Anda di halaman 1dari 137

HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HIGIENE DAN KARAKTERISTIK

INDIVIDU DENGAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA PEMULUNG

(LASKAR MANDIRI) DI KELURAHAN SUMUR BATU KECAMATAN

BANTAR GEBANG TAHUN 2013

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:
YENI FARIDAWATI
109101000065

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/ 2013 M
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN LINGKUNGAN
Skripsi, Desember 2013

Yeni Faridawati, NIM: 109101000065


Hubungan Antara Personal Higiene, Karakteristik Individu Dengan Keluhan
Gangguan Kulit Pada Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu
Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013
xviii + 94 halaman, 16 tabel, 2 gambar, 2 bagan, 6 lampiran.

ABSTRAK
Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun
sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan
bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005).
Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk
proses daur ulang. Pemulung merupakan salah satu pekerjaan yang berisiko terkena
gangguan kulit akibat kondisi lingkungan kerja yang buruk. Berdasarkan survei pendahuluan
yang dilakukan oleh penulis di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota
Bekasi ditemukan dari 10 pemulung terdapat 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan
kulit.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, yang
dilakukan pada bulan Agustus – September 2013 pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu
Kecamatan Bantar Gebang. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 66 responden.
Tujuannya untuk mengetahui hubungan antara personal higiene dan karakteristik individu
dengan keluhan gangguan kulit. Variabel independen dalam penelitian ini antara lain
karakteristik individu yang meliputi umur, jam kerja, masa kerja, dan riwayat alergi dan
personal higiene yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan tangan, kaki, dan kuku).
Penentuan keluhan gangguan kulit berdasarkan kuisioner dan wawancara, variabel
karakteristik individu berdasarkan wawancara, dan variabel personal higiene berdasarkan
wawancara dan observasi. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik dengan
rumus chi square dan t independent.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60,6 % pemulung mengalami keluhan gangguan
kulit. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan gangguan kulit pada penelitian ini
adalah masa kerja (P value 0,013) dan kebersihan kulit (P value 0,03).
Disarankan kepada pemulung di kelurahan Sumur Batu lebih memperhatikan perilaku
hidup bersih dengan cara diantaranya mencuci tangan dan kaki dengan air mengalir dan
sabun setelah bekerja, sebelum dan sesudah makan, serta menggunakan handuk milik sendiri
setelah mandi sehingga mengurangi risiko keluhan gangguan kulit.

Daftar bacaan : 38 (1992-2012)

ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF ENVIRONMENTAL HEALTH
Undergratuated Thesis, December 2013

Yeni Faridawati, NIM: 109101000065


Correlations of Personal Hygiene and Individuals Characteristic with
Complaints of skin disorders on Scavengers at Sumur Batu Subdistrict Bantar
Gebang District.
Xviii+ 94 pages, 16 tables, 2 pictures, 6 attachments

Complaints of skin disorders is an itch-like sensation (during morning, afternoon,


evening, or all day), that causes red spots / bumps / bulla containing clear fluid or pus
on the skin surface of the body raised rash to appear (Graham, 2005). Scavengers are
people of whom collected scrap items or certain bins for the recycling process and is
one of the job at risk of developing skin disorders due to poor working conditions.
Based on pre-eliminary study at Sumur Batu Subdistrict Bantar Gebang District,
founded that 9 out of 10 scavengers were having complaints of skin disorders.
This research was quantitative study with cross sectional approach, held in
August-September 2013 at the Sumur Batu district Bantar Gebang Subdistrict. The
purpose of this study was to analyze the correlation between personal hygiene and
individuals characteristic with complaints of skin disorders on Scavengers at Sumur
Batu Subdistrict Bantar Gebang District. Total sample are 66 people. The
independent variables are Individuals characteristic including age, hours of work,
years of employment, and history of allergies; and personal hygiene includes skin,
hands, feet, and nail hygiene. Determination of skin disorders complaint based on
questionnaires and interviews, whereas the individuals characteristic and personal
hygiene variables are based on interviews and observations. Afterwards, chi square
and t independent test are used to analiyze the data.
The results showed that 60.6% scavengers suffered complaints of skin disorders.
Factors associated with complaints of skin disorders in this study are years of
employment (P value 0.013) and skin hygiene (P value 0.03).
Thus, to those scavengers at Sumur Batu Subdistrict are expected to pay more
attention to the health behavior such as washing their hand and foot with running
water and soap after work, before and after eating; also using one's own towel after a
shower in reducing the risks of skin disorders complaint.

References : 38 (1992-2012)

iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP

Nama : Yeni Faridawati

TTL : Ponorogo, 10 Febuari 1992

Alamat : Jl. Pahlawan, Gg swadaya RT 003, RW 09 No. 30 Rempoa Ciputat

Agama : Islam

Gol. Darah :A

No. Telp : 085776439743

RIWAYAT PENDIDIKAN

1997 – 2003 SDN SITU GINTUNG 1

2003 – 2006 MTSN 3 JAKARTA

2006 – 2009 SMAN 87 JAKARTA

2009 – Sekarang S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan


Lingkungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2003-2005 Koord Divisi Perlengkapan PMR MTSN 3 JAKARTA

2006 – 2007 Sekretaris Karang Taruna Rajawali Rempoa

2007 – 2008 Wakil Keputrian ROHIS SMAN87 JAKARTA

2010 - 2011 Koord. Divisi Artisitik PASIFIK (Paduan Suara Fakultas


Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN)

2011-Sekarang Anggota Envihsa

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia
yang dilimpahkan-Nya, sehingga dapat terselesainya laporan kerja praktek ini.
Shalawat beserta salam tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan besar kita Nabi
Muhammad Saw.

Skripsi dengan judul “ Hubungan antara Personal Higiene dan Karakteristik


Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) Di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013” ini dibuat sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini banyak kesulitan yang dihadapi,
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, penulisan laporan skripsi ini dapat
terselesaikan. Maka dari itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And ; selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ibu Febrianti M. Si selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Dewi Utami Iriani SKM, M.Kes, Ph.D sebagai dosen pembimbing pertama,
terima kasih Ibu sudah memberikan saran, kritik, motivasi, dan sabar
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
4. Bapak Dr. Arif Sumantri SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing kedua, terima
kasih bapak atas bimbingan, arahan, doa, dan nasihat yang sangat berarti dan

vii
membuat penulis menjadi semangat untuk segera menyelesaikan laporan skripsi
ini.
5. Kepada semua staff Dinas Kesehatan Bekasi, Puskesmas Kecamatan Bantar
Gebang, Kelurahan Sumur Batu, dan Dinas Kesbangpolinmas Bekasi, terima
kasih atas bantuan dan telah memberikan izin kepada penulis, sehingga penulis
bisa melaksanakan penelitian di daerah Bapak dan Ibu sekalian.
6. Kepada keluarga tercinta, Bapak, Ibu, kedua adik tersayang, dan nenek,
terimakasih atas doa yang tulus, perhatian, kasih sayang yang melimpah yang
diberikan kepada penulis dari awal penelitian sampai terselesaikannya laporan
skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan kesling 2009, Ziah, Cita, Dila, Ami, Maya, Reni,
Tari, Nisa, Ratna, Nita, Imah, Agung, Yudi, Morrys, Ersa, Aan, Rudi, Udin
kalian sangat super sekali. Terima kasih sudah mau berbagi ilmu, berbagi cerita,
dan mendengarkan keluh kesah penulis.
8. Dua sahabat super, Lilik dan Badra yang sudah lulus duluan dengan setia
mendengar keluh kesah penulis dan dan memberikan semangat membara kepada
penulis sehingga sedikit demi sedikit penulis bisa menyusul kelulusan kalian.
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan
yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
Terakhir kiranya penulis berharap semoga laporan skripsi ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca umumnya. Mohon kritik dan sarannya.

Jakarta, 10 Desember 2013

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................... i

ABSTRAK .................................................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvi

DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 6
C. Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum ............................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus .............................................................................................. 8
E. Manfaat
1. Instansi Terkait ............................................................................................. 9
2. Bagi Pemulung ........................................................................................... 10
F. Ruang Lingkup .................................................................................................. 10

ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sampah
1. Pengertian Sampah ..................................................................................... 11
2. Pengelolaan Sampah Menurut Sumbernya ................................................. 11
3. Jenis Sampah .............................................................................................. 13
4. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan .......................... 14
B. Keluhan Gangguan Kulit
1. Penyakit Kulit ............................................................................................. 15
2. Penyebab Penyakit Kulit ............................................................................ 17
C. Anatomi Kulit .................................................................................................... 18
D. Fungsi Kulit ....................................................................................................... 19
E. Definisi Pemulung ............................................................................................. 20
F. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ....................................................................... 22
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung
1. Kondisi Lingkungan TPA........................................................................... 22
a. Penyediaan Air ..................................................................................... 23
b. Suhu dan Kelembaban .......................................................................... 24
c. Paparan Sinar Matahari ........................................................................ 25
2. Personal Hygiene ......................................................................................... 27
a. Kebersihan Kulit .................................................................................... 28
b. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku ..................................................... 29
c. Kebersihan Rambut ............................................................................... 31
3. Karakteristik Individu .................................................................................. 32
a. Jam Kerja ............................................................................................... 32
b. Umur ...................................................................................................... 33
c. Masa Kerja ............................................................................................. 33
d. Riwayat Alergi ....................................................................................... 34
e. Pendidikan ............................................................................................. 35
f. Penggunaan APD ................................................................................... 35

x
H. Kerangka Teori .................................................................................................. 38

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


A. Kerangka Konsep............................................................................................... 40
B. Definisi Operasional .......................................................................................... 43
C. Hipotesis ............................................................................................................ 45
D. Definisi Operasional .......................................................................................... 41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................................... 46
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 46
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian ........................................................................................ 47
a. Kriteria Inklusi ....................................................................................... 47
b. Kriteria Eksklusi .................................................................................... 48
2. Sampel Penelitian.......................................................................................... 48
a. Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 50
b. Instrumen Penelitian .............................................................................. 50
c. Pengolahan Data .................................................................................... 51
d. Analisa Data ........................................................................................... 53

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kelurahan Sumur Batu .................................................... 54
a. Data Geografis ....................................................................................... 54
b. Data Demografi...................................................................................... 55
2. Gambaran Umum Puskesmas Bantargebang I .............................................. 56
B. Analisis Univariat
1. Distribusi Karakteristik Individu .................................................................. 57
a. Distribusi Umur ..................................................................................... 57
b. Distribusi Jam Kerja .............................................................................. 58

xi
c. Distribusi Masa Kerja ............................................................................ 58
d. Distribusi Riwayat Alergi ...................................................................... 59
2. Distribusi Personal Higiene .......................................................................... 59
a. Distribusi Kebersihan Kulit ................................................................... 59
b. Distribusi Kebersihan Kuku, Tangan, dan Kaki .................................... 60
C. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit . 61
a. Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit ............................... 61
b. Hubungan jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit ........................ 62
c. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit ..................... 63
d. Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit ............... 64
2. Hubungan antara Personal Higiene dengan Keluhan Gangguan Kulit ......... 65
a. Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit............. 65
b. Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan

Gangguan Kulit ...................................................................................... 66

BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 68
B. Keluhan Gangguan Kulit ................................................................................... 69
C. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit
1. Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit ................................... 71
2. Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit ............................ 73
3. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit .......................... 76
4. Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit .................... 79
D. Hubungan Personal Higiene dengan Keluhan Gangguan Kulit
1. Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit ................. 81
2. Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan Gangguan

Kulit ............................................................................................................ 84

xii
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 88
B. Saran .................................................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 90

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional .......................................................................................... 43

Tabel 5.1 Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk di Kelurahan Sumur Batu Tahun

2013 ....................................................................................................................................... 55

Tabel 5.2 Distribusi Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Sumur Batu

Tahun 2013............................................................................................................................ 56

Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Umur di Kelurahan Sumur

Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 .................................................................. 57

Tabel 5.5 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Jam Kerja di Kelurahan

Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ...................................................... 58

Tabel 5.6 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Masa Kerja di Kelurahan

Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ...................................................... 58

Tabel 5.7 Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Riwayat Alergi di Kelurahan

Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ...................................................... 59

Tabel 5.8 Distribusi Personal Higiene Berdasarkan Kebersihan Kulit di Kelurahan

Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ...................................................... 59

Tabel 5.9 Distribusi Personal Higiene Berdasarkan Kebersihan Tangan, Kaki, dan

Kuku di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ................... 60

Tabel 5.10 Distribusi Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung di Kelurahan Sumur

Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 .................................................................. 60

xiv
Tabel 5.11 Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung

(Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 61

Tabel 5.12 Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung

(Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 62

Tabel 5.13 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung

(Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 63

Tabel 5.14 Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit pada

Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang

Tahun 2013............................................................................................................................ 64

Tabel 5.15 Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit pada

Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang

Tahun 2013............................................................................................................................ 65

Tabel 5.16 Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan

Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu

Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 ............................................................................ 66

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Segitiga Epidemiologi ........................................................................ 2

Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kulit................................................................................. 19

xvi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori.................................................................................................. 39

Bagan 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................................. 42

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Surat Pengantar dari Kelurahan Sumur Batu

2. Lampiran 2 Surat Rekomendasi Melakukan Penelitian dari Badan Kesatuan

Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat

3. Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

4. Lampiran 4 Hasil Analisis Univariat

5. Lampiran 5 Hasil Analisis Bivariat

6. Lampiran 6 Foto

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan aktivitas

memproduksi makanan minuman dan barang lain. Selain menghasilkan barang-

barang yang akan dikonsumsi, setiap aktivitas yang dilakukan selalu

menghasilkan bahan buangan yang tidak digunakan lagi yang disebut dengan

sampah (Sarudji dan Keman, 2010 dalam Listautin, 2012).

Pencegahan pencemaran oleh sampah, walaupun sudah dilakukan tetapi

masih tetap belum dapat diselesaikan dan masih selalu menjadi permasalahan,

terutama di daerah pemukiman. Pembuangan sampah (limbah) yang dilakukan

secara sembarangan akan mencemari lingkungan, bahkan bila dibuang di tempat

yang telah disediakan (tempat sampah) juga masih tetap merupakan masalah,

baik dari segi lingkungan anthropogenik maupun dari segi sosial. Sampah selalu

dianggap sebagai masalah yang sangat mengganggu dengan dampak yang

beranekaragam, baik terhadap kesehatan maupun estetika dan keindahan

kota/pemukiman (Sumantri, 2010).

Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan dan agent penyakit namun

apabila manusia tidak bisa mengendalikan agent penyakit maka terjadi

ketidakseimbangan dan manusia akan jatuh sakit. Hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Gordon (1950), bahwa hubungan antara manusia (host),

1
penyebab penyakit dan lingkungan (environment) dalam bentuk interaksi.

Interaksi tersebut ibarat timbangan dengan tuas bertumpu pada titik lingkungan

(Budiarto & Anggraeni, 2002).

Gambar 1.1
Model Segitiga Epidemiologi
( Listautin, 2012)

Penyakit akibat sampah sangat luas, dan dapat berupa penyakit menular,

tidak menular, dapat juga berupa akibat kebakaran, keracunan, dan lain-lain.

Selain itu sampah juga dapat menyebabkan meningkatnya penyakit-penyakit

yang ditularkan melalui vektor, penyebabnya dapat berupa bakteri, jamur, cacing,

dan zat kimia (Soemirat, 2009). Menurut Adnani (2011) sampah apabila tidak

dilelola dengan baik, maka akan memberikan pengaruh yang besar terhadap

kesehatan. Pengaruh tersebut bisa secara langsung maupun tidak langsung.

Pengaruh langsung disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia

dengan sampah tersebut. Sedangkan pengaruh tidak langsung umumnya

disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang

berkembang biak di dalam sampah dan menularkannya kepada manusia.

2
Salah satu penyakit akibat sampah berupa penyakit kulit yang disebabkan

beberapa jenis jamur mikroorganisme patogen yang hidup dan berkembang biak

di dalam sampah (Soemirat, 2009). Penyakit kulit merupakan penyakit pada

bagian tubuh paling luar dengan gejala berupa gatal-gatal dan kemerahan yang

disebabkan oleh berbagai macam penyebab misalnya bahan kimia, sinar

matahari, virus, imun tubuh yang lemah, mikroorganisme, faktor kebersihan diri

dan lain-lain (Budiono, 2011 dalam listautin 2012).

Menurut Soepadmo (2006) dalam Rianti (2010), penyakit infeksi kulit

banyak ditemukan dikalangan penduduk didaerah beriklim panas, lembab,

keadaan perorangan yang kurang higiene, lingkungan yang buruk, pekerja-

pekerja yang berhubungan dengan kotoran (misalkan sampah dan selokan), dan

pekerja-pekerja yang berhubungan dengan minyak-minyak pelumas. Masyarakat

umumnya beranggapan bahwa penyakit kulit bukan penyakit yang

membahayakan sehingga tidak perlu penanganan dengan segera jika belum

dalam keadaan parah. Jika keluhan ganguan kulit tidak dengan cepat

ditanggulangi maka lama kelamaan akan menjurus ke arah gangguan kulit yang

lebih serius.

