negara-negara maju. Penyakit ini umumnya dimulai sejak masa anak-anak. Dilaporkan
sejak dua dekade terakhir, prevalensi penyakit asma semakin meningkat. Asma
mempunyai dampak yang negatif pada kehidupan penderitanya, termasuk pada anak-
anak. Karena menyebabkan anak sering tidak masuk ke sekolah, membatasi kegiatan olah
raga, maupun aktivitas di rumah. Prevalensi total asma di dunia diperkirakan sekitar 7,2%
(6% pada dewasa dan 10% pada anak-anak). Masalah epidemiologi yang ada saat ini
adalah mortalitas asma yang relatif tinggi. Beberapa tahun yang lalu, asma bukan
merupakan penyebab kematian yang berarti. Namun belakangan ini, dilaporkan dari
DEFINISI
Definisi asma yang lengkap yang menggambarkan konsep inflamasi sebagai dasar
mekanisme terjadinya asma dikeluarkan oleh Global Initiative of Asthma (GINA). Asma
didefinisikan debagai gangguan inflamasi kronik saluran respiratorik dengan banyak sel
yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan,
inflamasi ini menyebabkan episode wheezing berulang, sesak napas, rasa dada tertekan,
dan batuk, khususnya pada malam / dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan
penyempitan saluran respiratorik yang luas namun bervariasi, yang paling tidak sebagian
bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga
Wheezing dan/atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara periodik
dan/atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari (nokturnal), musiman, adanya
faktor pencetus, di antaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik secara spontan
maupun dengan pengobatan., serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada
tahun 1981 tentang Batuk Kronik Berulang (BKB) yaitu batuk yang berlangsung lebih
dari 14 hari dan/atau tiga atau lebih episode dalam waktu 3 bulan berturut-turut.
ETIOLOGI
adanya faktor genetik dan lingkungan yang saling mempengaruhi. Adanya hubungan
yang erat antara asma pada anak dan kejadian alergi, menunjukkan bahwa faktor
dengan asma, terutama lokus yang berisi gen proalergi dan proinflamasi (misalnya gen
IL-4 pada kromosom 5). Variasi genetik reseptor berhubungan dengan respon biologik
pencetus/pemicu timbulnya serangan asma, antara lain infeksi virus pada saluran
respiratorik, pajanan terhadap alergen, asap rokok, endotoksin, polusi udara, udara
Klasifikasi derajat berat ringan penyakit asma menurut Pedoman Nasional Asma
Anak (PNAA)
-Asma intermiten
Dasar pembagiannya adalah dari gambaran klinis,faal paru,dan obat yang dibutuhkan
Konsensus International III juga membagi derajat penyakit asma anak berdasarkan
(perburukan) dari gejala batuk, sesak napas, wheezing, rasa dada tertekan, atau berbagai
PATOGENESIS
Konsep terkini patogenesis asma yaitu asma merupakan suatu proses inflamasi
aliran udara dan peningkatan reaktivitas saluran nafas. Hiperreaktivitas ini merupakan
berbagai macam rangsang. Gambaran khas adanya inflamasi saluran respiratorik adalah
aktivasi eosinofil, sel mast, makrofag, dan sel limfosit T pada mukosa dan lumen saluran
respiratorik. Perubahan ini dapat terjadi meskipun asmanya tidak bergejala. Pemunculan
sel-sel tersebut secara luas berhubungan dengan derajat beratnya penyakit secara klinis.
Sejalan dengan proses inflamasi kronik, perlukaan epitel bronkus merangsang proses
yang menyimpang pada saluran respiratorik yang dikenal dengan istilah remodeling.
PATOFISIOLOGI
Penyebab utama penyempitan saluran respiratorik adalah kontraksi otot polos bronkus
yang diprovokasi oleh pelepasan agonis dari sel-sel inflamasi (histamine, triptase,
prostaglandin D2 dan leukotrien C4 dari sel mast, neuropeptida dari saraf aferen
berhubungan dengan perubahan otot polos saluran nafas (hiperplasi dan hipertrofi) yang
DIAGNOSIS
Anamnesis
Wheezing berulang dan/atau batuk kronik berulang merupakan titik awal untuk
menegakkan diagnosis
Riwayat sesak nafas yang episodik, wheezing, dan rasa dada tertekan.
Wheezing atau wheezing berulang, batuk malam hari, batuk atau wheezing setelah
beraktifitas
Menderita common cold sampai dada terasa tertekan atau perlu waktu >10hari untuk
sembuh
Pemeriksaan Fisik
Sesak, wheezing, dan hiperinflasi umumnya hanya ditemukan pada periode serangan
akut
Pemeriksaan Penunjang
Respon terhadap bronkodilator dan steroid sistemik bermanfaat untuk diagnosis asma
dingin, NaCL hipertonis. Penurunan > 20% pada FEV1 setelah provokasi maka
didiagnosa asma.
Uji faal paru pada anak > 6 tahun. Ada dua metode pemeriksaan, yaitu pengukuran
FEV1 dan Forced Vital Capacity (FVC) memakai spirometer dan Peak Expiratory
Flow Rate (PEFR) memakai peak flow meter. Pemeriksaan ini berguna mendukung
satu hari. Penilaian yang baik dapat dilakukan dengan variabilitas mingguan yang
3. Penurunan > 15% pada PEFR atau FEV1 setelah provokasi bronkus
Adanya komponen alergi pada asma dapat dilihat dari pemeriksaan tes kulit atau
Uji tuberkulin perlu dilakukan baik pada kelompok yang diduga asma maupun bukan
Tidak Mendukung
Diagnosis kerja: Asma mendukung diagnosis lain
diagnosis lain
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan asma pada anak secara umum adalah menjamin
tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara optimal. Secara rinci tujuan yang ingin
dicapai adalah:
4.Uji fungsi paru senormal mungkin,tidak ada variasi diurnal yang mencolok.
6.Efek samping obat dapat dicegah agar tidak atau sesedikit mungkin timbul,terutama
Asma episodik jarang Obat pereda b-agonis atau teofilin (hirupan oral bila perlu)
Tatalaksana awal
Nebulisasi b-agonis 1-3x, selang 20 menit
Nebulisasi ketiga + antikolinergik
Jika serangan berat, nebulisasi b-agonis + antikolinergik