Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN VOKASI

“PENERAPAN KKNI PADA PENDIDIKAN KEJURUAN”

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Suparji, M.Pd.

Wahyu Dwi Mulyono, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

M. Rizky Artaditya ( 16050534002 )


Dilla Amalia ( 16050534003 )
Larasati Nur Halinza ( 16050534014 )
Nizammudin Fairuz Zakaria ( 16050534021 )

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017
Kata Pengantar
Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
dengan Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
pendidikan vokasi dengan judul “ Penerapan KKNI Pada Pendidikan Kejuruan “.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan kepada program studi “ S1 Pendidikan Teknik Bangunan pada Semester
III “

Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari hambatan dan
kesulitan yaitu diantaranya kurangnya refrensi mengenai KKNI serta
penerapannya dalam pendidikan kejuruan.

Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dosen


Pengampu mata kuliah Pendidikan Vokasi. Karena dengan bantuan beliaulah
kami dapat memahami dan mampu mengerjakan tugas ini dengan sebaik-
baiknya, dan juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
senantiasa memberikan dukungan kepada kami untuk segera menyelesaikan
tugas makalah ini.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah “Penerapan KKNI Pada


Pendidikan Kejuruan” ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman lebih mendalam


tentang pendidikan kejuruan serta dapat menjadi refrensi ilmu bagi para
pembacanya.

Surabaya, 11- Oktober – 2017

Penyusun

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi ii


Daftar Isi

Sampul............................................................................................................................... i

Kata Pengantar ................................................................................................................ ii

Daftar Isi ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Sejarah Munculnya KKNI ..................................................................................3


B. Peran KKNI ..........................................................................................................4
C. KKNI Dalam PerPres No. 8 Tahun 2012 .......................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN

A. Peran KKNI Dalam Pendidikan Kejuruan Untuk Meningkatkan SDM......7


B. Perlunya KKNI dalam pendidikan Indonesia ................................................10
C. Penerapan KKNI dalam pelaksanaan di lingkungan sekolah .....................11

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................................13

Daftar Pustaka .................................................................................................................14

Lampiran .......................................................................................................................... 15

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi iii


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat


KKNI, dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 8 tahun 2012
adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan
dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian
pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
Peraturan ini ditetapkan untuk untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja
Nasional dimana perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia.

Prinsip pokok kualifikasi adalah deskripsi akan jenjang, standar, kriteria


dan keluaran dari sebuah jenjang pendidikan. Deskripsi yang rinci itulah yang
diharapkan akan mampu menyandingkan kompetensi sesama lulusan sebuah
jenjang pendidikan. Lagi-lagi model penyeragaman semacam UN akan menjadi
salah satu konsekuensi KKNI, sebab tanpa peduli negeri-swasta, akreditasi A
atau C, desa-kota, serta segala kesenjangan lain, kerangka kualifikasi harus
berani menjamin bahwa outcome lembaga pendidikan adalah setara, sebanding
dan terintegrasi (Sayuti, 2011).

KKNI terdiri atas sembilan jenjang kualifikasi, dimulai dari jenjang satu
sebagai jenjang terendah, sampai jenjang sembilan sebagai jenjang tertinggi.
KKNI menyetarakan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan
dengan jenjang yang sudah ditetapkan antara lain : jenjang satu setara dengan
lulusan pendidikan dasar, jenjang dua setara dengan lulusan pendidikan
menengah paling rendah, jenjang tiga setara dengan diploma satu, jenjang
emapat setara dengan Diploma dua, jenjang lima setara dengan Diploma tiga,
jenjang enam setara dengan Diploma empat atau Sarjana, jenjang tujuh setara
dengan pendidikan profesi, jenjang delapan setara dengan Magister atau
Spesialis satu, serta jenjang sembilan setara dengan Doctor dan Spesialis dua.

Dari latar belakang diatas, penulis akan membahas mengenai


permasalahan yang terjadi pada penerapan KKNI khususnya pada jenjang dua
yaitu pada jenjang pendidikan kejuruan atau tingkat sekolah menengah.

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 1


B. Rumusan Masalah

1. Apa Peran KKNI dalam Pendidikan Kejuruan Untuk Peningkatan SDM ?


2. Mengapa perlu adanya KKNI dalam pendidikan Indonesia?
3. Bagaimana penerapan KKNI dalam pelaksanaan di lingkungan sekolah?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengaruh KKNI dalam pendidikan kejuruan.


2. Mengetahui penerapan KKNI dalam pelaksanaan belajar mengajar di
sekolah.
3. Menambah pengetahuan mengenai KKNI dan sistem pendidikan di
Indonesia khususnya pada pendidikan kejuruan.