Pemulung (Laskar Mandiri) adalah orang yang bekerja mengambil

barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Dilihat dari

sudut pandang kesehatan, pekerjaan seorang pemulung memiliki risiko yang

sangat tinggi untuk tertularnya penyakit, karena pemulung bekerja di lingkungan

yang tidak kondusif (Junaedi, 2007). Kegiatan yang bergerak di sektor informal

3
ini sangat membantu sistem pengelolaan sampah untuk meringankan beban daya

dukung lingkungan. Akan tetapi kondisi lingkungan kerja pemulung yang

langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan sengatan matahari tentunya

dapat menyebabkan gangguan kesehatan (Kurniawati, 2006).

Pada Tahun 1986 Pemerintah DKI Jakarta mulai membangun TPA Bantar

Gebang. Areal TPA Bantar Gebang mencakup 3 kelurahan dari 8 kelurahan yang

ada di wilayah Kecamatan Bantar Gebang, yaitu Kelurahan Ciketing Udik,

Kelurahan Cikiwul, dan Kelurahan Sumur Batu (Bidang Pengkajian Sumberdaya

UKMK, 2008).

Data Puskesmas Kecamatan Bantar Gebang pada Tahun 2012,

menunjukkan bahwa penyakit kulit termasuk penyakit terbesar ke 7 dari 10

penyakit yang ada di Puskesmas. Selain itu berdasarkan data yang ditemukan dan

pernyataan dari pihak Puskesmas Pembantu, warga sekitar dan pemulung yang

paling banyak mengalami keluhan gangguan kulit terdapat di Kelurahan Sumur

Batu. Berdasarkan data yang di dapat dari Kelurahan Sumur Batu diketahui

jumlah pemulung yang ada disana sekitar 350 orang, namun jumlah data

pemulung tersebut dapat berubah sewaktu-waktu dikarenakan tempat tinggal

pemulung yang yang tidak menetap.

Para pemulung mempunyai hubungan yang baik dengan lapak, bahkan

banyak lapak yang menyediakan tempat berlindung bagi para pemulung dan

keluarganya. Pengertian dari lapak itu tersendiri yaitu bos besar dari para

pemulung, hasil yang diperoleh dalam setiap harinya mereka serahkan ke lapak

4
dengan mendapatkan imbalan yang sesuai. Para pemulung tersebut tinggal di

tempat yang jauh dari fungsinya sebagai rumah sehat. Mereka tinggal di sebuah

pondok yang terbuat dari kayu, bambu, kardus dan plastik bekas. Rata- rata

pondok mereka berukuran 3 x 5 m yang posisinya saling berdampingan dan

berhadapan antar pondok pemulung.

Hasil penelitian Listautin (2012), tentang keluhan kesehatan salah satunya

keluhan gangguan kulit pada pemulung menunjukkan ada hubungan paparan

terhadap cahaya matahari, zat kimia hidrogen sulfida, jam kerja, kebersihan kulit,

kebersihan tangan, kuku dan kaki, dan alat pelindung diri, dengan keluhan

gangguan kulit. Variabel yang tidak ada pengaruh adalah paparan terhadap bau-

bauan, kontak dengan vektor, kebersihan rambut, dan IMT.

Kemudian hasil penelitian Silalahi (2010), menyatakan bahwa kebersihan

kulit, kebersihan kulit kepala dan rambut, pemakaian pakaian kerja, mempunyai

hubungan yang bermakna dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola

sampah. Tetapi tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara kebersihan

kuku, pemakaian sarung, pemakaian sepatu kerja, dan pemakaian masker,

terhadap keluhan gangguan kulit.

Selanjutnya hasil penelitian Budiono dan Cahyawati (2011) mengenai

kejadian dermatitis pada nelayan dapat disimpulkan bahwa ada faktor-faktor

yang berhubungan meliputi masa kerja, alat pelindung diri, riwayat pekerjaan,

hygiene personal, riwayat penyakit kulit, dan riwayat alergi dengan kejadian

dermatitis pada nelayan.

5
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di

Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi ditemukan dari

10 pemulung terdapat 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit. Pada

umumnya keluhan gangguan kulit yang dirasakan yaitu timbulnya gatal-gatal bila

mereka mulai berkeringat dan setelah itu timbul kemerahan. Namun tidak sedikit

juga ada yang mengalami timbul nanah pada permukaan kulitnya.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lain yaitu, penelitian ini

menggunakan variabel riwayat alergi yang termasuk dari variabel karakteristik

individu responden.

B. Rumusan Masalah

Pemulung (Laskar Mandiri) dalam keberadaannya antara diharapkan atau

tidak diharapkan, namun diperlukan fungsinya sebagai pemisah sampah dalam

meminimalisir banyaknya timbunan sampah. Laskar Mandiri merupakan salah

satu pekerjaan yang berisiko terkena gangguan kulitakibat kondisi lingkungan

kerja yang buruk. Pekerjaan pemulung yaitu memungut barang-barang bekas

atau sampah tertentu di Tempat Pembuangan Akhir sampah, yang kemudian

dikumpulkan kepada pengumpul untuk dilakukan daur ulang.

Kemudian berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Bantar

Gebang, didapatkan penyakit kulit merupakan urutan ke 7 dari 10 penyakit

terbesar di Puskesmas. Data lain yang ditemukan dan pernyataan dari pihak

Puskesmas Pembantu, warga sekitar dan pemulung yang paling banyak

6
mengalami keluhan gangguan kulit di Kecamatan Bantar Gebang terdapat di

Kelurahan Sumur Batu.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di

Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi ditemukan dari

10 pemulung terdapat 9 pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit. Jika

keluhan ganguan kulit tidak dengan cepat ditanggulangi maka lama kelamaan

akan menjurus ke arah gangguan kulit yang lebih serius dan lebih memperburuk

kondisi penderita.

Dengan demikian penulis ingin melakukan penelitian mengenai

hubungan antara personal higiene dan karakteristik individu dengan keluhan

gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu

Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar

Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?

2. Bagaimana gambaran higiene perorangan (kebersihan kulit, kebersihan

tangan, kuku, dan kaki) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur

Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?

3. Bagaimana gambaran karakteristik individu (umur, masa kerja, jam kerja,

pendidikan, dan riwayat alergi) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan

Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?

7
4. Apakah ada hubungan antara karakteristik individu (umur, masa kerja,

pendidikan, dan riwayat alergi) dengan keluhan gangguan kulit pada

pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar

Gebang Tahun 2013?

5. Apakah ada hubungan antara higiene perorangan (kebersihan kulit, kebersihan

tangan, kuku, dan kaki) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur

Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara personal higiene, karakteristik individu

dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan

Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar

Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun

2013.

b. Mengetahui gambaran higiene perorangan (kebersihan kulit, kebersihan

tangan, kuku, dan kaki) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan

Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.

8
c. Mengetahui gambaran karakteristik individu (umur, masa kerja, jam

kerja, dan riwayat alergi) pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan

Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.

d. Mengetahui apakah ada hubungan antara higiene perorangan (kebersihan

kulit, tangan, kaki, dan kuku) dengan keluhan gangguan kulit pada

pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar

Gebang Tahun 2013.

e. Mengetahui apakah hubungan antara karakteristik individu (umur, masa

kerja, jam kerja, dan riwayat alergi) dengan keluhan gangguan kulit pada

pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar

Gebang Tahun 2013.

E. Manfaat

1. Instansi Terkait

Instansi terkait disini yang dimaksud yaitu Dinas Kesehatan maupun

Puskesmas setempat. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait

memberikan penyuluhan dan pengetahuan mengenai pentingnya menjaga

kesehatan kulit, sebab serta dampak gangguan kulit bagi para pemulung

yang pada umumnya lepas dari perhatian pemerintah.Hasil penelitian ini

juga diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi puskesmas kecamatan

Bantar Gebang mengenai keluhan gangguan kulit yang dialami pemulung

9
sehingga bisa diciptakan program kesehatan yang dapat dijangkau oleh

pemulung.

2. Bagi Pemulung

Dapat dijadika informasi kepada mengenai bahaya dan faktor apa saja

yang dapat dapat mengakibatkan gangguan kulit sebelum, selama melakukan

pekerjaan dan sesudahnya supaya tidak ada keluhan gangguan kulit yang

berkaitan dengan pekerjaan mereka.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keluhan gangguan kulit pada

pemulung ditinjau dari personal hygiene (kebersihan kulit dan kebersihan tangan,

kaki, dan kuku), karakteristik individu (umur, lama kerja, jam kerja,dan riwayat

alergi). Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sasaran

penelitian ini adalah pemulung yang berada di Kelurahan Sumur Batu

Kecamatan Bantar Gebang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – September

2013. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross

sectional. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

yang diperoleh dengan cara pengisian kuisioner, sedangkan sumber data

sekunder diperoleh dari Profil Kesehatan Puskesmas Bantar Gebang.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah

1. Pengertian Sampah

Menurut American Public Health Association, sampah (waste)

diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak

disenangi, atau sesuatu yamg dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia

dan tidak terjadi dengan sendirinya (Sumantri, 2010). Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, mengartikan sampah sebagai

sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat.

Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah

sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus

dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia

(termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human

waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air

bekas tidak termasuk didalamnya).

2. Penggolongan Sampah Menurut Sumbernya

Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa

sumber seperti berikut :

11
a. Pemukiman penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa

keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di

desa/di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan

bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage),

sampah kering (rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.

b. Tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang

berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan.

Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-

sisa makanan, sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah

khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

c. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat

hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan

(misal : rumah sakit, dan puskesmas), kompleks militer, gedung

pertemuan, pantai tempat berlibur, dan saran pemerintah yang lain.

d. Industri berat dan ringan

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri

kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor, dan air

minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau

memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini

12
biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah

khusus, dan sampah berbahaya.

e. Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti

kebun, ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan

makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan

pembasmi serangga tanaman.

3. Jenis Sampah

Menurut Kusnoputranto dan Susanna (2000), sampah padat dibagi

beberapajenis yaitu sebagai berikut:

a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya:

1) Sampah yang bersifat anorganik. Contohnya: logam-logam, pecahan

gelas, dan abu

2) Sampah yang bersifat organik. Contohnya: sisa-sisa makanan, kertas,

plastik, daun-daunan, sisa sayur-sayuran dan buah-buahan.

b. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar

1) Sampah yang mudah dibakar. Contohnya: kertas, karet, plastik, kain-

kain dankayu.

2) Sampah yang tidak dapat terbakar. Contohnya: kaleng-kaleng, sisa-

sisapotongan besi, gelas dan abu

13
c. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk

1) Sampah-sampah yang tidak membusuk. Contohnya: plastik, kaleng-

kaleng,pecahan gelas, karet dan abu.

2) Sampah-sampah yang mudah membusuk. Contohnya: potongan-

potongandaging, sisa-sisa makanan, sisa-sisa daun-daunan, buah-

buahan, kertas danlain-lain.

4. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan

Menurut Adnani (2011) dan Soemirat (2009), pengaruh sampah terhadap

kesehatan dikelompokan menjadi dua yaitu:

a. Pengaruh langsung

Pengaruh langsung terhadap kesehatan disebabkan karena adanya kontak

langsung antara manusia dengan sampah tersebut. Misalnya sampah

beracun, sampah yang bersifat korosif terhadap tubuh, sampah

karsinogenik, teratogenik dan sebagainya. Selain itu ada pula sampah

yang mengandung bakteri patogen sehingga dapat menimbulkan penyakit.

Sampah ini bisa berasal dari sampah rumah tangga dan sampah industri.

b. Pengaruh tidak langsung

Pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang

membawa kuman penyakit yang berkembang biak di dalam sampah dan

menularkannya kepada manusia. Sampah apabila ditimbun sembarangan

dapat dipakai sarang lalat, nyamuk dan tikus. Lalat merupakan vektor dari

berbagai macam penyakit saluran pencernaan seperti diare, typus, kholera

14
dan sebagainya. Nyamuk Aedes aegypty yang hidup dan berkembang biak

di lingkungan yang pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng

dengan genangan air), sedangkan tikus disamping merusak harta benda

masyarakat juga sering membawa pinjal yang dapat menyebarkan

penyakit pes dan leptospirosis serta penyakit bawaan sampah lainnya

seperti keracunan gas metan (CH4), hidrogensulfida (H2S) dan

sebagainya.

Pengaruh tidak langsung lainnya dapat dirasakan akibat proses

pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah yang tergantung

dengan jenis sampahnya seperti mengandung mikroba patogen, logam

berat, dan zat lainnya yang berbahaya.

B. Keluhan Gangguan Kulit

Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang,

malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/

bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh

timbul ruam-ruam (Graham, 2005).

1. Penyakit Kulit

Menurut Sitorus (2008) dalam Listautin (2012), penyakit kulit

merupakan suatu penyakit yang menyerang kulit permukaan tubuh dan

disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Beberapa penyebab penyakit

15
kulit yaitu kebersihan diri yang tidak baik, bahan kimia, sinar matahari,

virus, jamur, bakteri, alergi, kutu kulit atau kutu kudis (sarcoptesscabiei).

a. Gatal-gatal

Rasa gatal menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman dan biasanya

penderita tidak tahan dan berusaha untuk menggaruknya. Hal ini

seringkali menyebabkan timbulnya infeksi dan tampak terjadi

penanahan. Salah satu penyakit kulit adalah skabies dengan gejala

keluhan gatal-gatal yang terjadi pada malam hari dan adanya bintik-

bintik padat. Gatal-gatal mudah sekali terjadi apabila didukung oleh:

1) Kulit berkeringat, gatal-gatal mudah sekali terjadi apabila kulit

berkeringat. Gatal-gatal juga dapat timbul karena kulit terkena

benda plastik terlalu lama atau terkena kain sintesis.

2) Pakaian, bila gatal-gatal disebabkan oleh pakaian atau sejenisnya

dianjurkan untuk menjaga kebersihan pakaian atau segera

mengganti pakaian. Pakaian yang kotor akan disenangi oleh bakteri

yang sudah terkontaminasi dengan lingkungan.

3) Alergi, beberapa kasus gatal-gatal disebabkan oleh alergi.

Walaupun bukan merupakan faktor dominan, namun hal ini tidak

dapat dibiarkan. Alergi dapat terjadi karena terhirup debu, bulu

hewan dan pakaian. Upaya yang penting dalam pencegahan adalah

pola hidup yang baik. Pengobatan akan sia-sia diberikan apabila

tidak disertai dengan menjaga kebersihan diri seperti mencuci

16
tangan, kaki atau mandi secara teratur dua kali sehari (Sitorus,

2008).

b. Kulit kemerahan

Kulit merupakan perlindungan tahap awal bagi tubuh dari segala

bakteri, efeknegatif sinar ultraviolet, dan lain-lain. Sehingga kulit juga

memiliki sifat yangsensitif. Kemerahan pada kulit terjadi karena

beberapa faktor yaitu alergi terhadapudara, debu, plastik maupun obat-

obatan dan akibat matahari. Sinar mataharimerupakan sumber radiasi

ultraviolet yang bisa merusak sel-sel tubuh. Pemaparanberlebihan dalam

waktu singkat menyebabkan kulit menjadi kemerahan, terasa panasdan

luka bakar karena matahari (Sitorus, 2008 dalam Listautin, 2012).

2. Penyebab Penyakit Kulit

Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit

sangat banyak antara lain :

a. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan,

kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik

menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit.

Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan jalan :

1) Mengubah pHnya

2) Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi)

3) Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya

4) Merendahkan daya tahan kulit.

17
b. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :

1) Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-

garam logam.

2) Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa

yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan

kimia karet, obat-obatan, antibiotik,kosmetik, tanam-tanaman, dll.

3) Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak

mineral, dll

4) Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat,

hidrokarbon aromatik klor, pewarna akrrridin, dll.

c. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-

produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu

terjadinya penyakit kulit.

C. Anatomi Kulit

Kulit dianggap sebagai sebuah organ tubuh dengan luas permukaan sekitar 2

m. Bila dibandingkan dengan organ tubuh lainnya, proporsi kulit cukup besar

yaitu sekitar 3% dari berat total tubuh, dengan demikian lebih besar dari hati dan

otak. Fungsi utama dari kulit adalah sebagai pembatas yang melindungi organ

internal tubuh dari gangguan berbagai faktor lingkungan di luar tubuh dan

infeksi bakteri. Selain itu juga berfungsi dalam mengatur suhu tubuh, berperan

18
dalam fungsi kekebalan tubuh serta sebagai alat peraba yang memungkinkan

tubuh untuk berinteraksi dengan lingkungan (Alatas, 1998).

Kulit adalah organ khusus yang terdiri dari komponen hidup dan tidak

hidup. Kulit tersusun dari jaringan-jaringan yang berbeda seperti pembuluh

darah, jaringan ikat, lemak, kelenjar- kelenjar, organ peraba dan saraf. Tiga

lapisan jaringan utama penyusun kulit adalah epidermis, dermis dan lemak

subkutan (Alatas, 1998).

