain :
- Inspeksi gardu distribusi : memeriksa dan melaporkan keadaan sipil gardu, ruang
gardu dan kubikel kubikel.
- Memeriksa kondisi kerangkan dan badan kubikel dari kemungkinan adanya karat
- Memeriksa adanya suara yang aneh, suhu kubikel
- Pemeriksaan dilakukan secara periodik dengan menggunakan cek list

2. Pemeliharaan rutin
Pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan secara berkala dan terus menerus untuk
mempertahankan kondisi peralatan kubikel agar tetap berada dalam kondisi baik dan
prima.
Contoh pemeliharaan rutin antara lain :
- Revisi instalasi 20 kv gardu induk, gardu hubung dan gardu distribusi
- Pemeriksaan kondisi isolasi dan peredam busur, tahanan kontak, serta keserempakan
alat hubung kubikel
- Pemeriksaan pembumian sebagai sistem pengamanan
- Pemeriksaan unjuk kerja instrumen ukur dan proteksi
- Pemeriksaan kondisi derajat perlidungan dan pengatur kelembaban
- Pemeriksaan kondisikontak dari sambungan-sambungan

3. Pemeriksaan prediktif
Sistem pemeliharaan yang berbasis kondisi (condition base maintenance) dengan cara
memonitor kondisi peralatan / jaringan secara on line maupun off line.
Contoh pemeriksaan prediktif antara lain :
- Pemeriksaan instalasi dengan alat infrared / termo vision
- Pemeriksaan partial discharge terminal indoor penyulang 20 kv gardu induk
- Pengukuran beban
- Test trip PMT penyulang 20 kv gardu induk dll

4. Pemeliharaan khusus / darurat


Pekerjaan pemeliharaan untuk memperbaiki jaringan yang rusak akibat force mayeur
seperti bencana alam, kebakaran, huru-hara dll.
Contoh pemeliharaan khusus antara lain :
- Perbaikan penggantian kubikel yang rusak akibat kebakaran
- Perbaikan penggantian instalasi gardu yang rusak akibat banjir

Pemeliharaan Komponen Komponen Kubikel


a) Pemeliharaan PMT / LBS
b) Pemeliharaan pemisah ( PMS )
c) Pemeriksaan sumber arus searah
d) Pemeriksaan sumber arus bolak-balik ( Pemakaian Sendiri / PS )
e) Pemeliharaan relai
f) Pemeliharaan pelebur ( fuse )
g) Pemeliharaan pentanahan
h) Pemeliharaan terhadap peralatan kontak
BAB 4 Perencanaan K3
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah satu hal yang harus menjadi perhatian utama
dalam setiap melakukan kegiatan apapun. Apalagi yang menyangkut pemeliharaan Kubikel 20
KV, dimana potensi bahayanya sangat tinggi mengingat jarak antara bagian yang bertegangan
terhadap personil tidak terlalu jauh dan hanya disekat dengan pelat logam yang tidak terlalu
tebal. Beberapa hal yang harus diperhatikan, dilengkap dan dilaksanakan sesuai dengan
kepentingan yang dilakukan, antara lain :
Persiapan pemeliharaan kubikel adalah kegiatan menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan
untuk melaksanakan pemeliharaan seperti di maksud di atas antara lain :
a) Memahami kegiatan operasi jaringan yang akan dilakukan sesuai SOP
b) Mempelajari perubahan konfigurasi jaringan yang akan dilaksanakan
c) Memahami kegiatan pemeliharaan kubikel yang akan dilakukan sesuai dengan SOP
d) Mempersiapkan perlengkapan pemeliharaan, antara lain :
- Peralatan / perkakas kerja
- Alat ukur listrik dan mekanik
- Material / bahan
- Alat Pelindung Diri / Perlengkapan K 3

Petunjuk / langkah-langkah pemeliharaan kubikel ada 4 tahap penting dalam pemeliharaan


kubikel yaitu :
a) Mengeluarkan kontak hubung, yaitu tahapan untuk melepas beban dan memadamkan
aliran listrik .
b) Membuka pintu kubikel ; harus dalam keadaan benar-benar tidak bertegangan,
karena ada sistem interlock bahwa pintu hanya dapat dibuka apabila saklar
pentanahan pada posisi ON / masuk. Pada tahap ini harus ada koordinasi dimana
aliran listrik baik dari saluran sisi masuk maupun keluar sudah dinyatakan padam.
Pemeriksaan atau pemeliharaan pada bagian dalam kubikel dilaksanakan pada tahap
ini.
c) Menutup pintu kubikel : tahap ini menandakan pekerjaan pemeriksaan /
pemeliharaan telah dilakukan dan dengan hasil baik, berarti kubikel siap
dioperasikan kembali.
d) Memasukkan kontak hubung (LBS,PMT), tahap ini berarti memasukkan tegangan
dari
e) Saluran / penyulang ke busbar untuk kubikel in coming
f) Busbar ke saluran ke busbar untuk kubikul out going
g) Busbar ke beban ke busbar untuk kubikel PB.
BAB 5 Pengendalian Pekerjaan Dengan K3
Pemeliharaan Kubikel 20 KV berarti melakukan pemeriksaan atau perbaikan yang
menyebabkan perlunya pemadaman listrik atau tidak .Pada saat pelaksanaan pemeliharaan
dengan pemadaman berarti memerlukan koordinasi dengan pihak operasi agar tidak sampai
terjadi gangguan atau kecelakaan kerja pada saat pembukaan alat hubung kubikel yang akan
dipelihara maupun penormalannya kembali.
Hasil dari pemeliharaan adalah berupa kondisi / unjuk kerja peralatan harus memenuhi
ketentuannya, yaitu aman dioperasikann kembali, maka untuk itu perlu diatur cara melakukan
pemeliharaan, peralatan untuk mengukur kondisi peralatan kubikel, perkakas kerja yang
digunakan pada waktu pemeliharaan.