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 2


BAB II

KAJIAN TEORI
A. Sejarah Munculnya KKNI

Globalisasi yang terjadi pada abad ini berakibat pada perubahan


keseluruhan kehidupan bermasyarakat, tidak terkecuali sektor pendidikan. Pada
era ini, pendidikan harus dapat menyikapi dan mengantisipasi perkembangan
liberalisasi pasar kerja dan perkembangan masyarakat berbasis ilmu
pengetahuan. Oleh sebab itu inovasi berbagai metoda dan model pendidikan
harus juga dikembangkan (UNESCO: 2006). Mobilitas mahasiswa dan tenaga
kerja antar negara juga memberikan tantangan bagi dunia pendidikan untuk
melakukan komparasi mutu antar negara. Pada pertengahan tahun 1990,
pengklasifikasian pekerjaan berkembang pesat untuk menciptakan keselarasan
antara permintaan dan penyediaan tenaga kerja yang berkompetensi
(competence) sebagai faktor yang sangat penting. Untuk keperluan pasar tenaga
kerja, sejumlah negara kemudian membangun sistem deskriptor keahlian dan
kompetensi. Misalnya di Austria, dibangun sistem yang dikenal dengan nama
“AMSQualifikation-klassifakation”, di Jerman dengan sistem
“Kompetenzenkatalog”, di Perancis dikenal dengan “ROME”, di Amerika
dengan nama “O*NET”, di Swedia dinamai Taxonomy-DB, dan di Eropa
disebut “Job Mobility Portal”.

Semua sistem di atas dimaksudkan untuk membuat “ontologi


kompetensi” yang bertujuan untuk mendapatkan standar deskriptor profil
kompetensi (dalam bentuk pekerjaan atau kesempatan kerja). Kegunaan ontologi
kompetensi sangat jelas, yaitu: (1) menjembatani perbedaan "bahasa" antara
dunia ketenagakerjaan dengan dunia pendidikan dan pelatihan; (2)
mendeskripsikan capaian pembelajaran suatu pendidikan atau pelatihan; (3)
membandingkan kualifikasi antarkerangka kualifikasi nasional atau
internasional; (4) menganalisis bakat (aptitude) dan minat dalam pendidikan
atau bimbingan karir; dan (5) membantu perbaikan layanan penempatan tenaga
kerja pada perusahaan atau instansi pemerintah.

Dalam upaya mengantisipasi globalisasi, Indonesia telah meratifikasi


berbagai konvensi internasional dalam berbagai sektor, seperti perdagangan,
ekonomi, lingkungan dan pendidikan. Konvensi internasional yang telah
diratifikasi oleh Indonesia antara lain adalah GATS (General Agreement on
Trade in Services – 5 April 1994), WTO (World Trade Organization – 1 Januari
1995), AFTA (Asean Free Trade Area - 1992 ), Regional Convention, serta the
Recognition of Studies, Diplomas and Degrees In Higher Education in Asia and

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 3


the Pacific (16 Desember 1983 yang kemudian diperbaharui pada tanggal 30
Januari 2008).

Cakupan konvensi internasional tersebut menunjukkan secara jelas


perlunya kesepamahaman masyarakat internasional dalam hal kualifikasi
ketenagakerjaan. Untuk itu, setiap negara peserta konvensi memerlukan suatu
sistem kualifikasi ketenagakerjaan yang dapat dipahami bersama, yang disebut
kerangka kualifikasi. Kerangka kualifikasi merupakan suatu instrumen yang
mengklasifikasikan kualifikasi seseorang berdasarkan seperangkat kriteria yang
dikaitkan dengan jenjang capaian pembelajaran1 (learning outcomes) yang telah
diperolehnya. Keberadaan kerangka kualifikasi secara nasional diharapkan akan
mendorong pengembangan keterampilan para pekerja, memfasilitasi mobilitas
peserta didik dan tenaga kerja, dan akan meningkatkan akses seseorang untuk
mengikuti jenjang pendidikan serta pelatihan lebih tinggi sepanjang hidupnya
(Tuck , 2007: 2-3).

Kesetaraan sistem kualifikasi antar negara peserta konvensi akan


memberikan mobilitas yang lebih luas, menciptakan pengakuan kesetaraan
internasional terhadap ijazah atau sertifikat kompetensi yang dihasilkan oleh
institusi pendidikan dan pelatihan, serta akan mempermudah pertukaran pelajar,
mahasiswa atau pakar.