Gambar 2.1
Struktur Anatomi Kulit

D. Fungsi Kulit

Kulit merupakan organ yang langsung terkena trauma dan kerusakan akibat

kontak dengan alam sekitarnya. Fungsi kulit antara lain :

1. Sebagai pembungkus untuk melindungi alat-alat dalam, mencegah kontak

dengan bahan berbahaya dari luar serta menjaga tubuh dari kekeringan yang

dilakukan oleh stratum korneum. Sedangkan mekanisme perlindungan dan

19
penyerapan sinar ultraviolet yang berbahaya dari pancaran sinar matahari,

dilakukan oleh pigmen melanin yang dibentuk oleh sel melanosit.

2. Alat sekresi yang berperan dalam respon fisiologik maupun patologik, antara

lain dilakukan oleh kalenjar keringat dan kalenjar sebasea.

3. Fungsi imunologik yang berperan dalam reaksi kekebalan tubuh.

E. Definisi Pemulung

Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah

tertentu untuk proses daur ulang. Pekerjaan pemulung sering dianggap memiliki

konotasi negatif. Ada dua jenis pemulung : pemulung lepas, yang bekerja sebagai

swausaha, dan pemulung yang tergantung pada seorang bandar yang

meminjamkan uang ke mereka dan memotong uang pinjaman tersebut saat

membeli barang dari pemulung. Pemulung merupakan mata rantai pertama dari

industri daur ulang. Bagi sebagian besar orang, pemulung adalah pekerjaan yang

hina dan memalukan. Interaksi seorang pemulung dengan tumpukan sampah

menjadikan banyak orang jijik dengan pekerjaan ini (Junaedi, 2012)

Pemulung memiliki kegiatan mengumpulkan barang bekas yang

dikumpulkan dari tempat sampah. Kegiatan yang bergerak di sektor informal ini

dipengaruhi oleh sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di Indonesia, yang

pada umumnya terdiri dari sistem pengumpulan, sistem pemindahan, sistem

pengangkutan dan sistem pembuangan akhir. Pemulung termasuk pekerja sektor

informal yang sampai saat ini belum mendapatkan pelayanan kesehatan

20
sebagaimana mestinya. Di beberapa kota besar jumlah keberadaan pemulung

cukup banyak, mereka merupakan kelompok masyarakat dengan risiko tinggi

terjangkit penyakit akibat kerja mengingat jenis pekerjaan mereka (Junaedi,

2012).

Dilihat dari sudut pandang kesehatan, pekerjaan seorang pemulung memiliki

resiko yang sangat tinggi untuk tertularnya penyakit. Lingkungan yang tidak

kondusif dan kotor mengakibatkan terjangkitnya berbagai macam penyakit

misalkan saja : batuk pilek, gatal-gatal, diare dan lain-lain. Selain itu dipengaruhi

juga dengan gizi yang kurang serta akses pelayanan kesehatan yang sangat

minim. Melihat kondisi mereka, perlu diketahui bahwa mereka juga merupakan

warga Negara seperti yang di amanatkan pada pasal 34 yang patut mendapat

perhatian dan perlindungan dari Pemerintah sebagaimana warga masyarakat

lainnya. Sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan secara efektif

(Junaedi, 2012)

Pemulung rata-rata memiliki pendidikan yang rendah, bahkan tidak sedikit

diantara mereka yang tidak pernah bersekolah. Sehingga pengetahuan dan

wawasan mereka tentang kesehatan baik kesehatan diri maupun lingkungan

sangatlah terbatas. Hal ini ditunjang dengan kurangnya pengalaman dan kurang

pemahaman tentang pentingnya kebersihan pribadi, mengingat mereka bekerja di

tempat yang cukup kotor. Lingkungan kotor akibat pengelolaan sampah yang

kurang baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan berbagai penyakit bagi

21
masyarakat. Padahal kebersihan dan kesehatan lingkungan merupakan faktor

yang sangat penting untuk mencapai kesehatan masyarakat (Junaedi, 2012).

F. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,

keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan,

sikap, dan perilaku, melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support)

dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara

hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan

masyarakat (Depkes RI, 2000 dalam Hasibuan, 2005).

Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan

kemauan masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif

masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat

hidup yang optimal (Dinkes,2006). Ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah Tangga,

Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan Tempat Tempat Umum.

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Gangguan Kulit pada

Pemulung

1. Kondisi Lingkungan TPA

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya, baik berupa

benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia

22
lainnya serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara

elemen-elemen di alam tersebut (Soemirat, 2009).

Lingkungan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : lingkungan fisik,

lingkungan biologis, dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah segala

sesuatu disekitar kita seperti rumah, gunung, udara, air, sinar matahari,

senyawa kimia, dan lain-lain. Lingkungan biologis merupakan segala

sesuatu yang berada disekitar manusia yang berupa organisme hidup seperti

tumbuh-tumbuhan, binatang, plankton, kuman dan sebagainya. Sedangkan

lingkungan sosial adalah manusia lain yang ada disekitar kita seperti

tetangga, kawan, bahkan orang yang tidak kita kenal.

Kemudian pengertian lingkungan kerja sendiri yaitu merupakan tempat

yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor fisik, kimia, dan

biologis. Lingkungan kerja ataupun jenis pekerjaan dapat menimbulkan

masalah kesehatan dan penyakit (Subaris dan Haryono, 2008 dalam

Listautin, 2010).

a. Penyediaan Air

Penyakit sebagian besar dikaitkan dengan adanya hubungan

interaktif antara kehidupan manusia dengan bahan, kekuatan, atau zat

yang tidak dikehendaki yang datang dari luar tubuhnya atau

lingkungannya. Kekuatan, zat, atau bahan yang masuk ke dalam tubuh

23
tersebut bisa merupakan benda hidup atau benda mati. Sehingga dapat

menganggu fungsi ataupun bentuk suatu organ (Achmadi, 2008).

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar

secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penggunaan air

yang tidak memenuhi syarat kesehatan berimplikasi terhadap keluhan

penyakit bagi penggunanya terutama gangguan kulit.Seperti penelitian

yang dilakukan oleh Ramdani (2008),santri di pesantren Nurul Hidayah

Leuwilang masih menggunakan air bersumber dari sumur gali yang

masih diragukan kualitasnya, dampak dari penggunaan air bersih yang

tidak higienis dapat menyebabkan gangguan kulit, gatal-gatal dan

secara permanen dapat menggangu kesehatan dan estetika bagi santri.

Selain itu menurut Djunaedi (2012), kualitas air yang digunakan

pemulung di TPA yang tidak terjamin mutunya terutama membuat kulit

tidak sehat. Jika kulit sensitif dan air mandi terbatas, dengan mudah

penyakit kulit pun akan berjangkit. Cemaran air mandi bisa menjadi

sumber penyakit jamur kulit. Sela-sela kulit yang tidak terkena sabun

mandi dan lembab, akan menjadi sasaran jamur kulit. Kulit kurang

terpelihara kebersihannya karena air mandi yang langka dan tidak

higienis, menimbulkan rasa gatal yang merangsang orang untuk

menggaruk. Menggaruk berarti melukai kulit, dimana kulit yang terluka,

mudah dimasuki jamur. Infeksi jamur merupakan penyebab tersering

24
dari adanya erupsi kulit di kaki, terutama yang berupa lepuhan kecil atau

ruam merah yang dalam (Djunaedi, 2012).

b. Suhu dan Kelembaban

Menurut Adhi Juanda dalam Suma’mur (2009), salah satu faktor

yang mempengaruhi penyakit kulit yaitu faktorlingkungan (misalnya:

suhu dankelembaban).

Selain itu menurut Subakir (2005) dalam Kurniawati (2006) jamur

penyebab gangguan kulit dapat tumbuh dengan baik pada suhu kamar

25 - 30°C, dengan kelembaban 60%. Walaupun demikian ada beberapa

jamur pathogen yang dapat tumbuh pada 45 - 50°C.

Berdasarkan penelitian Ma’rufi dkk (2005), terdapat hubungan yang

bermakna antara kelembaban dengan penyakit scabies pada santri

pondok pesantren.

c. Paparan Sinar Matahari

Matahari adalah sumber energi dan cahaya terpenting bagi semua

planet yang berada dalam sistem tata surya kita, termasuk planet bumi

yang kita diami. Oleh karena itu peranan sinar matahari sangat penting

bagi kehidupan manusia.

Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar

pekerja dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan

secara jelas, cepat, nyaman dan aman. Sumber cahaya berasal dari

pencahayaan buatan seperti lampu pijar dan lampu pelepasan listrik dan

25
pencahayaan alam yang bersumber dari sinar matahari. Sinar matahari

adalah suatu pajanan penting bagi orang yang bekerja di lingkungan

terbuka atau di luar gedung (Subaris dan Haryono, 2008 dalam

Listautin, 2012).

Menurut Achmadi (2011), dalam pengertian umum sinar matahari

adalah sekumpulan gelombang (spektrum) elektromagnetik dengan

berbagai ragam panjang gelombang dan frekuensi. Sinar matahari

merupakan pancaran radiasi dari matahari atau solar radiation. Bumi

memiliki atmosfer yang bisa berfungsi sebagai filter, agar sinar matahari

tidak secara utuh mengenai permukaan bumi terutama sinar matahari

yang mengandung ultraviolet.

Bila kulit terkena sinar matahari, energi matahari akan diserap oleh

epidermis, dipantulkan, dan diteruskan ke lapisan yang lebih dalam

(Dermis dan Subkutis).Pajanan sinar matahari paling maksimal adalah

bila matahari tepat terletak diatas kita yaitu jam 12.00 (waktu matahari).

Meskipun demikian intensitas energi matahari telah mencapai jumlah

yang cukup besar sejak jam 10.00 sampai jam 15.00. Kebiasaan terpajan

sinar matahari pada jam tersebut sebaiknya dikurangi atau dihindari

sama sekali.

Selain itu menurut (Moeljosoedarmo, 2008) paparan sinar matahari

yang baik adalah sinar matahari pagi hari, sebelum pukul 09.00. Pada

jam tersebut, matahari akan memberikan sinar yang bermanfaat bagi

26
tubuh, pancarannya mampu mensintesis menjadi vitamin D dan untuk

kesehatan tulang serta pembentukan kalsium. Sinar matahari juga

bermanfaat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi tekanan

jantung. Selain itu, dapat pula meningkatkan metabolisme tubuh. Racun

dapat dibuang dari tubuh melalui metabolisme, akan tetapi berjemur di

atas pukul 09.00 sinar matahari justru berbahaya bagi kulit. Hal ini

dikarenakan sinar matahari mengandung sinar ultraviolet A (UVA) dan

ultraviolet B (UVB) dapat merusak membran sel sehingga

mengakibatkan kulit merah dan terbakar, serta merusak sel-sel kulit.

Akibatnya, mekanisme regenerasi sel-sel akan rusak. Apabila kulit

terpapar sinar matahari cukup lama dan dalam intensitas yang cukup

tinggi akan mempercepat proses premature skin aging (penuaan kulit

dini) disamping pengaruh faktor lain seperti polusi dan asap rokok.

2. Personal Hiegene

Personal higiene dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya

perorangandan higiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara

perawatan diri manusiauntuk memelihara kesehatan. Kebersihan perorangan

sangat penting untukdiperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan

diperlukan untuk kenyamananindividu, keamanan dan kesehatan (Potter,

2005).

Personal higiene menjadi penting karena personal hygieneyang baik

akanmeminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang ada

27
dimana-manadan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit.

Personal higienemerupakan perawatan diri dimana seseorang merawat

fungsi-fungsi tertentu sepertimandi, toileting dan kebersihan tubuh secara

umum. Kebersihan diri diperlukan untukkenyamanan, keamanan dan

kesehatan seseorang. Kebersihan diri merupakanlangkah awal mewujudkan

kesehatan diri. Dengan tubuh yang bersih meminimalkanrisiko seseorang

terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit terutamapenyakit yang

berhubungan dengan kebersihan diri yang tidak baik. Personal hygieneyang

tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit

sepertipenyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran

cerna(Saryono dan Widianti, 2011 dalam Listautin, 2012).

Hasil penelitian Listautin (2012), menyatakan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara personal higiene : kebersihan kulit, tangan dan kuku

terhadap keluhan kesehatan salahsatunya yaitu keluhan gangguan kulit pada

pemulung.

a. Kebersihan Kulit

Kulit merupakan organ terbesar manusia, kulit berfungsi untuk

melindungi jaringan dibawahnya dari cidera, mengatur suhu,

menghasilkan minyak, mentransmisikan sensasi melalui reseptor syaraf,

menghasilkan dan mengabsorpsi vitamin D (Saryono dan Widianti,

2011 dalam Listautin, 2012). Kulit merupakan pembungkus yang elastik

yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit sebagai organ

28
yang berfungsi sebagai proteksi, kulit memegang peranan penting dalam

meminimalkan setiap gangguan dan ancaman yang masuk melewati

kulit (Isro’in dan Andarmoyo, 2012). Menurut Potter (2005),

pemeliharaan kulit tidak terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan

yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Hal yang perlu

dilakukan dalam pemeliharaan kulit adalah:

1) Mandi dilakukan oleh setiap orang setidaknya 2 kali dalam sehari.

2) Membersihkan tubuh dengan menggunakan air bersih.

3) Mandi dengan menggunakan sabun.

4) Menjaga kebersihan pakaian dengan mengganti pakaian setiap hari.

5) Makan-makanan yang bergizi terutama sayur dan buah.

6) Menjaga kebersihan lingkungan

Sejalan dengan penelitian Listautin (2012), menunjukkan adanya

hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit terhadap keluhan

kesehatan salah satunya keluhan gangguan kulit pada pemulung. Selain

itu berdasarkan penelitian Sajida (2012) terdapat hubungan yang

bermakna antara kebersihan kulit terhadap keluhan penyakit kulit di

masyarakat Kelurahan Denai.

b. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku

Tangan adalah bagian tubuh manusia yang paling sering

berhubungan dengan mulut dan hidung secara langsung. Sehingga

tangan merupakan salah satu penghantar utama masuknya kuman

29
penyebab penyakit ke dalam tubuh manusia. Apabila tangan manusia

menyentuh tinja atau feses akan terkontaminasi lebih dari 10 juta virus

dan 1 juta bakteri yang dapat menimbulkan penyakit. Virus dan bakteri

tidak dapat dilihat secara langsung sehingga sering diabaikan dan mudah

masuk kedalam tubuh manusia. Sedangkan permasalaha kaki dan kuku

disebabkan karena salah pemotongan kuku, menggunakan alas kaki

yang terlalu sempit dan terpaparnya zat kimia yang tajam (Zein, 2010

dalam Listautin 2012).

Menurut Zein (2010) dalam Listautin (2012), cuci tangan memakai

sabun, bagi sebagai besar masyarakat sudah menjadi kegiatan rutin

sehari-hari. Tapi bagi sebagian masyarakat lainnya cuci tangan pakai

sabun belum menjadi kegiatan rutin, terutama bagi anak-anak. Cuci

tangan pakai sabun dapat menghilangkan sejumlah besar virus dan

bakteri yang menjadi penyebab berbagai penyakit terutama penyakit

yang menyerang saluran cerna seperti diare dan penyakit infeksi saluran

pernafasan akut. Ada lima hal penting untuk melakukan cuci tangan

pakai sabun, yaitu :

1) Sebelum makan dan sesudah makan.

2) Sesudah buang air besar dan buang air kecil.

3) Sebelum memegang bayi.

4) Sebelum menyiapkan makanan.

5) Setelah batuk atau bersin yang mencemari tangan.

30
Menurut Isro’in dan Andarmoyo (2012) dalam Listautin (2012),

mengabaikan kebersihan tangan, kaki dan kuku akan berdampak pada

berbagai macam penyakit yang menghampirinya. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan kaki, tangan dan

kuku adalah sebagai berikut:

1) Hindari penggunaan sepatu yang sempit karena merupakan sebab

utama gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul (kulit ari

menjadi mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan

akhirnya melepuh).

2) Hindari penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah lama dan kotor,

karena bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi dan infeksi pada

kulit kaki.

3) Memotong kuku jari tangan dan kaki secara teratur.

Sejalan dengan penelitian Sajida (2012), terdapat hubungan yang

bermakna antara kebersihan tangan, dan kuku terhadap keluhan penyakit

kulit di Masyarakat Kelurahan Denai. Selain itu berdasarkan hasil

penelitian dari Listautin (2012), terdapat hubungan yang bermakna

antara kebersihan tangan, dan kuku terhadap keluhan kesehatan salah

satunya keluhan gangguan kulit pada pemulung.

c. Kebersihan Rambut

Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari

cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Kurangnya

31
kebersihan rambut seseorang akan membuat penampilan rambut tampak

kusut, kusam, tidak rapi dan tampak acak-acakan selain itu dapat

menimbulkan permasalahan atau gangguan seperti gatal-gatal, adanya

ketombe, adanya kutu rambut dan sebagainya (Isro’in dan Andarmoyo,

2012 dalam Listautin, 2012).