KOMPONEN DALAM SOP


Beberapa komponen penting yang tertulis pada SOP Pemeliharaan Kubikel 20 KV antara lain
:
1. Pihak yang Terkait
Yaitu pihak-pihak yang berkepentingan dan terkena dampak akibat pemeliharaan
kubikel 20 KV. Keterkaitan ini dilakukan dalam bentuk komunikasi yang dilakukan
dapat berupa tertulis / surat ataupun komunikasi langsung / lisan bertujuan agar
semua pihak berkoordinasi dapat mengantisipasi terjadinya kondisi kurang aman
atau mencegah kerusakan material akibat dipeliharanya kubikel. Dalam
berkomunikasi baik lisan maupun tertulis dibuat berupa format yang standar untuk
mencegah kesalahan presepsi dari pihak-pihak yang terkait . Waktu berkomiunikasi /
berkoordinasi yang digunakan selalu pada batas standar agar dalam mengambil
keputusan tidak berlarut-larut. Di Operasional Distribusi pengaturan tentang
berkomunikasi ini dibuat menjadi SOP Komunikasi.
Pihak yang terkait pada pemeliharaan Kubikel 20 KV antara lain :
Beberapa pihak yang terkait antara lain, Pengatur Distribusi / Piket Pengatur, pihak
operasi dan Konsumen. Berkoordinasi dengan pihak adalah untuk mengetahui dan
memastikan bahwa instalasi kubikel yang akan dipelihara dan dipadamkan sudah
diantisipasi akibat pemadamannya. Berkoordinasi dengan Pengatur Distribusi / Piket
Pengatur adalah agar keadaan jaringan dipastikan siap dipadamkan atau dibebani dan
aman dari adanya kecelakaan kerja bagi personil di lokasi pemeliharaan kubikel
dimaksud maupun di luar lokasi yang berhubungan dengan jaringan yang akan
dipelihara. Sedangkan berkoordinasi dengan Konsumen bertujuan agar konsumen
tahu akan adanya listrik pemdadaman listrik di tempatnya.
2. Perlengkapan Kerja
Perlengkapan kerja untuk meleksanakan pemeliharaan kubikel dengan baik dan
aman harus dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya. Memaksakan bekerja dengan
peralatan seadanya berarti mengabaikan adanya resiko bahaya kecelakaan dan
kerusakan yang bakal terjadi. Pemeriksaan terhadap jumlah dan kondisi
perlengkapan kerja harus dilakukan secara rutin agar selalu siap kapanpun
digunakan.
Yang dimaksud dengan perlengkapan kerja adalah sebagai berikut :
a) Perkakas kerja
b) Alat bantu kerja
c) Alat Ukur
d) Material / bahan
e) Alat Pelindung Diri ( APD ) atau Alat K3
f) Berkas Dokumen Instalasi Kubikel 20 KV yang akan dioperasikan
g) Lembaran Format berupa Check-List Pelaksanaan dan Pelaporan.

3. Prosedur Komunikasi
Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait dengan dari mulai
persiapan pemeliharaan, saat pemeliharaan sampai pelaporan pekerjaan. Peralatan
yang
digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa telepon atau handy-talky ( HT )
dengan
menggunakan bahasa yang sudah distandarkan. Penyimpangan terhadap ketentuan
berkomunikasi dapat menyebabkan terjadinya gangguan operasi bahkan kecelakaan
kerja.

4. Prosedur Langkah - Langkah Kerja


Berisi tentang urutan dalam melaksanakan pekerjaan di lokasi pengoperasian
kubikel, mulai
dari persiapan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan, pemeriksaan pekerjaan sampai
pelaporan pekerjaan. Setiap langkah dilaksanakan secara berurutan sesuai tertulis di
SOP.
Penyimpangan terhadap langkah-langkah tersebut dapat menyebabkan kegagalan
pemeliharaan bahkan dapat terjadi kecelakaan kerja. Hasil Pemeliharaan harus
dilaporkan
ke Pengatur Distribusi / Piket Pengatur dan melaporkan secara lisan guna
memutuskan
dioperasikannya kembali dan melaporkan secara tertulis setelah pelaksanaan dilokasi

selesai.

BAB VI Kesimpulan
Prosedur Keselamatan Kerja merupakan cara sistematis dan jelas sehingga dipakai
sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :

1. Unsafe act dan unsafe condition dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang dapat
membahayakan nyawa pekerja.

2. Demi mewujudkan zero accident dan safety condition bagi manusia dan khususnya bagi
para pekerja maka diterapkanlah Prosedur K3 agar keamanan dan keselamatan pekerja
tetap terjamin.
Lampiran : Gambar / Tabel

Anda mungkin juga menyukai