B. Peran KKNI
Secara umum KKNI diharapkan dapat melahirkan suatu sistem
penyetaraan kualifikasiketenagakerjaan di Indonesia dan memiliki peran sebagai
berikut :
1. KKNI harus mampu secara komprehensif dan berkeadilan menampung
kebutuhan
semua pihak yang terkait dengan ketenagakerjaan serta memperoleh
kepercayaan masyarakat luas
2. KKNI diharapkan memiliki jumlah jenjang dan deskripsi kualifikasi yang
jelas dan terukur serta secara transparan dapat dipahami oleh pihak penghasil
dan pengguna tenaga kerja baik di tingkat nasional, regional maupun
internasional.
3. KKNI yang akan dikembangkan harus bersifat lentur (flexible) sehingga
dapat mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kebutuhan keilmuan, keahian dan keterampilan di tempat kerja serta selalu
dapat diperbaharui secara berkelanjutan. Sifat lentur yang dimiliki KKNI
harus dapat pula memberikan peluang seluas-luasnya bagi seseorang untuk
mencapai jenjang kualifikasi yang sesuai melalui berbagai jalur pendidikan,
pelatihan atau pengalaman kerja termasuk perpindahan dari satu jalur ke
jalur kualifikasi yang lain.

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 4


4. KKNI hendaknya menjadi salah satu pendorong program-program
peningkatan mutu baik dari pihak penghasil maupun pengguna tenaga kerja
sehingga kesadaran terhadap peningkatan mutu sumber daya manusia dapat
diwujudkan secara nasional.
5. KKNI harus mencakup pengembangan sistem penjaminan mutu yang
memiliki fungsi pemantauan (monitoring) dan pengkajian (assessment)
terhadap badan atau lembaga yang terkait dengan proses-proses penyetaraan
capaian pembelajaran dengan jenjang kualifikasi yang sesuai.
6. KKNI harus secara akuntabel dapat memberikan peluang pergerakan tenaga
kerja dari Indonesia ke negara lain atau sebaliknya.
7. KKNI harus dapat menjadi panduan bagi para pencari kerja yang baru
maupun lama dalam upaya meningkatkan taraf hidup atau karir ditempat
kerja masing-masing.
8. KKNI diharapkan dapat menguatkan integrasi dan koordinasi badan atau
lembaga penjaminan atau peningkatan mutu yang telah ada, seperti Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Badan Akreditasi Nasional (BAN),
Badan Nasional Sertifikasi Pekerja (BNSP), Lembaga Sertifikasi Profesi
(LSP) dan lain-lain.
9. KKNI diharapkan mencakup sistem Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL)
sedemikian sehingga dapat menjamin terjadinya fleksibilitas pengembangan
karir atau peningkatan jenjang kualifikasi.

C. KKNI dalam PerPres No.08 Tahun 2012

Menurut Peraturan Presiden No. 08 Tahun 2012 pasal 1 ayat 1, Kerangka


Kualifikasi Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat KKNI adalah
kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang
pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rnakna pemberian pengakuan
kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

Pada pasal tersebut dijelaskan bahwa KKNI memiliki tujuan untuk


menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan
dan bidang pelatihan kerja. Maksudnya, setiap lulusan dari suatu lembaga
pendidikan baik itu pendidikan formal, informal, maupun non formal harus
memiliki capaian pembelajaran yang setara dengan bidang pelatihan kerja.

Capaian pembelajaran sendiri merupakan kemampuan yang diperoleh


melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan
akumulasi pengalaman kerja. Bukti dari capaian pembelajaran itu adalah
sertifikat kompetensi kerja yang diterbitkan oleh lembaga sertifikat profesi
terakreditasi yang menerangkan bahwa seseorang telah menguasai kompetensi

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 5


kerja tertentu sesuai dengan Standart Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
Sertifikat yang dimaksud berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi.

Penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan


dengan jenjang kualifikasi pada KKNI terdiri atas :

1. Lulusan pendidikan dasar setara dengan jenjang 1


2. Lulusan pendidikan menengah paling rendah setara dengan jenjeng 2
3. Lulusan Diploma 1 paling rendah setara dengan jenjang 3
4. Lulusan Diploma 2 paling rendah setara dengan jenjang 4
5. Lulusan Diploma 3 paling rendah setara dengan jenjang 5
6. Lulusan Diploma 4 atau Sarjana Terapan dan Sarjana paling rendah setara
dengan jenjang 6
7. Lulusan Magister Terapan dan Magister paling rendah setara dengan jenjang
8
8. Lulusan Doktor Terapan dan Doktor setara dengan jenjang 9
9. Lulusan pendidikan profesi setara dengan jenjang 7 atau 8
10. Lulusan pendidikan spesialis setara dengan jenjang 8 atau 9

Sedangkan penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui


pelatihan kerja dengan jenjang kualifikasi pada KKNI terdiri atas :

1. Lulusan pelatihan kerja tingkat operator setara dengan jenjang 1,2 dan 3.
2. Lulusan pelatihan kerja tingkat teknisi/analis setara dengan jenjang 4,5 dan
6.
3. Lulusan pelatihan kerja tingkat ahli setara dengan jenjang 7,8 dan 9.