Menurut Potter (2005), indikator status kesehatan seseorang dapat

dilihat berdasarkan pertumbuhan, distribusi dan pola rambut.

Karekteristik rambut dapat dipengaruhi oleh stress, emosional, obat-

obatan, infeksi atau penyakit tertentu. Hal-hal yang diperlukan dalam

perawatan rambut dan kulit kepala agar tetap bersih dan sehat yaitu:

1) Mencuci rambut sekurang-kurangnya dua kali seminggu.

2) Mencuci rambut dengan menggunakan sampo.

3) Menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

Berdasarkan beberapa penelitian menyatakan bahwa, kebersihan

rambut tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan

gangguan kulit. Seperti yang dilakukan oleh Listautin (2012), Silalahi

(2010), dan Sajida dkk (2012).

3. Karakteristik Individu

a. Jam Kerja

Menurut Suma’mur (2009), lamanya seseorang bekerja dengan baik

dalam sehari pada umumnya 8 jam. Memperpanjang waktu kerja lebih

dari kemampuan lama kerja biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas

32
dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terjadi penurunan

kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu berkepanjangan akan

menimbulkan terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan dan penyakit.

Bekerja yang melebihi 8 jam sehari mengakibatkan penurunan

dalam total prestasi dan penurunan kecepatan kerja yang disebabkan

kelelahan. Bekerja selama 8 jam per hari dapat diambil sebagai suatu

kondisi yang optimal. Meskipun demikianwaktu istirahat harus tetap

diadakan (Sedarmayanti, 2009 dalam Listautin, 2012).

Selain itu berdasarkan hasil penelitian dari Listautin (2012),

terdapat hubungan antara jam kerja dengan keluhan kesehatan yang

salah satunya yaitu keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan

Terjun Kecamatan Medan Marelan.

b. Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengearuhi

terjadinya keluhan gangguan kulitpada seseorang. Seperti pada

penelitian Aisyah, dkk (2012) ada hubungan yang bermakna antara

umurpekerja dengan keluhan gangguan kulit. Selain itu berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Suwondo, dkk (2010) terdapat hubungan

yang bermakna antara umur dengan kejadian dermatitis kontak.

c. Masa Kerja

Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang

telah terpajan dengan berbagai sumber penyakit yang dapat

33
mengakibatkan keluhan gangguan kulit. Masa kerja merupakan jangka

waktu pekerja mulai terpajan dengan kemungkinan sumber yang dapat

mengakibatkan keluhan gangguan kulit sampai waktu penelitian.

Menurut Suma’mur (2009) semakin lama seseorang dalam bekerja

maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh

lingkungan kerja tersebut. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh

Suwondo, dkk (2010) terdapat hubungan yang bermakna antara masa

kerja dengan kejadian dermatitis kontak.

d. Riwayat Alergi

Alergi adalah suatu penyakit yang berupa perubahan reaksi tubuh

yang berlebihan terhadap suatu bahan tertentu di lingkungan yang

disebut alergen. Reaksi alergi timbul segera dalam beberapa menit

setelah ada rangsangan alergen pada seseorang yang hipersensitif.

Penyebab alergi ditimbulkan oleh interaksi antara faktor genetik dan

lingkungan. Penyakit-penyakit alergi sering dihubungkan dengan organ

tertentu, yaitu hidung (rinitis alergi), mata (konjungtivitis alergi), rongga

hidung di belakang wajah (sinusitis), paru (asma bronkial/asma), kulit

(dermatitis atopi/ekzema dan urtikaria/kaligata) (Rabson et al. 2005;

Kuby et al. 2007 dalam Rengganis, 2009).Selain itu berdasarkan pelitian

yang dilakukan oleh Satuti (2003) pekerja yang mempunyai riwayat

alergi pada kulit cenderung terkena dermatosis daripada yang tidak

mempunyai riwayat alergi pada kulit. Kemudian pada penelitian

34
Cahyawati dan Budiono (2011) terdapat hubungan antara riwayat alergi

dengan kejadian keluhan gangguan kulit dermatitis.

e. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah mengakibatkan

rendahnya kepedulian terhadap pencegahan penyakit. Pendidikan dapat

membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum,

seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang

tingkat pendidikannya lebih rendah(Notoatmodjo, 2003). Hal ini sesuai

dengan penelitian Aisyah, dkk (2012) ada hubungan antara pendidikan

dengan kejadian keluhan gangguan kulit.

f. Pengunaan APD

Organ tubuh yang rentan mendapat serangan dari sumber luar

adalah mata, kulit dan pernafasan. Untuk melindungi organ tersebut,

diperlukan alat pelindung diri yang harus dipakai pada organ yang akan

dilindungi (Harrington dan Gill, 2003). Perlindungan tubuh atau

permukaan kulit berupa baju kerja, sarung tangan kerja dan sepatu kerja

dapat digunakan untuk mencegah:

1) Kerusakan kulit akibat reaksi alergi atau zat kimia yang korosif.

2) Penyebaran zat kimia melalui kulit.

3) Penyebaran panas atau dingin atau sinar radiasi.

35
Menurut Moeljosoedarmo (2008), alat pelindung diri (APD) adalah

alat pelindung yang dikenakan (dipakai) oleh tenaga kerja secara

langsung untuk tujuan pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh

faktor-faktor yang ada di lingkungan tempat kerja. Meskipun APD telah

dipakai namun baiknya APD yang digunakan memenuhi beberapa

persyaratan sebagai berikut:

1) Alat pelindung diri harus dapat melindungi terhadap bahaya-bahaya

dimana pekerja terpajan.

2) Alat atau pakaian pelindung diri harus ringan dan efisien dalam

memberiperlindungan.

3) Sebagai pelengkap terhadap tubuh harus fleksibel namun efektif.

4) Pekerja yang memakai alat pelindung diri harus tidak terhalang

gerakannya maupun tanggapan panca indranya.

5) Alat pelindung diri harus tahan lama.

6) Alat pelindung diri harus tidak memiliki efek samping (bahaya

tambahan karena pemakaian) baik oleh karena bentuknya,

konstruksi, bahan atau mungkin penyalahgunaan.

Jenis-jenis alat pelindung diri adalah sebagai berikut:

1) Sarung tangan

Sarung tangan digunakan sebagai pelapis tangan dan dipakai

dengan tujuan untuk melindungi tangan agar tetap hygiene (bersih)

36
dan menghindari kecelakaan atau penyakit akibat kerja

(Moeljosoedarmo, 2008).

2) Sepatu kerja

Sepatu pengaman umumnya dirancang untuk melindungi kaki dari

kejatuhan benda-benda keras, tersandung dan terpijak benda-benda

tajam atau runcing. Untuk pekerjaan yang berhubungan dengan

bahan-bahan kimia ataupun tempat kerja yang becek, tenaga kerja

diberikan sepatu pengaman jenis boot yang terbuat dari karet

(Moeljosoedarmo, 2008).

3) Topi pengaman

Topi pengaman yang terbuat dari aluminium umumnya digunakan

untuk pekerjaan-pekerjaan di luar gedung (terkena radiasi sinar

matahari seperti di lingkungan konstruksi dan lain-lain)

(Moeljosoedarmo, 2008).

4) Pakaian kerja

Yaitu pakaian seluruh tubuh (baju dan celana panjang) yang dapat

melindungi kulit dari paparan debu, kotoran, pajanan panas, bahan

kimia dan lainnya. Hindari bagian kaki yang terlalu panjang, terlalu

lebar atau terlipat keluar dan tidak menggunakan baju yang terlalu

longgar atau sempit (Harrington dan Gill, 2003)

37
5) Pelindung mata

Pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari gas atau uap

iritan dan bermacam-macam radiasi termasuk sinar matahari.

Pelindung mata ada yang berbentuk kacamata biasa, kacamata

pelindung atau tameng muka (Harrington dan Gill, 2003).

6) Masker

Tujuan utamanya adalah untuk menghindari bahaya kerja dalam

bentuk debu dan gas atau uap, maka mulut dan hidung harus ditutup

dengan menggunakan masker (Harrianto, 2009).

Dari hasil penelitian Listautin ada hubungan antara penggunaan

APD dengan keluhan kesehatan salah satunya gangguan kulit.

38
H. Kerangka Teori

Variabel Independen Variabel Independen


Personal Higiene
- Kebersihan Kulit
- Kebersihan tangan,
kaki, dan kuku
- Kebersihan rambut

Kondisi Lingkungan

- Penyediaan Air
- Kelembaban
- Suhu
- Paparan Sinar Matahari Keluhan Gangguan
Kulit

Karakteristik Individu
- Umur
- Jam kerja
- Masa Kerja
- Pendidikan
- Riwayat Alergi

Penggunaan APD
- pakaian kerja
- topi pengaman
- masker
- sarung tangan
- sepatu kerja

Bagan 2.1
Sumber : Listautin (2012), Dahlia (2010), Kurniawati (2006), Ma’rufi & Keman
& Notobroto (2005), Aisyah dkk (2012), Cahyawati, dan Budiono
(2011)

39
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada kerangka teori yang

ada, dimana pada variabel dependen yaitu keluhan gangguan kulit dan variabel

independennya yaitu personal hiegiene (kebersihan kulit, kebersihan tangan,

kaki, dan kuku), dan karakteristik individu (umur, jam kerja, masa kerja, dan

riwayat alergi).

Berdasarkan kerangka teori pada tinjauan pustaka, tidak semua masuk

dalam kerangka teori, hal ini disebabkan bahwa faktor-faktor yang masuk dalam

kerangka konsep merupakan faktor-faktor yang terpenting yang harus untuk

diketahui dan diamati terlebih dahulu sebagai penyebab munculnya gejala-gejala

keluhan gangguan kulit pada pemulung. Adapun variabel-variabel lain yang tidak

diteliti yaitu :

1. Penyedian air tidak diteliti dikarenakan berdasarkan hasil studi pendahuluan,

sumber air yang digunakan oleh pemulung seluruhnya berasal dari air tanah

dengan satu sumber yang sama.

2. Suhu dan Kelembaban lingkungan kerja tidak diteliti, dikarenakan pemulung

bekerja di tempat terbuka (outdoor)dan tidak menetap.

3. Pendidikan tidak diteliti dikarenakan sebagian besar (93%) pemulung tidak

tamat sekolah dasar.

40
4. Kebersihan rambut tidak diteliti dikarenakan pada beberapa hasil penelitian

sebelumnya yang menggunakan variabel kebersihan rambut menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebersihan rambut dengan

keluhan gangguan kulit. Seperti yang dilakukan oleh Listautin (2012),

Silalahi (2010), Sajida dkk (2012), dan Purba (2013).

5. Penggunaan APD tidak diteliti dikarenakan dari hasil studi pendahuluan

sebagian besar pemulung (98%) tidak menggunakan APD yang sesuai

standar, dikarenakan alasan ekonomi yang tidak mencukupi dan kurangnya

pemahaman mengenai pentingnya penggunaan APD. Penggunaan APD yang

sesuai standar yakni seperti sarung tangan, masker, penutup kepala (topi),

dan sepatu kerja.

6. Paparan sinar matahari tidak diteliti dikarenakan sudah terwakili dari

variabel jam kerja. Dimana variabel jam kerja juga menunjukkan waktu

pemulung terkena paparan sinar matahari.

41
Personal Higiene
- Kebersihan Kulit
- Kebersihan tangan,
kaki, dan kuku

Keluhan Gangguan
Kulit

Karakteristik Individu
- Umur
- Masa kerja
- Jam Kerja
- Riwayat Alergi

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

42
B. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Dependen Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Gangguan kulit Keluhan yang dirasakan berupa rasa gatal-gatal Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Mengalami
(saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang dan observasi dan lembar keluhan
hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol- observasi gangguan kulit
bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening 0. Tidak
ataupun nanah pada kulit, serta timbul ruam- mengalami
ruam pada permukaan tubuh (Graham, 2005). keluhan
gangguan kulit
Variabel Independen Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Personal Higiene
Kebersihan Kulit Suatu keadaan kulit dan kegiatan yang Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Baik ( > 25
poin)
dilakukan untuk melindungibagian tubuh dari
0. Tidak Baik
pengaruh akibat kerja dan lingkungan kerja (<24 poin
pemulung yaitu, mandi, penggunaan sabun,
handuk, dan pakaian dengan ketentuan
memiliki skor baik jika > 25 poin.
Kebersihan tangan, kebersihan yang dilakukan pemulung Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Baik ( > 18
poin )
kaki, dan kuku dengan cara mencuci tangan memakai sabun,
0. tidak Baik
memotong kuku pada tangan dan kaki secara (<17 poin )

43
Variabel Independen Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
teratur dengan ketentuan memiliki skor baik
jika > 18 poin.
Karakteristik Individu
Jam Kerja waktu yangdigunakanpemulung untukbekerja Wawancara Kuisioner Rasio Jam/hari
dalamhitungan jam/haribaik siang
ataupunmalam hari (Suma’mur, 2009)
Masa Kerja Jangka waktu pemulung mulai menjadi Wawancara Kuisioner Rasio Tahun
pemulung sampai waktu penelitian
Umur Jumlah tahun responden yang dihitung sejak Wawancara Kuisioner Rasio Tahun
lahir sampai tahun dilakukan penelitian
Riwayat Alergi Pemulung yang sebelumnya memiliki riwayat Wawancara Kuisioner Ordinal 1. Ada
alergi yang berhubungan dengan keluhan 0. Tidak ada

gangguan kulit akibat agen fisik (makanan,


obat-obatan, debu, cahaya matahari, dan lain-
lain)

44
C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara higiene perorangan (kebersihan kulit, kebersihan

tangan, kaki, dan kuku) dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di

Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013

2. Ada hubungan karakteristik individu (umur, masa kerja, jam kerja, dan

riwayat alergi) dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kecamatan

Bantar Gebang Tahun 2013

45
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Desain dalam penelitian ini adalah potong silang (cross sectional) di mana

data yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan variabel terikat atau

variabel akibat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.Penelitian ini

adalah sebuah penelitian yang bersifat deskriptif-analitik. Deskriptif yaitu

menggambarkan hubungan kondisi lingkungan, personal hygiene, dan

karakteristik individu terhadap keluhan gangguan kulit pada pemulung di

Kecamatan Bantar gebang Kelurahan Sumur Batu. Sedangkan analitik yaitu

untuk melihat secara analitik hubungan berbagai variabel dengan keluhan

gangguan kulit pada pemulung di Keluhan Sumur Batu Kecamatan Bantar

Gebang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Bantar Gebang Kelurahan

Sumur Batu dan dilaksanakan pada bulan Juli- September 2013.

46
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pemulung yang bekerja di

Tempat Pembuangan Akhir sampah di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan

Bantar Gebang. Jumlah pemulung di Kelurahan Sumur Batu ini tidak

diketahui secara pasti karena sifat pekerja yang tidak tetap. Namun terdapat

data dari Kelurahan Sumur Batu yang menyatakan ada sebanyak 350

pemulung di Kelurahan tersebut. Hanya saja data tersebut dapat berubah-

ubah dikarenakan sifat pemulung yang tidak tetap. Mereka tinggal

berkelompok dalam suatu lahan kosong yang disediakan oleh atasan, namun

ada juga yang tinggal menyatu dengan kawasan pemukiman warga. Pada

penelitian ini populasi peneliti menetapkan kriteria-kriteria tertentu untuk

mengambil populasi studi. Adapun kriteria dipilih berdasarkan kriteria

inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi agar responden

dapat dijadikan sampel. Kriteria inklusi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1) Bersedia menjadi responden

2) Pemulung yang tinggal di Kelurahan Sumur Batu

3) Pemulung yang bekerja minimal 2 tahun (Suwondo, dkk, 2010)

4) Pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit bertahun-tahun

47
b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah syarat-syarat yang tidak bisa dipenuhi oleh

reponden agar tidak dapat menjadi sampel penelitian, yaitu:

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Pemulung yang tidaktinggal di Kelurahan Sumur Batu

3) Pemulung yang bekerja kurang dari 2 tahun

4) Pemulung sedang tidak mengalami kusta

5) Pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit selama

bertahun-tahun.

2. Sampel Penelitian

Pemilihan sampel tersebut diambil dengan menggunakan teknik

accidental sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan

mengambil responden yang kebetulan ada di lokasi penelitian (Notoatmodjo,

2010).

Apabila n populasi tidak diketahui maka perhitungan jumlah minimal

sampel yang diambil peneliti berdasarkan kategori pada satu populasi.

Pengambilan sampel dilakukan secara uji beda dua proporsi dengan rumus

berikut:

√ ̅ ̅ √

48
Keterangan :

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan

P1 : Proporsi pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit

dengan kebersihan tangan, kaki, dan kuku = 0,51(Sajida,dkk

2012)

P2 :Proporsi pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan

kulit dengan kebersihan tangan, kaki, dan kuku =

0,84(Sajida,dkk 2012)

P : Rata-rata proporsi ((P1+P2)/2))

Z1-α/2 :Derajat kemaknaan 95 % dengan α pada dua sisi (two tail)

yaitu sebesar 5%=1,96

Z1-β : Kekuatan uji 1-β yaitu sebesar 80%=0,84

Perhitungan sampel dilakukan berdasarkan hasil penelitian

sebelumnya diperoleh hasil, sebagai berikut:

√ √

= 33 x 2

= 66 orang

Berdasarkan perhitungan sampel secara uji beda dua proporsi maka

didapatkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 66 orang.

