perubahan pelarut dan zat pereduksi akan menyebabkan denaturasi protein. Denaturasi
adalah perubahan struktur 3D yang disebabkan adanya pemutusan ikatan non kovalen (ikatan
hidrogen, ikatan ionik dan ikatan hidrofob) sehingga mengubah struktur alami protein
menjadi strukur yang tidak alamiah. Pada reaksi ini, struktur protein yang saling terlipat akan
terurai tanpa memutuskan ikatan peptida. Akibatnya, struktur protein yang mulanya
berbentuk globular akan terurai menjadi bentuk fibrosa. Denaturasi protein mengakibatkan
berkurangnya kelarutan dan menghilangnya aktivitas biologis suatu protein.
Apabila garam logam berat bereaksi dengan protein akan membentuk garam protein
yang tak larut. Garam logam berat seperti garam Hg+, Ag+, Pb2+ atau logam berat lainnya
akan mengendapkan protein pada pH diatas titik isoelektriknya karena terbentuk protein yang
bermuatan negatif.
Muatan total protein dipengaruhi oleh pH. Pada larutan asam, gugus amina pada
ujung protein akan membentuk ion NH3+ (bermuatan positif) dan pada larutan basa gugus
karboksil pada ujung protein akan terion membentuk COO- (bermuatan negatif). Adanya
rantai samping berupa karboksil pada protein menyebabkan protein cenderung bermuatan
negatif. Ada kalanya pada pH tertentu protein mempunyai muatan nol dan dinamakan titik
isoelektrik. Pada titik isoelektrik, muatan positif dan negatif saling menetralkan.