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 6


BAB III
PEMBAHASAN

A. Peran KKNI dalam Pendidikan Kejuruan untuk Meningkatkan SDM


Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu pada lembaga
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan individu. (UU Sistem Pendidikan
Nasional, 2003). “Kebutuhan masyarakat adalah mengisi posisi yang
dipersyaratkan sehingga sistem ekonomi berjalan secara efektif. Kebutuhan
individu adalah untuk mendapatkan posisi yang memuaskan dalam struktur
lapangan kerja” Sonhadji (2013: 153-154). Berdasarkan pemahaman tersebut,
pendidikan kejuruan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan
perkembangan industri dan pertumbuhan ekonomi bangsa seperti yang
disampaikan pakar Pendidikan Kejuruan Sonhadji (2013: 160)
menyatakan “Pertumbuhan ekonomi bangsa tidak hanya ditentukan oleh
investasi modal, tetapi juga tenaga kerja yang memiliki fleksibilitas dalam
menguasai keterampilan baru untuk melaksanakan pekerjaan baru”. “Menurut
Hicks, para ahli ekonomi mengidentifikasi tiga faktor produksi yaitu lahan,
tenaga kerja, dan modal” Sonhadji (2013: 160). Dengan adanya pendidikan
kejuruan ini diharapkan mampu untuk memperoleh SDM yang berkualitas dan
memiliki daya saing tinggi, sehingga untuk mewujudkannya perlu didukung
oleh suatu sistem pendidikan dan pelatihan nasional yang dikembangkan
berdasar pada kebutuhan pasar kerja dan dinamika percepatan perubahan yang
terjadi pada dunia usaha dan dunia industri.
SMK merupakan lembaga pendidikan yang dimaksudkan untuk
menghasilkan specific human capital. Di SMK, sejak awal siswa dididik untuk
berkomitmen pada keterampilan tertentu (specific) yang berhubungan langsung
dengan kepentingan sektor usaha dunia industri tertentu. Siswa SMK dibekali
dengan keterampilan praktis dan pengalaman kerja (semacam on the job
training atau sering disebut dengan pendidikan sistem ganda/PSG) dalam
kekhususan tertentu. Menurut (MPKN, 1996) yang dikutip oleh Sonhadji (2013:
165)
“ Tujuan utama PSG antara lain: 1. Menghasilkan tenaga kerja yang
memiliki keahlian profesional, 2. Meningkatkan dan memperkokoh pelaksanaan
kebijakan link dan match antara SMK dan dunia kerja, 3. Meningkatkan efisiensi
proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas, dan 4.
Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan”.
Di sisi lain dunia pendidikan kejuruan di Indonesia pada saat ini dan
yang akan datang masih menghadapi tantangan yang semakin berat serta

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 7


kompleks. Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara lain baik
dalam produk, pelayanan maupun dalam penyiapan sumber daya manusia. Ada
beberapa contoh tantangan Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi
sumber daya manusia yaitu dengan kondisi nyata bahwa posisi Indonesia dalam
peringkat daya saing bangsa di dunia internasional adalah nomor 102 tahun 2003
sedangkan tahun 2007 nomor 111 dengan skor 0.697 dari 106 negara Asia
Afrika yang disurvei Human Development Indkes (HDI) (nationmaster.com).
Dampak akibat krisis ekonomi yang sangat dirasakan adalah tingginya
angka tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi: SD ke SLTP sekitar
19.3%, SLTP ke SLTA sekitar 34.4%, dan SLTA ke PT sekitar 53.12%.
Sementara itu daya tampung ke perguruan tinggi hanya 11.4%, artinya jumlah
yang memasuki pasar kerja tanpa memiliki kompetensi mencapai 88.6%.
Kondisi peringkat di atas menunjukkan betapa beratnya tantangan yang dihadapi
sekarang ini dalam pengelolaan SDM Indonesia. Sangat dibutuhkan usaha keras
dunia pendidikan agar tenaga kerja yang mengacu ke tenaga pasar global
mampu bersaing pada persaingan internasional.
Tenaga pasar dan keharusan mempertahankan kedudukan bisnis
Indonesia dalam percaturan perekonomian dunia hanya dapat dijawab dengan
pengembangan SDM yang mampu: 1. Menghasilkan kualitas produk barang dan
jasa yang berstandart internasional dengan tetap mempertahankan karakteristik
nasional. 2. Menghasilkan barang dan jasa dengan harga yang bersaing melalui
proses operasi/produksi yang efisien. 3. Menampilkan citra sebagai pemasok
yang handal dan terpercaya. Untuk memperoleh SDM yang berkualitas dan
memiliki daya saing, perlu didukung oleh suatu sistem pendidikan dan pelatihan
nasional yang dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan pasar kerja dan
dinamika percepatan perubahan yang terjadi pada dunia usaha dan dunia
industri.
Kemajuan pendidikan kejuruan di setiap negara tentu memberikan
dampak yang positif terhadap perkembangan industri suatu negara. Perbedaan
yang tampak adalah pendidikan di Indonesia tahun 2000-an yang masih
terfokus pada kuantitas (jumlah pendidikan kejuruan) tetapi belum pada kualitas
lulusannya. Hal yang sama terjadi di Indonesia pada tahun 1960-an, atau
Indonesia ketinggalan 42 tahun. Walaupun terlambat, Indonesia telah melakukan
strategi pengembangan pendidikan kejuruan melalui beberapa program
menunjang kebutuhan tenaga kerja di industri. Program tersebut diantaranya
Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI) berdasarkan Peraturan Presiden
No.8 tahun 2012. KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi
yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan bidang
pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka
pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di
berbagai sektor.