49
a. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari

wawancara dan kuisioner, dan data sekunder yang diperoleh dari

Puskesmas Kecamatan Bantar Gebang dan Pustu di Kelurahan Sumur

Batu.

b. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana kualitas

pengumpulan data sangat ditentukan oleh kualitas instrumen atau alat

pengukuran yang digunakan peneliti. Sebelumnya peneliti telah

melakukan studi pendahuluan terhadap 10 pemulung yang ada di

Kelurahan Sumur Batu menggunakan kuisioner dan ditemukan 9

pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit. Adapun instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, kuesioner data pemulung

yang digunakan untuk mengetahui hiegyne perorangan (Kebersihan

Kulit, tangan, kaki, dan kuku), karakteristik individu (umur, jam kerja,

masa kerja, pendidikan dan riwayat alergi) keluhan gangguan kulit pada

pemulung secara subjektif di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar

Gebang.

Setiap jawaban pada setiap pertanyaan diberi nilai sesuai dengan

jumlah jawaban pada pertanyaan. Misalnya jika sebuah pertanyaan

memiliki pilihan lima jawaban, maka diberi nilai antara 1 s.d. 5.

Selanjutnya nilai yang mewakili masing-masing variabel dijumlahkan.

50
Jika total nilai di atas nilai median maka hasilnya baik. Namun jika total

nilai di bawah median maka hasilnya buruk. Variabel kebersihan kulit

dinilai baik jika ≥25 poin dan buruk jika ≤24 poin. Variabel kebersihan

tangan, kaki, dan kuku dinilai baik jika ≥18 poin dan buruk jika ≤17

poin.

c. Pengolahan Data

Menurut Hastanto (2001), ada empat tahapan dalam pengolahan

data yang harus dilalui yaitu :

1) Menyunting data (data editing)

Melakukan pengecekan isian kuisioner terhadap jawaban yang di

kuisioner yaitu :

a. Lengkap : Semua pertanyaan sudah terisi jawabannya

b. Jelas : Jawaban dari pertanyaan tulisan dapat dibaca,

konsistensi atas jawaban dan kesalahan

jawaban.

2) Mengkode data (data coding)

Dilakukan dengan memberi kode pada tiap jawaban responden.

Pemberian kode dimaksudkan untuk memudahkan dalam

memasukkan data.

51
Variabel Keluhan Gangguan Kulit (1) Mengalami Keluhan Gangguan Kulit

(0) Tidak mengalami keluhan gangguan kulit

Variabel Kebersihan Kulit (1) Baik ( >25 poin)

(0) Tidak Baik (<24 poin)

Variabel Riwayat Alergi (1) Mempunyai Riwayat Alergi

(0) Tidak mempunyai riwayat alergi

Variabel Kebersihan Tangan, Kaki, (1) Baik ( > 18 poin )

dan Kuku (0) Tidak Baik (< 17 poin )

3) Memasukkan data (data entry)

Setelah dilakukan penyuntingan data, kemudian memasukkan data

dari hasil kuisioner yang sudah diberikan kode pada masing-masing

variabel. Setelah itu dilakukan analisis data dengan memasukkan

data-data tersebut dengan software statistik untuk dilakukan analisis

univariat (untuk mengetahui gambaran secara umum) dan analisis

bivariat (untuk mengetahui variabel yang berhubungan)

4) Membersihkan data (data cleaning)

Tahap terakhir yaitu pengecekan kembali data yang telah

dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah,

sehingga dengan demikian data tersebut telah siap untuk dianalisis.

52
d. Analisa Data

1) Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan

persentase dari setiap variabel dependen dan independen. Variabel

tersebut adalah keluhan gangguan kulit, personal higiene

(kebersihan kulit, kebersihan kuku, kaki, dan tangan), karakteristik

individu (umur, jam kerja, masa kerja, dan riwayat alergi).

2) Analisis Bivariat

Analisa yang digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas

(independen) dan variabel terikat (dependen) dengan uji statistik

yang sesuai dengan skala data yang ada. Uji statistik yang

digunakan adalah Chi square untuk menghubungkan variabel

katagorik dengan katagorik dan uji T-Independent untuk

menghubungkan variabel numerik dengan katagorik apabila

variabel numerik berdistribusi normal. Jika P value < 0,05 maka

perhitungan secara statistik menunjukkan bahwaadanya hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen.

53
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kelurahan Sumur Batu

a. Data Geografis

Kelurahan Sumur Batu merupakan salah satu dari delapan.

kelurahan yang ada di Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi Provinsi

Jawa Barat. Kelurahan ini terdiri dari 7 Rukun Warga dan 41 Rukun

Tetangga dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kelurahan Padurenan Kecamatan

Mustikajaya

 Sebelah Timur : Desa Burangkeng Kabupaten Bekasi

 Sebelah Selatan : Desa Taman Rahayu Kabupaten Bekasi

 Sebelah Barat : Kelurahan Cikiwul Kecamatan Bantar

Gebang

Letak kota pemerintahan Kelurahan Sumur Batu berada di sebelah

tenggara dari kota pemerintahan Kecamatan Bantargebang, dengan luas ±

568,995 ha. Dari luas ± 56.955 ha areal yang ada, sekitar 318 ha

dipergunakan untuk pemukiman penduduk dan pertanian, sedangkan

sisanya dipergunakan untuk sarana gedung perkantoran dan prasarana

54
pendidikan serta tempat penampungan akhir (TPA) pemerintah DKI

Jakarta ± 20 ha dan pemerintah kota Bekasi ± 22,5 ha.

b. Data Demografi

Kelurahan Sumur Batu terdiri dari 3.966 kepala keluarga dengan

jumlah penduduk sebanyak 13.721 jiwa. Jumlah penduduk dengan

kelamin jenis laki-laki sebanyak 6.993 jiwa dan jumlah penduduk

perempuan sebanyak 6.728 jiwa. Data mengenai penduduk berdasarkan

tingkat pendidikan dan jenis mata pencaharian dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 5.1
Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk di Kelurahan Sumur Batu
Tahun 2013

No. Tingkat Pendidikan Jumlah %


(orang)
1. Tidak tamat SD 686 16,68
2. Sedang sekolah di SD 1.023 24,8
3. Tamat SD/sederajat 987 24
4. Tamat SLTP/sederajat 726 17,6
5. Tamat SMA/sederajat 598 14,5
6. Akademi D1-D2 45 1,09
7. Universitas 47 1,14
Sumber: Data Demografi Kelurahan Sumur Batu

Adapun data mengenai mata pencaharian penduduk di Kelurahan

Sumur Batu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

55
Tabel 5.2
Distribusi Jenis Mata Pencaharian Penduduk di
Kelurahan Sumur Batu Tahun 2013

No. Jenis Mata Jumlah %


Pencaharian (Orang)
1. Pegawai Negeri Sipil 387 6,74
2. Pegawai swasta / 674 15,83
karyawan
3. Petani 1.156 27,1
4. Pertukangan 218 5,12
5. Pemulung 419 9,84
6. Buruh tidak tetap 597 10,4
7. TNI / POLR 29 0,68
8. Pensiunan ABRI / Sipil 71 1,66
9. Pedagang 418 9,82
10. Jasa angkutan 287 6,74
Sumber: Data Demografi Kelurahan Sumurbatu

2. Gambaran Umum Puskesmas Bantargebang I

Puskesmas Bantar Gebang I terletak di Jalan Naronggong Raya Km 10

No. 75 Kelurahan Bantar Gebang. Batas-batas wilayah Puskesmas

Bantargebang I adalah:

a. Sebelah Utara : Kelurahan Padurenan Kecamatan Bantar Gebang

b. Sebelah Timur : Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Cilengsi Kabupaten Bekasi

d. Sebelah Barat : Desa Mustikasari dan Kelurahan Bojong Menteng

Luas wilayah kerja Puskesmas Bantar Gebang I adalah 18,54 km2.

Puskesmas Bantar Gebang I mempunyai wilayah kerja 4 kelurahan, yaitu:

a. Kelurahan Bantar Gebang

56
b. Kelurahan Cikiwul

c. Kelurahan Ciketing Udik

d. Kelurahan Sumur Batu

B. Analisis Univariat

Analisis univariat mendeskripsikan karakteristik individu (umur, jam kerja,

masa kerja, dan riwayat alegi), personal higiene (kebersihan kulit, kebersihan

kuku, dan tangan), dan keluhan gangguan kulit.

1. Distribusi Karakteristik Individu

a. Distribusi Umur

Tabel 5.4
Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Umur di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013

Variabel Mean (tahun) SD Min-Max (tahun)


Umur 40,94 9,381 13-58

Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh hasil analisis bahwa dari 66

responden rata-rata umur responden adalah 41 tahun dengan standar

deviasi 9,381. Umur responden termuda adalah 13 tahun sedangkan umur

responden tertua adalah 58 tahun.

57
b. Distribusi Jam Kerja

Tabel 5.5
Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Jam Kerja di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013

Variabel Mean (jam) SD Min-Max (jam)


Jam Kerja 8,35 2,201 4-18

Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh hasil analisis bahwa dari 66

responden rata-rata jam kerja responden adalah 8 jam dengan standar

deviasi 2,201. Jam kerja responden tercepat adalah 4 jam sedangkan jam

kerja responden terlama adalah 18 jam.

c. Distribusi Masa Kerja

Tabel 5.6
Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Masa Kerja di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013

Variabel Mean (tahun) SD Min-Max (tahun)


Masa Kerja 11,21 7,767 2-35

Berdasarkan tabel 5.6 diperoleh hasil analisis bahwa distribusi rata-

rata masa kerja responden adalah 11 tahun dengan standar deviasi 7,767.

Masa kerja terendah adalah 2 tahun sedangkan masa kerja tertinggi adalah

35 tahun.

58
d. Distribusi Riwayat Alergi

Tabel 5.7
Distribusi Karakteristik Individu Berdasarkan Riwayat Alergi di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013

Kategori Frekuensi Presentase (%)


Memiliki Riwayat Alergi 7 89,4
Tidak Memiliki Riwayat 59 10,6
Alergi
Jumlah 66 100
Berdasarkan tabel 5.7 diperoleh hasil analisis bahwa dari 66

responden sebanyak 7 responden (89,4 %) memiliki riwayat alergi dan

responden yang tidak memiliki riwayat alergi sebanyak 59 responden

(10,6 %).

2. Distribusi Personal Higiene

Personal Higiene dalam penelitian ini meliputi kebersihan kulit, dan

kebersihan tangan dan kuku.

a. Distribusi Kebersihan Kulit

Tabel 5.8
Distribusi Personal Higiene Berdasarkan Kebersihan Kulit di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013

Kebersihan Kulit Frekuensi Presentase (%)


Baik ( > poin 25) 29 43,9
Tidak Baik (< poin 24) 37 56,1
Jumlah 66 100

59
Berdasarkan tabel 5.8 diperoleh hasil analisis bahwa dari 66

responden sebanyak 37 responden (56,1 %) memiliki kebersihan kulit

yang tidak baik.

b. Distribusi Kebersihan Kuku, Tangan, dan Kaki

Tabel 5.9
Distribusi Personal Higiene Berdasarkan Kebersihan Tangan, Kaki, dan
Kuku di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013

Kebersihan Tangan, Frekuensi Presentase (%)


Kaki, dan Kuku
Baik ( >18 poin ) 25 37,9
Tidak Baik (<17 poin ) 41 62,1
Jumlah 66 100

Berdasarkan tabel 5.9 diperoleh hasil analisis bahwa sebagian besar

responden (62,1%) memiliki kebersihan tangan dan kuku yang tidak baik.

Tabel 5.10
Distribusi Keluhan Gangguan Kulit pada Pemulung di Kelurahan Sumur
Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013

Kebersihan Kulit Frekuensi Presentase (%)


Mengalami Keluhan Gangguan 40 60,6
Kulit
Tidak Mengalami Keluhan 26 39,4
Gangguan Kulit
Jumlah 66 100

Hasil analisis pada tabel 5.10 menunjukkan sebagian besar responden

(60,6%) mengalami keluhan gangguan kulit.

60
C. Analisis Bivariat

1. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan

Kulit

Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat yang

bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen. Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara

karakteristik responden umur, jam kerja dan masa kerja dengan keluhan

gangguan kulit adalah uji T-Independent dan uji yang digunakan untuk

menganalisis hubungan antara karakteristik responden riwayat alergi dengan

keluhan gangguan kulit adalah uji Chi Square, yang hasilnya akan di jelaskan

dibawah ini :

a. Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit

Hasil penelitian mengenai hubungan antara umur dengan keluhan

gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur

Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.11
Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit
pada Pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu
Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013

Keluhan Gangguan P
Variabel N Mean SD
Kulit value
Umur Ada 40 42,10 8,78 0,215
Tidak Ada 26 39,15 10,14

61
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata umur pada

pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah 42 tahun

dengan standar deviasi sebesar 8,78, sedangkan rata-rata umur pada

pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit adalah 39 tahun

dengan standar deviasi 10,14. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan

nilai pvalue sebesar 0,215, yang artinya pada α 5 % tidak ada hubungan

yang signifikan antara umur dengan keluhan gangguan kulit pada

pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun

2013.

b. Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit

Hasil penelitian mengenai hubungan antara jam kerja dengan keluhan

gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan Sumur

Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.12
Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit pada
Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan
Bantar Gebang Tahun 2013

P
Variabel Keluhan Gangguan Kulit N Mean SD
value
Jam Kerja Ada 40 8,58 2.375 0,567
Tidak Ada 26 8,15 1.933

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata jam kerja pada

pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah 9 jam dengan

standar deviasi sebesar 2.37, sedangkan rata-rata jam kerja pada

62
pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit adalah 8 jam

dengan standar deviasi 1.93. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan

nilai p value sebesar 0.567, yang artinya pada α 5 % tidak ada hubungan

yang signifikan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit pada

pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun

2013.

c. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit

Hasil penelitian mengenai hubungan antara masa kerja dengan

keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu

Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.13
Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit pada
Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan
Bantar Gebang Tahun 2013

P
Variabel Keluhan Gangguan Kulit N Mean SD
value
Masa Kerja Ada 40 9 4,48 0,013
Tidak Ada 26 14,62 10,27

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata masa kerja pada

pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah 9 tahun

dengan standar deviasi sebesar 4,48, sedangkan rata-rata masa kerja pada

pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit adalah 15 tahun

dengan standar deviasi 10,27. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan

nilai pvalue sebesar 0,013 yang artinya pada α 5 % ada hubungan yang

63
signifikan antara masa kerja dengan keluhan gangguan kulit pada

pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun

2013.

d. Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit

Hasil penelitian mengenai hubungan antara Riwayat Alergi dengan

keluhan gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu

Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.14
Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit pada
Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan
Bantar Gebang Tahun 2013

Keluhan Gangguan Kulit


Riwayat Total
Tidak Ada Ada Pvalue
Alergi
N % N % N %
Tidak Ada 25 42.4 34 57.6 59 100
Ada 1 14.3 6 85.7 7 100 0.304
Total 26 39.4 40 60.6 66 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada sebanyak sebanyak 25

dari 26 (42.4 %) pemulung yang tidak memiliki riwayat alergi dan tidak

mengalami keluhan gangguan kulit. Sedangkan diantara pemulung yang

memiliki riwayat alergi ada sebanyak 6 dari 40 (85.7 %) yang mengalami

keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai

pvalue sebesar 0.304 yang artinya pada α 5 % tidak ada hubungan yang

signifikan antara riwayat alergi dengan keluhan gangguan kulit pada

64
pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun

2013.

2. Hubungan antara Personal Higiene dengan Keluhan Gangguan Kulit

Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara personal higiene

(kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku) dengan keluhan gangguan

kulit adalah uji Chi Square yang hasilnya akan di jelaskan dibawah ini :

a. Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit

Hasil penelitian mengenai hubungan antara kebersihan kulit dengan

keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di Kelurahan

Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.15
Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit pada
Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan
Bantar Gebang Tahun 2013

Keluhan Gangguan Kulit


Total
Kebersihan Kulit Tidak Ada Ada Pvalue
N % N % N %
Tidak Baik 10 27 27 73 37 100
Baik 16 55.2 13 44.8 29 100 0.03
Total 26 39.4 40 60.6 66 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada sebanyak 16 dari 26

(55.2 %) pemulung yang memiliki kebersihan kulit baik dan tidak

mengalami keluhan gangguan kulit. Sedangkan diantara pemulung yang

memiliki kebersihan kulit tidak baik ada sebanyak 27 dari 40 (73%) yang

65
mengalami keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji statistik

didapatkan nilai pvalue sebesar 0.03 yang artinya pada α 5 % ada

hubungan yang signifikan antara kebersihan kulit dengan keluhan

gangguan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan

Bantar Gebang tahun 2013.

b. Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan

Gangguan Kulit

Hasil penelitian mengenai hubungan antara kebersihan kuku dan

tangan dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri)

di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 5.16
Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku dengan Keluhan
Gangguan Kulit pada Pemulung (Laskar Mandiri) Di Kelurahan
Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013

Kebersihan Keluhan Gangguan Kulit


Total
Kuku dan Tidak Ada Ada Pvalue
Tangan N % N % N %
Tidak Baik 16 39 25 61 41 100
Baik 10 40 15 60 25 100 1
Total 26 39.4 40 60.6 66 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada sebanyak 10 dari 26

(40 %) pemulung yang memiliki kebersihan kuku, kaki, dan tangan baik

dan tidak mengalami keluhan gangguan kulit. Sedangkan diantara

66
pemulung yang memiliki kebersihan kulit tidak baik ada sebanyak 25 dari

40 (61%) yang mengalami keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil uji

statistik didapatkan nilai pvalue sebesar 1 yang artinya pada α 5 % tidak

ada hubungan yang signifikan antara kebersihan kuku, kaki, dan tangan

dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung (Laskar Mandiri) di

Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.

67
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian yaitu :

1. Hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh kejujuran responden dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan setiap variabel khususnya pada variabel

personal higiene (kebersihan kulit, dan kebersihan tangan dan kuku).

2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan disain studi cross sectional.

Dalam desain ini hanya menjelaskan hubungan keterkaitan, tidak dapat

menjelaskan hubungan sebab akibat. Meskipun demikian, desain ini dipilih

karena paling sesuai dengan tujuan penelitian dan efektif dari segi waktu.

3. Kerangka konsep yang digunakan pada penelitian ini hanya menghubungkan

variabel-variabel yang diperkirakan memiliki hubungan dengan variabel

dependen sehingga masih terdapat kemungkinan variabel-variabel lain yang

belum masuk dalam kerangka konsep.

68
B. Keluhan Gangguan Kulit

Keluhan gangguan kulit disini diartikan keluhan yang dirasakan berupa rasa

gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-

bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah

pada kulit, serta timbul ruam-ruam pada permukaan tubuh (Graham, 2005).

Keluhan gangguan kulit dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

kuisioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan definisi keluhan

gangguan kulit. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

pemulung di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang mengalami

keluhan gangguan kulit sebanyak 40 orang (60.6 %) dan yang tidak mengalami

keluhan gangguan kulit sebanyak 26 orang (39.4 %). Hal ini sejalan dengan

penelitian Silalahi (2010) diketahui bahwa sebagian besar 32 orang petugas

sampah (61,2%) mengalami keluhan gangguan kulit dan 20 orang petugas

sampah (38.5 %) tidak mengalami keluhan gangguan kulit. Selain itu juga hasil

penelitian Sajida, dkk (2012) ditemukan keluhan penyakit kulit di Kelurahan

Denai Kota Medan paling besar masuk dalam kategori mengalami keluhan, yaitu

sebanyak 61 orang (69 %) mengalami keluhan penyakit kulit, dan 27 orang (31

%) tidak mengalami keluhan penyakit kulit.

Jumlah pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit pada penelitian

ini dapat dikatakan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pemulung yang

tidak mengalami keluhan gangguan kulit. Hal ini dapat terjadi dikarenakan

banyak pemulung yang kurang memperhatikan kebersihan diri dan betapa

69
pentingnya kesehatan kulit mereka. Padahal kulit merupakan organ tubuh yang

terletak pada bagian paling luar dan kulit merupakan organ esensial dan vital

serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.

Maksud dari kebersihan diri dari keterangan di atas yaitu, umumnya

pemulung yang menggunakan handuk secara bersamaan, penggunaan sabun

mandi secara bersamaan, dan perilaku cuci tangan yang jarang menggunakan

sabun dan tidak mencuci tangan dengan air yang mengalir. Kebiasaan-kebiasaan

yang tidak baik tersebut tentunya dapat mengakibatkan keluhan gangguan kulit.

Keluhan gangguan kulit yang umumnya dirasakan oleh pemulung yaitu, gatal-

gatal, kemerahan, dan adanya bentol yang berisi cairan bening. Dalam islam

sendiri, setiap muslim selalu dituntut untuk menjaga kebersihan dan kesehatan

pada dirinya seperti hadits berikut :

“Islam itu agama yang bersih, maka hendaknya kamu menjadi orang

yang bersih, sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang

bersih.” (H.R. Tobroni).

Menurut Dinas Kebersihan Kota Medan (2009) dalam Listautin (2012),

pengaruh negatif sampah salah satunya adalah penyakit jamur (penyakit kulit)

yang disebabkan tempat pengumpulan dan pembuangan sampah yang kurang

baik.Penyakit yang biasanya ditemukan pada pekerja yang berkontak dengan

sampah salah satunya adalah gangguan kulit. Gangguan kulit disini disebabkan

karena kontak dengan sampah ataupun dengan air yang tercemar disekitar lokasi

70
kerja TPS/TPA. Ini sangat berkaitan dengan kondisi air yang digunakan,

kebersihan diri, dan lingkungan kerja serta rumah.

Kesehatan kulit sangat penting namun pemulung mengabaikannya, hal

tersebut berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh pemulung, yang

umumnya karena berbagai alasan seperti ekonomi, kurangnya pengetahuan

betapa pentingnya menjaga kesehatan kulit, dan menganggap keluhan gangguan

kulit yang mereka rasakan adalah hal yang biasa.

C. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keluhan Gangguan Kulit

1. Hubungan Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit

Umur merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari

karakteristik individu. Pada penelitian ini rata-rata umur reponden yang

mengalami keluhan gangguan kulit yaitu pada umur 42 tahun. Hasil

penelitian tersebut dapat didukung dengan adanya teori menurut HSE

Industri (2000) kondisi kulit mengalami proses penuaan mulai dari usia 40

tahun. Pada usia tersebut, sel kulit lebih sulit menjaga kelembabannya

karena menipisnya lapisan basal. Selain itu produksi sebum juga menurun

tajam, sehingga banyak sel mati yang menumpuk karena pergantian sel

menurun. Selain itu menurut Aisyah dkk (2012), terjadinya keluhan

gangguan kulit pada umur yang telah berusia lanjut dikarenakan lebih rentan

terserang penyakit karena sistem kekebalan tubuh yang mulai menurun

sehingga mudah terpapar penyakit.

71
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-squaremenunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan

gangguan kulit, dengan Pvalue sebesar 0,215. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Lubis (2011) pada pemulung di TPA Terjun Medan yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur

dengan keluhan gangguan kulit.

Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Aisyah, dkk (2012) pada pemulung di Kecamatan Medan

yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur pekerja

dengan keluhan gangguan kulit.

Tidak adanya hubungan antara umur dengan keluhan gangguan kulit

pada penelitian ini diduga karena sebagian besar responden dalam penelitian

ini memiliki umur > 30 tahun. Sehingga data penelitian yang diperoleh

kurang bervariasi.

Selain itu, hal lain yang diduga dapat menyebabkan tidak adanya

hubungan antara umur dengan keluhan gangguan kulit pada penelitian ini

adalah berdasarkan hasil analisis statistik yang diketahui bahwa terdapatnya

perbedaan proporsi keluhan gangguan kulit yang cukup jauh antara

pemulung yang memiliki umur < 30 tahun dan pemulung yang memiliki

umur > 30 tahun. Pada umumnya proporsi keluhan gangguan kulit terbesar

dirasakan oleh pemulung yang memiliki umur > 30 tahun.

72
Hal tersebut dimungkinkan karena umur yang semakin lama semakin

tua dapat mempengaruhi elastisitas dan kekebalan kulit. Pada beberapa

literatur menyatakan bahwa kulit manusia mengalami degenerasi seiring

bertambahnya usia, sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan

menjadi lebih sensitif dan kering. Kekeringan pada kulit ini memudahkan

berbagai bahan kimia maupun organik untuk menginfeksi kulit (Cohen, 1999

dalam Aisyah, 2012).

Hasil penelitian ini pun didukung oleh teori yang dikemukakan oleh

Erliana (2008), yang menyatakan bahwa dermatitis dapat menyerang semua

kelompok umur, artinya umur bukan merupakan faktor risiko utama

terhadap paparan bahan-bahan penyebab dermatitis yang merupakan keluhan

gangguan kulit.

2. Hubungan Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit

Jam kerja adalah waktu yang digunakan pemulung untuk bekerja dalam

hitungan jam/hari baik siang atau pun malam hari (Suma’mur, 2009). Jam

kerja atau lama kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang

terpajan dengan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang

(Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh hasil analisis bahwa

dari 66 responden memiliki rata-rata jam kerja 9 jam. Jam kerja responden

tercepat adalah 4 jam sedangkan jam kerja responden terlama adalah 18 jam.

Kemudian berdasarkan tabel 5.12, diketahui bahwa rata-rata jam kerja

pada pemulung yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah 9 jam,

73
sedangkan rata-rata jam kerja pada pemulung yang tidak mengalami keluhan

gangguan kulit adalah 8 jam.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara jam kerja dengan keluhan gangguan kulit, dengan P value

sebesar 0.567. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suwondo, dkk

(2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jam kerja dengan

kejadian dermatitis dimana rata-rata jam kerja adalah 7 jam dalam sehari.

Kemudian pada penelitian lain yang dilakukan oleh Lubis (2011)

menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jam kerja

dengan keluhan gangguan kulit pada pemulung di TPA Terjun Medan.

Namun berbeda dengan hasil penelitian Listautin (2012) yang

menyatakan bahwa, ada hubungan antara jam kerja dengan keluhan

kesehatan gangguan kulit pada pemulung di Medan Marelan dengan p

valuesebesar 0.039. Kemudian hasil penelitian Aisyah, dkk (2012)

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jam kerja dengan

keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Medan Labuhan.

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jam kerja dengan

keluhan gangguan kulit pada penelitian ini diduga sebagian besar pemulung

di Kelurahan Sumur Batu bekerja tidak lebih dari 8 jam. Hal tersebut

berdasarkan hasil analisis statistik yang menyatakan bahwa pemulung

bekerja lebih dari 8 jam sebanyak 29 orang, dan 37 orang bekerja tidak lebih

dari 8 jam. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Suma’mur (2009),

74
memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja bisa terjadi

penurunan kualitas dan hasil kerja, begitu juga dengan waktu yang

berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya kelelahan, dan gangguan

kesehatan. Kemudian menurut Mahyuni (2012), jam kerja/lama kerja

pemulung yang tinggi merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

kulit. Namun dalam penelitian ini diketahui bahwa lebih banyak pemulung

yang bekerja tidak lebih dari 8 jam.

Selain itu hal lain yang menyebabkan tidak terlihatnya hubungan antara

jam kerja dengan keluhan gangguan kulit adalah berdasarkan hasil

wawancara kepada pemulung, umumnya mereka mulai bekerja pada pukul

07.00 pagi dan istirahat makan siang pada pukul 12.00, kemudiaan

melanjutkan pekerjaan lagi pukul 13.30 sampai pukul 15.00. Jika dilihat dari

jam istirahat mereka, sudah dapat dikatakan cukup dan maksimal. Karena

dengan melakukan istirahat yang cukup, maka kondisi tubuh yang

sebelumnya lelah akan menjadi pulih kembali. Berdasarkan teori yang

dikemukakan oleh Latifah et al.(2002) dalam Widyaningsih, dkk (2008)

tubuh memerlukan istirahat yang cukup dengan istirahat siang yang paling

baik dilakukan maksimal selama 2 jam. Istirahat akan membuat tubuh

kembali segar dan terhindar dari kelelahan. Istirahat siang yang dilakukan

oleh pemulung pada penelitian ini selama satu setengah jam dan itu sudah

dapat dikatakan cukup.

75
Kemungkinan lain yang menyebabkan tidak terjadinya hubungan antara

jam kerja dengan keluhan gangguan kulit adalah adanya beberapa pemulung

yang bekerja pada malam hari meskipun mereka bekerja juga selama 8 jam.

Kemudian tidak adanya hubungan antara jam kerja dengan keluhan

gangguan kulit pada penelitian ini diduga juga dikarenakan pemulung yang

bekerja pada waktu pagi sampai sore hari menggunakan pakaian lengan

panjang dan penutup wajah, walaupun seadanya tetapi bisa melindungi kulit.

Sehingga kulit tidak langsung terpapar dengan sinar matahari. Menurut teori

yang dikemukakan oleh Moeljosoedarmo (2008) paparan sinar matahari

yang baik adalah sinar matahari pagi, sebelum pukul 09.00. Pada jam

tersebut, matahari akan memberikan sinar yang bermanfaat bagian tubuh.

Namun, jika kita terkena langsung sinar matahari diatas pukul 10.00 justru

berbahaya bagi kulit. Hal ini dikarenakan sinar matahari mengandung sinar

ultraviolet yang dapat merusak sel-sel kulit.

3. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit

Menurut Handoko (1992) dalam Suwondo (2011), masa kerja adalah

suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat.

Masa kerja yang dimaksud pada penelitian ini adalah jangka waktu

pemulung mulai menjadi pemulung sampai waktu penelitian. Masa kerja

penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan

berbagai sumber penyakit yang dapat mengakibatkan keluhan gangguan

76
kulit. Berdasarkan data pada tabel 5.6diketahui bahwa masa kerja responden

cukup bervariasi, dengan rata-rata masa kerja adalah 11 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, pemulung yang

mengalami keluhan gangguan kulit mempunyai rata-rata masa kerja selama

9 tahun sedangkan pemulung yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit

mempunyai rata-rata masa kerja selama 15 tahun. Dari hasil analisis bivariat

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara masa kerja

dengan keluhan gangguan kulit, dengan nilai P value sebesar 0,013.

Hasil penelitianlain yang sejalan yaitu, Suwondo, dkk (2010) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan

dermatitis, dengan hasil P value sebesar 0.038.

Faktor lain yang memungkinkan pekerja dengan masa kerja yang lebih

awal terkena dermatitis adalah masalah kepekaan atau kerentanan kulit

terhadap bahan iritan maupun infeksi. Pekerja dengan masa kerja yang lebih

awal masih rentan terhadap berbagai macam bahan iritan maupun infeksi.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Lestari & Utomo pada pekerja

dengan masa kerja yang cukup lama > 10 tahun dapat dimungkinkan telah

memiliki resistensi terhadap bahan iritan. Resistensi ini dikenal sebagai

proses hardening yaitu kemampuan kulit yang menjadi lebih tahan terhadap

bahan kimia karena pajanan bahan iritan yang terus-menerus. Untuk itulah

mengapa pekerja dengan lama bekerja >10 tahun lebih sedikit yang

mengalami dermatitis.

77
Jika dilihat dari hasil analisis statistik pemulung yang mengalami

keluhan gangguan kulit adalah pemuluung yang memiliki masa kerja yang

lebih awal. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pada awal mereka bekerja

sebagai pemulung, mereka merasakan keluhan gangguan kulit yang cukup

bervariasi seperti gatal-gatal, kemerahan, bentol, dan terdapat cairan di kulit.

Namun pada tahun-tahun berikutnya mereka sudah terbiasa dan kebal

sehingga keluhan gatal-gatal pun jarang terjadi. Menurut Chandra (2009),

faktor pada manusia dalam proses terjadinya penyakit tergantung pada

karakteristik yang dimiliki oleh masih-masing individu salah satunya adalah

status kekebalan, dimana reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada

status kekebalan yang dimiliki sebelumnya oleh seseorang.

Selain itu berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Taylor (2008)

dalam Lubis (2011) seseorang mendapat kepekaan (hipersensitivitas)

terhadap suatu bahan (fase sensitisasi) pada waktu awal pemaparan.

Pemaparan berikutnya (fase elisitasi) mereka mengatakan sudah cukup lama

mereka bekerja di tempat kerjanya tidak menyebabkan kelainan pada kulit

mereka.

Meskipun begitu, pemulung juga harus lebih memperhatikan lagi

kesehatan kulit pada dirinya, karena kulit merupakan cerminan kesehatan

yang paling terlihat pada tubuh. Disamping itu juga kulit merupakan bagian

tubuh yang paling terbuka terhadap infeksi penyakit karena berinteraksi

78
langsung dengan lingkungan luar seperti, udara, paparan sinar matahari,

bakteri, dan lain-lain.

4. Hubungan Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit

Variabel riwayat alergi yang dimaksud pada penelitian ini yaitu

pemulung yang sebelumnya memiliki riwayat alergi yang berhubungan

dengan keluhan gangguan kulit akibat agen fisik (makanan, obat-obatan,

debu, cahaya matahari, dan lain-lain). Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan

sebanyak diperoleh sebanyak 7 responden (89,4 %) memiliki riwayat alergi

dan responden yang tidak memiliki riwayat alergi sebanyak 59 responden

(10,6 %).

Pada penelitian ini diketahui bahwa ada sebanyak25 dari 26 (42.4 %)

pemulung yang tidak memiliki riwayat alergi dan tidak mengalami keluhan

gangguan kulit. Sedangkan diantara pemulung yang memiliki riwayat alergi

ada sebanyak 6 dari 40 (85.7 %) yang mengalami keluhan gangguan kulit.