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 8


Kualifikasi lulusan pendidikan kejuruan sesuai KKNI meliputi
keterampilan, pengetahuan, keterampilan komunikasi dan derajat kemandirian
yang dikuasai. Penguasaan pengetahuan pada bidang keahliannya ditunjukkan
dalam penguasaan konsep teoritis. Kemampuan berkomunikasi meliputi
komunikasi verbal dan tertulis. Penguasaan keterampilan ditunjukkan dalam
unjuk kerja ketika mengaplikasikannya. Jenjang kualifikasi ditentukan
oleh kedalaman, kompleksitas, dan kekomprehensifan pengetahuan yang
dikuasai. Uraian jenjang pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu
penguasaan hard skills (teori, dan praktik) dan soft skill. Penguasaan hard skill
kedalaman dan kekomplekannya berjenjang. Penguasaan soft skill pada semua
jenjang pada dasarnya meliputi keterampilan berkomunikasi sesuai dengan
bidang kerjanya yang meliputi komunikasi verbal dan tertulis. Keterampilan
berkomunikasi diperlukan pada semua jenjang kualifikasi, sehingga dapat
dikatakan merupakan keterampilan yang mutlak diperlukan dan seharusnya
diajarkan di pendidikan kejuruan. Malaysia, Singapura, Thailand dan Philipina
telah memiliki kerangka kualifikasi kerja nasional lebih dulu dari pada
Indonesia. Apabila dibandingkan dengan KKNI, maka kerangka kualifikasi
mereka memiliki jenjang kualifikasi yang berbeda. Kualifikasi kerja Malaysia
terdiri dari 8 level, Singapura terdiri dari 7 level, Philipina level berbeda untuk
tiap sektor tapi mengacu pada pendidikan kejuruan dan pelatihan teknik yang
terdiri dari 8 level, dan Thailand terdiri dari 6 level. Level kualifikasi yang
digunakan oleh beberapa negara tersebut selalu dikaitkan dengan jenjang
pendidikan kejuruan.
Pendidikan vokasi merupakan jenjang pendidikan yang langsung
berhubungan dengan dunia kerja dan kualifikasi akademik lulusannya harus
sesuai dengan yang ditentukan penerima kerja (demand driven). Australia sudah
memiliki AQF (Australian Qualifications Framework) sejak tahun 1995 yang
merupakan kerangka kualifikasi kerja yang paling tua dibandingkan dengan
yang dimiliki oleh negara-negara tetangganya. AQF yang paling akhir disusun
pada tahun 2011. AQF membagi kualifikasi kerja menjadi 10 level, pada
masing-masing level diuraikan kompetensi lulusan yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, dan aplikasi pengetahuan dan ketrampilan. ILO (2012) yang
diprakarsai oleh negara-negara maju G20 juga menyatakan bahwa: “it is no
longer sufficient to train workers to meet their specific current needs; we should
ensure access to training programs that support lifelong skills development and
focus on future market needs”. Dengan demikian sangat penting untuk
mengantisipasi keterampilan yang diperlukan dan menyelaraskan pelaksanaan
pelatihan dengan kebutuhan yang selalu berubah di pasar kerja.
Perubahan tersebut diterapkan pada jenis dan level kualifikasi kerja yang
diperlukan di lapangan pekerjaan maupun teknik. Secara keseluruhan
permintaan yang berkembang untuk keterampilan analitik non rutin meliputi:
kreativitas, memecahkan masalah, komunikasi, bekerja dalam tim dan

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 9


kewirausahaan. Keterampilan-keterampilan tersebut dapat membantu pekerja
untuk mempertahankan kemampuan kerjanya dan menimbulkan kemampuan
bertahan apabila menghadapi perubahan. Berdasarkan uraian tersebut, lulusan
pendidikan kejuruan untuk bisa bertahan di era global yang selalu berubah harus
memiliki keterampilan pada bidangnya, mau terus belajar sepanjang hayat dan
meningkatkan kualitas diri untuk siap bersaing di dunia industri. Lulusan
pendidikan kejuruan dapat menentukan terhadap peningkatan perkembangan
perekonomi negera Indonesia. Dengan demikian jika ingin mempercepat
peningkatan perkembangan perekonomi Indonesia, maka percepatlah
peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang akan bekerja di
dunia industri melalui pendidikan kejuruan yang berkualitas, kompetitif, dan
bertaraf internasional.
SMK sebagai lembaga pendidikan kejuruan merupakan awal titik balik
sebagai motor penggerak ekonomi dan sosial di masyarakat. SMK diharapkan
mampu menciptakan efek ganda yaitu mendorong dalam mencapai pendidikan
warga sekaligus juga berkontribusi langsung terhadap peningkatan industri dan
pertumbuhan ekonomi. Kualitas SMK di seluruh Indonesia sangat menentukan
sekali mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia. Peningkatan mutu
tersebut sangat berpengaruh pada peningkatan industri dan perkembangan
ekonomi serta kesejahteraan bangsa. Peran SMK dalam peningkatan
pengembangan industri, sangat dipengaruhi oleh bagaimana SMK menghasilkan
lulusan yang cerdas, terampil dan siap kerja. Dengan memperoleh hasil
pendidikan SMK yang baik, maka setiap lulusan SMK akan memperoleh
pekerjaan dan penghasilan yang memadai bahkan tanpa mengantungkan diri
kepada orang lain. Karena setiap usaha untuk maju sangat tergantung pada
sumber daya manusia itu sendiri dan kualitas SMK tersebut.

B. Perlunya KKNI Dalam Pendidikan Indonesia

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dari level 1-9 menjadi


acuan untuk pembangunan sumber daya manusia dan tenaga kerja Indonesia.
Pengakuan kualifikasi tidak hanya mengacu pada pendidikan formal, tetapi juga
pelatihan yang didapat di luar pendidikan formal, pembelajaran mandiri, dan
pengalaman kerja.

KKNI yang secara resmi dimiliki Indonesia sejak tahun lalu lewat
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2012 tentang KKNI saat ini mulai gencar
disosialisasikan, termasuk kepada kalangan perguruan tinggi. Implementasi
KKNI ditargetkan tahun 2016, yakni penyetaraan antara kualifikasi lulusan
dengan kualifikasi KKNI, pengalaman pembelajaran lampau (PPL), pendidikan
multi entry dan multi exit, dan pendidikan sistem terbuka.

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 10


"KKNI ini untuk memfasilitasi belajar sepanjang hayat dan penyetaraan.
KKNI ini akan menjadi rujukan dalam kurikulum dan penjaminan mutu
pendidikan. Untuk itu, capaian belajar lulusan atau learning outcomes dari
proses pendidikan harus mengacu pada KKNI," kata Direktur Pembelajaran dan
Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Illa Saillah, Selasa (2/4/2013) di Jakarta.

KKNI merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang


dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang
pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka
pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di
berbagai sektor. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri Bangsa
Indonesia terkait dengan sistem pendidikan dan pelatihan nasional yang dimiliki
Indonesia.

Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki kesetaraan dengan


capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan kerja atau
pengalaman kerja. Jenjang 1-3 dikelompokkan dalam jabatan operator, jenjang
4-6 dalam jabatan teknisi atau analis, serta jenjang 7-9 jabatan ahli.

Lulusan pendidikan dasar setara dengan jenjang 1; lulusan pendidikan


menengah paling rendah setara dengan jenjang 2; Diploma 1 paling rendah
setara dengan jenjang 3; lulusan Diploma 4 atau Sarjana Terapan dan Sarjana
paling rendah setara dengan jenjang 6; dan seterusnya hingga jenjang 9 doktor
dan doktor terapan.

Menurut Illa, KKNI yang disusun oleh Kementerian Tenga Kerja


Transmigrasi dan Kemendikbud ini, menjadi acauan untuk sumber daya manusia
Indonesia dan asing yang bekerja di Indonesia. "Selama ini, kita di luar negeri
selalu ditanya kerangka kualifikasi nasional. Jadi, KKNI adalah jati diri bangsa
sebagai penilaian kesetaraan da pengakuan kualifikasi, baik untuk SDM
Indonesia maupun asing," kata Illa.

Dengan adanya KKNI, pengakuan kualifikasi tidak mengacu pada


pendidikan semata, tetapi juga pelatihan dan pengalaman kerja. Nantinya
diperlukan adanya sertifikasi kompetensi.

C. Penerapan KKNI Dalam Pelaksanaan di Lingkungan Sekolah

Penerapan KKNI dalam lingkungan sekolah untuk menciptakan


kurikulum sesuai dengan KKNI. KKNI sendiri adalah kerangka penjenjangan
capaian pembelajaran yang dapat menyetarakan, luaran bidang pendidikan
formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja dalam rangka pemberian

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 11


pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
Prinsipnya adalah kurikulum yang berbasis kompetensi (KBK).

Dengan adanya KKNI ini diharapkan akan mengubah cara pandang


orang terhadap kompetensi siswa dan guru. Tidak lagi melihat ijazah yang
diperoleh, namun juga melihat pada kerangka kualifikasi yang disepakati secara
nasional sebagai dasar pengakuan terhadap hasil pendidikan seseorang secara
luas baik formal maupun nonformal atau informal.

KKNI memiliki jenjang kualifikasi, yakni tingkatan capaian


pembelajaran yang disepakati secara nasional, disusun berdasarkan ukuran
pencapaian proses pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan formal,
nonformal, informal, atau pengalaman kerja. Ada sembilan jenjang kualifikasi
KKNI, dimulai dari Kualifikasi I sebagai kualifikasi terendah dan Kualifikasi IX
sebagai kualifikasi tertinggi.

KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait
dengan sistem pendidikan nasional dan pelatihan yang dimiliki negara
Indonesia. Implementasi KKNI berupa penyandingan dan penyetaraan antara
bidang pendidikan, bidang pelatihan kerja dan pengalaman kerja adalah proses
menyandingkan dan menyetarakan capaian pembelajaran antara pendidikan
denganpelatihan kerja dan/atau dengan pengalaman kerja. Kualifikasi lulusan
pendidikan kejuruan sesuai KKNI meliputi keterampilan, pengetahuan,
keterampilan komunikasi dan derajat kemandirian yang dikuasai.

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 12


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dunia pendidikan kejuruan di Indonesia pada saat ini dan yang akan
datang masih menghadapi tantangan yang semakin berat serta kompleks.
Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara lain baik dalam produk,
pelayanan maupun dalam penyiapan sumber daya manusia. Kemajuan
pendidikan kejuruan di setiap negara tentu memberikan dampak yang positif
terhadap perkembangan industri suatu negara. Hal ini mendorong adanya upaya
untuk membuat program penunjang kebutuhan tenaga kerja di industri.

KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat


menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan bidang pendidikan dan
bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian
pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai
sektor.

SMK merupakan lembaga pendidikan yang dimaksudkan untuk


menghasilkan specific human capital. Di SMK, sejak awal siswa dididik untuk
berkomitmen pada keterampilan tertentu (specific) yang berhubungan langsung
dengan kepentingan sektor usaha dunia industri tertentu. SMK sebagai lembaga
pendidikan kejuruan merupakan awal titik balik sebagai motor penggerak
ekonomi dan sosial di masyarakat. SMK diharapkan mampu menciptakan efek
ganda yaitu mendorong dalam mencapai pendidikan warga sekaligus juga
berkontribusi langsung terhadap peningkatan industri dan pertumbuhan
ekonomi.

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 13


Daftar Pustaka

1. Tim KKNI. 2015. KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA.


JAKARTA : RISTEKDIKTI
2. Fitri. 2013. Kurikulum Nasional Berbasis Kompetensi Mengacu Pada KKNI,
(online). (http://www.kopertis12.or.id/2013/04/28/kurikulum-nasional-berbasis-
kompetensi-mengacu-pada-kkni.html, diakses 3 Oktober 2017)
3. Kusnawati, Rina. 2014. Peran Pendidikan Kejuruan Dalam Peningkatan
Pengembangan Industri Di Indonesia. (online).
(http://rinakusnawati.blogspot.co.id/2014/05/peran-pendidikan-kejuruan-
dalam.html, diakses 3 Oktober 2017)
4. Napitupulu, Ester Lince. 2013. KKNI Jadi Acuan Pendidikan. (online).
(http://edukasi.kompas.com/read/2013/04/02/1917141/KKNI.Jadi.Acuan.Pendid
ikan, diakses 3 Oktober 2017)
5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kualifikasi Nasional
Indonesia

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 14


Lampiran
Pertanyaan pada sesi tanya jawab :

1. Pertanyaan pertama dari Ilham Rio Aditya :


“Apa perbedaan dari sembilan jenjang KKNI?”
2. Pertanyaan kedua dari Mauliya Habibah :
“Apa maksud dari meratifikasi berbagai konvensi Internasional?”
3. Pertanyaan ketiga dari Siti Badriah :
“Untuk menyetarakan ke jenjang Internasional, Sertifikat apa yang harus
diperoleh?”

Jawaban :

1. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka


penjenjangan kualifikasi sumber daya manusia Indonesia yang
menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor pendidikan
dengan sektor pelatihan dan pengalaman kerja dalam suatu skema pengakuan
kemampuan kerja yang disesuaikan dengan struktur di berbagai sektor
pekerjaan. KKNI menyatakan sembilan jenjang kualifikasi sumber daya
manusia Indonesia yang produktif. Deskripsi kualifikasi pada setiap jenjang
KKNI secara komprehensif mempertimbangkan sebuah capaian pembelajaran
yang utuh, yang dapat dihasilkan oleh suatu proses pendidikan baik formal,
non formal, informal, maupun pengalaman mandiri untuk dapat melakukan
kerja secara berkualitas. Contohnya Seperti ini, pada jenjang kedua pada jalur
program akademis adalah SMA/MA , pada program vokasi adalah SMK/MAK,
lulusan dari jalur pendidikan ini di setarakan dengan pengembangan karir
berbasis pelatihan kerja dan pengembangan dari pengalaman kerja menjadi
“operator”. Setelah itu perbedaan antara program akademis dengan program
vokasi terjadi pada jenjang ketiga, pada program akademis setelah selesai dari
jenjang kedua maka jika ingin melanjutkan langsung pada jenjang ke enam
yaitu Sarjana, sedangkan pada program vokasi harus melalui jenjang ketiga
dan setelahnya yaitu D1,D2,D3 lalu masuk ke jenjang ke enam yaitu D4 atau
bisa Sarjana Terapan.
Kemudian Daniel Kristian Dino menanggapi penjelasan dari pemateri “dari
perbedaan antara program akademis dengan program vokasi tersebut, apakah
boleh yang dari D4 (program vokasi) melanjutkan ke S2 (program
akademis)?”. Dari tanggapan tersebut pemateri memberikan jawaban, sebagai
contoh yang dari SMK (program vokasi) apakah boleh langsung melanjutkan
ke S1(program akademis)? Seperti yang diketahui banyak lulusan dari SMK
yang melanjutkan ke S1, padahal seharusnya jika lulus dari SMK maka jalur
untuk melanjutkannya melalui D1 dan seterusnya. Begitu pula apabila lulusan
D4 ingin melanjutkan ke S2 maka diperbolehkan.

2. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, meratifikasi merupakan


penandatanganan atau pengesahan. Jadi meratifikasi konvensi adalah
menandatangani atau mengesahkan surat-surat atau perjanjian dengan negara-
negara yang ikut dalam konvensi tersebut. Maksud dari pertanyaan tersebut

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 15


adalah Indonesia telah mengesahkan berbagai persetujuan dengan negara lain.
Cakupan konvensi internasional tersebut menunjukkan secara jelas perlunya
kesepamahaman masyarakat internasional dalam hal kualifikasi
ketenagakerjaan. Untuk itu, setiap negara peserta konvensi memerlukan suatu
sistem kualifikasi ketenagakerjaan yang dapat dipahami bersama, yang disebut
kerangka kualifikasi.
3. Dalam era globalisasi dituntut agar setiap pekerja memiliki kompetensi yang
mumpuni dalam bidangnya, tidak hanya di dalam negeri namun sudah
mencakup skala Internasional, maka dari itu fungsi KKNI adalah untuk
menyetarakan lulusan dari pendidikan agar setara dengan lulusan dari pelatihan
kerja. Tidak cukup hanya itu perlunya sertifikasi profesi agar para pekerja
memiliki kompetensi sesuai dengan standart yang ditetapkan oleh perusahaan.
Lalu apakah ketika kita ingin bekerja ke luar negeri harus dengan sertifikat
khusus? Jawabannya adalah tidak, karena KKNI telah menyetarakan standart
kompetensi yang harus dicapai tenaga kerja Indonesia dengan tenaga kerja luar
negeri dengan sertifikasi profesi.

S1 Pendidikan Teknik Bangunan 2016 | Pendidikan Vokasi 16

Anda mungkin juga menyukai