Berdasarkan hasil uji chi-square, menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara riwayat alergi dengan keluhan gangguan

kulit, dengan P value sebesar 0,304. Hasil penelitian ini sejalan dengan

Lestari & Utomo (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara

riwayat alergi dengan keluhan gangguan kulit dermatitis kontak.

Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Budiono

& Cahyawati (2011), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara riwayat

79
alergi dengan keluhan gangguan kulit dermatitis pada nelayan, dengan

Pvalue sebesar 0.018.

Perbedaan hasil temuan ini diduga karena tidak seimbangnya jumlah

proporsi responden penelitian. Dimana diketahui bahwa jumlah pemulung

yang memiliki riwayat alergi lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah

pemulung yang tidak memiliki riwayat alergi. Sehingga hal inilah yang

dimungkinkan membuat data yang diperoleh dalam penelitian tidak

bervariasi dan membuat tidak terlihatnya hubungan antara riwayat alergi

dengan keluhan gangguan kulit.

Kemudian hal lain yang menyebabkan tidak terlihatnya hubungan antara

riwayat alergi dengan keluhan gangguan kulit adalah berdasarkan hasil

analisis statistik diketahui bahwa pemulung yang tidak ada riwayat alergi

memiliki proporsi keluhan gangguan kulit yang tinggi. Berdasarkan

pernyataan yang dikemukakan oleh Budiono & Cahyawati (2011) seseorang

yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit tidak memiliki riwayat alergi

sebelumnya.Dapat disimpulkan bahwa keluhan gangguan kulit akan lebih

mudah timbul jika terdapat riwayat alergi sebelumnya. Namun pada

penelitian ini ditemukan bahwa pemulung yang tidak ada riwayat alergi

memiliki keluhan gangguan kulit yang tinggi.

Alergi dapat timbul pada seseorang karena terjadinya perubahan reaksi

terhadap bahan tertentu. Banyak penyebab terjadinya keluhan gangguan kulit

yang didapatkan akibat kerja atau yang didapat sewaktu melakukan

80
pekerjaan. Agen sebagai penyebab gangguan dan penyakit kulit tersebut

antara lain berupa agen-agen fisik, kimia, maupun biologis. Respon kulit

terhadap agen-agen tersebut dapat dimungkinkan berhubungan dengan

alergi.

D. Hubungan Personal Higiene dengan Keluhan Gangguan Kulit

1. Hubungan Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit

Kebersihan kulit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan

kulit dan kegiatan yang dilakukan untuk melindungi bagian tubuh

daripengaruh akibat kerja dan lingkungan kerja pemulung. Berdasarkan tabel

5.8 didapatkan sebanyak 29 responden (43,9 %) memiliki kebersihan kulit

yang baik dan pemulung yang memiliki kebersihan kulit tidak baik sebanyak

37 responden (56,1 %).

Hasil uji chi square, menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara kebersihan kulit dengan keluhan gangguan kulit, dengan P

value sebesar 0.03. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Listautin

2011, dimana ada hubungan antara kebersihan kulit dengan keluhan

kesehatan : gangguan kulit dengan P value sebesar 0,018.

Hasil penelitian lain yang sejalan adalah penelitian Sajida dkk (2012)

dengan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit

dengan keluhan penyakit kulit dengan P value sebesar 0.009. Kebersihan

kulit pada penelitian ini juga dikategorikan menjadi baik dan tidak

81
baik.Kebesihan kulit yang paling banyak pada penelitian ini pun masuk ke

dalam kategori tidak baik sebanyak 65 responden dari 88 responden.

Selain itu hasil penelitian lain, Silalahi (2010) yang menyatakan ada

hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit dengan keluhan gangguan

kulit pada petugas pengelola sampah dengan P value sebesar 0.006.

Kebersihan kulit pada penelitian ini juga dikategorikan menjadi baik dan

tidak baik. Kebesihan kulit yang paling banyak pada penelitian ini pun

masuk ke dalam kategori tidak baik sebanyak 37 responden dari 66

responden.

Hasil penelitian selanjutnya yang sejalan yaitu,Listautin (2012) yang

menyatakan bahwa ada hubungan kebersihan kulit dengan keluhan

kesehatan salah satunya keluhan gangguan kulitpada pemulung di

Kecamatan Medan Marelan dengan P value sebesar 0,018.

Menurut Harahap (1998), salah satu penyebab gangguan kulit yaitu

pekerjaan dan kebersihan perorangan yang kurang baik. Untuk memelihara

kebersihan kulit, kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu diperhatikan

seperti menjaga kebersihan pakaian, mandi secara teratur, mandi

menggunakan air yang bersih dan sabun, menggunakan barang-barang

keperluan sehari-hari milik sendiri, makan yang bergizi terutama banyak

sayur dan buah, dan menjaga kebersihan lingkungan.

Hidup sehat dimulai dari diri sendiri. Dapat dikatakan bahwa kesehatan

yang kita miliki adalah karena upaya kita sendiri. Oleh sebab itu kesehatan

82
perorangan atau kesehatan pribadi memegang peranan penting. Kesehatan

pribadi adalah kesehatan bagian-bagian tubuh kita masing-masing yaitu

meliputi kesehatan kulit, kesehatan mata, hidung, telinga mulut dan gigi,

kesehatan kuku, tangan dan kaki, memakai pakaian yang bersih serta

melakukan olahraga dan istirahat yang cukup. Berbagai macam penyakit

dapat dicegah dengan menjaga kebersihan. Oleh sebab itu, memelihara

kesehatan pribadi dimulai dengan memelihara kebersihan bagian-bagian

tubuh kita.

Kemudian berdasarkan teori selanjutnya, selain faktor utama terserang

penyakit kulit karena kurangnya memperhatikan kesehatan atau kebersihan

kulit, tetapi juga dipengaruhi oleh tingkat kekebalan tubuh, dan

mengabaikan serta kurang memahami penyebab-penyebab terjadinya

penyakit tersebut (Harahap, 2000). Maka dari itu pentingnya peranan

pelayanan kesehatan setempat seperti Puskesmas untuk memberikan

penyuluhan dan pelatihan bagi pemulung dalam rangka meningkatkan

pengetahuan mengenai prilaku hidup bersih dan sehat sehingga dapat

meningkatkan status kesehatan para pemulung.

Dalam islam pun mengajarkan betapa wajibnya seorang untuk menjaga

kebersihan, sebagaimana firmanNya dalamQS. Al-Baqarah ayat 222 :

83
‫ط ِّهرِ يْن‬
َ َ‫حّبُ الْ ُمّت‬
ِ ‫حّبُ ال َّتّوَا ِب ْينَ َو ُي‬
ِ ‫ ِاّنَ اهللَ ُي‬. . .
“.....sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan

orang-orang yang menyucikan diri “ (QS. Al-Baqarah ayat 222).

Di dalam tafsir jalalain diterangkan bahwa dalam ayat ini, Allah

memerintahkan manusia untuk selalu bersih dan rapi. Kemudian yang

dimaksud dengan orang-orang yang mensucikan diri itu adalah orang yang

mensucikan diri baik dhohir (jasmani) maupun batinnya. Dhohir (jasmani)

merupakan anggota badan yang terdiri tangan, kaki, kepala, termasuk juga

kulit. Allah mewajibkan kita untuk mensucikan diri pada bagian dhohir

(jasmani) seperti wajah, tangan, kaki, kepala, kulit, dan lain-lain dikarenakan

organ tubuh tersebut sering bersentuhan langsung dengan paparan matahari,

kotoran, dan debu yang membawa bakteri serta kuman penyebab penyakit.

2. Hubungan Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku dengan Keluhan

Gangguan Kulit

Kebersihan tangan dan kuku yang dimaksud pada penelitian ini adalah

kebersihan yang dilakukan pemulungdengan cara mencuci tangan memakai

sabun, memotong kuku pada tangan dan kaki secara teratur. Berdasarkan tabel

5.9 didapatkan sebanyak 25 responden memiliki kebersihan tangan, kaki, dan

kuku yang baik dan responden yang memiliki kebersihan tangan dan kuku

tidak baik sebanyak 41 responden.

84
Selain itu berdasarkan hasil analisis ditemukan ada sebanyak 10 dari 26

pemulung yang memiliki kebersihan kulit baik dan tidak mengalami keluhan

gangguan kulit. Sedangkan diantara pemulung yang memiliki kebersihan kulit

tidak baik ada sebanyak 25 dari 40 yang mengalami keluhan gangguan kulit.

Hasil uji chi square, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara kebersihan tangan, kaki, dan kuku dengan keluhan gangguan

kulit. Hasil penelitian ini sejalan dengan Silalahi (2010), dimana tidak ada

hubungan antara kebersihan tangan dan kuku dengan keluhan gangguan kulit

pada petugas pengelola sampah.

Pada penelitian ini diketahui kebersihan tangan, kuku, dan kaki paling

banyak masuk dalam kategori buruk. Hasil wawancara dan observasi

ditemukan umumnya responden mencuci tangan dan kakinya tidak

menggunakan air yang mengalir, kemudian kuku mereka pendek tetapi hitam.

Tidak adanya hubungan antara kebersihan tangan, kuku, dan kaki

diduga karena tidak seimbangnya jumlah proporsi responden penelitian.

Diketahui bahwa jumlah pemulung yang memiliki kebersihan tangan, kuku,

dan kaki dalam kategori buruk lebih banyakdibandingkan dengan pemulung

yang memiliki kebersihan tangan, kuku, dan kaki dalam kategori baik.

Sehingga hal inilah yang dimungkinkan membuat data yang diperoleh dalam

penelitian tidak bervariasi dan tidak ditemukan adanya hubungan.

Kemudian tidak ditemukannya hubungan antara kebersihan kuku,

tangan, dan kaki pada penelitian ini diduga karena berdasarkan hasil

85
wawancara, terdapat beberapa pemulung yang memotong kuku secara rutin

yaitu seminggu sekali, serta mencuci tangan dan kaki setelah selesai bekerja.

Secara tidak langsung perilaku tersebut dapat mengurangi resiko terkenanya

keluhan gangguan kulit pada pemulung. Seperti yang diungkapkan oleh Potter

(2005), pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan

individu dan terhindarnya dari beberapa masalah gangguan kesehatan salah

satunya adalah keluhan gangguan kulit.

Hal lain yang menyebabkan tidak adanya hubungan yang signifikan

antara kebersihan kuku, tangan, dan kaki dengan keluhan gangguan kulit

diduga karena pemulung menggunakan pakaian dan celana panjang, walaupun

seadanya tetapi bisa melindungi kulit apabila tangan ataupun kuku yang sudah

terkontaminasi dengan sampah berinteraksi langsung dengan tubuh seperti,

menggaruk ataupun menyentuh bagian tubuh. Perilaku tersebut secara tidak

langsung pun dapat mengurangi resiko terjadinya keluhan gangguan kulit.

Meskipun kuku, tangan dan kaki hanya merupakan bagian kecil anggota

badan, akan tetapi kuku sangat besar pengaruhnya bagi kesehatan. Kuku

terutama kuku jari tangan merupakan tempat yang baik bagi bibit-bibit

penyakit. Hal ini dikarenakan kuku selalu kontak dengan benda-benda di

sekitar yang belum tentu bersih. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan

adalah dengan memperhatikan kebersihan kuku. Kuku hendaknya selalu

dipotong pendek, dalam keadaan bersih, dan tangan selalu dicuci bersih

sebelum, sesudah makan dan setelah selesai bekerja. Serta selalu mencuci kaki

86
dengan air mengalir dan sabun setelah selesai bekerja sehingga dapat

mengurangi risiko keluhan gangguan kulit.

87
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemulung di Kelurahan Sumur Batu yang mengalami keluhan gangguan

kulit sebesar 60,6 % dan yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit

sebesar 39,4 %.

2. Persentase kebersihan kulit pada pemulung di Kelurahan Sumur Batuyang

baik sebesar 43,9% dan yang buruk 56,1%. Kebersihan tangan, kuku, dan

kaki memiliki persentase yang baik sebesar 37,9% dan yang buruk

62,1%.

3. Rata-rata umur pemulung di Kelurahan Sumur Batu 41 tahun dan

sebagian besar tidak memiliki riwayat alergi. Umumnya mereka bekerja

selama 9 jam/hari dengan rata-rata massa kerja 11 tahun.

4. Karakteristik individu yang berhubungan dengan keluhan gangguan kulit

pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu yaitu masa kerja.

5. Personal higiene yang berhubungan dengan keluhan gangguan kulit pada

pemulung di Kelurahan Sumur Batu yaitu Kebersihan kulit.

88
B. Saran

1. Pemulung

Diharapkan pemulung di kelurahan Sumur Batu lebih memperhatikan

perilaku hidup bersih dan sehat dengan cara diantaranya mencuci tangan

dan kaki dengan air mengalir dan sabun setelah bekerja,sebelum dan

sesudah makan, serta menggunakan handuk milik sendiri setelah mandi

sehingga mengurangi risiko keluhan gangguan kulit.

2. Pemerintah setempat dan Puskesmas

Dalam rangka menangani penyakit kulit di Kelurahan Sumur Batu

disarankan bagi pihak Puskesmas Bantar Gebang untuk memberikan

penyuluhan dan pelatihan pada warga dan pemulung sekitar mengenai

perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka mengatasi keluhan gangguan

kulit. Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka

untuk

3. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya menganalisisjenis penyakit kulit yang

terjadi pada pemulung di Kelurahan Sumur Batu berdasarkan diagnosa

tenaga kesehatan danmenggunakan metode penelitian yang lebih

menunjukkan faktor risiko sehingga menyebabkan hubungan sebab-akibat.

89
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F, 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Penerbit Buku

Kompas.

Achmadi, U.F, 2011. Dasar – Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Adnani, H., 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta: Nuha Medika.

Aisyah, Faddilatul. dkk. 2012. Hubungan Higiene Perorangan dan Pemakaian Alat

Pelindung Diri dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang

Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. (Jurnal).

Departemen Kesehatan Lingkungan. Universitas Sumatera Utara.

Alatas, Zubaidah.1998. Efek Radiasi Pada Kulit. Buletin ALARA 2 (1), 27 – 31

(1998). Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi Badan Tenaga

Atom Nasional

AS, Misnadiarly. 2006.Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kesehatan Kulit.

(Jurnal) Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan. Cermin Dunia

Kedokteran No. 152, hal 43 – 45

Azhar, Khadijah. Hananto, Miko. 2011. Hubungan Proses Kerja dengan Kejadian

Dermatitis Kontak Iritan Pada Petani Rumput Laut Di Kabupaten Bantaeng

Sulawesi Selatan. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 10 No 1, Maret 2011 : 1-9.

Budiono & Cahyawati. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis

Pada Nelayan. (Jurnal). Kesmas vol 6 hal 134 – 141

90
Chandra, Budiman, Dr. 2009. Ilmu Kedokteran : Pencegahan dan Komunitas. Jakarta

: EGC

Erliana. 2008. Hubungan Karakteristik Individu dan Penggunaan Alat Pelindung

Diri dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Paving Block CV. F.

Lhouksumawe. (Thesis). Sekolah Pasca Sarja USU

Fregert, S, 1988. Kontak Dermatitis. Yayasan Essentia Medika, Jakarta.

Graham, Robin, 2005. Lecture Notes Dermatologi. Edisi Kedelapan, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Harahap, M. 1998. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta.

Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta.

Harrington, J.M & Gill, F.S., 2003. Kesehatan Kerja, Jakarta: EGC

HSE. 2000. The Prevalence of Occupational Dermatitis among Work in The Printing

Industry and Your Skin dalam hsebooks.co.uk. Diakses pada Rabu, 23 Oktober

2013 pukul 02.45

Isro’in, L dan Andarmoyo, S., 2012. Personal Hygiene; Konsep, Proses dan Aplikasi

Praktik Keperawatan, Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Junaedi., 2012. Semangat Kerja Pemulung Sampah, Pahlawan Lingkungan yang

Terlantar, www.stosfest.org diakses 30 April 2013.

Kabulrachman. 1992. Pengaruh Lingkungan dan Pencemarannya terhadap

Kesehatan Kulit. (Jurnal). Majalah Kesehatan Indonesia vol :42 No. 5, hal 273 –

277 dan hal 281 – 294

91
Kurniawati, Ratna Dian. 2006. Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian

Tinea Pedis Pada Pemulung Di TPA Jatibarang. (Thesis). Universitas

Diponegoro Semarang.

Lestari, Fatma. Utomo, Suryo. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Dermatitis Kontak Pada Pekerja Di PT Inti Pantja Press Industri.(Jurnal).

Universitas Indonesia Depok.

Listautin, 2012. Pengaruh Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Personal

Higiene, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Terhadap Keluhan Kesehatan Pada

Pemulung di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012. (Tesis).

Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Lubis, Soefi, Aswin. 2011. Keterpaparan Pemulung Sampah Dapat Menimbulkan

Penyakit Kulit Akibat Kerja Di TPA Terjun Medan. (Tesis). Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Mahyuni, Lestari, Eka. 2012. Dermatosis (Kelainan Kulit) Ditinjau Dari Aspek

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pemulung Di TPA Terjun Medan

Marelan. (Jurnal). Staf Pengajar Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

FKM. USU.

Moeljosoedarmo, S., 2008. Hygiene Industri, Jakarta: FKUI.

Mulia, R.M., 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka

Cipta .Jakarta.

Potter., 2005. Fundamental Keperawatan, Edisi keempat. Jakarta: EGC.

92
Ramdani W, 2008. Kesadaran Santri Terhadap Kesehatan Lingkungan : Studi

Kasus Pesantren Nurul Hidayah Leuwilang, Bogor. Tesis Mahasiswa Program

Studi Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta.

Rengganis, Iris. 2009. Kealergenik Serbuk Sari Indonesia Pada Manusia. (Thesis).

Sekolah Pasca Sarjana IPB

Rianti, Dwi. dkk. 2010. Analisis Tentang Higiene Dan Sanitasi LingkunganDengan

Penyebab Terjadinya Penyakit Kulit Di Kecamatan Asemrowo Surabaya.

(Jurnal). Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Sajida, Agsa. dkk. 2012. Hubungan Personal Hygiene Dan Sanitasi

LingkunganDengan Keluhan Penyakit Kulit Di Kelurahan DenaiKecamatan

Medan Denai Kota Medan Tahun 2012. (Jurnal). Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara,Medan

Satuti. HR. 2003. Proporsi Dermatosis serta Gambaran Faktor-Faktor yang

Berkaitan pada Pekerja Industri Batik Kota Surakarta. Semarang : Universitas

Diponegoro

Suma’mur., 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes), Jakarta: CV

Sagung Seto.

Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta : Kencana

Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Suwondo, dkk. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis

Kontak Pekerja Industri Tekstil “X” Di Jepara. (Jurnal Vol 6 no 2). Universitas

Diponegoro.

93
Utomo & Lestari. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak

Pada Pekerja Di PT Pantja Press Industri. (Jurnal). Makara Kesehatan Vol 11

No 2 hal 61- 68

Widyaningsih, dkk. 2008. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya Hidup, Status

Gizi, dan Tingkat Stress Terhadap Tekanan Darah. Jurnal Gizi dan Pangan.

Pergizi Pangan Indonesia : FEMA IPB

94
95
96
HUBUNGAN PERSONAL HIGIENE DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU
DENGAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA LASKAR MANDIRI
(PEMULUNG) DI KELURAHAN SUMUR BATU, KECAMATAN BANTAR
GEBANG TAHUN 2013

Assalamu’alaikum wr.wb
Saya, Yeni Faridawati, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan
Kesehatan Lingkungan. Saat ini saya sedang melakukan pengumpulan data mengenai
hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi keluhan kesehatan kulit yang Anda alami
selama bekerja. Pengumpulan data ini adalah sebagai salah satu bahan dalam
penyusunan tugas akhir (Skripsi). Semua data dan informasi yang Anda berikan akan
dijaga kerahasiaannya dan kuisioner ini akan dimusnahkan jika sudah tidak
digunakan lagi. Atas perhatian dan kerjasama Anda saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Bantar Gebang, . . . . . . . . . . . . . . . . 2013

Responden

97
Lembar Wawancara
Karakteristik Individu
A1 Nama responden
A2 Jenis kelamin
A3 Usia
A5 Alamat
A6 Masa kerja
A7 Berapa jam Anda bekerja dalam sehari?
Pukul . . . . . . . s.d. . . . . . . . WIB
a. 8 jam/hari
b. >8 jam/hari
A8 Apakah Anda tahu pengertian dari alergi?
a. Ya, Jelaskan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
b. Tidak
A9 Apakah Anda mempunyai riwayat alergi yang
berhubungan dengan gangguan kulit?
a. Ya, dikarenakan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
b. Tidak

Personal Higiene
Kebersihan Kulit
B1 Berapa kali Anda mandi dalam sehari?
a. 1 kali [ ]
b. >2 kali
B2 Apakah Anda segera mandi setelah selesai bekerja dari tempat
pembuangan akhir sampah?
a. Tidak pernah
[ ]
b. Jarang
c. Sering
d. Sangat sering
B3 Apakah Anda mandi menggunakan sabun mandi?
a. Tidak pernah
b. Jarang [ ]
c. Sering
d. Sangat sering
B4 Apakah Anda menggunakan handuk setelah mandi?
a. Tidak pernah
b. Jarang [ ]
c. Sering
d. Sangat sering

98
B5 Apakah Anda menggunakan handuk sendiri setelah mandi?
a. Tidak pernah
b. Jarang [ ]
c. Sering
d. Sangat sering
B6 Berapa kali Anda mengganti pakaian dalam sehari?
a. 1 kali [ ]
b. ≥2 kali
B7 Apakah Anda menggunakan pakaian yang bahannya menyerap
keringat saat bekerja?
[ ]
a. Ya
b. Tidak
B8 Apakah Anda memakai pakaian orang lain?
a. Sngat sering
b. Sering [ ]
c. Jarang
d. Tidak pernah
B9 Dengan apa Anda mencuci pakaian?
a. Air saja [ ]
b. Air dengan sabun

Personal Higiene
Kebersihan Tangan dan Kuku
C1 Apakah Anda mencuci tangan saat di tempat kerja?
a. Ya [ ]
b. Tidak, Lanjut ke C4
C2 Kapan saja Anda mencuci tangan saat di tempat kerja?
a. Sebelum makan
b. Sesudah makan [ ]
c. Setelah BAK
d. Setelah BAB
C3 Bagaimana Anda mencuci tangan di tempat kerja?
a. Menggunakan air tidak mengalir dan tanpa sabun
b. Menggunakan air tidak mengalir dan menggunakan
sabun [ ]
c. Menggunakan air mengalir dan tanpa sabun
d. Menggunakan air mengalir dan menggunakan sabun

C4 Apakah Anda mencuci tangan saat di rumah?


a. Ya
[ ]
b. Tidak, Lanjut ke C7

99
C5 Kapan saja Anda mencuci tangan saat di rumah?
a. Sebelum makan
b. Sesudah makan
[ ]
c. Setelah BAK
d. Setelah BAB
e. Pulang bekerja
C6 Bagaimana Anda mencuci tangan di rumah?
a. Menggunakan air tidak mengalir dan tanpa sabun
b. Menggunakan air tidak mengalir dan menggunakan
[ ]
sabun
c. Menggunakan air mengalir dan tanpa sabun
d. Menggunakan air mengalir dan menggunakan sabun
C7 Apakah Anda mencuci kaki ketika pulang bekerja?
a. Ya [ ]
b. Tidak, Lanjut ke C9
C8 Bagaimana Anda mencuci kaki?
a. Menggunakan air tidak mengalir dan tanpa sabun
b. Menggunakan air tidak mengalir dan menggunakan
[ ]
sabun
c. Menggunakan air mengalir dan tanpa sabun
d. Menggunakan air mengalir dan menggunakan sabun
C9 Apakah anda memotong kuku tangan dan kaki min 1
kali/minggu
[ ]
a. Ya
b. Tidak
C10 Apakah Kuku tangan, dan kaki Anda dalam keadaan bersih?
a. Ya [ ]
b. Tidak
C11 Apakah Anda menggaruk-garuk selama bekerja?
a. Ya [ ]
b. Tidak

Keluhan Gangguan Kulit


Gatal-Gatal
D1 Apakah Anda pernah mengalami gatal-gatal?
a. Ya [ ]
b. Tidak, Lanjut ke E1
D2 Berapa frekuensi gatal-gatal yang Anda alami?
a. Jarang
b. Sering [ ]
c. Sangat sering

100
D3 Kapan rasa gatal timbul?
a. Malam hari saja
[ ]
b. Saat berkeringat
c. Saat berkeringat dan di malam hari
Kemerahan
E1 Apakah Anda pernah mengalami kemerahan pada kulit?
a. Ya [ ]
b. Tidak, Selesai
E2 Berapa frekuensi kemerahan yang Anda alami?
a. Jarang
[ ]
b. Sering
c. Sangat sering
E3 Rasa apa saja yang menyertai kemerahan pada kulit Anda?
a. Hanya kemerahan
[ ]
b. Rasa gatal
c. Rasa panas dan terbakar

101
UNIVARIAT

1. Umur
Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

usia
N 66
Normal Parametersa Mean 40.94
Std. Deviation 9.381
Most Extreme Absolute .092
Differences Positive .076
Negative -.092
Kolmogorov-Smirnov Z .750
Asymp. Sig. (2-tailed) .627
a. Test distribution is Normal.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


usia 66 13 58 40.94 9.381
Valid N (listwise) 66
2. Jam Kerja
Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


jamkrja
N 66
Normal Parametersa Mean 8.35
Std. Deviation 2.201
Most Extreme Absolute .123
Differences Positive .123
Negative -.119
Kolmogorov-Smirnov Z 1.003
Asymp. Sig. (2-tailed) .266
a. Test distribution is Normal.

Descriptive Statistics
Std.
N Mean Deviation Minimum Maximum
jamkrja 66 8.35 2.201 4 18
3. Masa Kerja
Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Mskrja
N 66
a
Normal Parameters Mean 11.21
Std. Deviation 7.767
Most Extreme Absolute .131
Differences Positive .131
Negative -.118
Kolmogorov-Smirnov Z 1.065
Asymp. Sig. (2-tailed) .207
a. Test distribution is Normal.

Descriptive Statistics
Maximu
N Minimum m Mean Std. Deviation
Mskrja 66 2 35 11.21 7.767
Valid N
66
(listwise)

4. Riwayat Alergi

Statistics
Riwalrg
N Valid 66
Missing 0
Mean .11
Median .00
Std. Deviation .310
Minimum 0
Maximum 1
Riwalrg
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak ada riwayat
59 89.4 89.4 89.4
alergi
ada riwayat alergi 7 10.6 10.6 100.0
Total 66 100.0 100.0

5. Kebersihan Kulit

Statistics
Kelmpkkebkul
N Valid 66
Missing 0
Mean .44
Median .00
Std. Deviation .500
Minimum 0
Maximum 1

Kelmpkkebkul
Frequenc Valid
y Percent Percent Cumulative Percent
Valid tidak
37 56.1 56.1 56.1
baik
baik 29 43.9 43.9 100.0
Total 66 100.0 100.0
6. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku

Statistics
kelkebtgnkuku
N Valid 66
Missing 0
Mean .38
Median .00
Std. Deviation .489
Minimum 0
Maximum 1

kelkebtgnkuku
Frequenc Valid
y Percent Percent Cumulative Percent
Valid tidak
41 62.1 62.1 62.1
baik
baik 25 37.9 37.9 100.0
Total 66 100.0 100.0
7. Keluhan Gangguan Kulit

Statistics
Keluhanganggklt
N Valid 66
Missing 0
Mean .61
Median 1.00
Std. Deviation .492
Minimum 0
Maximum 1

Keluhanganggklt
Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid tdk mengalami
26 39.4 39.4 39.4
keluh.gang klt
mengalami kelh.
40 60.6 60.6 100.0
gangg klt
Total 66 100.0 100.0
BIVARIAT
1. Umur dengan Keluhan Gangguan Kulit

Group Statistics
Std. Std. Error
Keluhanganggklt N Mean Deviation Mean
Usi tdk mengalami
26 39.15 10.146 1.990
a keluh.gang klt
mengalami kelh. gangg
40 42.10 8.785 1.389
klt
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
usia Equal
variances 1.059 .307 -1.252 64 .215 -2.946 2.353 -7.647 1.754
assumed
Equal
variances
-1.214 47.996 .231 -2.946 2.427 -7.825 1.933
not
assumed
2. Jam Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit

Group Statistics

Keluhanganggklt N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

jamkrja tdk mengalami keluh.gang klt 26 8.15 1.933 .379

mengalami kelh. gangg klt 40 8.58 2.375 .376

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of


Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the


Difference
Mean Std. Error
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper

jamkrja Equal variances


.158 .692 -.576 64 .567 -.321 .557 -1.435 .792
assumed

Equal variances not


-.602 60.684 .549 -.321 .534 -1.388 .746
assumed
3. Masa Kerja dengan Keluhan Gangguan Kulit

Group Statistics

Std. Error
Keluhanganggklt N Mean Std. Deviation Mean

Mskrja tdk mengalami keluh.gang


26 14.62 10.273 2.015
klt

mengalami kelh. gangg klt 40 9.00 4.489 .710

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of

Mean Std. Error the Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper

Mskrja Equal
variances 27.612 .000 3.047 64 .003 5.615 1.843 1.934 9.296
assumed

Equal
variances not 2.629 31.283 .013 5.615 2.136 1.261 9.970
assumed
4. Riwayat Alergi dengan Keluhan Gangguan Kulit

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riwalrg * Keluhanganggklt 66 100.0% 0 .0% 66 100.0%

Riwalrg * Keluhanganggklt Crosstabulation

Keluhanganggklt

tdk mengalami mengalami kelh.


keluh.gang klt gangg klt Total

Riwalrg tidak ada riwayat alergi Count 25 34 59

% within Riwalrg 42.4% 57.6% 100.0%

ada riwayat alergi Count 1 6 7

% within Riwalrg 14.3% 85.7% 100.0%

Total Count 26 40 66

% within Riwalrg 39.4% 60.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2.068 1 .150
b
Continuity Correction 1.059 1 .304

Likelihood Ratio 2.348 1 .125

Fisher's Exact Test .231 .152

Linear-by-Linear Association 2.036 1 .154


b
N of Valid Cases 66

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,76.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Riwalrg (tidak ada


4.412 .499 38.992
riwayat alergi / ada riwayat alergi)

For cohort Keluhanganggklt = tdk


2.966 .472 18.654
mengalami keluh.gang klt

For cohort Keluhanganggklt =


.672 .463 .977
mengalami kelh. gangg klt

N of Valid Cases 66
5. Kebersihan Kulit dengan Keluhan Gangguan Kulit

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kelmpkkebkul *
66 100.0% 0 .0% 66 100.0%
Keluhanganggklt

Kelmpkkebkul * Keluhanganggklt Crosstabulation

Keluhanganggklt

tdk mengalami mengalami kelh.


keluh.gang klt gangg klt Total

Kelmpkkebkul tidak baik Count 10 27 37

% within Kelmpkkebkul 27.0% 73.0% 100.0%

baik Count 16 13 29

% within Kelmpkkebkul 55.2% 44.8% 100.0%

Total Count 26 40 66
Kelmpkkebkul * Keluhanganggklt Crosstabulation

Keluhanganggklt

tdk mengalami mengalami kelh.


keluh.gang klt gangg klt Total

Kelmpkkebkul tidak baik Count 10 27 37

% within Kelmpkkebkul 27.0% 73.0% 100.0%

baik Count 16 13 29

% within Kelmpkkebkul 55.2% 44.8% 100.0%

Total Count 26 40 66

% within Kelmpkkebkul 39.4% 60.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.394 1 .020
b
Continuity Correction 4.280 1 .039

Likelihood Ratio 5.430 1 .020

Fisher's Exact Test .025 .019

Linear-by-Linear Association 5.312 1 .021


b
N of Valid Cases 66

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,42.
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.394 1 .020
b
Continuity Correction 4.280 1 .039

Likelihood Ratio 5.430 1 .020

Fisher's Exact Test .025 .019

Linear-by-Linear Association 5.312 1 .021


b
N of Valid Cases 66

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,42.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Kelmpkkebkul


.301 .107 .843
(tidak baik / baik)

For cohort Keluhanganggklt = tdk


.490 .263 .913
mengalami keluh.gang klt

For cohort Keluhanganggklt =


1.628 1.039 2.550
mengalami kelh. gangg klt

N of Valid Cases 66
6. Kebersihan Kuku dan Tangan dengan Keluhan Gangguan Kulit

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kelkebtgnkuku *
66 100.0% 0 .0% 66 100.0%
Keluhanganggklt

kelkebtgnkuku * Keluhanganggklt Crosstabulation

Keluhanganggklt

tdk mengalami mengalami kelh.


keluh.gang klt gangg klt Total

kelkebtgnkuku tidak baik Count 16 25 41

% within kelkebtgnkuku 39.0% 61.0% 100.0%

baik Count 10 15 25

% within kelkebtgnkuku 40.0% 60.0% 100.0%

Total Count 26 40 66

% within kelkebtgnkuku 39.4% 60.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .006 1 .937
b
Continuity Correction .000 1 1.000

Likelihood Ratio .006 1 .937

Fisher's Exact Test 1.000 .570

Linear-by-Linear Association .006 1 .938


b
N of Valid Cases 66

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,85.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for kelkebtgnkuku


.960 .347 2.654
(tidak baik / baik)

For cohort Keluhanganggklt = tdk


.976 .528 1.803
mengalami keluh.gang klt

For cohort Keluhanganggklt =


1.016 .679 1.521
mengalami kelh. gangg klt

N of Valid Cases 66
FOTO PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai